Anda di halaman 1dari 10

Naskah Drama | X.

4 | SMA N 1 Kuta Selatan Pahlawan Tanpa Sengaja

(Kubu pribumi dan kubu belanda bersiap-siap di sisi kanan-kiri penonton) Narasi: Pada jaman dahulu, tepatnya pada tahun 1863. Ada sebuah desa yang kaya akan rempah-rempah. Namun karena kekayaan alam yang melimpah, membuat Belanda ingin merebut kekayaan alam tersebut untuk dijual ddi negara mereka dan mempekerjakan masyarakat sekitar secara paksa. 40 tahun kemudian lahirlah seorang anak yang bernama Darma. Ketika berumur 19 tahun dia tidak sengaja terjebak didalam peperangan. Monolog (Darma) :

Namaku Darma, lengkapnya Van Jansen Google Chrome Darma Setya Mekar Abadi Bangunan. Aku lahir di jaman penjajahan Belanda, itu sebabnya namaku ada sedikit unsur-unsur Bule-nya. Dan memang, mukakku itu ngga ada tampang Belandanya sama-skali, hal ini dikarenakan anggota keluargaku yang tulen dan berdarah asli Belanda itu cuman kakek dari kakek ku, jadi mungkin aku ngga kebagian gen Belandanya. Terlahir di sebuah keluarga yang berlatar belakang pejuang yang ingin terbebas dari kerja paksa itu tak menjadi jaminan bahwa aku akan seperti mereka. Justru sebaliknya, aku itu pendiam, penakut, namun selalu ingin terlihat sangar seperti sesuatu yang ada pada uang lembar lima ratus-an. Ini semua karena penjajah Belanda yang tidak henti-hentinya menjajah negara ini. Akibatnya, perang di manamana, banyak timbul korban jiwa, martabat perempuan juga rendah, adanya burja paksa. Dan akibat dari penjajah ini pula, kakek ku gugur dalam medan perang. Dia meninggal karena terkena sesak nafas ketika menghirup kentut rekannya ketika mereka bersembunyi. Ini semua salahku, harusnya aku ada disana untuk memberikan dia nafas buatan. Mungkin bagi mereka jalan kekeluargaan tidak cocok untuk menjadi jalan keluar, dan pada akhirnya, jalan satu-satunya untuk keluar dari situasi seperti ini hanyalah perang,perang, dan perang. (Darma masuk ke set dengan membawa seplastik bawang. Sekitar 5-7 detik semenjak Darma menyanyi, kubu pribumi dan belanda berlari menuju Darma seolah-

olah kubu pribumi dan belanda akan berperang tanpa menghiraukan adanya Darma disana. *Jadi lagunya akan terpotong ditengah-tengah) Darma : Inggih beli. Jengah titiang kapirengin. Beli masel-selan. Nyesel raga sai sedih. Ngiring beli lan matinggal.

(Waktu berhenti-> setelah kata Stop, kedua kubu diam dengan gaya tetap) Darma : Stop! (Lirik kanan-kiri) Tuhh kan. . . (bawang nya jatuh)

(Waktu berjalan -> kedua kubu langsung bergerak dan menyerang satu sama lain. Darma bingung dan mencari senjata yang ada di dekatnya. Di sela-selah perang yang berisik, 2-4 detik setelah waktu berjalan Darma menerima telfon dari Ibu nya) (Saat Darma angkat telfon, tanpa sengaja senjata yang dia ambil tadi mengenai sebagian besar pasukan belanda dan beberapa pasukan pribumi) Ibu : Darma!! Dimana kamu? Ibu suruh beli bawang kok lama banget (Bentak) : Ntaarr bukk! Ini lagi mau pulang, tapi ini ngga tau tiba-tiba di jalan ada perang!! (Teriak) : Cepetin pulang!! : Iyaaaaa!! (mematikan telfon)

Darma

Ibu Darma

(Pasukan belanda yang terkena imbas senjata langsung melarikan diri dengan kondisi kesakitan. Sedangkan beberapa pasukan pribumi tergeletak kesakitan dan sisanya melihat Darma dengan tatapan heran. Darma pun balik melihat mereka dengan raguragu lalu segera mengambil bawang yang jatuh tadi dan berlari ke pinggir set)

(Heri masuk ke set bersama evika dan membicarakan sesuatu) Evika : Pak, kalau terus begini aku bisa mati malu!

Heri Evika Heri Evika

: Malu kenapa anakku? Cerita sama bapak : Aku selalu di ejek sama teman-temanku? : Siapa yang berani mengejek anakku? Katakan, apa katanya? : Iya, banyak yang bilang sama evika : Ih Evika punya bapak kok ganteng banget, pengen deh punya suami kaya bapakmu. Parah banget kan. Dia bilangnya di depan temen-temenku lagi : Wahh. . . Tapi, bukannya bagus bapak punya pengganti ibu kamu? : Iya, tapi yang bilang gitu semuanya cowok pak !

Heri Evika

(pasukan pribumi memasuki set dengan kondisi memikul teman yang terluka tadi) Mahendra Heri : Kita berhasil pak, kita berhasil memukul mundur pasukan belanda : Bagus, Tapi jangan terlalu bangga. Mereka pasti akan membalas kekalahan mereka kapan saja. Jadi waspadalah, waspadalah! Tapi gimana caranya kalian bisa mengalahkan belanda? : Maaf pak, sebenarnya tadi kita di bantu oleh seorang pemuda yang tinggal di desa sebelah pak : Lalu? : Dia yang mengalahkan pasukan belanda itu pak : Kalau begitu bawa dia kemari, aku ingin melihat tampangnya : Siap!

Lingga

Heri Lingga Heri Lingga

(Kubu pribumi keluar dari set. Kubu belanda memasuki set dengan kondisi Dharma dberkumpul dengan istri-istrinya)

Dharma

: Bagaimana bisa kalian dikalahkan oleh mahluk-mahluk tak berguna itu! Memalukan! : Maafkan kami jendral, kita kekurangan pasukan dan kami sudah melakukannya semaksimal mungkin : Kekurangan pasukan? : Benar jendral : (melihat istri-istrinya) Istri-istriku, apakah kalian mau bergabung dengan mereka untuk melawan mahluk pribumi itu?

Paris

Dharma Paris Dharma

Kelima istri : Gak! (meninggalkan Dharma) Dharma : Oke kita lupakan hal tadi. Apakah kalian ada usul untuk menghancurkan pribumi-pribumi itu? : (mengangkat tangan) Saya,saya. Saya jendral. Saya ada usul : Apa itu? : Bagaimana kalau kita culik saja anak laksamana itu? : Trus? : Kita minta mereka menyerah atau anaknya kita bunuh : Jangan dibunuh. Begini saja, kalau mereka tidak mau menyerah, anak itu akan aku jadikan istri. Jadi, nanti malam kalian culik anak itu : Siap jendral

Wawan Dharma Wawan Dharma Wawan Dharma

Pasukan

(Kubu belanda keluar. Kubu pribumi masuk ke set. Suasananya sama kaya tadi. Lalu disusul oleh datangnya 3 orang tadi yang ditugaskan untuk membawa Darma kepada heri)

Heri

: Anakku, sepertinya aku haus. Tolong buatin bapak kopi

(Evika beranjak dari tempat duduknya dan keluar set. Pasukan pribumi yang ditugaskan untuk menangkap Darma datang dengan kondisi mengangkat Darma) Darma Lingga : Saya mau di bawa kemana ini, woe.. saya mau di bawa kemana inii? : Diam kamu!

(Darma pun di paksa duduk oleh pribumi tadi dan heri bertanya kepada darma) Heri Darma : Siapa nama mu? : Nama? Nama saya Van Jansen Google Chrome Darma Setya Mekar Abadi Bangunan : Jadi kamu yang membantu pasukan kita dalam melawan Belanda tadi?

Heri

(Evika memasuki set dengan membawa segelas kopi) Darma : Bu..bu..bukan, tadi saya cuman ngga sengaja. . .

(Darma terpesona melihat evika. *Back song : Pandangan Pertama *semuanya berjoged. Ketika lagu berhenti, semua kembali seperti semula) Heri Darma : Gimana tadi. Kenapa bukan? : Oh ngga pak. Iya iya, tadi saya yang membantu mereka melawan penjajah tadi : Oh bagus-bagus, kamu mau bergabung dengan kami untuk melawan penjajah itu? : Apa?

Heri

Darma

Heri

: Oke, saya beri kamu waktu 1 hari. Setelah itu kembali lagi dan berikan jawaban mu : Ya pak

Darma

(Pribumi keluar set. Ketika narasi, beberapa detik kemudian evika langsung masuk set di ikuti oleh beberapa orang dari kubu belanda) Narasi : Malam penculikan pun tiba, Evika yang hendak pulang kerumah tiba-tiba saja di sergap oleh oleh kubu Belanda dari belakang. (Ketika meculik evika. Salah satu dari komplotan belanda menaruh sepucuk surat di tanah)

(Kubu Belanda keluar set. Kubu pribumi datang dengan memanggil nama Evika) Narasi : Sadar kalau anaknya tidak pulang-pulang. Heri dan teman-teman lainnya mencari anaknya itu di lingkungan sekitar mereka dan salah satu dari mereka tanpa sengaja menemukan kertas yang mencurigakan Artha Heri : Pak, saya menemukan ini : (Mengambil kertas tersebut dan membacanya) Dear Heri. Anak mu yang bernama evika telah aku culik. Jika kamu masih ingin melihatnya tertawa, maka kau dan pasukan mu itu harus menyerah dan bergabung lah dengan burja-burja kami. By Jendral Mollow : Kita harus bagaimana pak? : Entahlah, yang jelas aku ingin anakku selamat

Artha Heri

(Heri dkk keluar set)

Narasi : Setelah membaca surat tersebut, heri dan yang lainnya memutuskan untuk kembali ke markas. Sedangkan di kubu belanda, Jendral Mollow dan yang lainnya merayakan kemenangan yang mereka pikir telah ada di depan mata. Singkat cerita, pada keesokan harinya Darma datang ke kubu pribumi untuk menolak ajakan Heri. Darma Mahendra : Permisi, pak herinya ada? Saya ingin ngomong sesuatu : Oh ya, masuk masuk

(Darma berjalan mendekati heri) Darma Heri Darma Heri : Hmm pak, kedatangan saya kemari untuk mengatakan bahwa . . . : (Memotong pembicaraan) Anak saya di culik : Hah, trus? : Dia akan membebaskan Evika dengan syarat kita harus menyerah dan menjadi pekerja paksa : Jangan menyerah pak, saya siap membantu bapak membebaskan anak bapak : Lalu apa rencanamu?

Darma

Heri

(Darma berbisik kepada heri)

Narasi : Pada ke esokan harinya darma, heri dan kawan-kawan lainnya mengintai markas Belanda. Darma berencana akan menyerang pasukan belanda ketika malam

minggu tiba. Sebab, pada hari itu lah pengawasan di markas belanda tidak terlalu ketat. Darma : Oke kita akan terbagi menjadi dua bagian. Yang satu menjadi umpan sedangkan yang satu lagi menyelamatkan evika. Pak Heri jadi umpannya : Bukannya dibagi menjadi dua group. Kok saya sendiri? : Bapak ingin anaknya slamat tidak? : Yayayaya

Heri Darma Heri

(Heri memancing penjaga markas dan berlari keluar set. Sedangkan yang lainnya masuk ke markas belanda dan melawan pasukan belanda yang tersisa) Darma : Evika? Ada yang baru nih

(Darma berhasil menemukan evika dan mereka berdua lari kedepan) Narasi : Setelah berhasil menemukan tempat penyekapan evika, dia pun berhasil menyelamatkannya dan keluar dari markas belanda Evika Darma Evika : Makasih ya sudah menyelamatkan saya? : Oh iyaa, sama-sama : Tapi, dari tadi bapak ku kok ngga kliatan?

(Heri berlari sambil dikejar oleh pasukan belanda) Narasi penutup :

Akhirnya, belanda pun dapat dikalahkan. Sedangkan Heri, dia berhasil dibantu oleh teman-teman lainnya setelah beberapa lama berlari kesana-kemari. Kini, semua rakyat di desa tersebut dapat hidup tentram dan memulai lembaran baru mereka. Dengan kemenangan ini, Heri dan kubu pribumi lainnya pun merayakan kemenangannya dengan penuh rasa kebebasan.

Sedangkan Darma ? Dengan keberhasilannya dalam mengatur penyerangan ke markas Belanda, dia pun akhirnya di arak keliling kampung oleh masyarakat daerah sana. Dan dengan keberaniannya pula, yang telah berhasil menyelamatkan Evika, Evika pun merasa senang dan tertarik kepada Darma. Mereka berdua pun akhirnya menjalin kasih asmara di kehidupan baru mereka, di desa baru, dan tentunya . ~Tamat~

Anda mungkin juga menyukai