Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan mampu melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.1 Menurut Rusli, pola penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak lebih berhasil jika dilakukan dengan berpedoman pada proses belajar dan bermain.2 Oleh karena itu, metode bermain dianggap lebih efektif dibandingkan metode ceramah. Hasil penelitian Makuch membuktikan bahwa metode bermain dapat meningkatkan pengetahuan anak lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah.3 Penelitian yang dilakukan oleh Fuller pada anak-anak SD di Inggris, menunjukkan bahwa metode bermain telah menjadi pelopor kesehatan secara lisan dalam promosi kesehatan gigi dan mulut.4 Penelitian Rusli pada murid-murid SD St. Paulus kelas III dan V Jakarta Barat, peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode bermain secara statistik ada perbedaan bermakna (p=0,0001). Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain lebih baik daripada penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah. 2 Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusli, tetapi perbedaannya terletak pada permainan yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

oleh Rusli tidak diketahui permainan yang dilakukan pada saat bermain sedangkan pada penelitian ini melakukan lima macam permainan mengenai kesehatan gigi dan mulut sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan skor pengetahuan subjek penelitian. Hal yang mendasari kegiatan penyuluhan dan pendidikan pada umumnya adalah proses belajar mengajar.5 Di dalam proses belajar mengajar seorang pendidik (penyuluh) harus dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang cocok dan relevan sesuai dengan kondisi setempat sehingga peneliti memilih metode ceramah dan bermain sebagai metode penyuluhan karena metode ceramah dan bermain inilah yang banyak digunakan pada anak-anak.2 Dilihat dari segi usia rentannya anak yang terkena penyakit, maka penyuluhan terutama ditujukan pada golongan yang rawan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut yaitu anak SD. Oleh karena usia 6-14 tahun merupakan usia transisi atau pergantian gigi desidui dengan gigi permanen (masa gigi bercampur). Di samping itu, anak SD kurang dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut. Dari latar belakang masalah di atas maka peneliti melakukan penelitian pada anak usia sekolah dasar untuk melihat efek penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI, karena menurut Gondhoyoewono secara psikologis anak kelas VI SD sudah dapat menerima suatu pengertian, realistis, kritis, sehingga diharapkan ada perubahan tingkah laku dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah maupun bermain.
6

Tempat penelitian yang dipilih adalah SD Islam An-Nizam Medan karena lokasi

Universitas Sumatera Utara

sekolah lebih mudah dijangkau oleh peneliti dan adanya kerja sama dari pihak sekolah tersebut dalam kelangsungan penelitian ini. Selain itu, sekolah berada di daerah yang padat penduduk dan tingkat sosial ekonomi menengah ke atas sehingga diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan guru, orang tua dan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan antara metode ceramah dan bermain dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas VI SD Islam An-Nizam?

1.2 Tujuan Penelitian Tujuan umum : Untuk mengetahui perbedaan efektifitas metode bermain dan ceramah sebelum, sesudah dan setelah 10 hari mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah dasar. Tujuan Khusus: 1. Untuk mengetahui rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah. 2. Untuk mengetahui rata-rata skor pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode bermain. 3. Untuk mengetahui selisih rata-rata pengetahuan sebelum, sesudah dan setelah 10 hari penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain. 4. Untuk mengetahui sumber informasi pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut.

Universitas Sumatera Utara

1.3 Hipotesis Ada perbedaan skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum, sesudah dan setelah 10 hari mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah dan bermain.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam perencanaan UKGS dan pelayanan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di SD Islam An-Nizam.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai