Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN KONFLIK MANAJER VS PEMEGANG SAHAM

DISUSUN OLEH : NAMA NIM KELAS EMAIL : ANANDA DESINOOR RIZALI : 041002043 :D : nanda_cheers@yahoo.co.id

D3 PERPAJAKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

MANAJEMEN
Manajemen biasanya didefinisikan sebagai fungsi manajer, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Jadi dapat dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses. Proses merupakan suatu cara sistematik yang sudah ditetapkan untuk melakukan kegiatan. Dengan merujuk pada definisi diatas, maka majemen berarti suatu proses yang menekankan keterlibatan dan aktivitas yang saling terkait untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan Manajer pada tingkat tertinggi hirarki organisasi , seperti direktur dan para wakil direktur, sering disebut berada pada tingkat perencanaan strategis. Bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi secara keseluruhan. Menetaplan arah kebijaksanaan, membuat rencana dan sasaran jangka panjang, merumuskan strategi, menyusun prosedur operasional organisasi secara umum, serta menetapkan pedoman interaksi organisasi dengan lingkungannya. Jadi, manajer tingkat atas memerlukan informasi berupa ringkasan dari seluruh transaksi yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Informasi dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik, yang penting berupa informasi global dari seluruh transaksi yang terjadi.

Manajer tingkat menengah mencakup manajer wilayah, direktur produk dan kepala divisi, berada pada tingkat pengendalian manajemen. Bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi berdasarkan departementalisasi, wilayah, produk atau divisi. Merumuskan rencana dan sasaran operasional jangka menengah, merumuskan strategi, menyusun prosedur, melakukan pengendalian dan membuat keputusan operasional berdasarkan lingkup tanggung jawabnya. Jadi, manajer tingkat menengah memerlukan informasi berdasarkan divisinya. Khusus untuk departemen persedian barang, majer membutuhkan informasi rinci tentang produk yang laris, sehingga dapat dibuat perencanaan yang matang untuk menjamin persedian produk tersebut.

Manajer tingkat bawah, mencakup kepala departemen, supervisor, pimpinan proyek, berada pada manajen tingkat pengendalian operasional. Bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana dan sasaran operasional, membuat keputusan jangka pendek berdasarkan arah kebijakan, prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan, serta mengendalikan transaksi

harian. Jadi manajer tingkat ini membutuhkan informasi rinci dari pergerakan setiap transaksi agar dapat melakukan control terhadap proses tersebut.

FUNGSI MANAJEMEN
Pada dasarnya manajemen memiliki beberapa fungsi utama, yaitu fungsi Pertama, manajer merencanakan (Plan) apa yang akan mereka lakukan, termasuk agenda-agenda kerja. Kemudian mengorganisasikan (Organize) untuk mencapai rencana tersebut dengan cara memadukan agenda kerja dengan susunan organisasi. Selanjutnya mereka menyusun staff (Staffing) organisasi mereka dengan sumber daya yang diperlukan bagi perusahan tersebut. Dengan sumber daya yang ada, mereka mengarahkan (direct) untuk melaksanakan rencana. Akhirnya mereka mengendalikan (control) sumber daya, menjaganya agar tetap beroperasional secara optimal dan dapat mencapai tujuan bersama suatu perusahaan.

PERAN MANAJEMEN
1. Peran Interpersonal peran hubungan personal dapat terdiri dari figur kepala. manajer mewakili organisasi untuk kegiatan-kegiatan diluar organisasi

pemimpin : manajer mengkoordinasi, mengendalikan, memotivasi, dan mendukung bawahan-bawahannya. penghubung : manajer menghubungkan personal-personal di semua tingkatan manajemen.

2. Peran Informational peran dari manajer sebagai pusat organisasi untuk menerima informasi yg paling mutakhir dan sebagai penyebar informasi keseluruh personal di organisasi. Peran informasi lainnya adalah manajer sebagai juru bicara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang informasi yg dimilikinya.

3. Peran decisional yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai entreprenuer, sebagai orang yg menangani gangguan, sebagai orang yg mengalokasikan sumber-sumber daya organisasi, dan sebagai negosiator jika terjadi konflik di dalam organisasi.

PEMEGANG SAHAM
Pemilik perseroan, yaitu para pemegang saham, menyetorkan kekayaannya atau jasa kepada perusahaan yang ditukar dengan kepemilikan saham. Kekayaan atau jasa yang diinvestasikan dalam perusahaan itu merupakan batas kerugian bagi pemegang saham. Artinya, jika perseroan mengalami kerugian sehingga sisa aktiva tidak cukup untuk membayar kreditor, maka kreditor tidak berhak mengklaim aktiva pribadi dari masingmasing pemegang saham. Dalam persekutuan atau perusahaan perorangan, aktiva pribadi pemiliknya dapat ditambahkan untuk melunasi klaim atas kewajiban perusahaan. Kepentingan kepemilikan dalam suatu perseroan secara hukum dilindungi dari kontinjensi seperti itu, sehingga pemegang saham memiliki kewajiban yang terbatas (limited liability)yaitu hanya akan kehilangan investasinya tetapi mereka tidak akan mengalami kerugian yang melebihi nilai investasinya. Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari jenis saham, termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki) dalam hal seperti pemilihan dewan direksi, hak untuk pembagian dari pendapatan perusahaan, hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan hak terhadap aset perusahaan pada saat likuidasi perusahaan. Namun, hak pemegang saham terhadap aset perusahaan berada di bawah hak kreditor perusahaan. Ini berarti bahwa pemegang saham biasanya tidak menerima apa pun bila suatu perusahaan yang dilikuidasi setelah kebangkrutan (bila perusahaan tersebut memiliki lebih untuk membayar kreditornya, maka perusahaan tersebut tidak akan bangkrut), meskipun sebuah saham dapat memiliki harga setelah kebangkrutan bila ada kemungkinan bahwa hutang perusahaan akan direstrukturisasi. Tugas pemegang saham adalah mengawasi apakah perusahaan ini dapat dijalangkan dengan manajemen yang sekarang apabila sudah tidak sesuai lagi dicarikan alternatif penggantian.

HUBUNGAN MANAJER DAN PEMEGANG SAHAM


Manajer memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan pemegang saham karena, seorang pemegang saham tidak akan dapat menjalankan usaha atau perusahaannya

tanpa adanya pengelola atau yang biasa disebut manajer. Manajemen dalam suatu perusahaan adalah bagaikan kepala rantai suatu organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa pemegang saham menggantungkan nasib saham yang ditanamnya kepada manajemen yang telah terstruktur. Namun diantara hubungan erat keduanya terdapat suatu gesekan vital yang dapat mengancam posisi keduanya. Pada dasarnya seorang pemegang saham menginginkan deviden yang sebesarbesarnya namun tentunya dengan data yang valid dan sebenarnya. Oleh karena itu pihak manajemen berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi permintaan pimpinan atau pemegang saham. Namun disisi lain manajemen ingin tetap mempertahankan posisi dan prestasinya agar terus menanjak tentunya dengan mengejar target suatu tujuan. Dan jika hal tersebut susah diraih, maka tak segan mereka menggunakan cara-cara yang tidak wajar atau tidak diperkenankan dalam perusahaan. Yang mereka inginkan hanyalah agar pimpinan puas dengan kinerja dan profit, sekaligus posisi prestasi manajer semakin membaik walau tak jarang menggunakan cara-cara kotor. Makin tinggi konflik antara manajemen dan pemegang saham mengenai kebijakan dividen, maka perusahaan akan semakin konservatif. Hal ini terjadi karena manajemen berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya melalui konservatisme akuntansi, agar jumlah dividen yang dibagikan juga makin kecil. Perusahaan yang dikelola oleh manajer-nonpemilik dinilainya, lebih konservatif dibanding perusahaan yang dikelola manajer-pemilik (owner manager). Hal ini terjadi sebagai akibat lebih kecilnya permasalahan keagenan yang terjadi pada perusahaan yang dikelola oleh manajer-pemilik.

PENYEBAB KONFLIK
Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan dapat berdampak pada pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. Konflik tersebut dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan

kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut, namun dengan munculnya mekanisme pengawasan akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost (biaya agensi) istilah

biaya keagenan mengacu kepada biaya-biaya akibat terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Agency cost atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dengan kreditor untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan

meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (kepemilikan manajerial), selain itu manajer dapat merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.

Penyebab lain konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah keputusan pendanaan. Para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematis dari saham perusahaan. Oleh karena itu, mereka akan melakukan diversifikasi portofolio asetnya untuk meminimalkan risiko. Sedangkan manajer lebih mempertimbangkan risiko perusahaan secara keseluruhan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dengan hutang. Karena dengan penggunaan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut, dengan alasan bahwa hutang mengandung resiko yang tinggi.

CONTOH KONFLIK
Di sebuah perusahaan jasa maklon yang bergerak di bidang makanan kaleng di surabaya terdapat susunan pemegang saham sebagai pimpinan dan manajer sebagai yang mengepalai manajemen perusahaan swasta tersebut. pada awalnya pimpinan menugaskan untuk memperoleh profit sebanyak-banyaknya tanpa mengetahui secara dalam seluk beluk lapran dan yang terjadi di lapangan. Manajer disewa pemegang saham untuk menjalankan fungsi perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan (kemakmuran emegang saham). Yang menjadi masalah dan pertanyaan besar adalah apakah manajer bertindak konsisten dengan tujuan memakmurkan pemegang saham ? Jawabnya adalah tidak selalu. Oleh karena itu ada potensi konflik antara manajer dengan pemegang saham. Manajer bisa saja mempunyai agenda tersendiri yang tidak konsisten dengan agenda memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.

Terdapat beberapa motivasi dasar manajer Manajer berusaha menguasai sumber daya agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan dan tentunya dapat mempengaruhi posisi dan prestasi di manajemen . karena dialah pucuk pengendali jalannya sebuah peusahaan. Manajer ingin mengambil keputusan yang bebas tanpa tekanan pihak luar terutama tekanan pasar keuangan. Manajer tidak terlalu menyukai mengeluarkan saham karena akan mempengaruhi campur tangannya pihak luar yang tentunya dapat mengacaukan intern perusahaan. Dan manajer lebih suka menggunakan dana yang dihasilkan internal Dengan dua tujuan tersebut dapat diketahui bahwa manajer mengutamakan kepentingan dan kemakmuran perusahaan , bukan pemegang saham. Lalu disini pemegang saham mempunyai cara untuk mengendaikan para manajer agar tetap konsisten sejalan dengan tujuan pemegang saham. Tindakan semacam itu membutuhkan biaya yang disebut biaya keagenan. Biaya tersebut terdiri dari biaya untuk memonitor manajer dan biaya untuk mengimplementasikan alat kontrol terhadap manajer. Meskipun demikian, masalah perbedaan tujuan tersebut tidak akan bisa diselesaikan secara sempurna. Pemegang saham dapat dikatakan mengalami kerugian dalam situasi tersebut. secara spesifik rincian biaya sebagai berikut : (1) pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit; (2) pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara yang membatasi perilaku manajerial yang tidak diinginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau restrukturisasi bisnis perusahaan unit dan hirarki manajemen, dan (3) biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham-dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham. Dengan tidak adanya upaya pemegang saham untuk mengubah perilaku manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagian kekayaan pemegang saham karena tindakan manajerial tidak pantas. Di sisi lain, biaya agen akan berlebihan jika

pemegang saham berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan manajerial sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, jumlah optimal biaya agen yang harus ditanggung oleh pemegang saham ditentukan dalam "konteks biaya biaya-manfaat agen harus ditingkatkan selama setiap dolar yang dihabiskan meningkatkan hasil setidaknya kenaikan dolar dalam kekayaan pemegang saham. Agency cost juga dapat dikurangi dengan kepemilikan institusional dengan cara mengaktifkan pengawasan melalui investor-investor institusional. Dengan kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajerial. Selain itu, Agency Cost juga dapat dikurangi melalui peningkatan hutang yang akan menurunkan konflik keagenan dan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan pemborosan yang dilakukan oleh manajer. Dengan adanya hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran secara periodic terhadap bunga dan pinjaman pokoknya sehingga dapat mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow guna membiayai kegiatan- kegiatan yang tidak optimal

CARA MENGATASI KONFLIK


Ada beberapa kunci menghadapi konflik-konflik agency pemegang saham dan manager. Pada posisi yang penting dan ekstrem, manajer perusahaan bertindak sepenuhnya berdasarkan perubahan harga saham. Dalam hal ini, biaya agen akan rendah karena manajer memiliki insentif besar untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham hal tersebut tentu akan sangat sulit, olehkarena itu, dalam keadaan tersebut menyewa manajer berbakat di bawah ikatan kontrak karena pendapatan perusahaan akan dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi yang tidak berada di bawah kendali manajerial. Pada keadaan penting lainnya, dari pihak pemegang saham dapat memonitor setiap tindakan manajerial, tapi ini akan sangat mahal dan tidak efisien. Solusi optimal terletak di mana kompensasi eksekutif terkait dengan kinerja, tetapi beberapa pemantauan juga dilakukan. Selain pemantauan, mekanisme berikut ini mendorong para manajer untuk bertindak dalam kepentingan pemegang saham : 1. Insentif berbasis kinerja rancangan 2. Intervensi langsung oleh pemegang saham 3. Ancaman penembakan

4. Ancaman pengambil alihan Sebagian besar perusahaan publik kini memberlakukan kinerja saham, dimana saham yang diberikan kepada eksekutif berdasarkan kinerja seperti yang didefinisikan oleh tindakan keuangan seperti laba per saham, imbal hasil aset, imbal hasil ekuitas, dan perubahan harga saham. Jika kinerja perusahaan berada di atas target kinerja, manajer perusahaan mendapatkan lebih banyak saham. Jika kinerja di bawah target, mereka menerima lebih sedikit saham. rencana kompensasi insentif berbasis kinerja seperti saham, dirancang untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, mereka menawarkan insentif eksekutif untuk mengambil tindakan yang akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kedua, rencana ini membantu perusahaan menarik dan mempertahankan manajer yang memiliki kepercayaan diri untuk risiko masa depan keuangan mereka pada kemampuan mereka sendiri yang harus mengarah pada kinerja yang lebih baik. Di masa lalu, kemungkinan manajemen sebuah perusahaan besar digulingkan oleh pemegang saham yang begitu jauh merupakan ancaman kecil. karena kepemilikan sebagian besar perusahaan sangat luas, dan kontrol manajemen mengenai mekanisme suara begitu kuat, sehingga hampir tidak mungkin bagi pemegang saham pembangkang untuk mendapatkan suara yang diperlukan untuk menghapus manajer. Dalam beberapa tahun terakhir, Pengambilalihan secara tidak baik, yang terjadi ketika manajemen tidak ingin menjual perusahaan, yang paling mungkin untuk mengembangkan saat saham suatu perusahaan adalah dibawah nilai relatif terhadap potensi karena pengelolaan yang tidak memadai. Dalam pengambilalihan secara tidak baik, para manajer senior dari perusahaan yang diakuisisi biasanya diberhentikan, dan mereka yang ditahan kehilangan kemerdekaan mereka sebelum terjadi akuisisi. Ancaman dari disiplin pengambilalihan secara tidak baik mengubah perilaku manajerial dan mendorong manajer berusaha untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Kesimpulan Untuk mengatasi konflik yang terjadi antara pemegang saham mayoritas dengan Pemegang saham minoritas seperti yang terjadi pada artikel di atas perlu dilakukan beberapa hal, diantaranya yaitu :

Perlu adanya keterbuakaan natara keduabelah pihak tersebut untuk meminimalisasi perselisihan paham sehingga tidak terjadi konflik. Perlu dilakukan perundingan antara kedua belah pihak, untuk mencari solusi atau titik temu, agar konflik ini tidak berkepanjangan. Para pemegang saham bersangkutan perlu menanamkan sikap saling percaya antara kedua belah pihak serta adanya kesadaran dalam melakukan hak dan kewajiban mereka masing-masing dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai