PUSKESMAS : Tegalrejo
Nama Lengkap Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Pekerjaan Pendidikan Terakhir
: Ny. Rubiyati : 63 thn : Perempuan : Bangunrejo 51/11 : Islam : Ibu Rumah Tangga : SMP : 14 Januari 2012 : 14 Januari 2012 : 15 Januari 2012
1. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan Pusing dan badan terasa lemah yang dirasakan sudah beberapa hari ini, dan memberat 1HSMRS yang mengakibatkan pasien hampir mau pingsan saat pulang dari sebuah acara. Pasien mengeluh badan akhir-akhir ini cepat lelah, pasien hanya makan 2x sehari dengan porsi sedikit karena penyakit DM yang dideritanya sejak 3 tahun yang lalu, pasien juga sering mengeluh BAK 3-4x tiap malam hingga kadang-kadang mengganggu waktu istirahat pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu Keluhan serupa dibenarkan Riwayat Hipertensi sejak 3 tahun yang lalu RM.01.
3. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu kandung pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi Ayah kandung pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan DM Riwayat alergi disangkal
4. Riwayat Pengobatan Sebelumnya Pasien sering berobat ke PUSKESMAS untuk kontrol DM dan Hipertensinya
5. Riwayat Pribadi Pasien merupakan seorang ibu 63 tahun dengan 6 orang anak. Anak pertama laki-laki umur 43 tahun, anak kedua laki-laki umur 41 tahun, anak ketiga umur 39 tahun, anak keempat dan kelima lahir kembar laki-laki dan sekarang berumur 37 tahun, dan anak terakhir perempuan umur 30 tahun. Pasien tinggal bersama anak terakhirnya di rumahnya. Pasien telah ditinggal suaminya untuk bekerja di kalimantan sejak >5 tahun dan Cuma pulang 6 bulan sekali ke rumah dan itu pun Cuma 1 minggu di rumah. Untuk kebutuhan sehari-harinya pasien dapat kiriman dari suaminya, tetapi kirimannya tidak menentu 1jutaan tiap dikirim itu untuk kebutuhan makan, dll. Pasien saat ini tidak bekerja karena tubuhnya sudah merasa tua dan lemah, jadi pasien tidak mempunyai tambahan penghasilan, pasien tinggal di rumah kontrakan bukan rumah sendiri, yang biaya kontraknya 2,5jt pertahun, saat ini pasien mengalami beban pikiran bagaimana cara membayar uang kontrak rumah yang akan habis beberapa bulan lagi.
6. Riwayat Agama Pasien beragama Islam dan mengaku selalu mengerjakan sholat wajib. 7. Riwayat Sosial Pasien termasuk orang yang supel bergaul dengan tetangga sekitarnya dan tidak ada masalah dengan lingkungan sekitar.
RM.02.
Anamnesis Sistem Neurologi : Panas (-), pusing (+), kelumpuhan anggota gerak (-), kesadaran menurun (-)
: Batuk (-), pilek (-), sesak napas (-), pernapasan dangkal (-) : Pucat (-), takikardi (-), : Mual (-), Muntah (-),nyeri uluhati (+), BAB cair (-) warna hitam, perut
kembung(-), sakit pada anus (-), flatus (+) Urogenital Muskuloskeletal Integumentum : BAK lancar, nyeri BAK (-), BAK sering (+) : Lemas (+), kaku sendi (-), nyeri sendi (-) : Gatal (-), nyeri tekan epigastrium(-)
PEMERIKSAAN JASMANI
Ruang
: B.P.U
PUSKESMAS : Tegalrejo
PEMERIKSAAN UMUM Kesan umum Kesadaran Tanda Utama Nadi / HR Suhu badan Pernafasan Tekanan Darah BB : 84 x/menit : 36C : 24 x/menit : 170/90 mmHg : 45 kg RM.03. : Baik : Kompos mentis
Status Generalis Kulit Kelenjar limfe Kepala Muka : teraba hangat, tidak kering, turgor kulit kembali < 2 detik, petekie (-). : pembesaran (-) : Simetris, mesochepal, distribusi rambut merata : Simetris, tidak ada jejas Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikhterik (-/-), pupil isokor 3 mm, reflek cahaya (+/+) Hidung Mulut/Gigi Telinga Leher Otot Tulang Sendi : Deviasi sputum (-), discharge (-) : Bibir kering (-), lidah tidak kotor, carries (-) : Simetris, serumen (-/-) : pembesaran kelejar tiroid dan kelenjar limfe (-) : tonus normal. : deformitas (-). : gerakan bebas, anggota gerak lemas (-), nyeri gerak (-).
Inspeksi : Simetris, gerakan respirasi dalam batas normal, massa (-), retraksi suprasternal (-), retraksi intercosta (-), hematom (-),deformitas (-). Jantung Palpasi Perkusi Batas-batas Jantung Batas kanan atas Batas kiri atas : SIC II, LPS dextra ; : SIC II, LMC sinistra : : iktus kordis tak kuat angkat
Batas kanan bawah : SIC IV, LPS dextra ; Batas kiri bawah : SIC IV, LMC sinistra Auskultasi : S1 > S2 reguler, bising (-), gallop (-)
RM.04.
Tampak simetris, retraksi suprasternal (-), Tampak simetris, retraksi suprasternal (-), retraksi intercosta (-), tidak ada ketinggalan gerak, hematom (-). retraksi intercosta (-), tidak ada ketinggalan gerak, hematom (-). Vokal fremitus kanan sama dengan kiri, ketinggalan gerak (-) Sonor pada seluruh lapang paru Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-), Ronkhi basah (-), krepitasi (-), Kiri Simetris, Ketinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki. Sonor pada seluruh lapang paru Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-), Ronkhi basah (-), krepitasi (-),
Palpasi
Perkusi
Auskultasi Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-), Ronkhi basah (-), krepitasi (-), Belakang Inspeksi Palpasi Perkusi Kanan Simetris, Ketinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki. Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-), Ronkhi basah (-), krepitasi (-).
Abdomen Ektremitas
Akral hangat, perfusi jaringan baik, kapilari refil < 2 detik, deformitas (-). Superior kanan Superior kiri Inferior kanan Inferior kiri : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup :
Inspeksi : perut tegang (-), dinding abdomen lebih rendah dari dinding dada, sikatrik (-) Auskultasi : peristaltik (+) meningkat Palpasi : tegang (-), defans muskular (-), massa (-), nyeri tekan pada epigastrium(-) , nyeri lepas tekan (-), turgor kulit kembali cepat < 2 detik (normal), hepar dan lien tak teraba, nyeri ketok ginjal (-/-), murphy sign (-) Perkusi : Timpani (+)
RM.05.
PENATALAKSANAAN : Short term Edukasi tentang penyakit yang diderita Hindari stres dan bekerja terlalu berat Konsumsi makanan porsi kecil dan lunak serta seimbang dan kurangi lemak dan karbohidrat Jangan sampai terlambat makan dan hindari makan berlebihan Usahakan buang air besar secara teratur Konseling Rujuk pada psikolog Usulan cek hb, darah lengkap, feses Obat: R/ Captopril 25mg 3 dd 1 R/ Metformin 1 dd1 R/ Diazepam 2mg 1 dd 1 Mid term Evaluasi tentang pasien Konsul psikolog Keluhan pasien berkurang Obat : R/ Captopril 25mg 3 dd 1 R/ Metformin 1 dd1 R/ diazepam 2mg 1 dd1 o Long Term Gaya Hidup Sehat ; makan makanan bergizi, makan tepat waktu dan istirahat cukup Hindari stres dan bekerja terlalu berat Saran: konsul ke psikolog
RM.06.
Preventive
Melatih berpikir positif, menghilangkan prasangka buruk.Lebih mendekatkan diri pada Allah,rajin beribadah
Curative
Medikamentosa ex : Antihipertensi, Antidiabetik oraldiazepam, Cek hb, darah rutin, dan feses
Rehabilitative
HASIL KUNJUNGAN KE RUMAH : KONDISI PASIEN Kunjungan ke rumah dilakukan pada tgl 14 Januari 2012 pukul 14.00-16.00 WIB. Kunjungan kedua dilakukan pada tgl 15 Januari 2012 pukul 15.00- 17.00. Pasien tampak sedang RM.07.
KEADAAN RUMAH a) Lokasi : Rumah yang dihuni pasien terletak di pemukiman yang padat,
saling berimpit antar tetangga, didepan rumah terdapat jalan kecil. b) Kondisi rumah : bangunan permanen, tidak bertingkat, dinding bagian depan
tembok,dinding dapur tembok, atap dari genting tidak ada langit-langit. Jika hujan rumah banjir karena atap bocor c) Luas d) Lantai Rumah e) Pembagian ruangan : luas rumah 120m2 , jumlah orang dalam1 rumah ada 2 orang : lantai ubin kondisi kotor : terdapat 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 warung dan 1 : terdapat 3 jendela berukuran 1x0,5 m2 , jendela hanya terdapat
di depan rumah, tidak ada jendela di kamar g) Pencahayaan : Cahaya yang masuk ke ruang kurang, Pencahayaan diukur
dengan cara manual yaitu pemeriksa kemampuan membaca di dalam ruangan tanpa menggunakan alat bantu penerangan. h) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan : kebersihan dalam rumah kurang
baik dan tata letak barang-barang dalam rumah berantakan dan kotor. i) Sanitasi Dasar : persediaan air berasal dari sumur, jamban terletak didalam
rumah, sarana pembuangan air lmbah dialirkan ke selokan kecil dibelakang rumah j) Halaman k) Kesan kebersihan l) Kepemilikan barang : Pasien tidak memiliki kursi dan meja tamu, tidak memiliki tempat tidur, lemari pakaian, perlengkapan dapur dan perlengkapan eletronik berupa 1 unit tv 14. : tidak memiliki halaman, terdapat tanaman. : kurang bersih
RM.08.
Pencahayaan
a. Cukup
b. Tidak ada ventilasi 1 6 Air bersih a. Air dalam kemasan b. Ledeng / PAM c. Mata air terlindung 3 3 2
g. Mata air tidak terlindung 1 h. Lain-lain 7 Pembuangan kotoran (kakus) a. Leher angsa 3 b. Plengsengan 2 c. Cemplung / cubluk 2 d. Kolam ikan/ sungai/ kebun 1 e. Tidak ada 1 8 Septi tank a. Dengan jarak >10 m ari sumber air minum 3 b. Lainnya 1 9 Kepemilikan WC a. Sendiri 3 b. Bersama 2 c. Tidak ada 1 10 SPAL a. Saluran tertutup 3 b. Saluran terbuka 2 c. Tanpa saluran 1 11 Saluran got a. Mengalir lancar 3 b. Mengalir lambat 2 1
RM.09.
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut : Baik Sedang Kurang : skor 35-42 (>83 %) : skor 29-34 (69-83 %) : skor <29 (<69 %)
NILAI APGAR APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat/tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga /tingkat kesehatan keluarga.
KRITERIA
PERTANYAAN
KADANGKADANG (1)
ADAPTASI
RM.010.
BD
66 th
63 th
41 th
39 th
37 th
37 th
Perempuan meninggal
RM.012.
Anak laki-laki
anak laki-laki
kakak laki-laki
kakak lalki-laki
NILAI SCREEM
ASPEK SOSIAL SUMBER DAYA Interaksi pasien PATOLOGI dengan Interaksi antar pasien dengan keluarga kurang baik. keluarga tidak Tidak ada
mempercayai mitos-mitos yang tidak jelas kebenarannya. Bila merasa sakit pasian
langsung berobat ke puskesmas atau kedokter RELIGIUS Keluarga pasien beragama Tidak ada
kalimantan, tidak
namun
hasilnya bekerja karena sering sakit. untuk Anak laki-lakinya jarang dan hampir tidak pernah mengirimi
mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
RM.013.
EDUCATION
MEDICAL
JAMKESMAS
FUNGSI KELUARGA a. Fungsi biologis dan reproduksi Pasien melewati masa produktif usia produksinya. b. Fungsi afektif Pasien hidup berdua dengan anak terakhirnya, sedangkan suami pasien pergi bekerja ke kalimantan dan hanya pulang 6 bulan sekali, ada konflik antar keluarga terutama pada ke tiga anak laki-lakinya karena kesibukan dan kiriman uang. c. Fungsi ekonomi Pasien sudah tidak bekerja karena sering sakit. Pasien hanya mendapat kiriman dari suaminya yang itu tidak menentu nominalnya, kira2 sekitar 1jutaan, sedangkan anakanak pasien jarang dan hampir tidak pernah mengirimkan pasien uang karena mereka sudah berkeluarga. d. Fungsi religius Pasien dan keluarga termasuk keluarga yang religius e. Fungsi sosialisasi dan pendidikan Pendidikan terakhir pasian adalah SMP f. Fungsi sosaial dan budaya Pasien termasuk orang yang supel dan aktif dilingkungan tempat tinggalnya.
RM.014.
jembatan
Rumah pasien
Warung
R. Tamu
K.T 1
WC
K.T 2 Dapur
RM.015.
banyak lagi kegiatan. Masalah ekonomi dan cemas akan Konsul ke psikolog penyakitnya Pasien memiliki konflik dengan ke tiga anak laki-lakinya Memberikan pasien pengarahan Pasien dan keluarga membicarakan masalah Pasien dan keluarga
tentang agar
DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA : DM dengan Hipertensi Grade II pada wanita 63 tahun dengan masalah psikologis karena jauh dari keluarga terutama suami, gangguan kecemasan, hubungan tidak harmonis dengan ketiga anak laki-lakinya dan disfungsi keluarga sedang
ANALISIS KASUS
Berdasarkan keluhan pasien yang berupa pusing, mudah lelah, sering BAK malam hari, sering merasa lapar sesuai dengan diagnosis Hipertensi dan DM Dari segi psikis kekhawatiran pada pasien disebabkan karena kondisi pasien yang jauh dari keluarganya terutama suaminya, serta kecemasan dapat diberikan solusi berupa konseling dan konsul psikolog.
TINJAUAN PUSTAKA
I. Diabetes Melitus
RM.016.
RM.017.
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas berupa poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dapat dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl pada hari lain atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan > 200 mg/dl.
I.1 DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik.1 Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun. Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selalu dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri, polidipsi atau polifagi. Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan sebagainya, umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh karena itu memerlukan konfirasi pemeriksaan fisik,
RM.018.
RM.019.
Patofisiologi DM pada Lanjut Usia Patofisiologi diabetes melitus pada usia lanjut belum dapat diterangkan seluruhnya, namun didasarkan atas faktor-faktor yang muncul oleh perubahan proses menuanya sendiri. Faktorfaktor tersebut antara lain perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktifitas fisik, perubahan life
RM.020.
Menyebabkan resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin gangguan toleransi glukosa dan diabetes melitus tipe 2. Perubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia meliputi perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi glukosa dan hambatan pelepasan glukosa yang diperantarai RM.021.
RM.022.
Diet Diberikan diet dengan jumlah kalori sesuai BMI, dengan pembatasan sesuai penyakit komorbid atau faktor resiko atherosklerosis lain yang ada. Komposisi normal biasanya 60-65% karbohidrat komplek, 20% protein dan 15-20% lemak. Disamping itu juga diberikan suplemen dan vitamin A, C, B komplek, E, Ca, selenium, zinc dan besi. Untuk hasil yang baik pada terapi diet ini perlu perhatian khusus pemberian makanan pada lansia dengan diabetes: Akses terhadap makanan: Disabilitas fungsional o Keterampilan menyapkan makanan yang kurang/jelek o Dukungan formal maupun informal yang buruk untuk mendapatkan makanan Sumber daya keuangan yang terbatas Asupan makanan: o Apresiasi terhadap bau dan rasa yang menurun o Gigi yang buruk dan atau xerostomia Kebiasaan makan yang sudah berakar Kesukaan atas makanan masa lalu atau masakan tradisional
RM.023.
RM.024.
(repaglinide/nateglinide) lebih tepat dipilih untuk penderita dengan berat badan normal. Indikasi penggunaan insulin pada penderita diabetes antara lain: DM tipe 1, DM tipe 2 yang tidak bisa dikontol dengan obat oral, DM tipe 2 dengan penyakit akut berulang dan berhubungan dengan hiperglikemi, DM tipe 2 dengan penyakit komorbid yang merupakan kontraindikasi OHO, DM tipe 2 dengan operasi yang lama (pre/pascaoperatif), DM tipe 2 dengan malnutrisi/kurus dan malaise berat, koma diabetik (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar nonketotik dan asidosis laktat) dan perempuan hamil. Penatalaksanaan DM pada lanjut usia tidak akan berhasil bila tidak melakukan langkah beriuktnya setelah diet, olahraga dan obat, yaitu melakukan edukasi, evaluasi dan rehabilitasi pada penderita. Edukasi: memberikan penjelasan mengania DM dan komplikasi yang akan terjadi sampai kepada apa yang mesti dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh penderita dan keluarganya. Pada edukasi perlu dibuat komitmen antara dokter, penderita dan keluarganya mengenai tujuan akhir terapi yang diberikan, bukan hanya sekedar mengontrol gula darah tetapi juga mencegah komplikasi dengan mengeliminir semua faktor resiko atherosclerosis yang dimiliki oleh penderita dan sekaligus menerapi komorbid yang ada. Evaluasi: evaluasi harus dilakukan secara berkesinambungan terutama untuk: evaluasi status fungsional penderita, harapan hidup, support social dan financial serta hasrat/ kemauan lansia RM.025.
Komplikasi DM pada lanjut usia Berbagai komplikasi akibat DM sering diklasifikasikan secara berbeda, antara lain penggolongan antara komplikasi akut (ketoasidosis, koma hiperosmolar non ketotk) dan kronik (retinopati diabetika, neuropati diabetika, nefropati diabetika dan penyakit kardiovaskuler), klasifikasi berdasarkan komplikasi spesifik dari diabetesnya (nephropati, retinopati dan neuropati) dan komplikasi makrovaskuler (penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan penyakit perifer) yang mungkin terjadi pada penderita non diabetik aan tetapi tampil lebih dini dan lebih berat pada penderita diabet.
Prognosis DM pada lanjut usia Kesehatan penderita usia 75 tahun mempunyai harapan hidup sekitar 10 tahun, oleh karen aitu harus diterapi secara agresif seperti pada penderita usia muda untuk menurunkan resiko komplikasi. Bagaimanapun juga harapan hidup penderita lebih pendek, tujuan terapi adalah untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi akut, yang mana terutama terjadi pada penderita lanjut usia.
RM.026.
Hipertensi
Pengertian
Menurut WHO ( 1978 ) Hipertensi adalah jika tekanan darah : > 140 / 90 mmHg Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 Yaitu : 1. Hipertensi primer / Hipertensi esensial yang ( tidak diketahui penyebabnya ) disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus Faktor yang mempengaruhuinya seperti : Genetik, Lingkungan, Hiperaktivitas susunan saraf simpatis, Sistem renin-angiotensin, Defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok 2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat 5 % kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti Penyakit Ginjal ( Stenosis arteri renalis, Pielonefritis, Glomerulonefritis, Tumor-tumor ginjal, Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal), Terapi penyinaran yang mengenai ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, Preeklamsi pada kehamilan, dll Patogenesis
Teori tentang patogenesis terus berkembang Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer Pada tahap awal hipertensi primer, curah jantung meningkat, tahanan perifer normal, disebabkan
peningkatan aktifitas simpatik Tahap selanjutnya, curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat. ( ini disebabkan refleks autoregulasi, yaitu :mekanisme tubuh mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal) Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara: 1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya 2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. (arteriosklerosis ) 3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
RM.027.
Hipertensi ditegakkan dengan dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis Pengukuran tekanan darah darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit Anamnesis : Lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, riwayat penyakit dalam keluarga, kebiasaan seperti merokok, makanan, pemakaian obat bebas, hasil antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial lingkungan ( keluarga, pekerjaan, dll ) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi
Pemeriksaan : urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG Pemeriksaan tambahan : Protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL Klasifikasi sesuai WHO Klasifikasi Normotensi Hipertensi ringan Hipertensi perbatasan Hipetensi sedang dan berat Hipertensi sistolik terisolasi Hipertensi sistolik terisolasi Klasifikasi < 140 140 180 140 180 > 180 > 140 140 160 Diastolik 140 160 140 160 90 95 > 105 < 90 < 90 RM.028.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti hipertensi. Faktor risiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes melitus, jenis kelamin ( pria
dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko : Tekanan Darah Kel. Risiko A Kel. Risiko B Derajat hipertensi Tak ada faktor Minimal 1 faktor ( mm Hg ) resiko, tak ada resiko, tak termasuk kerusakan organ DM, tak ada target kerusakan organ target 130-139 / 85-89 Modifikasi Modifikasi gaya hidup gaya hidup 140-159 / 90-99 Modifikasi Modifikasi gaya hidup gaya hidup 160 / 100 Dengan obat Dengan obat
Kel. Risiko C Kerusakan organ target dan DM, dgn atau tanpa faktor resiko lain Dengan obat Dengan obat Dengan obat
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan kardiovaskular dengan biaya sedikit, dan
risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat anti hipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat Langkah-langkah yang dianjurkan : 1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh 27) 2. Membatasi alkohol 3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari) 4. Mengurangi asupan natrium ( < 100 mmol Na / 2,4 g Na / 6 g Na CL / hari) 5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat ( 90 mmol / hari ) 6. Mempertahankan asupan kalsium dan dan magnesium yang adekuat 7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan
Obat diberikan dimulai dengan dosis rendah Pemberian obat kombinasit dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan
efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping RM.029.
PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA Obat-obatan : Diuretik, menurunkan volume ekstraselular dan plasma sehingga menurunkan curah jantung
Dosis : Tiazid 20-50 mg, 1-2 kali sehari Vasodilator : Hidralazin 10-25 mg setiap hari Penghambat Enzim konversi angiotensin : Kaptopril, Enapril. 2 x 12.5 mg, 3 x 25 - 50 mg Penyekat Beta : Propanolol, Metropolol, dll Komplikasi Hipertensi yang lama : dapat terjadi Gagal ginjal Hipertensi berat : Gagal jantung Hipertensi ringan dan sedang pada mata dapat terjadi perdarahan retina, gangguan penglihatan, sampai dengan kebutaan. HIPERTENSI SEKUNDER Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi esensial atua hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dijumpai lebih kurang 90% dan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui yaitu 10% dan seluruh hipertensi pada hipertensi sekunder penyebab dan patofisiologi diketahui sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan. Penyebab Hipertensi Sekunder 1. Ginjal
2. Renovaskular
3. Adrenal
Glomerulonefritis Pielonefritis Nefritis tubulointerstisial Nekrosis tubular akut Kista Nefrokalsinosis Kista Nefrokalsinosis Tumor Radiasi Diabetes SLE Penyumbatan Aterosklerosis Hiperplasia Trombosis Aneurisma Emboli kolesterol Vaskulitis Rejeksi akut sesudah transplantasi Feokromositoma Aldosteronisme primer RM.030.
7. Saraf
Pengobatan Pengobatan hipertensi akan mengurangi progresivitas fungsi ginjal. Pembatasan Natrium Cara-cara pembatasan natrium yaitu : 1) pembatasan natrium dalam sehari sampai 2 g (88 mmol); 2) mengukur berat badan dan tekanan darah secara teratur, 3) pemeriksaan ureum dan kreatinin serum dan 4) dilarang pemberian tambahan garam kalium. Pasien dievaluasi terhadap tanda-tanda dehidrasi (hipotensi ortostatik atau penurunan berat badan yang cepat) atau peningkatan ureum dan kreatinin. Bila terjadi gagal ginjal terminal dengan gejala sidosis metaboik yang memerlukan bikarbonat, pemaian natrium perlu disesuaikan. Pemberian cairan sitrat lebih baik daripada natrium klorida. Bila dengan cara ini belum memberikan hasil yang memuaskan terhadap pengendalian terhadap darah, perlu ditambahkan diuretik. Diuretik tiazid Tiazid khasiatnya kurang bila diberikan pada pasien hipertensi renal dengan kadar kreatinin lebih dari 2 mg% atau klirens kreatinin kurang dari 30 ml per menit sebab kerjanya pada netron distal dimana netrium rendah. Diuretik Loop Diuretik loop seperti furosemid, asam efakrin, bumetamid dan toresemid merupakan pilihan utama untuk penanggulangan kelebihan cairan ekstraselular kurang dari 30 ml per menit kerja diuretik loop adalah menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada loop henie yang naik didaerah medula sebanyak 25-30%.
RM.031.
RM.032.
REFERENSI
a. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons manual of medicine 16th ed. McGraw-hill international edition. Boston. 2002: 679 b. Mansjoer A., 1999, Gastritis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid-1, Media Aesculapius-FKUI, Jakarta c. Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam : Sudoyo AW,
Setiyohadi B, dkk (editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006: 1879-1885 d. JNC-VII, The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, JAMA 2003, 289(19), 2560-72. e. American Heart Association. f. American Heart Association. Statistics You Need To Know. High Blood Pressure. Available at: Available at:
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=107.
RM.033.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
RM.034.