Anda di halaman 1dari 5

PROSEDUR PEMUNGUTAN DAN PENGENAAN PAJAK No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/PI.12/016 Revisi ke : R-00 Tgl.

Berlaku 1 2 3 4 Tujuan Ruang Lingkup Definisi Acuan : Pebruari 2007 Tanggal :

Prosedur ini dimaksudkan untuk menentukan dan tata cara pemungutan pajak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Prosedur ini memuat ketentuan-ketentuan pokok perpajakan dan tata cara pemungutan pajak. Pajak adalah ketentuan sejumlah dana dalam persentase terhadap nilai kontrak (obyek pajak) yang harus disetor ke Kas Negara. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keputusan Presiden RI Nomor : 80 tahun 2003 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 1995. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 tahun 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2000. Kepmen PU nomor 67/KPTS/1998 Dokumen Kontrak Dalam rangka peningkatan/intensifikasi dan pengamanan penerimaan negara yang bersumber dari pajak, Kantor Bea dan Cukai, KPKN dan Bendaharawan pemerintah di tetapkan sebagai wajib pungut dan wajib setor pajak negara atas pembayaran yang bersumber dari Anggaran Belanja Negara dan/atau Anggaran Belanja Daerah. Pajak-pajak dimaksud adalah Bea Masuk dan Bea Masuk tambahan (BM/BMT), Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN/PPn BM) dan Pajak Penghasilan (PPh). Pemungutan BM/BMT, PPN/PPn BM dan PPh sebesar pajak yang terhutang dilakukan oleh Kantor Bea dan Cukai sebelum barang impor dikeluarkan dari daerah pabean, pemungutan PPN dan PPh dilakukan oleh KPKN atau oleh Bendaharawan Proyek pada saat penerbitan SPMLS/pembayaran kepada rekanan. Khusus pemungutan pajak-pajak atas kontrak yang sebagian atau seluruhnya dibebankan pada dana PHLN, yang ditarik secara Pembayaran Langsung (Direct Payment dan/atau Pembukaan L/C (Special Commitment), kepada pihak rekanan diminta untuk menyetor pajak-pajak dimaksud ke Rekening Kas Negara atau melalui Bendaharawan Proyek sebelum Proyek membuat Aplikasi Penarikan Dana (Application for Withdrawal) ke Ditjen Anggaran untuk diteruskan ke PPHLN. Pemungutan Pajak-pajak yang diwajibkan untuk pembayaran yang ditarik secara Rekening Khusus (RK) dilakukan oleh KPKN pada saat menerbitkan SPMLS dengan mencantunnkan potongan pajaknya di dalam SPMLS. Pajak-pajak dimaksud harus disetorkan ke Rekening Kas Negara dan dilaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perpajakan yang merupakan unsur biaya dalam kontrak/SPK adalah Bea Masuk/Bea Masuk Tambahan (BM/BMT) yang besarnya bergantung kepada besarnya nilai impor barang dan pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang besarnya 10 persen dari nilai pekerjaan/pengadaan barang.

Ketentuan Umum

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias

Hal

1/5

PROSEDUR PEMUNGUTAN DAN PENGENAAN PAJAK No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/PI.12/016 Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Pebruari 2007 Tanggal :

Khusus terhadap kontrak pengadaan barang selain dikenakan PPN sebesar 10 persen juga dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang besarnya bervariasi antara 10,20,35 persen dari nilai barang tergantung pada tingkat kemewahan barang yang dibeli. Semua pajak tersebut di atas menjadi beban proyek/bagian proyek sehingga kebutuhan dananya harus disediakan dalam DIP. 7. Khusus untuk kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya dibiayai PHLN pengaturan perpajakannya diatur sebagai berikut: 1) Bea Masuk/Bea Masuk Tambahan (BM/BMT) dari kontrak/bagian kontrak yang dibiayai PHLN "DIBEBASKAN" berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1995 tanggal 30 November 1995. Dengan dibebaskannya pengenaan BM/BMT dimaksud, maka Bm/BMT tidak perlu dimasukkan kedalam unsur biaya kontrak dan tidak perlu disediakan dananya dalam DIP. Terhadap kontrak/bagian kontrak yang dibiayai dana Rupiah Murni, BM/BMT tetap merupakan unsur biaya dalam kontrak dan harus disediakan dananya dalam DIP serta dilakukan pemungutan di Kantor Bea dan Cukai. 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)/Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBm) dari kontrak/bagian kontrak yang dibiayai PHLN "TIDAK DIPUNGUT" berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1995 tanggal 30 November 1995, narnun demikian PPN/PPnBM tetap merupakan unsur biaya di dalam kontrak. Walaupun merupakan unsur biaya dalam kontrak akan tetapi berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan/Ketua Bappenas No.SE-149/A/21/1295 No.7354/D.V.12/1995 tanggal 21 Desember 1995 PPnBM tersebut tidak disediakan dananya dalam DIP. Hal ini akan berakibat bahwa nilai kontrak akan lebih besar dari dana yang disediakan dalam DIP. Terhadap kontrak/bagian kontrak yang dibiayai dana Rupiah Murni, PPN/PPnBM tetap merupakan unsur biaya kontrak dan harus disediakan dananya dalam DIP serta dipungut pada saat pembayaran. 3) Pajak Penghasilan (PPh) atas kontrak/bagian kontrak yang dibiayai PHLN DITANGGUNG PEMERINTAH" berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1995 tanggal 30 November 1995. PPh merupakan beban dan kewajiban rekanan untuk membayarnya dan bukan merupakan unsur biaya dalam kontrak sehingga tidak perlu disediakan dananya dalam DIP. Terhadap kontrak/bagian kontrak yang dibiayai dana Rupiah Murni tetap dilakukan pemungutan PPh sesuai ketentuan yang berlaku. 4) Tata cara pelunasan BM/BMT yang dibebaskan PPN/PPnBM yang tidak dipungut dan PPh yang ditanggung peemerintah atas kontrak/bagian kontrak yang dibiayai dana PHLN diatur didalam Surat Edaran Bersama Dirjen Anggaran/Dirjen
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias

Hal

2/5

PROSEDUR PEMUNGUTAN DAN PENGENAAN PAJAK No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/PI.12/016 Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Pebruari 2007 Tanggal :

Pajak/Dirjen Bea dan Cukai No. SE-64/A/71/0596 No. SE-32/PJ/1996 No. SE-19/BC/1996 tanggal 13 Mei 1996 jo. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE19/PJ.53/1996 tanggal 4 Juni 1996. Didalam surat edaran bersama tersebut dinyatakan bahwa dengan ketentuan tersebut diatas maka: Untuk BM/BMT yang dibebaskan : pada Master List Pemasukan Barang Impor dan Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD) oleh kantor Bea Dan Cukai akan diberi cap " Proyek Pemerintah Hibal/Pinjaman Luar Negeri Beban BM/BMT, tidak Dipungut PPN/PPN BM dan PPH ditanggung Pemerintah (PP.24/1995). Untuk PPN/PPn BM yang Tidak Dipungut : pada Faktur Pajak PPN oleh Kantor Pusat Direktorat Tata Usaha Anggaran (Dit.TUA)/KPKN akan diberi cap " Proyek Pemerintah Hibah/Pinjaman Luar Negeri tidak dipungut PPN/PPnBM (PP.42/1995)". Untuk yang Ditanggung Pemerintah : pada Surat Setoran Pajak-pajak Penghasilan (SSP PPh) oleh Kantor Pusat Direktorat Tata Usaha Anggaran/KPKN akan dicap Proyek Pemerintah Hibah/Pinjaman Luar Negeri, PPh Ditanggung Pemerintah (PP.42/1995)".

5) Perhitungan PPN pada kontrak/bagian kontrak yang dibiayai PHLN. Perhitungan PPN beban PHLN dari suatu kontrak sangat tergantung pada ketentuan yang diatur dalam dokumen PHLN yang bersangkutan. a) Pada PHLN yang berasal dari ketentuan yang dianut adalah : Bank Dunia/IBRD

Kalau porsi IBRD diatas 91 persen maka beban IBRD dihitung dari nilai kontrak diluar PPN (Netto). Kalau porsi IBRD sanna dengan atau kurang dari 91 persen, maka beban IBRD dapat dihitung dari nilai kontrak termasuk PPN (Bruto).

b) Pada PHLN yang berasal dari Bank Pembangunan Asia (ADB) ketentuan yang dianut adalah Perhitungan beban ADB dihitung dari nilai bruto (termasuk PPN) atau dari nilai netto (tidak termasuk PPN) tergantung pada ketentuan yang diatur dalam dokumen PHLN yang bersangkutan. c) Perhitungan beban PHLN terhadap kontrak secara urnunn dapat dilihat pada ketentuan yang diatur didalam dokumen PHLN dan/atau Surat Edaran Dirjen Anggaran yang mengikuti PHLN bersangkutan yang mencanturnkan besarnya prosentasi beban PHLN bersangkutan (Threshold of financing).

8.

Karena PHLN tidak boleh dipergunakan untuk membayar pajak, maka besarnya PPN didalam kontrak menjadi beban pemerintah Republik Hal 3/5

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias

PROSEDUR PEMUNGUTAN DAN PENGENAAN PAJAK No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/PI.12/016 Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Pebruari 2007 Tanggal :

Indonesia dan ditampung dalam DIP atas beban dana Rupiah Murni. 9. Untuk tidak menimbulkan keragu-raguan tentang perhitungan pajak maka dalam dokumen pelelangan agar diberikan penjelasan sebagai berikut : Nilai kontrak adalah nilai pekerjaan ditambah PPN Kalau nilai pekerjaan dinilai 100, PPN 10, maka nilai kontrak = 110 Suatu kontrak pengadaan barang/jasa dibiayai dana PHLN sebesar 70 persen dan dana Rupiah Murni 30 persen, maka perhitungan beban PHLN dan dana Rupiah Murni serta pajaknya adalah sebagai berikut : Nilai kontrak atas beban PHLN = 70 % x110=77 %. Nilai kontrak atas beban Rupiah Murni = 30 x 110= 33. Karena nilai PPN menjadi beban dana Rupiah Murni maka didalam nilai 33 sudah termasuk PPN sehingga kalau dikurangi PPN 10 % akan menghasilkan angka 23 yang merupakan nilai pekerjaan atas beban dana Rupiah Murni. Nilai PPN sebesar 10 % merupakan PPN atas nilai pekerjaan beban PHLN sebesar (10 % x 77 = 7,7) dan PPN atas beban dana Rupiah Murni (10 % x 23 =2,3). PPN atas nilai pekerjaan beban PHLN sebesar 7,7 sesuai PP. 42/1995 tidak dipungut dan tidak disediakan dananya dalam DIP. PPN atas nilai pekerjaan beban dana Rupiah Murni sebesar 3,3 dipungut. Perhitungan PPh atas kontrak tersebut adalah : PPh atas nilai pekerjaan yang menjadi beban PHLN adalah tarif PPh yang berlaku (misalnya 2%) x77 = 1,54 (ditanggung pemerintah). Sedangkan PPh atas nilai pekerjaan yang menjadi beban dana Rupiah Murni adalah tarif PPh yang berlaku (misalnya 2%) x 23 = 0,46 (dipungut) dan menjadi beban rekanan. 6 Prosedur dan Tanggungjawab Pelaku Penanggungjawab Bendaharawan 1. Mengecek dipungut. dasar Kegiatan pengenaan pajak yang harus Rekaman MC/ SPP SPT

No
6.1

2. Menghitung nilai pajak yang harus dipungut.

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias

Hal

4/5

PROSEDUR PEMUNGUTAN DAN PENGENAAN PAJAK No. Dokumen :BRR NIAS/SOP/PI.12/016 Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Pebruari 2007 Tanggal :

3. Mengisi Formulir SPT, berdasarkan pajak yang harus dipungut. 4. Menyampaikan SPT kepada Pinpro/Pinbagpro untuk di tandatangani. 5. Menyetorkan/ memungut langsung pajak yang harus disetor/ dipungut. 6. Menyetorkan pajak ke Kas Negara (KPKN) atau melalui Bank. 6.2 KPA 1. Menerima SPT dari Bendaharawan. 2. Menandatangani SPT 3. Menyerahkan kembali kepada Bendaharawan SPT

7 8

Pengecualian Lampiran

Tidak ada 1. Formulir SPT 2. Contoh Sertifikat Pembayaran (MC) 3. Contoh Surat Permohonan Pembayaran (SPP)

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah VI Nias

Hal

5/5

Anda mungkin juga menyukai