Anda di halaman 1dari 7

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakso Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga baso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai. Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia hal ini ditunjukkan dari istilah Bakso berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti daging babi giling. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam. Seiring berkembangnya waktu, istilah bakso menjadi lebih dikenal dengan daging giling saja (Wikipedia, 2012). Menurut Nata (2013), beberapa kreasi bakso unik hasil inovasi masyarakat Indonesia, diantaranya: 1. Bakso Kaget merupakan kreasi bakso yang membuat para konsumen menjadi penasaran ketika memakannya. Isi yang ditambahkan di dalam bakso beraneka jenis, seperti telur, jamur, keju, jagung, udang, dan bahkan tanpa ada isinya. 2. Bakso Moncrot adalah kreasi bola bakso yang dimasukkan ke dalam buah tomat. Jadi konsumen harus membelah isi buah tomat untuk mencicipi pentol baksonya. 3. Bakso Tenis adalah bakso yang ukurannya sebesar bola tenis. Satu porsi bakso tenis benar-benar dapat membuat konsumen menjadi kenyang. Di beberapa daerah disebut dengan Bakso Klenger atau Bakso Super. 4. Bakso Bakar adalah kreasi bola bakso yang disajikan dengan cara dipanggang. Dalam pembuatannya, bakso harus dioles dengan bumbu spesial kemudian dipanggang pada bara api lalu dicelupkan dalam kuah atau tanpa kuah. 5. Bakso Kotak adalah kreasi bentuk bakso yang berbentuk kubus. Bakso ini dibuat dengan menggunakan cetakan kotak. Ada kesan lain yang dirasakan konsumen karena biasanya mereka menyantap bakso yang berbentuk bulat.
1

6. Bakso Rawit adalah kreasi bakso dengan mencampur gilingan daging dengan cacahan cabe rawit sehingga sensasi cita rasanya lebih pedas. 7. Bakso Hati (Love) adalah salah satu kreasi bakso berbentuk lambang cinta. Cocok menyasar kepada konsumen-konsumen remaja. 8. Bakso Lurik merupakan bakso yang berwarna lorang-loreng atau bintik-bintik. Bakso ini dibuat dengan daging giling dan sayur-sayuran. 9. Bakso Haram adalah nama istilah bakso yang terdapat di pulau Bali. Diberi istilah haram karena bahannya terbuat dari daging babi. 10. Bakso Sosis adalah bakso yang berbentuk seperti sosis. Dibuat dengan cara menggulung daging giling di atas nampan sehingga bentuknya seperti sosis/stik.

Bakso tidak hanya disantap begitu saja, dan sebagian orang beranggapan bahwa rasanya ada yang kurang tanpa pelengkapnya. Bakso dapat disantap dengan aneka taburan, mie, saus, sayuran, dan kerupuk. Tak hanya berfungsi sebagai penambah tekstur dan cita rasa, protein serta karbohidrat, macam-macam pelengkap tersebut juga berfungsi untuk menyeimbangkan nutrisi dan vitamin dalam semangkuk bakso (Rahmadianti, 2013).

B. Boraks Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu serta tekanan normal. Umumnya digunakan untuk mematri logam, proses pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, serta pembasmi kecoa. Boraks biasanya digunakan sebagai bahan pembersih atau antiseptik yang berupa hablur (kristal) berwarna kuning atau serbuk berwarna cokelat, yang bisa juga digunakan membantu melelehkan zat padat. Jika dikonsumsi manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit. Sebab, boraks dapat merusak jaringan syaraf, ginjal, dan hati. Menurut Encyclopedi Britanica dan Encyclopedi Nasional Indonesia, kata boraks berasal dari kata Arab, yaitu Bauroq, dan istilah melayunya tingkal, yang berarti putih, merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, tidak berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks merupakan garam Natrium Na2B4O7 10 H2O, yang banyak digunakan berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal kuat itu karena dibuat dengan campuran boraks. Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra bonat, natrium biborat, natrium piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika
2

dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium hidroksida dan asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan kompres, dan obat pencuci mata. Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang sangat murah. Selain itu boraks bagi industri farmasi memberikan untung yang besar (Supli Effendi, 2004). Boraks dalam tubuh manusia bersifat akumulatif dalam organ tubuh , seperti otak,

Boraks merupakan salah satu zat aditif pada makanan. Yakni zat yang ditambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan dengan maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis), menyedapkan (penyedap), mengharumkan dan sebagai pengawet makanan serta pengenyal. Boraks yang dipergunakan sebagai pengenyal berupa sodium boraks, yang dalam istilah awamnya disebut bleng. Banyak makanan yang berasal dari Jawa mempergunakan bleng sebagai salah satu bahan dasar pengolahan makanan, seperti gendar atau puli, lopis, dan kerupuk gendar atau karak. Memang dari segi rasa, makanan tersebut digemari oleh masyarakat, karena selain enak, gurih, dan kenyal, juga tahan lama. Bleng juga dipergunakan dalam pembuatan bakso dan mi agar kenyal, menggurihkan makanan, serta tahan lama (Aryani, 2006). Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku akan dipajara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan (Wikipedia, 2013). Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 20 g atau lebih (Laetitia, 2006).

III.

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 9 Juli 2013 pukul 10.0012.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kesehatan Lingkungan, STIKES Mandala Waluya, Kendari.

B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaannya pada praktikum identifikasi kandungan boraks pada bakso

No. Nama Alat 1. 2. Lumpang porselin

Kegunaan Untuk menumbuk dan menghancurkan bakso

Beaker glass / gelas kimia Untuk mengukur larutan aquades 50 dan 100 ml

3.

Corong

Untuk memasukkan air bakso yang di saring ke dalam tabung reaksi

4. 5. 6. 7. 8.

Batang pengaduk Kertas saring Botol semprot Pipet tetes Tabung reaksi

Untuk mengaduk bakso yang dicampur dengan aquades Untuk menyaring campuran bakso dan aquades Untuk memasukkan aquades ke dalam gelas ukur Untuk mengambil larutan Untuk menyimpan air campuran bakso dengan aquades yang akan dicampur dengan reagen boraks

9. 10. 11.

Timbangan digital Kertas kurkumin boraks Cawan petri

Untuk menimbang bakso Untuk menguji warna boraks pada bakso Untuk menyimpan bakso yang telah dihancurkan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum identifikasi kandungan boraks pada bakso No. 1. 2. 3. Nama Bahan Bakso Reagen boraks Aquades Kegunaan Sebagai objek yang diamati dan diuji Sebagai larutan penguji kandungan boraks Sebagai cairan untuk mencampur bakso

C. Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan. 2. Tumbuk dan hancurkan bakso menggunakan lumpang porselin sampai merata. 3. Setelah hancur, simpan bakso pada cawan porselin. 4. Kemudian timbang bakso yang telah hancur sampai menunjukan 25 mg. 5. Masukkan larutan aquades sebanyak 50 ml ke dalam gelas ukur. 6. Lalu masukkan bakso hancur yang telah ditimbang ke dalam aquades 50 ml, kemudian aduk hingga merata. 7. Setelah merata, saring campuran bakso dan aquades sebanyak 5 ml menggunakan kertas saring. 8. Masukkan air bakso ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml, lalu teteskan reagen boraks sebanyak 3 tetes. 9. Setelah perlakuan kedua itu, teteskan campuran reagen boraks dan air bakso ke kertas kurkumin boraks sebanayak 3 tetes. 10. Tunggu beberapa menit (2 3 menit) untuk melihat apakah ada perubahan warna pada kertas kurkumin atau tidak. 11. Mencatat dan memotret hasil pengamatan.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan uji kandungan boraks pada bakso dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengamatan uji kandungan boraks pada bakso Sampel Perlakuan Uji Reaksi Kandungan Boraks Ditetesi boraks Bakso dengan reagen Tidak apa-apa ada perubahan Belum terlihat

Campuran reagen boraks Kertas kurkumin boraks (+), yaitu antara dengan bakso diteteskan yang berwarna kuning 0-50 mg/L. di kertas kurkumin boraks berubah menjadi orange (25 mg/L)

Dari hasil pengamatan tersebut, dapat dilihat bahwa pada saat menguji kandungan boraks pada bakso dengan menambahkan 3 tetes reagen boraks belum ada perubahan yang terjadi. Namun setelah campuran reagen boraks dengan bakso diteteskan di kertas kurkumin maka terjadi perubahan warna pada kertas kurkumin yang sebelumnya berwarna kuning menjadi agak orange, yaitu warna antara 0 50 mg/L atau lebih spesifiknya konsentrasi kandungan boraks pada bakso yang diuji adalah 25 mg/L. Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan malfungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh. Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, demam, anuria. Dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen. Bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.

III.
A. Kesimpulan

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengamatan uji coba identifikasi kandungan boraks pada bakso dapat ditarik suatu kesimpulan, yaitu kandungan boraks pada bakso dapat terdeteksi apabila campuran bakso dengan reagen boraks diteteskan pada kertas kurkumin yang berubah warna dari kuning menjadi agak orange. Sehingga didapatkan kandungan boraks pada bakso yang diuji sebanyak 25 mg/L. Ini menunjukan bahwa bakso yang diuji positif mengandung boraks, namun dalam jumlah yang kecil. Dengan hasil pengujian ini juga menunjukan bahwa bakso yang kita anggap tidak mengandung boraks, bakso yang ternama atau bakso yang terkenal sekalipun bisa saja terdeteksi mengandung boraks seperti bakso yang telah diuji ini, meskipun itu dalam jumlah yang sedikit. B. Saran Saran yang dapat dikemukakan pada praktikum ini adalah agar selalu melakukan praktik seperti ini dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai bahaya dan dampak dari penggunaan bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan dalam makanan.

Anda mungkin juga menyukai