Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN GANGGUAN BERBAHASA EKPRESIF Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan jiwa 2

Oleh:

Agung firdaus amr Andriansyah eko p Kadam reza w

S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG 2013

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim Hamdan waassalaman amma badu

Syukur Al-hamdulillah kehadirat ALLAH SWT, Illahi Robbi, yang maha agung atas segala hak, yang merupakan Haqul haq,yang telah melimpahkan rahmad,hidayah dan taufikNya. yang masih memberikan nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat ihsan kepada kita sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik serta selesai dalam waktu yang tepat sesuai pada waktu yang ditentukan. Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan jiwa II. Saya berharap makalah ini bisa menjadi salah satu wahana yang penting bagi kita semua untuk dapat mengerti dan memahami gangguan bahasa ekspresif. saya mencoba untuk mengulas makalah ini dengan sajian yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini kami terima dengan tangan terbuka. Akhirnya, tidak lupa juga kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut berperan dalam mensukseskan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jombang,04 maret 2013 Penulis

DAFTAR ISI
Halaman judul..........................................................................................................................................1 Kata pengantar.........................................................................................................................................2 Daftar isi...................................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4 1.1 Latar belakang............................................................................................................................4 1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................................4 1.3 Tujuan.........................................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................5 2.1 Definisi gangguan bahasa..................................................................................................................5 2.2 ciri-ciri gangguan bahasa ekspresif....................................................................................................5 2.3 Etiologi gangguan bahasa ekspresif...................................................................................................6 2.4 Manifestasi gangguan bahasa ekspresif.............................................................................................9 2.5 Terapi gangguan bahasa ekspresif...................................................................................................10 2.6 Asuhan keperawatan gangguan bahasa ekspresif............................................................................12 BAB III PENUTUP...............................................................................................................................17 3.1Kesimpulan................................................................................................................................17 3.2 Saran.........................................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator seluruh perkembangan anak. Jika seorang anak tidak mampu berbicara maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya kelak. Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan. Pada anak gangguan ini semakin hari semakin meningkat pesat, beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 10 % pada anak sekolah. Prevalensi gangguan bahasa ekspresif terentang dari 3 10 % dari semua anak sekolah, yang sebagian besar diperkirakan adalah antara 3 dan 5 %, pada gangguan bahasa ekspresif anak anak berada dibawah kemampuan yang diharapkan dalam hal pembendaharaan kata, pemakaian keterangan waktu ( tenses ) yang tepat, produksi kalimat yang kompleks, mengingat kata kata. 1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Apakah pengertian gangguan bahasa ekspresif? 1.2.2 Apa penyebab dan manifestasi klinis gangguan bahasa ekspresif? 1.2.3 Bagaimana terapi gangguan bahasa ekspresif? 1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan gangguan bahasa ekspresif? 1.3 Tujuan 1.3.1 untuk mengetahui pengertian gangguan bahasa ekspresif 1.3.2 untuk mengetahui penyebab dan manifestasi klinis gangguan bahasa ekspresif 1.3.3 untuk mengetahui terapi gangguan bahasa ekspresif 1.3.4 untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan gangguan bahasa ekspresif

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi gangguan berbahasa Ekspresif Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak sehingga tidak mampu dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya kelak (Soetjiningsih,2005). Jeniffer Fusco (2002) mengungkapkan bahwa gangguan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak dalam masalah bahasa. Perkembangan khas dimana kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa dengan berbicara, jelas dibawah rata rata anak di usia mentalnya, tetapi pengertian bahasa dalam batas batas normal, dengan tanpa gangguan articulasi ( Dr. Rusdi muslim, 2003).

2.2 Ciri-ciri gangguan berbahasa Ekspresif * indikasi: usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan bahkan untuk kata tunggal. * sebelum usia 3 tahun bentuk kurang berat tidak terjadi smpai masa remaja awal, tetap menunjukan keinginan berkomunikasi * saat mulai bicara, defisit bahasa menjadi jelas, artikulasi immature * usia 4 tahun, berbicara dengan frase pendek, biasanya meluapkan kata yang lama saat mereka mempelajari kata yang baru * bahasa verbal atau isyarat di bawah tingkat usianya * skor rendah pada tes verbal, ekspresif yang baku * bahasa, perbandaharaan kata, tata bahasa sederhana dan sangat terbatas

2.3 Perkembangan kemampuan bicara dan berbahasa pada anak normal.(Towne,1983 ) Umur Bahasa reseptif Bahasa ekspresif (bulan) ( bahasa pasif ) ( bahasa aktif ) 1 Kegiatan anak terhenti akibat Vokalisasi yang masih suara sembarangan, terutama huruf hidup. 2 Tampak mendengarkan ucapan Tanda tanda vokal yang
5

pembicara, dapat pada pembicara 3

tersenyum menunjukkan perasaan senang, senyum sosial.

Melihat kearah pembicara

Tersenyum sebagai jawaban terhadap pembicara. Memberi tanggapan yang Jawaban vokal terhadap berbeda terhadap suara bernada rangsangan sosial. marah / senang Bereaksi namanya terhadap panggilan Mulai meniru suara.

4 5

Mulai mengenal kata kata da Protes vokal, berteriak da, papa, mama karena kegirangan. 6 Bereaksi terhadap kata kata Mulai mengguanakan suara naik, kemari, dada mirip kata kata kacau. 7 Menghentikan aktifitas namanya dipanggil 8 Menghentikan dilarang 9 10 11 12 kegiatan bila Meniru rangkaian suara. bila Kata kata pertama mulai muncul.

Secara tepat menirukan variasi Kata kata yang kacau mulai dapat dimengerti dengan suara tinggi baik. Reaksi atas pertanyaan Mengungkapkan kesadaran sederhana dengan melihat atau tentang obyekyang telah akrab dan menyebut menoleh namanya. Reaksi dengan melakukan Kata kata yang benar gerakan terhadap barbagai terdengar diantara kata kata yang kacau, sering disertai pertanyaan verbal dengan gerakan tubuhnya. Mengetahui dan mengenali Lebih banyak menggunakan kata - kata dari pada gerakan, nama nama bagian tubuh untuk mengungkapkan keinginannya. Dapat mengetahui dan mengkombinasikan mengenali gambar gambar Mulai obyek yang sudah akrab kata kata ( mobil, papa, dengannya, jika obyek tersebut mama,berdiri ) disebut namanya

15

18

2.4 Fisiologi Bicara Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernafasan pusat khusus pengantar bicara diotak dalam cortex cerebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung. Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensorik dan motorik : Aspek sensorik meliputi : pendengaran, penglihatan, rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik meliputi : mengatur larinx, alat alat untuk articulasi, tindakkan articulasi dan larinx yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. Dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbicara, dua pusat bersifat resrtif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus penatalaksanaan bahasa, ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem SSP. Area broca merupakan pusat bahasa ekspresif.

Proses pendengaran

otak

Area wernik

Vormulasi dan bentuk articulasi

Area motorik

Bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah depan

Getaran vibrasi dari pita suara

Diotak yang menonjiol gerakan bicara

2.5 ETIOLOGI Penyebab gangguan bahasa ekspresif tidak diketahui. Kerusakan serebral dan keterlambatan maturasi dalam perkembangan serebral telah didalilkan sebagai penyebab yang

mendasari, tetapi tidak ada bukti yang mendukung teori tersebut. ( Harorld, dkk, 1997 : hal 767 ). Penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat kita lihat pada tabel berikut : Penyebab 1. Lingkungan a. Sosial ekonomi kurang b. Tekanan keluarga c. Keluarga bisu d. Dirumah bilingual menggunakan bahasa Efek pada bicara perkembangan

a. Terlambat b. Gagap c. Terlambat pemerolehan bahasa d. Terlambat perolehan struktur bahasa

2. Emosi a. Ibu yang tertekan b. Gangguan serius pada orang tua c. Gangguan serius pada anak

3. Masalah pendengaran a. Konginetal b. Di dapat 4. Perkembangan terlambat a. Perkembangan lambat b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata rata c. Retardasi mental 5. Cacat bawaan a. Palatoschizis b. Sindrom down 6. Kerusakan otak a. Kelainan neuromuskular

a. Terlambat pemerolehan bahasa b. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa c. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa a. Terlambat / gangguan bicara yang permanen b. Terlambat / gangguan bicara yang permanen a. Terlambat bicara b. Terlambat bicara c. Pasti terlambat bicara

a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya b. Kemampuan bicaranya lebih rendah a. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul
8

b. Kelainan sensorimotorik

c. Palsi serebral

gangguan bicara dan artikulasi seperti disartria b. Mempengaruhi kemampuan menghisap dan menelan, akhirnya menimbulkan gangguan artikulasi, seperti dispraksia c. Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul juga masalah artikulasi yang dapat menyebabkan disartria dan dispraksia d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar disekolah

d. Kelainan persepsi

2.6 MANIFESTASI KLINIS * usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan bahkan untuk kata tunggal. * sebelum usia 3 tahun bentuk kurang berat tidak terjadi smpai masa remaja awal, tetap menunjukan keinginan berkomunikasi * saat mulai bicara, defisit bahasa menjadi jelas, artikulasi immature * usia 4 tahun, berbicara dengan frase pendek, biasanya meluapkan kata yang lama saat mereka mempelajari kata yang baru * bahasa verbal atau isyarat di bawah tingkat usianya * skor rendah pada tes verbal, ekspresif yang baku *bahasa, perbandaharaan kata, tata bahasa sederhana dan sangat terbatas

2.7 DIAGNOSA BANDING


9

Dalam retardasi mental, pasien memiliki gangguan keseluruhan dalam fungsi interlektual, seperti yang ditunjukkan oleh intelegensia yang dibawah normal pada semua bidang. Kapasitas dan fungsi intelektual nonverbal pada anak anakdengan gangguan bahasa ekspresif adalah dalam batas normal. Pada gangguan bahasa reseptif / ekspresif campuran, pemahaman bahasa (pembacaan sandi) adalah jelas dibawah tingkat yang diharapkan menurut usianya, sedangkan pada gangguan bahasa ekspresif, pemahaman bahasa tetap dalam batas normal. Pada gangguan perkembangan pervasif, anak yang terkena tidak memiliki inner language, rencana simbolik atau khayalan, pemakaian gerak isyarat yang sesuai, atau kapasitas untuk membentuk hubungan sosial yang hangat dan penug arti, disamping karakteristik kognitif utama. Selain itu anak menuinjukkan sedikit atau tidak menunjukkan frustasi dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.sebaliknya semua karakteristik tersebut adalah ditemukan pada anak anak dengan gangguan bahasa ekspresif. 2.8 TERAPI Terapi harus dimulai segera setelah didiagnosa gangguan bahasa ekspresif. Yterapi tersebut terdiri dari latihan pendorong prilaku dan praktek dengan fonem ( unit suara ). Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah frase dengan menggunakan mentode menyusun balok dan terapi bicara konfensional. 2.9 PROGNOSIS
Pada umumnya, prognosis gangguan bahasa ekspresif adalah baik. Kecepatan dan derajat pemulihan tergantung pada keparahan gangguan, motivasi anak untuk berperan serta dalam terapi, dan pemberian bahasa yang tepat waktu dan intervensi terapitik lain. Adanya atau tidak adanya faktor lain seperti kehilangan pendengaran yang sedang sampai yang parah, retardasi mental ringan, dan masalah emosional parah. Juga mempengaruhi prognosis pemuluhan. Sebanyak 50 % anak anak dengan ganguan bahasa ekspresif ringan pulih spontan tanpa adanya tanda gangguan bahaasa, tetapi anak anak dengan gangguan bahasa ekspresif berat mungkin selanjutnya menunjukkan ciri ciri gangguan bahasa ringan sampai sedang.

PNP
10

Pola asuhan keluarga

Koping keluarga inefektif

Eksternal Lingkungan Emosi Masalah pendengaran Perkembanga n terlambat Cacat bawaan

Internal Kerusakan otak Kelainan neuromuskular Kelainan sensorimotori Palsi cerebral Kelianan persepsi

Gangguan bahasa ekspresif HDR, Asietas

ASUHAN KEPERAWATAN

11

I.

Pengkajian 1) Identitas pasien Umur terjadi pada usia anak anak

2) Dilihat dari beberapa aspek a. Lingkungan sosial lingkungan sosial yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak. b. sensorikmotorik gangguan menghisap dan menelan akhirnya akan menyebabkan gangguan bahasa. 3) Riwayat tumbuh kembang kegagalan tumbuh kembang dimasa lalu 4) Riwayat keluarga 5) Riwayt kelahiran mempunyi riwayat prematur 6) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan pendengaran Pemeriksaan auditory brainstem responses jika anak tidak komperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan II. Diagnosa Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan komunikasi yang ditandai komunikasi non verbal tidak ada atau abnormal, kurang kontak mata atau ekspresi wajah kurang. Asietas berhubungan dengan isolasi sosial yang ditandai menarik diri dan penghindaran terhadap orang lain / tidak ada orang yang mendukung : mengungkapkan perasaan penolakan / pengasingan diri. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan gangguan bahasa ekspresif pada anak. III. Intervensi / Implementasi
12

1) Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan komunikasi yang ditandai komunikasi non verbal tidak ada atau abnormal, kurang kontak mata atau ekspresi wajah kurang. Tujuan : Gangguan nkomunikasi yang ditandai komunikasi non verbal, kontak mata, ekspresi wajah berkurang. Kriteria hasil : Menggunakan suara, kata kata atau gerakan tubuh dengan cara interaktif dengan orang lain. Mengkomunikasikan kebutuhan atau keinginan pada orang terdekat atau pemberi asuhan. Mengawali interaksi secara verbal atau non verbal dengan yang lain. Intervensi / implementasi Rasional 1. Gunakan pendekatan tatap Meningkatkan minat tulus dan respon muka ( mata dengan mata pada anak. untuk menyampaikan ekspresi non verbal yang tepat ). 2. Dorong kontak mata dengan Kontak mata penting untuk menangkap sesuatu yang dapat diterima perhatian anak, untuk menmgawali anak ( mis : makan, obyek ). percakapan yang berhasil. 3. Beri pujian kepada anak Pujian membantu anak mengembangkan ketika mulai memperhatikan rasa percaya diri dan membantu komunikasi. mempelajari cara anak mencoba berkomunikasi. 4. Pilih bentuk alternatif komunikasi, seperti gambar, bahasa isyarat atau penggunaan komputer juga memungkinkan pada anak yang mengalami perkembangan bahasa yang minimal. Tiga perempat anak yang dilatih dalam sistem komunikasi pertukaran gambar akhirnya berkomunikasi dengan bicara atau bebicara dengan gambar. Isyarat dapat menimbulkan kebih sedikit asietas dari pada ekspresi verbal bagi beberapa anak dan penggunaan komputer dapat membantu melibatkan anak dalam interaksi.

5. Rujuk untuk pengkajian dan Meningkatkan perencanaan penanganan les dengan kerjasama guru dengan intervensi atau tehnik khusus
13

pendidik dan ahli.

yang sesuai.

2) Asietas berhubungan dengan isolasi sosial yang ditandai menarik diri dan penghindaran terhadap orang lain / tidak ada orang yang mendukung : mengungkapkan perasaan penolakan / pengasingan diri. Tujuan : meminimalkan tanda menarik diri, dan penghindaran terhadap orang lain. Kriteria hasil : Mengenali asietas dan mengidentifikasi faktor faktor yang terlibat dengan isolasi / kurusakan interaksi sosial. Berpartisipasi dalam aktivitas untuk meningkatkan interaksi dengan orang lain. Memberi penguatan pasif diri terhadap perubahan yang dicapai.

Intervensi / implementasi Rasional 1. Bentuk hubungan melalui Apapun tentang bagaimana anak merasa empati, kehangatan dan cemas akan menyebabkan peningkatan penghargaan. prilakupetrikualistik. Membentuk hubungan saling percaya memberi dukungan dan mengkomunikasikan bahwa kita menerima si anak sebagai manusia yang memilih menentukan diri sendiri. 2. Diskusikan situasi dirumah, Kembali pada lingkungan rumah yang libatkan keluarga / oran tidak berubah meningkatkan resiko klien terdekat yang sesuai libatkan kembali kompulsif. dalam rencana pulang. 3. Rujuk pada sumber sumber Mungkin perlu bantuan penunjang atau diluar ( mis : kelompok pendukung untuk memp[ertahan pendukung, psikoterapi, penyembuhan / Penegendalian. konselor, penasehat spirituL ).

3) Koping keluarga inefektif berhubungan dengan gangguan bahasa ekspresif pada anak.
14

Tujuan : Dilakukan terapi ini bisa menurunkan / meminimalkan gangguan bahsa ekspresif pada anak. Kriteria hasil : Mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman yang tepat mengenai gangguan anak. Mengekspresikan perasaan yang tepat dengan penurunan prilaku defensif. ( penyangkalan, proyeksi, rasionalisasi )

Intervensi / implementasi Rasional 1. Temui anggota keluarga Konseling dapat membantu keluarga secara teratur untuk mengekspresikan perasaan, memaparkan mendiskusikan perasaan reaksi mereka pada gangguan pada anak. dan prilaku. 2. Bantu kelurga mengembangkan metode baru yang berhubungan dengan prilaku anak. 3. Rujuk kesumber sember lain jika ( mis : psikoterapi, rohaniawan, kelompok pendukung ). 4. Dorong keterlibatan keluarga dalam program training untuk menjadi psikoterapi sesuai indikasi. Keterampilan intervensi yang efektif dapat membantu kelurga untuk meningkatkan harga diri dan mengontrol lingkungan mereka. Mengembangkan sistem pendukung dapat mempertahankan keterampilan koping integritas keluarga : memberikan contoh peran dan harapan masa depan. Meningkatkan keterlibatan yang besar dan kesinambungan situasi terapeutik memungkinkan pemantauan terapi dan perkembangan anak.

IV.

Evaluasi Dapat menggunakan suara, kata kata atau gerakan tubuh dalam cara yang interaktif dengan orang lain. Anak dapat mengawali interaksi secara verbal / non verbal dengan orang lain. Anak dapat berpartisipasi dalam aktivitas untuk meningkatkan interaksi dengan oran lain.
15

Keluarga mampu menunjukkan metode koping untuk prilaku anak yang lebih konsisten dan efektif. Keluarga menggunakan pengetahuan dan pemahaman yang tepat mengenai gangguan pada anaknya.
Keluarga mencari dukungan terapeutik sesuai dengan kebutuhan dari lu

BAB III

16

PENUTUP 3.1 Kesimpulan Jadi bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Gangguan bahasa ekspresif merupakan salah satu gangguan komunikasi dimana kemampuan ekspresif anak berada di kemampuan yang diharapkan. Namun gangguan bahasa ekspresif ini pada umumnya prognosisnya adalah baik, jika gangguan ini dapat terditeksi lebih dini dengan catatan etiologinya memungkinkan terjadi penyembuhan dengan terapi yang dimulai segera setelah di diagnosa gangguan bahasa ekspresif. Terapi tersebut terdiri dari latihan pendengaran, prilaku dan praktek dengan foenem ( unit suara ). Oleh karena itu setiap anak berkembang dengan kemampuan yang berbeda-beda, hindarilah menilai setiap anak berpatok ketat kepada perkiraan umur dibawah. Jarak usia dibawah hanyalah sebagai panduan dari kemampuan si anak pada umur-umur tertentu.Pemerolehan bahasa juga bisa dilihat dari kebiasaan melihat maupun mendengar dari kecil.

DAFTAR PUSTAKA

17

Muslim, Rusdi. 2003. Diagnosa gangguan jiwa, rujukan pengkajian PPDGI III. Jakarta : Pt. Nun jaya Judith M. Wilkinson. 2006. Buku saku diagnosa keperawatan NIC NOC. Jakarta : EGC Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. Jakarta :EGC Dongoes, marilynne. 2006. Rencana asuhan keperawatan psikiatri. Jakarta : EGC Karplan, harold I. 1997. Sinopsis psikiatri jilid 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara

18

Anda mungkin juga menyukai