Anda di halaman 1dari 12

Penyusun dan Fungsi Tulang dari Otot dan Sendi Bahu pada Manusia

Vincentius Manggala Putra 102011030 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731 v_manggala@yahoo.com Pendahuluan Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat di dalam tengkorak dan rongga dada, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagi cadangan fosfat, kalsium, dan ion lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini di dalam cairan tubuh. Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh. Jaringan bermineral ini memberi fungsi mekanik dan metabolik kepada kerangka. Karena itu tulang tidak bekerja sendiri, tulang kita dibantu otot rangka dan saraf. Masingmasing memiliki fungsi yang saling mendukung agar tubuh kita dapat beraktivitas seperti biasa. Disamping itu, sendi juga membantu tulang dan otot rangka melakukan variasi gerakan-gerakan yang dapat dilakukan oleh manusia dalam membantu pekerjaan sehari-hari. Ketiga hal tersebut akan dibahas dalam beberapa pokok bahasan berikut. ISI A. Makroskopis tulang, otot, dan sendi

Tulang atau rangka adalah penopang tubuh manusia.Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur.1

Tulang anggota gerak atas (extremitas superior)

Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:1 1. Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna 2. Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna. 3. karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh ligamen 4. metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges) 5. Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang. Tulang gelang bahu (klavikula dan scapula / belikat dan selangka) Tulang gelang bahu disebut juga tulang pectoral bahu tersusun atas 4 buah tulang yaitu 2 tulang belikat (skapula) dan 2 tulang selangka ( klavikula). Tulang selangka berbentuk seperti huruf "S", berhubungan dengan tulang lengan atas (humerus) untuk membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu berhubungan dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan tulang belikat.2 Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk segitiga dan pipih, terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk. Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi. Otot Otot merupakan suatu organ/alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi).2 Jenis Otot5
2

1. Otot motoritas (otot rangka), disebut juga otot serat lintang oleh karena di dalamnya protoplasma mempunyai garis-garis melintang. Pada umumnya otot ini melekat pada kerangka sehingga disebut juga otot kerangka. Otot ini dapat bergerak menurut kemauan kita (otot sadar), pergerakannya cepat tetapi lekas lelah, rangsangan dialirkan melalui saraf motoris. 2. Otot otonom, disebut juga otot polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garisgaris melintang. Otot-otot ini terdapat di alat-alat dalam seperti ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah dan lain-lain, dapat bekerja di luar kemauan kita (otot tak sadar) oleh karena rangsangannya melalui saraf otonom. 3. Otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang di dalam sel protoplsmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang tetapi kalau kita melihat fungsinya seperti otot polos, dapat bergerak sendiri secara otomatis oleh karena ia mendapat rangsangan dari susunan otonom. Otot semacam ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri. Sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka, dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu. Jadi otot kerangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istriahat, keadaannya tidak kendur sama sekali, tetapi mempunyai ketegangan sedikit yang disebut tonus. Hubungan Antartulang (Persendian/Artikulasi)3 Persendian ialah tempat perhubungan antara tulang-tulang penyusun rangka tubuh. Tulang hanya dapat dibengkokkan atau diputar di daerah sendi saja karena tulang sendiri terlalu keras untuk dibengkokkan tanpa patah. Secara fungsional sendi dapat dibedakan sebagai berikut. a. Sendi mati (sinartrosis), yaitu sendi yang tidak memungkinkan adanya gerak. Contohnya sendi antartulang penyusun tengkorak. b. Sendi kaku (amphiartrosis), yaitu sendi yang pergerakannya sedikit. Contohnya pada persendian tulang rusuk dan tulang dada. c. Sendi gerak (diartrosis), yaitu sendi yang pergerakannya bebas. Sendi ini dibedakan menjadi empat macam sebagai berikut. Sendi peluru, merupakan hubungan antara dua tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan ke segala arah. Ujung tulang yang satu berbentuk bonggol, sedangkan yang lainnya berbentuk mangkuk sendi. Mangkuk sendi dibalut oleh jaringan ikat sendi dan memiliki cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas. Misalnya antara gelang panggul dengan tulang paha, antara gelang bahu dengan tulang lengan atas. Sendi engsel, memungkinkan pergerakan ke satu arah seperti gerakan pintu dan jendela. Misalnya sendi pada siku dan lutut. Sendi pelana, yaitu persendian di mana tulang yang satu dapat bergerak kedua arah, misalnya ke depan ke belakang atau ke kiri kanan. Misalnya antara tulang ibu jari dan tulang telapak tangan.

Sendi putar, yaitu persendian di mana tulang yang satu berputar mengitari tulang lainnya. Misalnya antara tulang pengumpil dan tulang hasta, antara tulang betis dan tulang kering.

Mikroskopis jaringan dan tulang Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh, membentuk sekitar separuh berat tubuh.5Jaringan otot mencapai 40% sampai 50% berat tubuh pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.1 Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.1 a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan. b. Eksitabilitas, yaitu kemampuan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf. c. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran
4

semula. d. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot. Jenis-Jenis Otot Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot jantung, dan otot polos. 1. Otot rangka (Otot lurik) Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunyai jalur-jalur melintang gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunyai banyak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis. Semakin besar otot, semakin banyak jumlah serabutnya.1 a. Otot bisep lengan pada lengan atas adalah otot besar dan tersusun dari 260.000 serabut. b. Otot kecil, seperti dalam stapedius dalam telinga tengah hanya terdiri dari 1.500 serabut. Organisasi mikrospopik serabut otot rangka adalah1 1. Miofibril , adalah unit kontraktif yang mengalami spesialisasi, volumenya mencapai 80% volume serabut. 2. Selain miofibril silindris terdiri dari mikrofilamen tebal dan miofilamen tipis. a. Miofilamen tebal terdiri terutama dari protein miosin. Molekul myosin disusun untuk membentuk ekor berbentuk cambuk dengan dua kepala globular. b. Miofilamen tipis tersusun dari protein aktin. Dua protein tambahan pada filament tipis adalah tropomiosin dan troponin, melekat pada aktin. Struktur Otot Rangka Dilihat di bawah mikroskop cahaya, sebuah miofibril yang berada dalam keadaan relaksasi memperlihatkan pita-pita gelap (pita A) dan pita terang (pita I) berganti-ganti.Pita A terdiri dari tumpukan filament tebal bersama bersama dengan bagian dari filament tipis yang tumpang filament tipis yang tumpang tindih di kedua ujung filamen tebal.Daerah yang lebih
5

terang di dalam bagian tengah pita A, tempat filamen-filamen tipis tidak bertemu, dikenal sebagai zona H. hanya bagian tengah filamen tebal yang di jumpai di daerah ini.Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya tidak menonjol ke pita A. Di bagian tengah setiap pita I yang memadat terlihat sebuah garis Z vertical.Daerah antara dua garis Z disebut sarkomer, yang merupakan unit fungsional otot rangka.Unit fungsional setiap organ adalah komponen terkecil yang terdapat melaksanakan semua fungsi organ yang bersangkutan.Sarkomer adalah komponen terkecil suatu serat otot yang mampu berkontraksi. Garis Z adalah protein sitoskeleton yang menggepeng yang menghubungkan filamen-filamen tipis dari dua sarkomer yang berdampingan. Seperti garis-garis Z yang menahan sarkomer-sarkomer agar tetap menyatu dalam suatu rantai di sepanjang miofibril, diyakini terdapat suatu protein penunjang yang menahan filamen-filamen tebal secara vertical di dalam setiap tumpukan. Protein tersebut sebagai garis M, yang berjalan vertical di bagian tengah pita A dan di tengah zona H.

Gambar 1 Organisasi Otot Rangka Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian:6 1. Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang menggembung 2. Urat otot (tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil. Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut ini: a. Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannyaketika otot berkontraksi. b. Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.

Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi, Sebaliknya jika otot tidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan menjadi kisut atau mengalami atrofi.6 2. Otot jantung Adalah otot lurik, involunter dan hanya ditemukan pada jantung.1 a. Serabut terenlongasi dan membentuk cabang dengan satu nucleus sentral. b. Panjangnya berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diametrnya sekitar 15 mikron. c. Diskus terinteralasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan dengan sel-sel otot tetangga. d. Kontraksi otot jantung kuat dan berirama.

3. Otot polos Otot polos adalah otot yang tidak berlurik, dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding orang berongga seperti kandung kemih, uterus, sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius dan sistem sirkulasi darah.1 a. Serabut otot berbentuk spindel dengan nucleus sentral yang terelongasi. b. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus orang hamil. c. Kontraksi kuat dan lambat. Fungsi Otot4 Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena satu rangsangan, melainkan karena suatu rangkaian rangsangan berurutan. Rangsangan kedua memperkuat rangsangan pertama dan rangsangan ketiga memeperkuat rangsangan kedua .Dengan demikian terjadilah ketegangan atau tonus yang maksimum .Tonus yang maksimum terus menerus disebut tetanus. Sifat Kerja Otot Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Antagonis Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan,contohnya adalah: 1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot bisep.

2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna. 3. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan menengadah. 4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tanganmenengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.

b. Sinergis Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup). Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras, danbagian tengahnya menggembung. Karena memendek, tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk menggerakan tulang ke satu arahtertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi.Namun relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu,harus ada otot lain yang berkontraksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisisemula, diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda. Mekanisme Kontraksi Otot A. Kontraksi Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak. Gerakan pergeseran itu mengakibatkan
8

perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H dan filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi (Gambar 3).

Gambar 3 Kontraksi otot pada filamen aktin-miosin (sumber: www.biologimediacentre.com) Awal terjadinya kontraksi bermula dari dilepasnya ion kalsium (Ca2+) yang berada di antara sel otot oleh asetikolin. Asetilkolin merupakan golongan ester asetil dari kolin yang diproduksi oleh bagian ujung serabut saraf. Asetilkolin bekerja pada suatu daerah di membran otot untuk membuka saluran bergerbang-asetilkolin yang jika terbuka akan membebaskan ion positif penting seperti natrium (Na+), kalium (K+), serta menyebabkan retikulum sarkoplasma membebaskan ion kalsium (Ca2+) yang telah tersimpan di retikulum. Setelah ion kalsium dilepaskan, ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan mengangkut troponin serta tropomiosin menuju ke aktin. Dari tiga macam troponin yang ada, yaitu troponin I, C, dan T, yang berfungsi untuk mengikat kalsium adalah troponin C dengan menggunakan sisi aktifnya. Terikatnya ion kalsium dengan troponin C akan mengubah konformasi troponin sehingga troponin menekan tropomiosin yang menyebabkan sisi aktif aktin untuk kepala miosin menjadi terbuka.4 Aktin akan tertarik mendekati kepala miosin yang mengandung ATP dan akan saling bertempel membentuk aktomiosin. Hal tersebut mengakibatkan pemendekan otot yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Ikatan aktin-miosin hanya berlangsung dalam waktu yang singkat karena jika kepala miosin sudah mengikat ATP kembali, ikatan tersebut akan segera terlepas. Jika tidak tersedia cukup ATP, ikatan aktin-miosin dapat menjadi stabil yang dapat menyebabkan kram otot jika ikatan aktin-miosin yang stabil ini terjadi secara
9

berkepanjangan yang membuat otot terus berkontraksi.4 oleh karena itu kram otot dapat terjadi karena otot kekurangan ATP. Untuk berkontraksi, otot memerlukan energi yang diperoleh dari penguraian ATP menjadi ADP + P + energi. ATP sendiri dapat diperoleh dari proses glikolisis, fosforilasi oksidatif, kreatin-P, 2 mol ADP yang membentuk AMP + ATP, serta oksidasi benda keton. Untuk proses glikolisis akan dihasilkan 38 ATP, fosforilasi oksidatif akan membentuk ATP di membran bagian dalam mitokondria, dan kreatin akan melalui beberapa tahapan untuk menghasilkan ATP. Pembentukan kreatin berawal di ginjal dan diselesaikan di hati. Glisin akan bergabung dengan arginin untuk membentuk guanidinoasetat yang kemudian mengalami metilasi di hati oleh Sadenosilmetionin (SAM) untuk membentuk Kreatin. Kreatin mengalir melalui darah ke jaringan lain terutama otot dan otak untuk bereaksi dengan ATP dan membentuk kreatin fosfat yang dikatalisis oleh kreatin fosfokinase. Kreatin fosfat berfungsi sebagai simpanan fosfat berenergi tinggi yang cepat menghasilkan ATP dari ADP yang berperan penting dalam otot yang berkontraksi. Selain energi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontraksi kerja otot, yaitu: Pertama treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril. Kedua summasi. Berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang). Ketiga fatique. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri. Keempat tetani. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi. Kelima rigor. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke retikulum sarkoplasma melalui mekanisme pemompaan. B. Relaksasi4 Dalam keadaan normal, setelah otot berkontraksi pasti akan diikuti dengan proses relaksasi, yaitu otot dalam keadaan istirahat. Relaksasi otot terjadi apabila pemberian rangsang ke sel otot dihentikan. Ion kalsium akan kembali ke plasma sel
10

yang menyebabkan troponin C tidak lagi berikatan lagi dengan ion kalsium. Dengan demikian, konformasi dan posisi troponin serta posisi aktin dan miosin akan kembali seperti semula di mana aktin dan miosin akan berpisah. Keadaan aktin berpisah dari miosin inilah yang disebut dengan otot relaksasi.

11

Kesimpulan Sel-sel otot dirancang khusus untuk berkontraksi. Terdapat tiga jenis otot: rangka, polos, dan jantung. Otot rangka terdiri dari berkas sel-sel otot yang panjang dan silindris yang dikenal sebagai serat otot dan dibungkus oleh jaringan ikat. Serat otot penuh dengan miofibril, dengan setiap miofibril terdiri dari rangkaian filamen tebal dan tipis yang bertumpuk dan sedikit bertumpang tindih. Susunan seperti ini menyebabkan serat otot rangka tampak bergaris-garis pada pemeriksaan di bawah mikroskop. Filamen tebal terdiri dari protein miosin. Jembatan silang dibentuk dari ujung-ujung globuler molekul miosin yang menonjol dari setiap filamen tebal. Filamen tipis terutama terdiri dari protein aktin, yang memiliki kemampuan berikatan dan berinteraksi dengan jembatan silang miosin untuk menghasilkan kontraksi. Akan tetapi, dua protein lain yakni troponin dan tropomiosin, terletak melintang di permukaan filamen tipis untuk mencegah interaksi jembatan silang ini dalam keadaan istirahat.

Daftar Pustaka 1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: ECG; 2004: 2. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: ECG; 2002: 3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006: 4. Guyton AC, Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2010: 5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003. 6. Susilowarno RG, Hartono RS, Mulyadi. Biologi. Jakarta: Grasindo, 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai