Anda di halaman 1dari 4

Religious Ethics

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Oleh Kelompok 1 : 1. Ayu Widya 2. Devi Luciana 3. Mya Dewi T. 4. Rani Satiti 5. Komang Islami 1050203011110 1050203011110 105020301111019 105020301111021 1050203011110

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

Religious Ethics
Pokok Pikiran : Etika religius berprinsip pada agama, benar atau baik semata-mata karena perintah Tuhan, sementara salah atau buruk adalah apa yang menjadi larangan Tuhan. Penilaian : Sama seperti teori etika yang lain, etika religius juga membahas tentang gambaran rasional mengenai hakikat dan dasar perbuatan tentang baik-buruk dan benar-salah. Etika religius ini terkait dengan konvergensi yang terjadi antara manusia muslim yang menyadari posisinya sebagai bagian dari alam dan lingkungan serta tugas manusia sebagai khalifah (pemakmur) bagi alam. Manusia berperilaku sesuai dengan apa yang menjadi orientasi tujuannya, orientasi akhir perilaku manusia di atas bumi dapat menjadi penghambat atau pemacu. Dalam bahasa arab etika disebut ahklak. Norma (norm) adalah standar, pola (pattern), model (type). Hal tersebut merupakan aturan atau kaidah yang di pakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu. Persoalan etika dalam Islam sudah banyak dibicarakan dan termuat dalam al-Quran dan al-Hadis. Etika Islam adalah merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada tuhan, dan sudah tentu berdasarkan kepada agama, dengan demikian alQuran dan al-Hadis adalah merupakan sumber utama yang dijadikan landasan dalam menentukan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Etika atau akhlak dalam khazanah Islam dipahami sebagai ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, boleh dan dilarang, benar dan salah, menerangkan apa yang seharusnya di lakukan kepada orang lain, menyatukan tujuan apa yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Dengan demikian persoalan-persoalan etika adalah persoalan kehidupan manusia. Tidak bertingkah laku semata-mata menurut naluri atau dorongan hati. Konsep baik-buruk dan benar-salah dalam etika religius didasarkan pada agama, alQuran, al-Sunnah, konsep-konsep teologis, kategori-kategori filsafat, dan sedikit kategori sufis. Kebenaran adalah ketika manusia memenuhi atau menjalankan apa yang diperintahkan oleh agama (Tuhan), sedangkan keburukan adalah perilaku dimana manusia berbuat apa yang dilarang oleh Tuhan. Menurut teori ini, pada dasarnya Tuhan adalah tujuan akhir dari manusia, karena Ia adalah nilai tertinggi dan universal, dan karenanya kebahagiaan manusia akan tercapai apabila ia memandang Tuhannya. Jalan menuju kesempurnaan moral dan spiritual digambarkan sebagai pencarian Tuhan. Pencari setelah Tuhan harus memenuhi dua kondisi : tindakan mereka harus diatur oleh peraturan dari 'hukum Tuhan"(al-syar'), dan mereka harus memastikan bahwa Tuhan selalu hadir di dalam hati mereka. Dalam perspektif religius Islam, pemikiran etika cenderung memusatkan pada usaha untuk mengeluarkan spirit moralitas Islam dengan cara lebih langsung berakar pada Al-Quran dan Sunnah. Pengetahuan dan perbuatan menjadi unsur pencapaian kebahagiaan. Sumber utama pengetahuan adalah Tuhan yang telah menganugerahkannya kepada manusia melalui berbagai cara. Ada beberapa istilah yang tidak dapat dipisahkan terkait etika religius dalam Islam, antara lain : Iman dan shalih. Merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, karena shalih adalah keimanan yang diungkapkan dalam perbuatan luar. Shalih adalah perbuatan baik yang diperintahkan Allah. Al-Birr, yaitu mereka yang memenuhi semua kewajiban sosial maupun religius. Fasad. Kata ini memiliki makna yang komprehensif yang menunjukkan perbuatan buruk, seperti mencuri.

Maruf dan Munkar. Pada masa belakangan maruf diartikan sebagai apa yang diterima diakui hukum Allah. Jelasnya sebagai hal yang diketahui, dikenal hingga diterima secara sosial. Sebagai lawannya yaitu kata munkar yang berarti tidak diterima karena tidak diketahui dengan baik. Halal dan Haram. Halal adalah segala sesuatu yang tidak ada larangan, sedangkan haram adalah segala sesuatu yang dilarang. Keduanya meliputi benda, perbuatan, tempat dan berbagai hal lain. Dosa. Kata ini merupakan istilah kunci yang berfungsi untuk pengklasifikasian perbuatan buruk secara religius, yakni pelanggaran hukum moral dan hukum wahyu yang berakibat hukuman di dunia dan akhirat. Terdapat dua teori mengenai etika religius dalam buku Majid Fakhry etika dalam Islam, yaitu : a. Etika Agama Menurut Asyary Berakar dari konsepsi Al Quran tentang manusia dan kedudukannya di alam semesta. Aliran ini cenderung lebih tunduk terhadap otoritas kitab suci dari pada kaidah-kaidah rasional. Aliran ini berpendapat bahwa Tuhan adalah pembuat yang sebenarnya dari setiap perbuatan dan kejadian di dunia dan karenanya pekerjaan-pekerjaan yang dilekatkan pada manusia benar-benar bersifat metafora Ajaran mereka menyatakan bahwa perbuatan benar ataupun salah merupakan ciptaan Tuhan dan perbuatan manusia. Oleh karena itu, menurutnya ketentuan baik dan buruk adalah obyek kehendak. Ia juga mengemukakan bahwa Tuhan dapat menghukum anak-anak tanpa dosa atau tidak menghukumnya dalam kehidupan ini sesuai dengan kehendakNya. Pernyataan tentang keadilan dan kebijaksanaan Tuhan, penciptaan dan perolehan serta hakekat baik dan buruk, kedudukan mereka hampir sama. Aliran ini membagi perbuatan tanggung jawab manusia kedalam : kewajiban (wajib), larangan (mahdzur), anjuran (masnun), keburukan (makruh), dan Kebolehan (mubah). Dengan kewajiban, kita memahami apa yang diperintahkan Tuhan sebagai suatu keharusan dimana meninggalkannya merupakan dosa. Disisi lain, dengan larangan kita mengetahui apa yang tidak diperkenankan Tuhan dan melakukannya akan memperoleh hukuman. Tak ada suatu perintah atau laranganpun melainkan berasal dari Tuhan, maka manusia tetap bertanggung jawab atas kewajiban apapun. b. Aliran Mutazilah Mutazilah adalah moralitas pertama dalam Islam. Mereka meletakkan dasar pijakan bagi perkembangan etika selanjutnya khususnya di lingkungan teologi. Aliran ini setuju bahwa prinsip-prinsip pengetahuan dan syukur nikmat merupakan kewajiban sebelum datangnya wahyu. Begitu pula permasalahan tentang benar dan salah harus diketahui melalui akal. Dan melaksanakan yang benar dan menjauhi yang salah juga merupakan kewajiban. Datangnya kewajiban agama merupakan anugrah dari Allah yang diberikan kepada manusia melalui nabi. Mutazilah mengklaim bahwa kebaikan dan keburukan merupakan karakteristik perbuatan yang esensial dapat diketahui secara rasional. Menurut Mutazilah hakikat benar dan salah dapat ditetapkan secara rasional dan terlepas dari aturan-aturan Tuhan seperti tertera dalam Al Quran. Singkatnya mereka ingin memaparkan bahwa kedua kategori moral tentang benar dan salah dapat diketahui oleh akal, dan dasar kebenarannya dapat dipahami secara rasional. Pada intinya etika religius terkait dengan perintah dan larang Tuhan, baik-buruk dan benar salah, haram-halal, serta pahala dan dosa yang muncul akibat perbuatan manusia. Etika religius juga dapat diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan. Perbuatan manusia akan selalu diorientasikan pada tujuan akhir hidupnya, manusia yang ingin

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat haruslah berbuat sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh agama. Manusia yang berbuat salah atau melanggar larangan agama akan mendapat hukuman, hukuman ini dapat diterimanya di dunia maupun di akhirat. Dalam buku Majid Fakhry, juga dijelaskan bahwa etika religius akan menjadi pilihan sebagai landasan teori yaitu nilai-nilai etika yang didasarkan pada konsep al-Quran tentang nilai-nilai etika hukum dalam Islam. Dengan demikian penyusun hanya akan menjelaskan salah satu macam etika yaitu etika religius yang menjadi landasan. Etika religius adalah etika yang dikembangkan dari akar konsepsi-konsepsi al-Quran tentang manusia dan kedudukannya di muka bumi, dan cenderung melepaskan dari kepelikan dialektika dan memusatkan pada usaha untuk mengeluarkan spirit moralitas Islam secara utuh. Karena itu sistem etika religius muncul dalam berbagai bentuk yang kompleks sekaligus memiliki karakteristik yang paling Islami.

Anda mungkin juga menyukai