Anda di halaman 1dari 2

Porsi Pengapalan Batubara ke Pasar Internasional Periode 2007-2009 Saut Gurning (*), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Surabaya Dalam periode 2007-2009, Indonesia masih diperkirakan menjadi sumber pasokan bat ubara terbesar dunia di atas negara-negara lain seperti Australia, Federasi Rusi a, Kolombia, Afrika Selatan, Cina dan Amerika Serikat. Dalam laporan The Austral ian Bureau of Agricultural and Resource Economics (ABARE) di bulan Agustus 2009 lalu, besaran volume perdagangan batubara Indonesia secara agregat diperkirakan sekitar 203 juta di tahun 2008, dan diestimasikan akan mencapai level 217 juta t on pada akhir tahun ini dengan perkiraan pertumbuhan sekitar 6,9 persen dibandin g tahun 2008. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada periode 2007-2008, untu k perdagangan pasar diperkirakan secara rata-rata hampir 70 persen produksi batu bara nasional yaitu sekitar 140 juta ton masuk ke pasar internasional. Sedangkan sisanya yaitu 30 persen (60,3 juta ton) dipasok untuk pasar dalam negeri guna m emenuhi kebutuhan daya pembangkit listrik nasional dan juga untuk keperluan sekt or industri manufaktur lainnya di tanah air. Jadi untuk tahun 2008 saja, perkira an nilai perdagangan batubara ekspor kita itu bisa mencapai sekitar 9,4 Milyar d ollar (sekitar 84 trilyun rupiah) yang didapat dari 140 juta ton yang dipasarkan dengan harga jual internasional rata-rata pada tahun itu sekitar 65 dollar Amer ika per ton (di luar biaya FOB, free on board, pada level 30-35 dollar Amerika p er ton) . Dari gambar 1 di bawah yang menunjukkan perkembangan volume pengapalan batubara kita dari tahun 2007-2009, terindikasi dengan kuat bahwa nyaris krisis ekonomi d unia hampir tidak memberikan penurunan yang berarti bagi sektor ini yaitu sekita r 5 persen khususnya hanya pada periode bulan Desember hingga Februari 2009 bila dibandingkan dengan masa yang sama di tahun 2008. Hal menarik lain yang bisa se cara implisit diinformasikan oleh data-data ini yaitu dalam rentang masa Maret-A gustus tiap tahunnya diperkirakan merupakan waktu sibuk pemuatan untuk persediaa n (inventori) batubara nasional untuk pasar domestik Indonesia uatamanya untuk s ejumlah pembangkit listrik utama kita di Pulau Jawa. Sementara, bulan-bulan di l uar itu merupakan masa pengiriman kargo ke pasar luar negeri utamanya Jepang, Ta iwan, India dan sejumlah Negara Eropa lainnya, dengan waktu puncak terjadi pada masa akhir tahun atau musim dingin di wilayah-wilayah destinasi pasar batubara k ita tersebut. Berdasarkan rute-rute itu, maka diperkirakan bahwa besaran permint aan kapasitas armada pengangkut batubara (Bulker) sekitar 400 milyar ton-mil lau t. Khusus untuk periode 2009 ini, hingga bulan Juli diperkirakan besaran porsi peng apalan batubara internasional kita sudah mencapai 78 juta ton yaitu sekitar 52 p ersen dari target yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimum 150 juta ton. Hingga akhir tahun 2009 ini, sangatlah optimis diestimasikan bahwa level maksimum itu dapat terlampau mengingat masa penyimpanan inventori untuk pasar domestik telah terpenuhi disamping tidak tercapainya penyediaan pembangkit listrik baru seperti yang direncanakan semula, yang direncanakan berpotensi menaikan porsi kebutuhan domestic batubara nasional. Akibatnya di awal Agustus ini sudah terlihat indika si pergeseran orientasi pasar dari para produsen batubara nasional untuk kembali ke arena internasional akibat jenuhnya permintaan batubara dalam negeri kita. S ituasi ini (berdasarkan perilaku sebelumnya) diperkirakan akan terjadi hingga aw al Januari tahun 2010 nanti. Karenanya, pemerintah perlu mencermati sekaligus me ngontrol pergerakkan komoditas batubara kita tersebut jika ingin tetap mempertah ankan komitmen memprioritaskan penyediaan komoditas energi utama kita ini untuk kepentingan nasional. 2 Lebih lanjut lagi dari pengamatan sekitar 1.780 unit pengapalan di tahun 2008 da n sekitar 930 unit hingga Juli tahun 2009 diperkirakan bahwa dominan proses peng apalan dilakukan oleh kapal-kapal handymax (kapasitas 50.000- 60.000 deadweight tonnes, DWT) dan Panamax (sekitar 70.000 - 80.000 DWT) disamping kapal-kapal ton gkang dengan kapasitas 7.000 - 8.000 DWT juga dipakai khususnya untuk destinasi dekat seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sumber: Diolah dari ABARE 2009; Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2009; FIS/SSY 2008-2009; Lloyd Maritime Intelligence Unit (MIU) 2008-2009.

Hal lain, menyangkut pola pengangkutan batubara ke luar negeri ini, pelaku usaha batubara di Indonesia baik perusahaan-perusahaan bersatus PKP2B (Perjanjian Kar ya Pengusahaan Pertambangan Batubara) maupun BUMN lebih memilih memakai pola fre e on board, FOB dalam proses ekspor mereka yang kemudian mengindikasikan bahwa o perator asing batubara benar-benar menikmati besaran pangsa pasar angkutan batub ara Indonesia ini. Persoalan ketidakmampuan pelaku nasional dalam mengakuisisi k apal-kapal bulker batubara serta lemahnya penguasaan rantai suplai batubara untu k pasar luar negeri merupakan alasan klasik mengapa pelaku usaha batubara nasion al merasa lebih nyaman memakai pola FOB ini. Pada gambar 2 di bawah menunjukkan bagaimana posisi Indonesia dibanding dengan s embilan negara- pengekspor batubara lainnya di dunia. Untuk pasar internasional, kita berada di bawah Australia yang dengan konsisten hampir setiap bulannya mam pu mengapalkan batubara 3 dengan volume minimal 28 juta ton dan maksimum 40 juta ton dari periode 2007 hin gga 2009 ini. Namun secara umum Indonesia saat ini masih merupakan pemasok batub ara penting dunia karena mampu berkontribusi paling tidak sekitar 28 persen supl ai dunia setiap tahunnya. Walaupun dengan kebijakan obligasi pasar dalam negeri utamanya sejak tahun 2008 lalu, posisi kita masih sungguh diperhitungkan dunia.

Anda mungkin juga menyukai