Anda di halaman 1dari 27

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

BAB I PENDAHULUAN Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pneumothoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik. Dalam referat ini, penulis akan membahas tentang pneumothoraks spontan. Pneumothoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder, primer jika penyebabnya tidak diketahui, sedangkan sekunder jika terdapat latar belakang penyakit paru (Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang, 2006) 1 Pneumothoraks lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita dengan perbandingan 5:1. Pneumothoraks spontan primer (PSP) sering dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya. Kejadian pneumothoraks spontan primer adalah 18/100.000 lakilaki per tahun dan 6/100.000 wanita per tahun. Ini terjadi paling sering pada usia 20-an, dan pneumotoraks spontan primer jarang terjadi diatas usia 40 tahun (Bense L., Eklund G., Wiman L.G, 2000).
2

Kejadian pneumothoraks spontan sekunder adalah 6,3 kasus per

100.000 orang per tahun pada laki-laki, 2 kasus per 100.000 orang per tahun pada perempuan. Pneumothoraks spontan sekunder biasanya terjadi pada usia 60 dan 65 tahun. Sedangkan angka kematian pada tahun 2000 mencapai 0.62/juta orang per tahun untuk wanita dan 1.26/juta orang per tahun untuk laki-laki (Gupta D., Hansell A., Nichols T, 2000). 3 Pneumothoraks spontan biasanya terjadi saat istirahat, ditandai dengan sesak nafas mendadak, nyeri dada yang diperberat terutama pada saat bernafas, takikardi, takipneu. Pneumothoraks spontan juga dapat ditentukan dengan pemeriksaan penunjang, untuk menyingkirkan diagnosis banding yang ada (C a r o l a n , P . L , 2 0 1 0 ) .
4

Komplikasi

pneumothoraks spontan dapat mengakibatkan Tension Pneumothoraks, Pneumothoraks

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

kronik, pneumomediastium dan emfisema subkutis (Bense L., Wiman L.G., Hedenstierna G, 1997). 5 Dasar pengobatan pneumothoraks tergantung pada : berat dan lamanya keluhan atau gejala, adanya riwayat pneumothoraks sebelumnya, jenis pekerjaan penderita (Soeparman, Sarwono W, 1998). 6 Saran pengobatan adalah secepatnya mengembangkan paru yang sakit sehingga keluhan-keluhan juga berkurang dan mencegah kambuh kembali (James D, Crapo M.D., Jeffrey G., Joel B. Karlinsky, 2004). 7 Beberapa macam terapi yang dapat dilakukan pada pasien pneumothoraks spontan antara lain observasi, tindakan dekompresi atau tindakan bedah (Heffner J.E., Huggins J.T, 2004). 8 Pasien dengan pneumotoraks spontan mengalami pneumothoraks ulang, tetapi tidak ada komplikasi jangka panjang dengan terapi yang berhasil. Kesembuhan dari kolaps paru secara umum membutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu (Sadikot R.T., Greene T, Meadows K, 1007).9 Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk meningkatkan penatalaksanaan dari pneumothoraks spontan, serta preventif pneumothoraks spontan secara tepat karena hal tersebut akan berpengaruh pada penanganannya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI II.1. ANATOMI Batas Rongga Thoraks Penampakan thorax dari luar adalah batas bawah leher dan batas atas abdomen. Namun pada bagian dalam tidaklah demikian, batas ronga thorax adalah : Batas belakang thorax setinggi C7, lebih tinggi dari bagian depan karena melalui bidang yang dibentuk oleh iga pertama agak miring kebawah Batas depan thorax setinggi vertebrae thorakal ke-2 Batas bawah thorax adalah diafragma yang berbentuk seperti kubah ke atas. Karena bentuk diafragma yang seperti kubah, dari permukaan tidak dapat dipakai peregangan bahwa bawah thorax adalah batas bawah costae. Batas atas thorax dapat diraba di incisura jugularis, yatu cekungan antara caput klavikula kanan dan kiri. Incisura ini berseberangan dengan batas atas bawah dari vertebrae thorakal ke-2. 10,11,12

Tulang dinding dada


Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Dinding dada dibentuk oleh 12 tulang vertebrae thorakalis, 12 pasang iga dan sternum. Vertebrae Persendian vertebrae dengan tulang iga menyebabkan iga ini mempunyai bentuk yang agak spesifik. Vertebrae thorakalis pertama memiliki persendian yang lengkap dengan costae I dan setengah persendian dengan costae II. Selanjutnya costae II-VIII mempunyai dua persendian, di atas dan di bawah korpus vertebrae untuk costae II sampai dengan VIII, sedangkan costae IX-XII hanya satu. 10,12 Costae Secara umum costae ada 12 pasang kanan dan kiri, Tujuh pasang iga pertama dinamakan costae vera (iga sejati). Costae I-VII bertambah panjang secara bertahap, yang kemudian memendek secara bertahap. Costae VIII-X berfungsi membentuk tepi costal sebelum menyambung dengan tepi bawah sternum, maka disebut costae spuriae (iga palsu). Costae XI-XII disebut costae fluctuantes (iga melayang). 10,12 Sternum Sternum terdiri dari manubrium sterni, korpus sterni dan procesus xiphoideus. Angulus sterni ludovici yang terbentuk antar manubrium dan korpus sterni dapat teraba dan merupakan patokan dalam palpasi iga ke-2 di lateralnya. 10,12

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Otot-otot pada dinding thoraks Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan musculus utama dinding anterior thorax. Musculus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan musculus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus dinding posterior thorax. Tepi bawah musculus pectoralis mayor membentuk lipatan / plica aksilaris anterior, lengkungan dari musculus latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan axial posterior.10,11

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Vaskularisasi dan Persarafan 13

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Pleura Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh darah dan limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura viseralis menutupi paru dan sifatnya tidak sensitive. Pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding thorax dan diafragma. Pleura parietalis mendapatkan persarafan dari nerve ending, sehingga ketika terjadi penyakit atau cedera maka timbul nyeri. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paruparu normal. 10,13 Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti tiga lapisan muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang. Vena arteri, dan nervus dari tiap rongga intercostals berada di belakang tepi bawah iga. Karenanya jarum torakosintesis atau klem yang digunakan untuk masuk kepleura harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.10,13

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Diafragma Bagian musculus perifer berasal dari bagian bawah iga ke-6 dan kartilago costae, dari vertebrae lumbalis, dan dari lengkung lumbosakral, sedang bagian muscular melengkung membentuk tendosentral. Serabut ototnya berhubungan dengan

M.transverse abdominis di batas costae. Diafragma menempel di bagian belakang costae melalui serat-serat yang berasal dari ligamentum arcuata dan crura. Nervus prenicus mempersarafi motorik dan intercostals bawah mempersarafi sensorik. Diafragma berperan besar pada ventilasi paru selama respirasi tenang.13

II.2. FISIOLOGI PERNAFASAN Gerakan dinding dada Sewaktu inspirasi terjadi pembesaran dinding dada kea rah ventrodirsalis dan lateralis. Pengembangan dada ini dimungkinkan karena mobilitas artikulatio kostovertebralis, elatisitas tulang rawan iga, dank arena sedikit bertambahnya kifosis kolumna vertebralis. Otot-otot yang berperan dalam inspirasi adalah diafragma (otot primer inspirasi), M intercostalis externa (otot komplementer inspirasi), dan otot-otot leher, yakni M. skalenus dan M. sternokleidomastoideus, keduanya berperan pada inspirasi paksa dengan mengangkat bagian atas rongga thorax. 10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Ekspirasi terjadi akbat proses pasif dengan melemasnya otot-otot inspirasi sehingga rongga dada dan paru kembali ke ukuran prainspirasi. Pada ekspirasi paksa, otot-otot yang berperan adalah otot-otot abdomen dan mm.intercoastalis interna. 10 Gaya yang menggerakkan rangka dada secara umum adalah mm. intercostalis dan mm. scalene. Otot-otot tersebut merupakan otot metametrik primitive yang harus dimasukkan ke dalam golongan otot authochthonus dada. Termasuk pula

mm.transverses thoracis dan mm.subcostales. Otot-otot tersebut dipersarafi oleh rami anterior N.spinalis dan N. intercostalis 10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

10

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

BAB III PNEUMOTHORAKS SPONTAN III.1. Definisi Pneumothoraks spontan merupakan pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya trauma, dengan atau tanpa adanya penyakit paru yang mendasari. 1 III.2. Klasifikasi Pneumothoraks spontan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Pneumothoraks spontan primer, yaitu pneumothoraks yang terjadi secara tibatiba tanpa didasari riwayat penyakit paru sebelumnya. b. Pneumothoraks spontan sekunder, yaitu pneumothoraks yang terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, TBC, kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

11

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

III.3. Epidemiologi Pneumothoraks spontan primer (PSP) sering dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya. Kejadian pneumothoraks spontan primer adalah 18/100.000 laki-laki per tahun dan 6/100.000 wanita per tahun. Ini terjadi paling sering pada usia 20-an, dan pneumothoraks spontan primer jarang terjadi diatas usia 40 tahun. Peningkatan insidens itu mungkin berhubungan dengan bertambahnya jumlah perokok atau meningkatnya insidens penyakit yang menjadi penyakit penyerta pada pneumotoraks spontan sekunder, seperti PPOK, TB paru, penyakit interstitial paru, dan lainnya. Kejadian pneumothoraks spontan sekunder adalah 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun pada laki-laki 2,0 kasus per 100.000 orang per tahun pada perempuan. Pneumotoraks spontan sekunder biasanya terjadi pada usia 60 dan 65 tahun.2,3

III.4. Etiologi Pneumothoraks spontan primer : etiologi tidak diketahui. Penyebab pneumothoraks spontan sekunder : Penyakit saluran pernafasan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

12

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Penyakit paru obstruksi kronik Fibrosis kistik Asma akut

Infeksi parenkim paru Pneumonia pneumocystis carinii Infeksi necrotizing (anaerob, bakteri gram negatif, Staphylococcus Aureus, species nacardia, Mycobacterium Tuberculosis, jamur)2,3 III.5. Patofisiologi Salah satu yang berperan dalam proses pernapasan adalah adanya tekanan negatif pada rongga pleura selama berlangsungnya siklus respirasi. Apabila terjadi suatu kebocoran akibat pecahnya alveoli, bula atau bleb sehingga timbul suatu hubungan antara alveoli yang pecah dengan rongga pleura, atau terjadi kebocoran dinding dada akibat trauma, maka udara akan pindah ke rongga pleura yang bertekanan negatif hingga tercapai tekanan yang sama atau hingga kebocoran tertutup. Tekanan negatif di rongga pleura tidak sama besar di seluruh pleura, tekanan lebih negatif pada daerah apeks dibandingkan dengan daerah basal. Mekanisme terjadinya pneumothoraks spontan adalah akibat dari lebih negatifnya tekanan di daerah puncak paru dibandingkan dengan bagian basal dan perbedaan tekanan tersebut akan menyebabkan distensi lebih besar pada alveoli daerah apeks. Distensi yang berlebihan pada paru normal akan menyebabkan rupture

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

13

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

alveoli subpleural. Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya pneumotoraks spontan adalah pecahnnya bula atau bleb subpleural. Sebuah penelitian melaporkan bahwa meskipun secara klinis penderita pneumotoraks spontan primer tidak menunjukkan kelainan di paru, ternyata ditemukan bula subpleura pada 76-100% kasus dengan tindakan Video Assisted Surgey (VATS), dan pada 100% kasus dengan torakotomi. Hubungan antara rokok sebagai faktor resiko dan bula pada pneumotoraks dapat dijelaskan dengan data bahwa dari 89% penderita yang terdeteksi mempunyai bula dengan pemeriksaan CTscan adalah perokok. Mekanisme terbentuknya bula tersebut masih dipertanyakan. Suatu teori yang menjelaskan pembentukan bula pada perokok menghubungkan proses degradasi benang elastin paru yang diinduksi asap rokok. Proses tersebut kemudian diikuti oleh serbukan neutrofil dan makrofag. Degradasi ini menyebabkan ketidakseimbangan rasio proteinase-antiproteinase dan sistem oksidan-antioksidan di dalam paru, menyebabkan obstruksi akibat inflamasi. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya tekanan intra-alveolar sehingga terjadi kebocoran udara menuju ruang interstisial paru ke hilus yang menyebabkan pneumomediastinum. Tekanan di mediastinum akan meningkat dan pleura mediastinum rupture sehingga menyebabkan pneumotoraks. Mekanisme terjadinya pneumotoraks spontan sekunder adalah akibat peningkatan tekanan alveolar melebihi tekanan interstisial paru dan menyebabkan udara dari alveolus berpindah ke rongga interstisial kemudian menuju hilus dan menyebabkan pneumomediastinum. Kemudian udara akan berpindah melalui pleura parietalis pars mediastinal ke rongga pleura sehingga menimbulkan pneumotoraks.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

14

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Peningkatan tekanan alveolus ini terjadi pada penyakit penyerta pada pneumotoraks spontan sekunder, antara lain dapat dilihat pada tabel 1. Di Indonesia, TB paru menjadi penyebab terbanyak dan perlu dipikirkan bila terjadi pada penderita usia muda.14 III.6. Gejala Klinis Keluhan utama pneumothoraks spontan adalah sesak nafas, bernafas terasa berat, nyeri dada dan batuk. Sesak sering mendadak dan makin lama makin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernafasan. Tetapi pada beberapa kasus, gejala gejala masih gampang ditemukan pada aktifitas biasa atau waktu istirahat. Takikardi dan takipnea adalah gejala yang sangat sering ditemukan.5

III.7. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan : 1. Inspeksi : a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada) b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal

c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat 2. Palpasi : a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

15

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

3. Perkusi : a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi 4. Auskultasi : a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang15

III.8. Pemeriksaan penunjang 1. Foto Rntgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rntgen kasus pneumotoraks antara lain 16: a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru. b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan. c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

16

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.

Foto R pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah merupakan bagian paru yang kolaps 2. Analisa Gas Darah Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%. 3. CT-scan thorax CT-scan thoraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

17

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

III.9. Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan pneumothoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumothoraks adalah sebagai berikut : 1. Observasi dan Pemberian O2 Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2. Observasi

dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka.1,15 2. Tindakan dekompresi Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cara :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

18

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut. b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil : 1) Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol. 2) Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol. 3) Pipa water sealed drainage (WSD) Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura (rongga pleura)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

19

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Tujuan

Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.1,15

3. Tindakan bedah a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks kemudian dijahit b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi. c. Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

20

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain.1,15

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

21

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

III.10. Komplikasi Tension Pneumothoraks : Komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong dan diafragma pada sakit tertekan kebawah. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus segera ditangani. 4,5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

22

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Pneumomediastinum dan emfisema subkutan: Pneumomediastinum dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto dada. Kelainan ini dimulai robeknya alveoli kedalam jaringan interstitium paru dan kemungkinan didikuti oleh pergerakan udara yang progresif kearah mediastinum (menimbulkan pneumomediastinum). Pneumomediastinum dapat berkembang menjadi emfisema subkutis. Apabila udara pada subkutan dan mediastinum sangat banyak dapat terjadi kompresi jalan napas dan jantung. Mediastinum berhubungan dengan daerah submandibula, retrofaringeal, dan selubung pembuluh darah leher, dan toraks lateral. Emfisema subkutis terjadi akibat udara memasuki daerah-daerah tersebut dan bermanifestasi sebagai pembengkakan tidak nyeri. Pada palpasi akan terasa seperti kertas. Gambaran radiologis untuk emfisema subkutis adalah radiolusen di tepian struktur anatomi terkait. 4,5

Pneumothoraks kronik: Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila fistula bronko-pleura tetap membuka. Insidensi pneumothoraks kronik dengan fistula bronkopleura ini adalah 5 % dari seluruh pneumothoraks. Faktor penyebab antara lain adanya perlengketan pleura yang menyebabkan robekan paru tetap terbuka, adanya fistula bronkopelura yang melalui bulla atau kista, adanya fistula bronkopleura yang melalui lesi penyakit seperti nodul reumatoid atau tuberkuloma. 4,5

III.11. Diagnosis Banding Emfisema paru Asma bronkhial

III.12. Prognosis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

23

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

Pasien dengan pneumotoraks spontan mengalami pneumotoraks ulang, tetapi tidak ada komplikasi jangka panjang dengan terapi yang berhasil. Kesembuhan dari kolaps paru secara umum membutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu.9

BAB IV

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

24

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

PENUTUP

Pneumothoraks spontan merupakan pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya trauma, dengan atau tanpa adanya penyakit paru yang mendasari. Pneumothoraks spontan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Pneumothoraks spontan primer, Pneumothoraks spontan sekunder. 1 Kejadian pneumothoraks spontan primer paling sering pada usia 20-an. Pneumotoraks spontan sekunder biasanya terjadi pada usia 60 dan 65 tahun.2,3 Keluhan utama pneumothoraks spontan adalah sesak nafas, bernafas terasa berat, nyeri dada dan batuk. Sesak sering mendadak dan makin lama makin berat. 5 Dalam menentukan diagnosa pneumothorax didasarkan pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.15 Tujuan utama penatalaksanaan pneumothoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumothoraks adalah Observasi dan Pemberian O2, Tindakan dekompresi, Tindakan bedah .1,15 Komplikasi dari pneumothorax spontan bisa terjadi Tension Pneumothoraks, Piopneumothoraks, Hidro-pneumothoraks/Hemo-pneumothoraks, kronik, pneumomediastium dan emfisema subkutis.4,5 Pasien dengan pneumotoraks spontan mengalami pneumotoraks ulang, tetapi tidak ada komplikasi jangka panjang dengan terapi yang berhasil. Kesembuhan dari kolaps paru secara umum membutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu.9 DAFTAR PUSTAKA Pneumothoraks

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

25

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

1. Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006; 1063. 2. Bense L., Eklund G., Wiman L.G. Merokok dan peningkatan risiko tertular pneumotoraks spontan. 2000 (6) :1009-12. 3. Gupta D., Hansell A., Nichols T., dkk, Epidemiologi pneumotoraks di Inggris. 2000; 55 (8) :666-71. 4. C a r o l a n , P . L . Pneumomediastinum. (Last updated: 2010; accesed: 14 April 2012). Available from: h t t p : / / w w w . m e d s c a p e . c o m / a r t i c l e / 1 0 0 3 4 0 9 .

5. Bense L., Wiman L.G., Hedenstierna G. Gejala-gejala pneumotoraks spontan: korelasi dengan aktivitas fisik. 1997; 71 (3) :181-6. 6. Soeparman, Sarwono W. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta : Balai penerbit FKUI. 1998 7. James D, Crapo M.D., Jeffrey G., Joel B. Karlinsky, dkk. Baums Textbook of Pulmonary Disease. seventh edition. Lippincott Williams Wilkins. 2004. 8. Heffner J.E., Huggins J.T. Management of Secondary Spontaneous

Pneumthorax: Therss Confusion in the Air. Chest Journal. 2004; 125; 190-1192. 9. Sadikot R.T., Greene T, Meadows K, dkk. Kambuhnya pneumotoraks spontan primer. 1997; 52 (9) :805-9. 10. Definitif Surgical Trauma Care, Trauma Tumpul Thorax dan Trauma Tembus Thorax, Kolegium Ilmu Bedah Indonesia dan Komisi Trauma Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

26

Pneumothoraks Spontan

Subiyanto (406107057)

11.

Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit buku Kedokteran, ECG, edisi 2, Jakarta.2005

12.

Moffat, David, dan Omar Faiz. Anatomy at a Glance, Blackwell Science Publishing, 2002

13. 14. 15.

Mattler, Front. Van De Graaff Human Anatomy. McGrawHill.2001 Sahn SA, Heffner JE. Spontaneuos pneumothorax. N Eng J Med 2000; 342: 868-7 Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-179

16.

Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press; 2007. p. 56

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 12 Maret 2012 19 Mei 2012

27

Anda mungkin juga menyukai