Anda di halaman 1dari 10

Edisi 011, September 2011 Review paper

A Pr o

BOON OR A BANE je FOR DEMOCRACY?


ital

kaa

D
Amr Hamzawy and Nathan J. Brown
Berkah atau Kutukan Buat Demokrasi?
Review Paper oleh Nur Iman Subono

ig

ct

Edisi 011, September 2011 Review paper

Sumber Paper: Amr Hamzawy and Nathan J. Brown, A Boon or a Bane for Democracy?, Journal of Democracy, Volume 19, Number 3, July 2008

Artikel ini membahas peran gerakan Islam c ar us utama dalam politik Arab. Apakah peran mereka sebagai aktor politik akan membawa harapan yang baik (berkah) atau justr u masalah (kutukan) bagi proses demokrasi? Selama ini, menur ut penulis, kita mencoba mencari jawaban atas pertanyaan tersebut hanya melalui spekulasi-spekulasi mengenai tujuan sejatinya gerakan dan juga dari apa yang rp dikatakan para pemimpinnya. Padahal us semakin banyak, baik pengamat luar ta maupun ang g ota masyarakat sendiri, yang mempertanyakan apa sebenarnya yang menjadi tujuan utama dari gerakan politik Islam di dunia Arab.

cy a r

Dem

Pe

Edisi 011, September 2011 Review paper

Pro

je
ct

kaa

rtikel yang ditulis Amr Hamzawy, profesor ilmu politik di Cairo University dan Nathan J. Brown, profesor ilmu politik dan hubungan internasional di George Washington, memberikan penjelasan mengenai peran yang dimainkan gerakan arus utama Islam dalam politik di Dunia Arab. Sejauh ini, menurut kedua penulis tersebut, kita sering melihat peran tersebut lebih berdasarkan spekulasi-spekulasi yang berkaitan apa yang menjadi tujuan sejati gerakan-gerakan Islam tersebut, dan apa yang sering muncul dalam pernyataan-pernyataan para pemimpinnya. Kita harus menyadari bahwa banyak pernyataan tersebut yang tidak bisa menjelaskan lebih mendalam kaitan antara gerakan Islam dan prospek demokrasi di Dunia Arab. Sedikitnya ada 2 persoalan yang muncul di sini. Pertama, selama kelompok-kelompok Islam arus utama ini masih berada di luar kekuasaan, kebanyakan dari mereka pada dasarnya tidak bisa
3

ig

ital

Edisi 011, September 2011 Review paper

membuktikan lebih mendalam soal kaitan diri mereka dan prospek demokrasi. Bahkan umumnya banyak dari pemimpinnya tidak tahu harus bertindak seperti apa saat mereka mendapatkan kesempatan untuk memiliki otoritas kekuasaan. Kedua, gerakan-gerakan Islam ini pada cy a dasarnya sangat ideologis, meskipun r c warnanya yang muncul sangat umum. Mengapa demikian? Ini sebagian besar karena gerakan Islam yang ada umumnya merupakan koalisi dari berbagai kelompok Islam yang ada.

Atas dasar itu, menurut kedua penulis, perlu pengamatan yang lebih diarahkan pada sistem politik di rp mana gerakan-gerakan Islam itu ada dan beroperasi. Faktanya memang us ta sistem politik Dunia Arab tidaklah tunggal atau seragam. Ada 3 pola yang berbeda secara tajam yakni, (1) negara yang lemah dan gagal; (2) rezim yang inklusif; dan (3) rezim semi-otoriter yang eksklusionaris.

Dem

Pe

Edisi 011, September 2011 Review paper

Pro

je
ct

1. Meski berbeda tempat dan gerakan Islamnya, tapi Irak, Lebanon dan Palestina masuk dalam pola pertama yang memiliki ciri-ciri yang sama yakni, adanya kebebasan organisasi dan individu, pluralitas dalam sistem politik, dan organ-organ negara yang lemah dalam menciptakan ketertiban dan kestabilan. Faktor-faktor ini merupakan preskripsi untuk ketidakstabilan dan munculnya cara kontestasi politik yang merusak, dan ini tidak kondusif buat demokrasi. Gerakan2 Islam seringkali memilih cara-cara militer dalam memperjuangkan aspirasi dan tuntutan politiknya. 2. Gerakan-gerakan Islam di Aljazair, Bahrain, Kuwait, dan Maroko merupakan kasus yang menjanjikan, masuk dalam pola kedua, untuk masa depan demokrasi di Dunia Arab. Mereka memilih untuk berpartisipasi secara penuh dan damai dalam proses-proses politik. Mereka meyakini bahwa

n kaa

ig

ital

Edisi 011, September 2011 Review paper

mereka dapat bekerja secara gradual melalui sistem politik yang ada untuk memperdalam dan memperluas keterbukaan politik dengan berkolaborasi dengan kalangan elite penguasa dan kekuatankekuatan politik lainnya. Singkatnya, meski dengan berbagai perbedaan, cy a r mereka memiliki 3 ciri utama c yakni, (a) respek pada kerangka kelembagaan negara di mana mereka beroperasi; (b) menerima pluralitas sebagai cara politik yang absah; dan (c) mengundurkan diri secara bertahap dari perdebatan ideologis menuju pada agenda-agenda pragmatis dengan tujuan utamanya mempengaruhi kebijakan publik.

Dem

3. Mesir dan Sudan, serta juga Jordan dan Yaman, masuk dalam pola ketiga di mana kekuasaan semiotoriter memperlakukan gerakangerakan Islam sesuai dengan bergeraknya angin politik yang sedang terjadi. Mereka tetap menjadi aktor politik yang relevan untuk berpartisipasi dalam kehidupan
6

Pe

rp

us

ta

Edisi 011, September 2011 Review paper

politik formal meski saluran politik yang ada tidak pasti dan tidak bisa dipercaya. Meski ada 3 pola yang berbeda dengan kasus gerakan-gerakan Islam yang berbeda-beda, tapi tetap saja secara real politik, mereka tidak mudah untuk bisa berkuasa secara penuh dalam sistem politik yang ada. Bisa jadi mereka hanya mitra junior dari kekuasaan, atau paling-paling mendapat jatah menteri di kabinet. Tapi pertanyaannya kemudian, mengapa mereka tetap berpartisipasi dalam sistem politik yang ada meski mereka tahu bahwa sangat sukar untuk bisa menguasainya secara penuh? Sedikitnya ada dua jawaban di sini, dan ini berkaitan dengan motivasi dari gerakan-gerakan Islam dan juga para pemimpinnya. Pertama, gerakan-gerakan Islam berpartisipasi secara politik sebetulnya dalam rangka untuk melindungi diri mereka sendiri dari dorongandorongan otoriter kalangan elite penguasa. Ini terlihat misalnya
7

Pro

je
ct

kaa

ig

ital

Edisi 011, September 2011 Review paper

dalam kasus yang dialami Gerakan Persaudaraan di Mesir ketika berkonfrontasi dengan kekuasaan politik. Demikian juga dengan Gerakan Persaudaraan di Jordania ketika mengalami ketegangan dan gesekan dengan rezim monarki Hashemite. Kedua, motivasi dari y c a keinginan para pemimpin gerakan r c Islam untuk menunjukkan pada basis konstituennya mengenai peran yang mereka mainkan sebagai partisipan yang aktif dalam prosesproses pembaruan sosial dan politik. Pengalaman historis dari berbagai gerakan-gerakan Islam yang berbeda telah memperlihatkan kejerahan motivasi dalam psikologi politik r gerakan Islam.

Dem

Relasi gerakan-gerakan Islam dan demokrasi memang topik yang menarik meski harus disadari bahwa demokrasi bukan bagian dari persoalan bagaimana mengintegrasikan gerakan-gerakan Islam ke dalam politik yang ada. Lagi pula, pola-pola yang ditawarkan kedua penulis ini sangat cair sehingga
8

Pe

us

ta

Edisi 011, September 2011 Review paper

susah untuk dipertahankan, apalagi dengan berubahnya konstalasi politik di Dunia Arab baru-baru ini.

Pro

je
ct

kaa

ig

ital

Edisi 011, September 2011 Review paper

Review Paper ini diterbitkan oleh Democracy Project, Yayasan Abad Demokrasi.

Jika Anda berminat mendapatkan artikel yang direview, silakan isi form permintaan. Kode artikel: AMH001

Dem
Pe

2011

cy a r

rp

us

ta

10

Anda mungkin juga menyukai