Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN DAN TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Latar Belakang Ilmu gizi (Nutrition Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan di sisi lain dengan tubuh manusia (Sunita,2001). Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat (Sururi, 2006). Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak factor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan jumlah asupan (intake) zat gizi (nutrients) dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (Sunita, 2001). Status gizi dapat diukur dengan berbagai cara. Departemen kesehatan Indonesia membuat panduan pengukuran status gizi dengan mengukur berat badan/umur (WAZ) dan tinggi badan/umur (HAZ). Penggolongan status gizi berdasarkan Z score, menjadi: Gizi Kurang (BB/U, BB/PB < -2 SD), Gizi Buruk (BB/U,BB/PB < -3 SD atau BB/U, BB/PB < -2 SD disertai tanda klinis) (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009). Penilaian status gizi dapat membantu tenaga kesehatan dalam menentukan tindakan yang tepat bagi pasien yang status gizinya kurang atau dalam keadaan gizi buruk. Hal ini juga dapat

membantu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan masalah gizi. Penilaian status gizi dapat diaplikasikan menjadi : 1. Screening atau penapisan : Penilaian status gizi perorangan, dari kelompok masyarakat atau dari puskesmas, dalam kaitannya dengan intervensi atau tindakan, 2. Pemantauan pertumbuhan anak, dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan, 3. Penilaian status gizi pada kelompok masyarakat, yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil dari suatu program, sebagai bahan perencanaan program atau penetapan kebijakan (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2009). Penilaian status gizi pada bayi dan balita dilakukan dengan pengukuran antopometri. Macam antopometri yang digunakan adalah: Berat Badan (BB), Panjang Badan (PB), dan Tinggi Badan (TB). Penilaian status gizi pada ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Pada kegiatan field lab kali ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemantauan status gizi balita dan ibu hamil berdasarkan pengetahuannya. Mahasiswa dapat membekali diri dengan dasar teori baik untuk pembelajaran formal dalam akademis maupun keterampilan pemantauan status gizi masyarakat yang nantinya akan sangat berguna pada saat terjun ke lapangan ditengah-tengah masyarakat. B. Tujuan Pembelajaran Mampu melakukan pemantauan status gizi balita : 1. Mampu melakukan pengukuran umur (U) balita, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB). 2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran U (umur), berat badan (BB), dan TB (Tinggi badan) atau PB (panjang badan) dalam status gizi balita menurut WHO. 3. Mampu mengisi dan membaca kartu menuju sehat balita (KMS - Balita). 4. Mampu menentukan tindakan berdasarkan keadaan balita pada KMS - balita. Mampu melakukan pemantauan status gizi ibu hamil :
2

1.

Mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur, khususnya ibu hamil.

2.

Mampu mengkategorikan hasil pengukuran LILA sesuai Pedomam Penggunaan Alat Ukur LILA.

3. ibu hamil.

Mampu melakukan tindak lanjut atas hasil pengukuran LILA terhadap

BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan field lab di Puskesmas Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, dengan tema Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil dilaksanakan pada tanggal 4 dan 11 Desember 2009. Pada tanggal 4 Desember 2009 mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh Instruktur Lapangan (Dokter Puskesmas) dan evaluasi awal tentang hasil pembelajaran dari Buku Rencana Kerja (BRK) yang telah dibuat. Pemantauan status gizi balita dan ibu hamil dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2009 di posyandu. Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut : 1. Prosedur Penimbangan dengan Dacin Persiapan alat: a. Menggantung dacin pada tempat yang kokoh. b. Bandul geser harus pada angka NOL, posisi paku tegak lurus indikator/paku yang diam (terlihat melalui lubang). c. Kemudian pasang sarung pada dacin d. Memberi penyeimbang di ujung batang dacin (dengan bukusan pasir) sampai kedua jarum tegak lurus. Pelaksanaan Penimbangan:
3

a. Masukkan balita ke sarung timbang. b. Geser bandul hingga paku tegak lurus (terlihat dari lubang). c. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser kemudian catat hasilnya dengan benar. 2. Prosedur Pengukuran Panjang Badan dengan Papan Pengukur Persiapan alat: a. Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar. b. Pengukur panjang badan yang disebut mikrotoa dicek dulu dengan menarik meteran sampai rapat menempel pada dinding tempat menempelnya kepala, pastikan meteran menunjukkan angka nol. Pengukuran: a. Posisikan balita tidur terlentang dengan posisi kepala menempel bagian papan yang datar dan tegak lurus kemudian punggung, tumit menempel tepat papan pengukur. b. Lalu geser papan sampai seluruh bagian kedua telapak kaki menempel pada bagian yang dapat digeser. Baca dan catat hasilnya 3. Prosedur Pengukuran Panjang Badan dengan Mikrotoise (Balita > 2 th) Mempersiapkan alat: a. b. Letakkan mikrotoise di dinding datar). Tarik pita meteran sampai angka menujukkan angka nol, kemudian paku kuat ujung meteran pada dinding. Pengukuran: a. Balita berdiri tegak lurus di bawah mikrotoise. Belakang kepala, pantat dan tumit menempel dinding dengan pandangan mata lurus ke depan. Tarik kepala mikrotoise sampai puncak kepala balita. b. Baca dan catat angka yang tertera pada garis merah. 4. Prosedur Penentuan Umur Balita Penentuan umur balita, dibaca dalam bulan, dengan cara tanggal, hari dan tahun saat balita ditimbang. dikurangi dengan tanggal, hari, bulan dan tahun balita lahir. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari s/d 30 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan dan bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 1 s/d 15 hari, dibulatkan menjadi 0 bulan.
4

tegak lurus lantai (lantai dan dinding harus

5. a.

Prosedur Pengisian dan Pembacaan KMS Penimbangan Pertama Melakukan registrasi dengan mengisi nama anak dan nomor pendaftaran, kolom identitas, dan kolom bulan lahir. Menandai titik berat badan pada grafik KMS balita Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya. Mengisi kolom pemberian imunisasi, mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, dan mengisi kolom periode pemberian ASI eksklusif (bagi balita usia 16 bulan). b. Penimbangan Kedua dan Seterusnya Menghubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus dan catat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Bila garis pertumbuhan naik, diberi pujian dan nasehat agar meneruskan cara pemberian makan kepada anaknya, diupayakan agar berat badannya bertambah lagi. Bila garis pertumbuhannya tidak naik, tanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian berikan nasehat makanannya. Beri motivasi agar bulan depan berat badan naik, bila sakit dikirim atau dirujuk ke Puskesmas. Bila garis pertumbuhannya di bawah garis merah, anak harus dirujuk ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lain.

6.

Prosedur pengukuran Lingkar Lengan Atas a. Persiapkan pengukuran: persiapkan lengan yang akan diukur, lakukan pada lengan yang jarang digunakan beraktivitas, singsingkan lengan baju jika menghalangi pengukuran dengan atas ijin si ibu. b. Letakkan pita antara bahu lengan siku, lalu tentukan titik tengahnya (tandai agar hasilnya tepat). Lingkarkan pita setinggi titik tengah yang telah ditetapkan. Pita tidak boleh terlalu ketat tatu terlalu longgar. Lakukan pembacaan.

BAB III PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilaksanakan pada field lab kali ini meliputi pengukuran antopometri dan penilaian status gizi. Pengukuran antopometri yang dilakukan adalah Berat badan pada bayi dan balita, panjang badan pada bayi, tinggi badan pada balita, dan pengukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil. Perlu keterampilan khusus dalam melakukan pengukuran khususnya pada bayi dan balita. Pada hari pertama mahasiswa diberikan pembekalan kegiatan Field Lab oleh Instruktur Lapangan (Dokter Puskesmas) dan evaluasi awal tentang hasil pembelajaran dari Buku Rencana Kerja (BRK) yang telah dibuat. Pada hari kedua, mahasiswa melakukan pengukuran terhadap bayi, balita dan ibu hamil di posyandu. (Hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran) Hasil dari pengukuran pada bayi dan balita digunakan untuk mengisi Kartu Menuju Sehat (KMS). Penggunaan KMS sangat membantu dalam pemantauan status gizi balita karena memperlihatkan perkembangan gizi balita tiap bulannya. Jika hal ini tidak dilakukan, status gizi balita tidak akan terkontrol dan dikhawatirkan terjadinya kelalaian dalam pemberian nutrisi.
6

Pengisian KMS dilakukan oleh kader (masyarakat sendiri) yang ditunjuk sebagai pembantu dokter atau bidan setempat dalam pemantauan ini. Berdasarkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi pada bayi dan balita, dapat dinyatakan bahwa semua balita naik berat badannya, tumbuh baik, dan sehat. Garis pertumbuhan anak naik mengikuti salah satu pita warna atau naik dan pindah ke pita warna di atasnya. Dengan demikian tindak lanjut yang diberikan berdasar pada KMS balita adalah memberi pujian kepada anak dan ibunya. Dan menganjurkan kepada ibunya agar meneruskan cara pemberian makanan kepada anaknya tapi lebih banyak, agar bulan berikutnya berat badan naik lagi. Status gizi bayi dan balita yang baik kemungkinan dikarenakan kertersediaan pangan tingkat rumah, perilaku dan asuhan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan telah dilaksanakan dengan baik.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan field lab di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo pada tanggal 4 dan 11 Desember 2009 berjalan dengan lancar. 2. Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya mengontrol status gizi sudah baik ditandai dengan banyaknya bayi, balita, dan ibu hamil yang dating. 3. Ketersediaan sarana penunjang di posyandu sudah cukup lengkap. 4. Pada saat pengukuran, tidak ditemukan masalah yang berarti. Mahasiswa telah dibekali keterampilan untuk mengatasi hal-hal yang kemungkinan akan terjadi sehingga semua hambatan dapat teratasi. Namun tingkat ketelitian hasil pengukuran kurang valid dikarenakan sulitnya memposisikan bayi atau balita pada posisi antopometri. 5. Status gizi bayi dan balita berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian dikategorikan sebagai gizi baik, tidak ditemukan adanya bayi atau balita yang dikategorikan status gizi buruk. Hal ini menandakan kesadaran masyarakat mengenai asupan gizi dan penyuluhan terhadap warga telah berjalan dengan baik.
8

6. Status gizi ibu hamil dikategorikan baik. Dari hasil pengukuran tidak ditemukan adanya ibu hamil yang memiliki lingkar lengan atas < 23.5 cm sehingga para ibu hamil tidak beresiko untuk melahirkan jika terus menjaga asupan gizi nya.

B. Saran Sebaiknya tingkat ketelitian pengukuran lebih diperhatikan karena berpengaruh terhadap penilaian status gizi bayi, balita, dan ibu hamil.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier; Prinsip Dasar Ilmu Gizi; Jakarta: Gramedia; 2001. Pp: 3 Sururi, M. 2006. Penanggulangan Gizi Buruk. Akses di

http://www.dinkespurworejo.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=4 Tim Field Lab FK UNS, UPTD Puskesmas Sibela Surakarta; Ketrampilan Pemantauan Status Gizi Balita; Surakarta: Bagian Field Lab; 2008.

Anda mungkin juga menyukai