Anda di halaman 1dari 1

Sastra(wan) Pembentuk Bangsa Tulisan Ramadya Kamal di harian ini (Kompas, 7/4/2013) merupakan terobosan baru yang memberi

cara pandang lain terhadap kajian atas sastra(wan) di Indonesia. Cara pandang yang memposisikan sastra(wan) sebagai subyek dan tindakannya sebagaimana dikonsepkan Slavoj iek tampak bermanfaat untuk membangun sebuah perlawanan dengan struktur dan bentuk yang undercurrent. Artinya, perlawanan yang umumnya terbentuk atas nama perbedaan ternyata dapat juga hadir dalam persamaan yang memustahilkan keterbuangan. Itulah mengapa baik Sjahrir maupun Pramoedya Ananta Toer yang sama-sama pernah dibuang mampu menjadi subyek yang mengubah struktur dan menjalankan sejarah dengan tindakannya. Akar persamaan itu menjadi kajian menarik yang oleh Rudolf Mrzek dimanfaatkan untuk menjelaskan tentang perkembangan nasionalisme di Indonesia. Melalui bukunya Engineers of Happy Land. Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Mrzek menunjukkan bahwa Yang Riil dari seluruh arena, wacana, institusi ataupun gagasan tentang keindonesiaan masih banyak yang disentuh. Dengan kata lain,

Anda mungkin juga menyukai