Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Dewan perwakilan rakyat daerah (disingkat DPRD) adalah bentuk lembaga perwakilan rakyat (parlemen) daerah (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia yang berkedudukan sebagai daerah. unsur penyelenggara pemerintahan diatur daerah bersama terakhir

dengan pemerintah

DPRD

dengan undang-undang,

melaluiUndang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Salah satu perubahan yang merupakan hasil dari gerakan menentang orde baru adalah perubahan terhadap sistem pemerintahan daerah, sistem pemerintahan daerah pasca reformasi mengalami babak baru yang lebih memberikan harapan bagi terwujudnya keadilan dan pemerataan bagi masyarakat. Dengan diberlakukannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang telah diganti dengan UU No. 32 dan 33 tahun 2004. Undang-Undang tersebut telah melimpahkan kekuasaan baik secara politik maupun secara administratif kepada daerah untuk menyelenggaran kewenangan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif masyarakat didaerah selain 6 (enam) kewenangan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat antara lain politik luar negeri, moneter dan fiscal nasional, agama, pertahanan, keamanan, dan yudisial. Pelimpahan kewenangan itulah yang kita namakan dengan otonomi daerah. Pelimpahan itu secara otomatis juga memindahkan fokus politik ke daerah karena pusat kekuasaan tidak hanya dimonopoli oleh pemerintah pusat seperti di era sentralisasi namun telah terdistribusi ke daerah.

BAB II PEMBAHASAN

Pelimpahan kewenangan itu disertai pula dengan pemberian kekuasaan yang lebih besar bagi Dewan Perwakilan Rakyat/DPRD dalam menjalankan fungsi Legislasi, Budgeting dan Controling. Karena diharapkan dengan Otonomi Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD mampu meningkatkan peran pembuatan peraturan daerah yang sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat di daerah. Namun demikian proses transisi menuju perilaku kekuasaan yang transparan, partisipatif dan akuntabel dalam menjalankan kekuasaan membutuhkan instrumen dan instrumen yang paling tepat untuk mewujudkan perubahan itu adalah hukum sebagaimana pendapat Roscoe Pouend Law is a tool of Social engineering.

Apabila kita menempatkan hukum sebagai alat rekayasa sosial maka tak pelak akan menepatkan peraturan perundang-undangan pada posisi yang sangat penting dalam mengatur tata kekuasaan maupun masyarakat. Dalam hal ini peranan hukum tertulis di tingkat daerah atau Perda menjadi sangat penting. Penggunaan hukum tertulis sebagai alat rekayasa sosial nampaknya sudah menjadi ciri dari negara hukum modern1, sebagaimana pendapat ahli sosiologi hukum Marc Galentar mengenai cirri-ciri hukum modern, yaitu : Hukum modern terdiri dari berbagai aturan aturan yang diterapkan dengan cara yang tidak berbeda-beda dimana-mana. Berlakunya aturan itu bersifat teritirial dan tidak bersifat pribadi.

Perundang-undangan modern bersifat transaksional. Hak-hak dan kewajiban diberikan secara berbanding menurut hasil-hasil transaksi (yang berupa kontrak-kontrak, kerugian-kerugian dan lain-lain) antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. a) Kaedah-kaedah hukum modern adalah universalitas; b) Sistem-sistem ini bersifat hirarkhis; c) Sistem-sistem ini diatur secara birokratis; d) Sistem ini bersifat rasional; e) Sistem ini dijalankan oleh para yuris; f) Sistem ini lebih bersifat teknis dan kompleks. Timbulah para perantara professional yang khusus menghubungi mahkamah dengan orang-orang yang harus berhubungan dengannya. Pengacara-pengacara perantara umum; g) Sistem ini dapat diubah; h) Sistem ini bersifat politik; i) Tugas membuat UU dan menerapkannya keadalam keadaan yang bersifat teknis dan pejabatnya dibedakan dari fungsi-fungsi pemerintahan lainnya. Ada pemisah antara legislative, eksekutif dan yudikatif secara jelas.2 Transisi di tingkat daerah seharusnya diprakarsai oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melaui penyusunan Peraturan Daerah yang berorientasi terutama untuk melakukan perubahan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang transparan, akuntabel dan partisipatif serta melindungi potensi dan kearifan local (Local Wisdom) yang ada didaerahnya.

A. Fungsi DRRD menurut Perundang-undangan Dewan Perwakilan Rakyat di Daerah (DPRD) berdasarkan UU No. 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR/DPR/D/DPD dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kekuasaan membuat Peraturan Daerah (Perda) kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) sebagaimana yang diamanahkan dalam bab Ketiga Pasal 77 tentang Fungsi DPRD yaitu DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi: a. Legislasi Adanya reposisi dan refungsionalisasi DPRD telah menempatkan DPRD pada posisi yang sejajar dengan Pemerintah Daerah, dan dikembalikan ke fungsi yang seharusnya sebagai badan legislative daerah. Dan seharusnya DPRD dapat memainkan peranannya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, diantaranya dalam pembentukan Perda yang merupakan fungsi legislasi diwujudkan melalui pelaksanan hak mengajukan Raperda dan hak mengadakan perubahan atas Raperda.

b. Anggaran Fungsi Anggaran adalah salah satu fungsi yang melekat pada DPRD di samping fungsi legislasi dan fungsi pengawasan sesuai UU 27 tahun 2009. Bagaimanakah implementasi fungsi anggaran DPRD dalam pengelolaan keuangan daerah ? Seperti apa pedoman penyusunan anggaran tahun 2011 berdasarkan Permendagri 37 tahun 2010 ? Bagaiamana penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berpihak kepada rakyat ? Bagaimana penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang benar sehingga aman dari tindak pidana korupsi

c. Pengawasan Fungsi Pengawasan adalah kewenangan dewan untuk melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan lainnya, pengawasan pelaksanaan APBD, mengawasi kebijakan dan kinerja pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah. Adanya pelayananan publik yang berkualitas mempersyaratkan adanya kebijakan daerah yang progresif memihak masyarakat. Sebagai stakeholder utama dalam penyediaan pelayanan publik daerah, DPRD diharapkan mampu mendorong adanya peningkatan kualitas pelayanan publik. Sebagai pilar utama dalam pemerintaran daerah, DPRD perlu lebih responsif dengan memperkuat fungsi pengawasan terhadap penyediaan pelayanan publik di daerah

Sedangkan pasal 78 mengatur tentang tugas dan wewenang DPRD, DPRD Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang: a. membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama; b. menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan

bupati/walikota; c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan

bupati/walikota APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur; e. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah f. Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang

menyangkut kepentingan daerah; dan g. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Ketentuan tersebut diatur juga dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 41 DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Dan Pasal 42 yang berbunyi : DPRD mempunyai tugas dan wewenang : a) membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama; b) menetapkan bupati/walikota; c) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah. APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur; e. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang

menyangkut kepentingan daerah; dan f. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Namun pergeseran kekuasan legislasi di daerah dari eksekutif kepada legislative tersebut belum disertai dengan peningkatan produktifitas DPRD dalam memproduk Peraturan Daerah yang berasal dari inisiatif DPRD, itulah yang selama ini terjadi di di DPRD Kota Malang. Rancangan Peraturan Daerah kota Malang masih tetap lebih banyak berasal dari eksekutif dari pada legislatif, lalu dimana letak urgensi dari pergeseran tersebut kalau pergeseran itu tidak dibarengi dengan peningkatan baik kualitas maupun kuantitas peraturan daerah dari inisiatif DPRD

B. DPRD berkedudukan di setiap wilayah administratif a. Dewan perwakilan rakyat daerah provinsi (DPRD provinsi), berkedudukan di ibukota provinsi. b. Dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten (DPRD kabupaten), berkedudukan di ibukota kabupaten. c. Dewan perwakilan rakyat daerah kota (DPRD kota), berkedudukan di kota. DPRD merupakan mitra kerja kepala daerah (gubernur/bupati/wali kota). Sejak diberlakukannya UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah tidak lagi bertanggung jawab kepada DPRD, karena dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah.

C. Tugas dan wewenang DPRD adalah:


Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang diajukan oleh kepala daerah. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD. Mengusulkan:

Untuk DPRD provinsi, pengangkatan/pemberhentian gubernur/wakil gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan/pemberhentian. Untuk DPRD kabupaten, pengangkatan/pemberhentian bupati/wakil bupati kepada Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri. Untuk DPRD kota, pengangkatan/pemberhentian wali kota/wakil wali kota kepada Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri.

Memilih wakil kepala daerah (wakil gubernur/wakil bupati/wakil wali kota) dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah. kepala daerah dalam

Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
8

Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Anggota DPRD memiliki hak mengajukan rancangan peraturan daerah, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri, imunitas, mengikuti orientasi dan pendalaman tugas, protokoler, serta keuangan dan administratif. DPRD berhak meminta pejabat negara tingkat daerah, pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan perundangundangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan perundangundangan). D. Keanggotaan DPRD Anggota DPRD merupakan anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Jumlah anggota DPRD adalah sebagai berikut:

Untuk DPRD provinsi, berjumlah antara 35-100 orang. Untuk DPRD kabupaten/kota, berjumlah antara 20-50 orang.

Keanggotaan DPRD provinsi diresmikan dengan keputusan menteri dalam negeri sedangkan untuk DPRD kabupaten/kota diresmikan dengan keputusan gubernur. Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

E. Penyelenggara / Alat kelengkapan dan sekretariatan DPRD Alat kelengkapan DPRD terdiri atas pimpinan, badan musyawarah, komisi, badan legislasi daerah, badan anggaran, badan kehormatan, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPRD, dibentuk sekretariat DPRD yang personelnya terdiri atas pegawai negeri sipil.

Sekretariat DPRD adalah penyelenggara administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan bertugas menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Sekretariat DPRD dipimpin seorang sekretaris DPRD yang diangkat oleh kepala daerah atas usul pimpinan DPRD. Sekretaris DPRD secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah. Fungsi sekretariat DPRD adalah sebagai berikut:

Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD. Penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.

F. Susunan Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama : : : : : : : : : Hj. IDA HERNIDA, SH, M.Si Sekretaris DPRD H. EDDY SETIAWAN, SH. MH. Kepala Bagian Persidangan DRS. ARIF AHMAD RIVAI, M.SI. Kepala Sub Bagian Rapat dan Risalah DENNY YUSUF, SH, M. Si Kepala Bagian Perundang-undangan GATOT RAHARDJA, SH Kasubag Jabatan : undangan Hukum dan Perundang-

10

Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan

: : : : : : : : : : : : : : : : : :

HJ. YUNINGSIH, S.SOS Kasubag Pengkajian SRI SUNANI, S.SOS., M.SI Kasubag Dokumentasi dan Perpustakaan Dra. Hj. SITI NINA NURASIDAH Kepala Bagian Humas dan Protokol Drs. SUDIANA Kasubag Humas dan Layanan Aspirasi DRS. ARI HARMEDI M. Kasubag Protokol NANANG SYAEFUDDIN, S.SOS., M.Si Kasubag Publikasi Dra. Enny R. Oetoyo, MM Kepala Bagian Keuangan HERMANSYAH, S.Sos. Kasubag Verifikasi dan Pembukuan DRA. WIWIE J. WARMANA Kasubag Urusan Dalam

11

Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan Nama Jabatan

: : : : : : : : : : : :

ATEN SUTENDI, SE., MM Kasubag Perbendaharaan Drs. BAMBANG YANTO Kasubag Komisi dan Kepanitiaan YUSUF INDRAWAN, S.Si. M.SI Kasubag TU Pimpinan DEDI DARMAWAN. SH., MM Kepala bagian Umum & administrasi DRA. SINTA KURIJANI Kasubag Kepegawaian YEDI SUNARDI, SE., MM Kasubag Perlengkapan dan Pemeliharaan

Nama

H. Dodi Sukmayana, SE., MM.

Untuk meningkatkan kinerja lembaga dan membantu pelaksanaan fungsi dan tugas DPRD secara profesional, dapat diangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan kebutuhan. Para pakar/ahli tersebut berada di bawah koordinasi sekretariat DPRD.

12

G. Kekebalan hukum Anggota DPRD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPRD, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan tata tertib dan kode etik masingmasing lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai pengumuman rahasia negara.

H. Penyidikan Jika anggota DPRD diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan, permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis dari Mendagri atas nama Presiden. Ketentuan ini berlaku apabila anggota DPRD melakukan tindak pidana korupsi dan terorisme serta tertangkap tangan (seperti tindak pidana penyalahgunaan narkoba).

13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Optimalisasi peran DPRD merupakan kebutuhan yang harus segera diupayakan jalan keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas, wewenang, dan hak-haknya secara efektif sebagai lembaga legislatif daerah. Optimalisasi peran ini oleh karena sangat tergantung dari tingkat kemampuan anggota DPRD, maka salah satu upaya yang dilakukan dapat diidentikkan dengan upaya peningkatan kualitas anggota DPRD. Buah dari peningkatan kualitas dapat diukur dari seberapa besar peran DPRD dari sisi kemitra sejajaran dengan lembaga eksekutif dalam menyusun anggaran, menyusun dan menetapkan berbagai Peraturan Daerah, serta dari sisi kontrol adalah sejauhmana DPRD telah melakukan pengawasan secara efektif terhadap Kepala Daerah dalam pelaksanaan APBD atau kebijakan publik yang telah ditetapkan. Namun yang juga tidak kalah pentingnya, optimalisasi peran DPRD ini alangkah lebih baik jika dibarengi dengan peningkatan pemehaman mengenai etika politik bagi anggota DPRD, agar pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran, legislasi, dan pengawasan dapat berlangsung secara etis dan proporsional. Dengan pemahaman yang mendalam mengenai etika politik, setiap anggota DPRD tentu akan mampu menempatkan dirinya secara proporsional, baik dalam berbicara maupun bersikap atau bertindak, serta tidak melupakan posisinya sebagai wakil rakyat yang telah memilihnya. Sebagai salah satu contoh adalah tidak etis jika dalam situasi krisis yang multidimensional ini, anggota DPRD lebih mementingkan diri dan golongannya, ketimbang memperjuangkan nasib rakyat yang diwakilinya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Bagir Manan, Menyonsong Fajar Otonomi Daerah, , Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII Yogyakarta, 2002 Bintan R.Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, Media Pratama, Jakarta, 1988. Josef R. Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indones Yogyakarta, Raja Grafindo, 1997. Miriam Budiardjo dan Ibrahim Ambong, Fungsi Legislatif Dalam Sistem Politik Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, 1995. Solly M, Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan , Mandasr Maju, Bandung, 1989. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji dalam Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, P.T. Rajawali Pers, Jakarta, 1990. Fauzi Syam. Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Daerah, {PSHP UNJA, Jambi, 1999.) Rozali Abdullah, Produk Hukum Daerah, (PSHP UNJA, Jambi, 2000) Gaya

15

Anda mungkin juga menyukai