Anda di halaman 1dari 3

MATA GELAP KARENA DUNIA

Maasyirol Muslimin Rahimakumullah


Terdapat beragam corak dan perhatian manusia dalam kehidupan. Ada yang cenderung
kepada dunia, ada yang cenderung kepada akhirat. Ada yang cenderung kepada syahwat dan
ada yang cenderung kepada taat. Ada yang seluruh kesibukannya untuk mengejar reputasi
karier .Dan ada yang mampu menciptakan keseimbangan dalam hidup. Semuanya terpulang
kepada persepsi dan cara pandang masing-masing terhadap hidup dan kehidupan.

Bagi orang beriman, kehidupan dunia hanyalah satu episode dari perjalanan hidup yang
panjang, bukan akhir dari kehidupan dan segalanya. Namun, di balik itu, masih terdapat alam
kubur dan akhirat. Di sana, manusia berjumpa dengan Tuhannya. Karena itu, ia selalu
berkomunikasi dengan Allah, melalui ibadah dan doa setiap hari dan waktu agar perjumpaan
itu terlaksana secara sukses dan menyenangkan.

Adapun bagi orang yang tidak beriman, dunia seolah menjadi titik henti terakhir. Karena itu,
seluruh hidupnya dipertaruhkan dan dicurahkan hanya untuk mencari kepuasan atau
popularitas diri. Inilah yang Allah gambarkan dalam Alquran :
Ep) -g~-.- ]ON_O4C
4^47.g W-O4O4
jE_O4OE^) 4Ou^O-
W-O-^E;C-4 Ogj
-g~-.-4 - ;}4N
4Lg4C-47 4pOUgEN ^_
Cj^q O_.44`
+OE4- E) W-O+^
]O+lO'4C ^g
"Orang-orang yang tidak mengharapkan adanya perjumpaan dengan Kami, lalu merasa puas
dengan kehidupan dunia, merasa tenteram dengannya, serta orang-orang yang melalaikan
ayat-ayat Kami, tempat mereka adalah neraka sesuai dengan apa yang mereka lakukan." (QS
Yunus {10}: 7).

Menurut Wahbah Zuhayli dalam tafsir al-Munir, ayat di atas memberikan gambaran tentang
empat karakter calon penghuni neraka.

Pertama, tidak meyakini adanya pertemuan dengan Allah. Mereka tidak takut kepada
hukuman-Nya, peringatan-Nya, ancaman-Nya, serta sama sekali tidak mengharapkan pahala
dari-Nya.

Kedua, puas dengan kehidupan dunia. Ini adalah akibat logis dari sikap pertama. Ketika
seseorang tidak percaya akan berjumpa dengan Allah, dia tidak akan menyiapkan apa pun
untuk pertemuannya nanti dengan Allah. Seluruh capaiannya hanya berorientasi kepada dunia
yang pendek. Ukuran kelapangan, kesenangan, dan kegembiraan bertumpu pada dunia dan
keduniaan semata. Berbagai upaya untuk mencapainya dilakukan meski dengan
menghalalkan segala cara, mempertaruhkan reputasi, menanggalkan harga diri, menyerang
kawan sendiri, bahkan harus mengorbankan agama sekali pun.

Ketiga, merasa tenteram dan nyaman dengan dunia. Ini dirasakan ketika kesenangan dan
kenikmatan dunia entah berupa harta, wanita, kedudukan, dan jabatan berhasil dicapai.

Keempat, lalai terhadap ayat-ayat-Nya. Yakni, merasa aman dari siksa dan ancaman Allah di
dunia ataupun akhirat. Dengan kata lain, sama sekali tidak merasa penting mengambil
pelajaran dan tidak merenungkannya.

Maasyirol Muslimin Rahimakumullah

Manakala empat karakter tersebut terdapat dalam diri manusia, ia akan jauh dari jalan
kesempurnaan, dan tidak akan pernah mencapai kebahagiaan. Sebab, kesempurnaan dan
kebahagiaan terletak pada kemampuan manusia menata hidup secara benar dengan
menjadikan akhirat sebagai tujuan.
---------------------------------------------
Maasyirol Muslimin Rahimakumullah
Kewajiban manusia dalam kehidupan dunia ini adalah melakukan amal baik dan menjauhi
amal buruk. Amal baik akan mengarahkan manusia ke jalan kebaikan di dunia dan di akhirat.
Sementara amal buruk akan mengarahkan manusia ke jalan keburukan di dunia dan di
akhirat. Allah berfirman, :
W-OU4-4 )U= W O)E+)
E) 4pOUEu> 7)U4 ^)
" dan kerjakanlah amal yang baik (saleh). Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan." (QS al-Mu'minun [23] m: 51).

Maasyirol Muslimin Rahimakumullah

Amal buruk harus dijauhi. Dan, bagi orang yang sudah melakukan amal buruk, ia harus
meninggalkannya. Rasulullah SAW memberikan perumpamaan tentang hal ini. Bahwa
melakukan amal buruk (dosa) itu seperti orang yang memakai baju besi dalam perang yang
makin mengimpit, membelit kuat tubuhnya. Semakin ia sering melakukan amal buruk, maka
baju besi itu akan semakin mengimpit tubuhnya. Apabila orang itu melakukan amal baik
setelah melakukan amal buruk, maka ia ibarat orang yang mengendurkan impitan baju
besinya. Semakin banyak amal baik dilakukan, semakin longgar baju besi itu.

Apa maknanya? Pertama, buah dari amal buruk itu adalah penderitaan, kesulitan, dan
kesengsaraan hidup. Baik itu di dunia, lebih-lebih di akhirat. Kedua, buah dari amal baik itu
adalah kelapangan, keluasan, kemudahan, dan kebahagiaan hidup. Baik itu di dunia, lebih-
lebih di akhirat. Karena itu, kunci untuk melepaskan diri dari penderitaan, kesulitan, ataupun
kesengsaraan hidup itu sebenarnya sangat mudah: lakukanlah kebaikan, apa pun bentuknya,
kapan pun, di manapun; dan jangan sekali-kali melakukan keburukan.

Maasyirol Muslimin Rahimakumullah

Manusia memang bukan malaikat, yang seratus persen bisa bersih dan suci dari segala dosa.
Inilah, gambaran, yang disebut oleh Rasulullah sebagai fluktuasi iman, "Sesungguhnya iman
itu dapat bertambah dan berkurang." (HR Muslim).

Akan tetapi, itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan bahwa amal buruk itu hal yang wajar.
Karena perintah Allah sangat tegas: kerjakanlah amal yang saleh! Tidak ada satu pun ajaran
Islam yang memerintahkan untuk beramal buruk. Islam adalah cahaya yang menyingkap
kegelapan, mengangkat manusia dari jurang kegelapan menuju ke alam yang benderang,
melepaskan manusia dari kesulitan hidup ke kemudahan hidup. Bahagia dunia dan akhirat.
Tinggal manusia yang memilih, ingin hidup dalam kegelapan, terimpit dalam kesulitan,
dengan beramal buruk, atau ingin hidup dalam terang cahaya, lepas dari impitan kesulitan
hidup, dengan beramal baik.

Semoga dan senantiasa kita termasuk orang-orang yang suka/cinta melakukan amal kebaikan
daripada amal keburukan bagi diri kita, keluarga kita dan lingkungan kita.Dalam kehidupan
sehari-hari kita dan pergaulan kita.sehingga kita termasuk orang-orang yang akan menuai
ganjaran balasan pahala kebajikan yang Allah sediakan buat kita-kita di alam akhirat.
---------------

Anda mungkin juga menyukai