Anda di halaman 1dari 4

Analisa Singkat Mengenai Kelemahan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Desain Tata letak Sirkuit terpadu (Undang Undang Nomor 32 Tahun 2000) adalah undang undang dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual yang dapat dikatakan masih muda. Undang undang ini baru berlangsung selama 13 tahun terhitung sampai saat ini. Latar belakang Undang Undang Desain tata letak sirkuit terpadu ini sebenarnya tidak muncul dari keinginan bangsa ini. Apabila merujuk pada konsideran undang undang ini dikatakan bahwa Indonesia tidak mempunyai opsi lain selain harus menyesuaikan pengaturan mengenai Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu ini dalam rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang HKI. Kondisi ini terjadi karena Indonesia sebagi salah satu negara yang bergaul dengan dunia internasional khususnya dalam bidang perdagangan internasional telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Inilah sebenarnya mengapa Undang Undang Desain Tata letak sirkuit terpadu ini terlahir. Konsideran undang undang ini juga sebenarnya memiliki tujuan yang sangat baik dalam hal pemajuan bidang IPTEK, dimana dalam salah satu konsiderannya berbunyi : bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat di bidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu sebagai bagian dari sistem Hak Kekayaan Intelektual Teknologi yang begitu pesat berkembang saat ini tentunya membawa dampak pada negaranegara berkembang, khususnya Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk dapat menyetarakan teknologi terhadap negara-negara maju. Sebenarnya hal tersebut bukan mimpi, namun tentu tidak secara mudah untuk dilakukan. Karena pada kenyataannya pengaturan mengenai HKI (Hak kekayaan Intelektual) sebenarnya memberikan batasan bahkan cenderung menghalangi niat tersebut. Desain Tata Letak Sirkuit terpadu sebenarnya berkaitan sekali dengan teknologi, pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2000 mengartikan sebagai berikut :

Pasal 1 ayat 1 : Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Pasal 1 ayat 2 : Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.

Pengertian yang disampaikan oleh undang undang tersebut jelas menunjukkan bahwa Tata Letak Sirkuit Terpadu merupakan bagian dari fungsi elektronik, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai Teknologi. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentunya membutuhkan banyak sekali asistensi-asistensi dalam tahap pengembangan teknologinya. Tidak dapat dipungkiri kebanyakan dari masyarakat Indonesia yang paham mengeni teknologi tidak berani menciptakan inovasi-inovasi terkait teknologi karena keterbatasan kemampuan dan informasi. Kesempatan kali ini penulis akan mencoba menemukan kelemahan dari Undang Undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu ini. Kelemahan yang akan dibahas tidak secara materi isi undang undang ini, namun lebih kepada landasan ideologi serta tujuan awal diciptakannya undang undang ini, yang sebenarnya secara nyata Indonesia belum mampu bersaing dengan negara-negara maju dalam hal pemberdayaan teknologi-teknologi canggih khususnya pada bahan semi konduktor sebagai bagian objek dari DTLST ini.

Undang Undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Sebagai Imbas Toleransi Internasional Lahirnya Undang Undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu ini dirasakan kurang bermanfaat bagi bangsa ini. Secara teori penghormatan mengenai suatu kekeayaan intelektual memang menjadi bagian yang harus diberikan perhatian, namun tidak serta merta ditelan bulat-bulat mengenai konsep ini. Berkaca pada Cina, Cina merupakan negara yang dapat dikatakan sebagai bermuka dua dalam hal HKI. Di satu sisi penghormatan terhadap HKI

digalakkan, namun disatu sisi lainnya pelanggaran terhadap HKI juga ditolerir oleh pemerintahnya. Satu tujuan utama yang hendak dicapai oleh cina, yakni penyetaraan teknologi. Mereka hendak memberikan pengajaran secara tidak langsung kepada pelakupelaku usaha nasional mengenai konsep yang dipakai oleh asing dalam menciptakan suatu kreasi. Indonesia tidak perlu memberlakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh Cina. Namun dalam hal penerimaan akan konsep HKI ini kita harus lebih jeli. Indonesia sejak dulu merupakan negara dengan sistem sosial yang sangat komunal. Individualis bukan merupakan ciri bangsa ini. Kekeluargaan dan gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa ini. HKI sebenarya merupakan konsep yang didengungkan oleh negara-negara maju. Amerika dan sekutunya lah yang sebenarnya memprakarsai penghormatan akan HKI ini. Tujuan dasar mereka sebenarnya sangat sederhana, yakni untuk dapat memperkuat dominasi mereka (negara maju) terkait IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi) terhadap negara-negara berkembang atau terbelakang. Dengan demikian pasar dunia akan mereka kuasai. Hal inilah yang tidak kita sadari. Kita hanya terkungkung pada pergaulan internasional. Dimana kita sebagai negara berkembang tidak punya posisi tawar yang baik dalam hal kesepakatan dengan negara-negara maju. Kelemahan Dasar Undang Undang Tata Letak Sirkuit Terpadu Bagi Bangsa Indonesia Kelemahan yang paling utama dari Undang undang ini sebenarnya terletak pada konsep berfikir pemerintah dalam hal teknologi. Pemerintah dalam hal ini ingin menciptakan iklim yang baik dalam hal kreasi dan inovasi dalam bidang desain tata letak sirkuit terpadu. Namun kenyataannya pemerintah tidak menaruh konsentrasi dalam hal ini. Hanya menciptakan undang undang yang mengatur mengenai hal tersebut, namun objek yang diatur tidak dikembangkan dengan baik. Desain Tata Letak Sirkuit terpadu tidaklah hal yang gampang untuk dilakukan, keterbatasan kemampuan dan informasi mengenai hal ini menjadikan para intelektual negeri ini tidak dapat berkembang dan berkreasi, ditunjang lagi dengan pemerintah yang tidak memberikan perhatian dalam hal hal ini. Dengan kondisi demikian dapat dikatakan bahwa pemerintah sebenarnya menciptakan undang undang yang tidak bertujuan. Untuk apa melindungi sesuatu yang tidak ada. Ungkapan tersebut sangat cocok untuk merepresentasikan keadaan ini. Materi undang undang yang digagas oleh pemerintah sebenarnya tidaklah salah, bahkan dari segi perancangan Undang undang, isi dari undang undang tersebut sangatlah

rigid. Tidak ada celah dalam artian grey area dalam undang-undang ini. Mungkin hanya mengenai pencatatan lisensi saja yang bermasalah. Yang mana aturan pelaksana terhadap pencatatan lisensi kepada kantor ditjen pajak belum ada sampai saat ini, sehingga aturan ini diabaikan dalam kenyataannya. Kelemahan yang sebenarnya ada pada jiwa atau semangat undang undang ini, dimana jiwa kapitalisme, liberalisme, individualisme khas barat sangat kental dalam undang undang ini. Sebenarnya hal ini terjadi pada setiap undang undang produk HKI dimana lahirnya undang undang yang berkaitan dengan HKI sedikit banyaknya karena pengaruh dominasi negara maju yang tertuang dalam TRIPs. Kelemahan selanjutnya mengenai aplikasi dari Undang undang ini. Telah disebutkan diatas, bahwa undang undang ini tidak memiliki tujuan yang jelas. Bertentangan dengan semangat negara ini yang hendak menyetarakan teknologinya dengan negara maju. Logikanya ketika suatu negara berkembang yang hendak belajar untuk memajukan teknologinya maka negara tersebut pasti belajar dengan meniru terlebih dahulu. Dalam hal ini tidak seterusnya meniru, namun sebagai langkah awal. Dengn berlakunya Undang undang ini maka kesempatan tersebut tentu akan terhenti. Penghormatan atas karya intelektual seseorang dalam hal desain industri menjadi penghalang dalam mempelajari teknologi dalam pembuatan DTLST ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa Undang undag DTLST tersebut menurut analisa kami terlalu dini dan tidak sesuai dengan kondisi bangsa ini yang sedang dalam proses mengembangkan teknologinya. Apabila dipersempit maka kelemahan Undang Undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tersebut adalah sebagai berikut : Tidak sesuai dengan jiwa/semangat komunalis bangsa ini Imbas dari diratifikasinya perjanjian yang mengatur mengenai HKI (TRIPs), pengaruh negara maju. Individualisme Kapitalis. Terlalu dini untuk diundangkan, membatasi ruang gerak SDM Indonesia dalam mengembangkan teknologi khususnya DTLST Tidak pernah terjadi sengketa, dikarenakan tujuan dari Undang-undang tersebut belum sesuai dengan kondisi bangsa saat ini.

Anda mungkin juga menyukai