Anda di halaman 1dari 27

BAB 1 PENDAHULUAN Dalam psikologi ada tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern.

Revolusi pertama adalah psikoanalisis, kedua behaviorisme dan yang ketiga adalah humanistik. Tokoh dari psikologi humanistik ini salah satunya adalah Abraham H. Maslow. Diawali dengan keberatannya atas teori kepribadian dari Sigmund Freud (yang dikembangkan berdasarkan penelitian terhadap individu yang mengalami masalah kejiwaan), Maslow mencoba menemukan ciri-ciri kepribadian sehat pada individu-individu yang menurutnya merupakan wakil-wakil terbaik dari spesies manusia. Maslow meneliti kepribadian 46 orang, baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup, Sebagai hasilnya, Maslow menyimpulkan bahwa semua manusia dilahirkan dengan kebutuhan instingtif yang mendorong untuk bertumbuh dan berkembang, untuk mengaktualisasikan diri, mengembangkan potensi yang ada. Dan manusia adalah makhluk yang penuh misteri. Banyak hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam diri manusia. upaya-upaya untuk memahami pribadi manusia ini telah dilakukan oleh para ahli sejak lama bahkan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan buku-buku kontemporer yang membahasa tentang kepribadian manudia yang terus dicetak dan diperbaharui dari tahun ketahun. Salah satu upaya yang dilakukan oleh para ahli untuk memahami kepribadian manusia adalah dengan disusunnya teori-teori kepribadian. Menurut Farozin dan Fathiyah (2004:3) kata kepribadian berasal dari kata personality (inggris) yang berasal dari kata persona (latin) yang berarti topeng. Topeng adalah instrumen yang digunakan oleh para pemain peran, digunakan untuk menutupi muka, saat tampil di atas panggung. Istilah topeng ini digunakan untuk menggambarkan watak, atau perilaku seseorang yang terkadang menampilkan ekspresi berbeda antara perasaan dan wajahnya. Untuk menjelaskan fenomena-fenomena tersebut maka lahirlah teori-teori kepribadian yang diharapkan dapat member kemudahan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman tentang manusia. Menurut Hall dan Lindzey (Farozin dan Fathiyah, 2004:5) sebuah teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan sekitar apa, bagaimana, dan mengapa tentang tingkah laku manusia. Sejak zaman dahulu hingga saat ini telah banyak teori kepribadian yang telah diajarkan oleh para ahli-ahli psikologi. Salah satunya adalah teori kepribadian Erik Erikson. Makalah ini akan membahas tentang teori kepribadian Erik Erikson untuk memahami Konsep dasar teor kepribadian, struktur kepribadian, proses perkembangan kepribadian, dan implikasi teori kepribadian terhadap konseling.

BAB 2 PEMBAHASAN Teori Abraham Maslow Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia. Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.

Hirarki Kebutuhan

Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah Maslow menggunakan sebagai mengenai peraga
teori piramida

untuk hirarki

memvisualisasi

gagasannya

kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis atau dasar

2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi 4. Kebutuhan untuk dihargai 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Homeostatis adalah prinsip yang mengatur cara kerja termostat (alat pengendali suhu). Kalau suhu terlalu dingin, alat itu akan menyalakan penghangat, sebaliknya kalau suhu terlalu panas, ia akan menyalakan dingin. Begitu pula dengan tubuh manusia, ketika manusia merasa kekurangan bahan-bahan tertentu, dia akan merasa memerlukannya. Ketika dia sudah cukup mendapatkannya, rasa butuh itu pun kemudian berhenti dengan sendirinya. Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta

dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting. Kebutuhan Fisiologis Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar ( basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs) Kebutuhan Rasa Aman (Safety) Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatife Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedangkan keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang. Kebutuhan keamanan sudah muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis dan berteriak ketakutan karena perlakuan yang kasar. Pengasuhan yang bebas tidak mengenakan batasanbatasan, misalnya tidak mengatur interval kapan bayi tidur dan kapan makan, akan membuat bayi bingung dan takut, bayi tidak terpuaskan kebutuhan keamanan dan keselamatannya. Menurut Maslow gejala neurotik obsesif kompulsif banyak dilatarbelakangi oleh kegagalan

memenuhi kebutuhan keamanan. Misalnya orang berulang-ulang meneliti pintunya sudah terkunci atau belum. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan. Maslow menolak pandangan Freud bahwa cinta adalah sublimasi dari insting seks. Menurutnya, cinta tidak sinonim dengan seks, cinta adalah hubungan sehat antara sepasang manusia yang melibatkan perasaan saling menghargai, menghormati, dan mempercayai. Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D-love; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, lebih memperoleh daripada memberi. B-love di dasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan memanfaatkan orang itu. Menurut Maslow, kegagalan memenuhi kebutuhan dimiliki dan cinta menjadi sebab hampir semua bentuk psikopatologi. Kebutuhan Harga Diri Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang

terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization). Ada dua jenis harga diri: 1. Menghargai diri sendiri (self respect): orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan hidup. 2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others): orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain. Menurut Maslow, penghargaan dari orang lain hendaknya diperoleh berdasarkan penghargaan diri kepada diri sendiri. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya Kebutuhan Meta: Kebutuhan Aktualisasi Diri Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat-kemampuan-potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Empat kebutuhan dasar adalah kebutuhan karena kekurangan atau D-need (deficiency need), sedangkan kebutuhan meta adalah kebutuhan karena ingin berkembang-ingin berubah, ingin mengalami trasformasi menjadi lebih bermakna atau B-need (being need). Menurut Maslow kebutuhan dasar berisi kebutuhan konatif sedangkan kebutuhan meta berisi kebutuhan estetik dan kebutuhan kognitif.

Kebutuhan Neurotik Kepuasan kebutuhan hirarkis ( konatif ,estetis , kognetif ) menjadi dasar dari kesehatan fisik dan psikis seseorang, dan frustasi karena kegagalan memperoleh kepuasan akan menimbulkan gangguan , penyakit pada saraf tertentu . Maslow mengemukakan, manusia masih mempunyai satu kebutuhan, yakni kebutuhan neurotic, yang bekerja terpisah dari tiga kebutuhan itu . Frustasi karena kebutuhan hirarkis tidak terpenuhi, dalam keadaan yang ekstrim dan berjangka lama dapat berubah menjadi kebutuhan neurotik. Sesudah berubah wujud menjadi kebutuhan neuritik, kebutuhan ini membuat system sendiri yang terpisah dari sisten kebutuhan yang sehat. Kebutuhan neurotic membuat orang mengalami stagnan atau patologis tidak peduli apakah kebutuhan itu terpenuhi atau tidak terpenuhi. Kebutuhan neurotik bersifat nonproduktif, mengembangkan gaya hidup yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak memiliki nilai dalam kaitan dengan perjuangan mencapai aktualisasi diri, gaya hidup reaktif, berperan sebagai kompensasi dari kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Orang yang kebutuhan keamanannya tidak terpuaskan, mungkin mengembangkan keinginan yang kuat untuk menimbun uang dan harta benda. Dorongan menimbun semacam itu adalah dorongan neurotik, tidak berharga sebagai motivator menuju kesehatan jiwa . Mencapai Aktualisasi diri Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hirarki kebutuhan, namun juga dapat di pandang sebagai tujuan final,tujuan ideal dari kehidupan manusia. Konsep tujuan hidup motivator ini mirip dengan konsep arsetif-self dari jung, kekuatan-kreatif-self dari adler, ataupun realisasi dari horney. Menurut Maslow , tujuan aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir. Kebutuhan neurotik merupakan perkembangan kebutuhan yang menyimpang dari jalur alami. Menurut Maslow penolakan,frustasi,dan penyimpangan dari perkembangan hakekat alami akan menimbulkan psikopatologi. Dalam pandangan ini,apa yang baik adalah semua yang mendekat ke aktualisasi diri, dan yang buruk atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat atau menolak aktualisasi diri sebagai hakekat alami kemanusiaan. Karena itu psikoterapi adalah usia mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan perkembangan sepanjang lintasan yang diatur alam di dalam dirinya. Menurut

Maslow, untuk mencapai taraf aktualisasi diri tidaklah mudah, banyak faktor yang menjadi penghambat: a. hambatan dari diri sendiri, yaitu berupa ketidaktahuan, keraguan, bahkan rasa takut untuk mengungkapkan potensi-potensi yang dimiliknya. b. Hambatan dari masyarakat, yakni terbentur oleh tradisi dan persepsi-persepsi masnayarakaya Akan keyakianan tertentu, sehingga mampu merepres sifat, bakat dan potensi yang dimiliki. c. Hambatan dari pengaruh negative yang diperoleh dari kebutuhan yang kuat akan rasa aman. Pengembangan diri Orang gagal mencapai aktualisasi diri karena mereka takut menyadari kelemahan dirinya sendiri. Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri , yaitu: 1. jalur belajar (mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan hirarkis) , dan 2. Jalur pengalaman puncak. Ada delapan model tingkahlaku yang harus di pelajari dan dilakukan agar orang dapat mencapai aktualisasi diri melalui jalur belajar-pengembangan diri,sebagai berikut: 1. Alami sesuatu dengan utuh , gambling, tanpa pamrih. 2. Hidup adalah perjalanan proses memilih antara keamanan(jauh dari rasa sakit dan kebutuhan bertahan) dengan resiko (demi kemajuan dan pengembangan). 3. Biarkan self tegak. 4. Apabila ragu, jujurlah. 5. dengar dengan seleramu sendiri,bersiaplah untuk tidak popular. 6. Gunakan kecerdasanmu ,kerjakan sebaik mungkin apa yang ingin kamu kerjakan, apakah itu latihan jaru diatas tuas piano, mengingat setiap tulang-otot-hormon, atau belajar bagaimana memelitur kayu sehingga menjadi halus seperti sutra. 7. Buatlah pengalaman puncak (peak experience ) seperti terjadi, buang ilusi, dan panddangan salah, pelajari apa yang kamu tidak bagus dan kamu tidak potensial. 8. Temukan siapa dirimu ,apa pekerjaanmu,apa yang kamu senangi dan apa yang tidak kamu senangi ,apa yang baik dan buruk bagimu,kemana kamu pergi,apa misimu. Pengalaman Puncak (Peak Experience )

Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak orang yang mencapai aktualisasi diri ternyata mengalami pengalaman puncak: suatu pengalaman mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam , psikologik dan fisiologik. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami ekstasi-keajaiban-terpesona-kebahagiaan yang luar biasa ,seperti pengalaman keilahian yang mendalam, dimana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendesi. Maslow menerima gambaran penga laman puncak yang disusun oleh William james, sebagai berikut: 1. Tak terlukiskan ( ineffability) : subjek sesudah mengalami pengalaman puncak segera mengatakan bahwa itu adalah ekspresi keajaiban, yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, yang dapat di jelaskan kepada orang lain. 2. Kualits kebenaran intelektual (neotic quality) : pengalaman puncak adalah pengalaman menemukan kebenaran dari hakekat intelektual. 3. Waktunya pendek (transiency) : keadaan mistis tidak bertahan lama. Umumnya hanya berlangsung 30 menit atau paling lama satu atau dua jam ( jarang sekali ada yang berlangsung lebih lama), pengalaman itu menjadi kabur dan orang kembali ke dunianya sehari-hari. 4. Pasif (passivity) : orang yang mengalami pengalaman mistis merasa kemauan dirinya tergusur ( abeyance), dan terkadang dia merasa terperangkap dan dikuasai oleh kekuatan yang sangat besar. Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman puncak ini hanya dapat dialami oleh orang-orang tertentu saja, khususnya mereka yang sudah mencapai aktualisasi diri akan mengalaminya secara teratur berkali-kali. Pengaruh pengalaman puncak berjangka lama-tidak mudah hilang(lasting), antara lain: 1. Hilangnya simptom neurotik. 2. Kecenderungan meihat diri sendiri lebih sehat. 3. Perubahan pandangan mengenai orang lain dan hubungan dirinya dengan mereka. 4. Perubahan pandangan diri mengenai dunia. 5. Munculnya kreativitas,spontanitas,dan kemampuan mengekspresikan diri. 6. Kecenderungan mengingat pengalaman puncak itu dan berusaha mengulanginya. 7. Kecenderungan melihat kehidupan secara umum sebagai hal yang lebih berharga. Dapat disimpulkan aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang lebih religius,mistikal,sholeh,dan indah (poetical) dibandingkan dengan aktualisasi yang

diperoleh melalui pengembangan diri (yang lebih praktis, membumi, terikat dengan urusan keduniaan). Namun secara umum orang mencapai aktualisasi diri mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: 1.Orentasinya realistic,memandang realitas secara efesien. 2. Menerima diri, orang lain, dan alam sekitar apa adanya. 3. Spontan,alami,sederhana. 4. Lebih memperhatikan masalah (problem centered) alih-alih mempehatikan diri sendiri (self-centered). 5. Berpendirian kuat dan membutuhkan privacy. 6. Otonom dan bebas dari kultur lingkungan. 7. Memahami orang dan sesuatu secara segar dan tidak stereotip. 8. Memiliki pengalaman mistikal atau spiritual, walaupun tidak harus religious. 9. Mengenal harkat kemanusiaan, memiliki minat social (gemeinschaft). 10.Cenderung memiliki hubungan akrab dengan sedikit orang tercinta alih-alih hubungan renggang dengan banyak orang. 11. Memiliki nilai dan sikap demokratis. 12. Tidak mengacaukan sarana dengan tujuan . 13. Rasa humornya filosofik, tidak berlebihan. 14. Sangat kreatif. 15. Menolak bersetuju dengan kultur . 16. Luluh dengan lingkungan alih-alih sekedar menanganinya

Beberapa Kritik Terhadap Teori Maslow Dalam teori Maslow, terdapat beberapa kritik. Diantaranya dalam hal metodologi yang digunakan. Maslow hanya memilih beberapa orang yang menurutnya telah berhasil mengaktualisasikan diri mereka, lalu mengambil kesimpulan apa sebenarnya aktulisasi diri itu. Tentu cara seperti ini tidak bisa dikatakan sebagai metodologi yang ilmiah. Kritik lain, bersangkutan dengan batasan-batasan tertentu untuk aktualisasi diri. Kurt Goldstein dan Carl Rogers menggunakan istilah ini pertama kali untuk merujuk apa yang dilakukan setipa makhluk hidup, yaitu berusaha tumbuh dan berkembang, menjadi lebih dan memenuhi kebutuhankebutuhan biologisnya. Sementara Maslow mengatakan hanya 2% dari seluruh populasi manusia

yang mencapai aktualisasi diri. Kalau Rogers mengatakan bayi adalah contoh terbaik dari proses aktualisasi diri, justru Maslow menempatkan pada oranh dewasa yang mampu mengaktualisasikan diri. Hal lain yang menjadi kritik adalah, bahwa kita harus memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, sebelum mencapai aktualisasi diri. Sedangkan pada kenyataannya banyak orang yang berhasil mengaktualisasikan diri tanpa harus memenuhi kebutuhan dasar. Galileo misalnya, yang berdoa agar memperoleh gagasan yang bisa dijual, atau Rembrandt yang jarang bertemu makanan di atas mejanya, atau Touluse Lautrec yang cacat, atau van Gogh yang sedikit gila dan akhirnya menghabisi hidupnya sendiri. Akan tetapi kritikankritikan tersebut mendapat sanggahan dari Gareth Costello (irlandia). Dia kurang sepakat apabila dalam aktualisasi diri yang dikembangkan Maslow di artikan sama dalam pengertian Goldstein dan Rogers, yaitu sebagai daya hidup yang mendorong manusia untuk berusaha mempertahankan kehidupannya, maka kita akan menemukan berbagai macam hal yang terlibat dalam keefektifan daya hidup tersebut. Kalau kita menekan kebutuhan-kebutuhan fisikal kita, kalau kita hidup dilingkungan yang mengancam, atau ketika tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri, memang tidak menutup kemungkinan kita dapat bertahan hidup, tapi kehidupan yang kita pertahankan tersebut bukanlah kehidupan yang semestinya. Kita tidak sepenuhnya mengaktualisasikan potensi yang didalam diri kita. Kita pun mungkin dapat memahami kenapa orang yang kehidupannya susah tetap bisa mengaktualisasikan diri mereka. Kalau kita menganggap kebutuhan-kebutuhan deficit sebagai kebutuhan yang terpisah dari aktualisasi diri, kalau kita maksudkan adalah aktualisasi diri sebagai kategori kebutuhan yang terpisah, itu berarti kita menempatkan teori Maslow sama dengan teori-teori lain, dan karenanya orang-orang yang termasuk kedalam pengecualian tadi bisa diangggap pahlawan, dan bukan orang biasa yang kebetulan bisa melakukan hal yang luar biasa.

BAB III PENUTUP Kesimpulan Teori Abraham Maslow Teori Abraham Maslow dimasukkan kedalam paradigma traits karena teori itu menekankan pentingnya peran kebutuhan dalam pembentukan kepribadian. Dalam hal ini kedudukan Maslow menjadi unik. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Kebutuhan- kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Kebutuhan fisiologis, mencakup kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) ) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Misalnya, lapar. Kebutuhan Rasa Aman Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Menurut Maslow, kegagalan memenuhi kebutuhan dimiliki dan cinta menjadi sebab hampir semua bentuk psikopatologi. Kebutuhan Harga Diri Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain

Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psikososial. Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) * Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan * dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup. * bayi sangat tergantung dari pengasuhan * Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun

* masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri . * latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting * Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. * Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya . Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri) Terjadi pada usia 6 s/d pubertas. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.

Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela. bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas) Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.

Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela. bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya. Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan) Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun) Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman. Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang dengan Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan) Terjadi selama masa pertengahan dewasa intim. orang. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi

Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia ini. Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa) Terjadi selama masa akhir dewasa cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa . Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia

Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Dalam penulisan karya ilmiah ini pasti sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat buat penulis khususnya dan buat pembaca sekalian pada umumnya.

A.

Konsep Dasar Kepribadian

Erik Erikson adalah seorang psikolog yang merupakan murid dari Sigmund Freud seorang tokoh psikoanalitik. Erikson mengambil psikoanalitik sebagai dasar teorinya namun ia mengikut sertakan pengaruh-pengaruh sosial individu dalam perkembangannya. Berbeda dengan Freud yang berpendapat bahwa pengalaman masa kanak-kanak, terutama di lima tahun awal, yang mempengaruhi kepribdian seseorang ketika dewasa. Erikson berpendapat bahwa masa dewasa bukanlah sebuah hasil dari pengalaman-pengalaman masa lalu tetapi merupakan proses kelanjutan dari tahapan sebelumnya. Erik Erikson membantah ide Freud yang mengatakan bahwa identitas sudah ditentukan dan terbentuk sejak kanak-kanak, pada usia lima atau enam tahun. Erikson berpendapat bahwa pembentukan identitas merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Manusia adalah makhluk yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif . Konsep dasar kepribadian manusia menurut Erik Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir (bayi) hingga memasuki usila lanjut usia (masa dewasa akhir).

B.

Struktur Kepribadian

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Erikson dalam mengembangkan teorinya mengambil dasar dari teori psikoanalitik Freud, namun Erik Erikson tidak sependapat dengan Freud yang mengatakan bahwa reaksi masa dewasa adalah hasil dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, khususnya di usia 5 sampai 6 tahun awal. Menurut Erikson (http://konselingindonesia.com/ : 2010), lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Erik Erikson percaya bahwa setiap manusia berjalan melalui sejumlah tahap untuk mencapai pembangunan penuhnya, berteori delapan tahap, bahwa manusia melewati dari lahir sampai mati. Erikson berpendapat bahwa kepribadian manusia tidaklah didorong oleh energi dari dalam, melainkan untuk merespon rangsangan yang berbeda-beda, misalnya indvidu dalam kehidupannya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Erikson egolah yang

mengembangkan segala sesuatunya. Misalnya kemampuan individu, keadaan dirinya, hubungan sosialnya dan penyaluran minatnya. Seorang individu haruslah memiliki ego yang sehat dan kuat guna merespon kondisi lingkungan sebagai salah satu proses beradaptasi. Erikson menguraikan tahap genital Freud menjadi remaja dan menambahkan tiga tahap dewasa. Janda Joan Serson Erikson menguraikan pada model sebelum kematiannya, menambahkan tahap kesembilan (umur tua) itu, dengan mempertimbangkan harapan hidup meningkat di budaya Barat. Erikson adalah Neo-Freudian, digambarkan sebagai seorang psikolog ego mempelajari tahap pembangunan yang mencakup seluruh siklus hidup. Setiap tahap Erikson pengembangan psikososial ditandai oleh konflik, untuk yang resolusi sukses akan menghasilkan hasil yang menguntungkan, misalnya, kepercayaan vs ketidakpercayaan dan oleh sebuah peristiwa penting, konflik ini terselesaikan sendiri. C. Proses Perkembangan Kepribadian

Proses perkembangan kepribadian menurut Erik Erikson adalah sebuah proses yang berlangsung sejak masa bayi hingga usia lanjut. Proses perkembangan kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dari dalam diri) tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial yang ada dilingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang. Menurut Erikson, dalam alih bahasa Fransiska dkk. 2008, kepribadian (terutama focus Erikson pada identitas) berkembang melalui 8 tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Erikson ini menggunakan tahapan perkembangan psikoseksual Freud sebagai dasar teorinya, hal ini terlihat dari lima tahapan pertama yang Erikson ajukan memperlihatkan krisis ego yang sama dengan tahapan psikoanalitik Freud. Dalam setiap tahapan, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan Berikut ini adalah tahap perkembangan kepribadian oleh Erikson yang kami kutip dari : http://kongkoh.blogspot.com/2010/01/teori-perkembangan-psikososial-erik. html/ Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup. Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam

mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak. Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun

Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)


Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan raguragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)


Terjadi pada usia 6 s/d pubertas. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.

Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif. Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)


Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan). Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela. Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)


Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun) Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman. Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit

kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.

Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)


Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun). Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)


Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun) Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian. Impliakasi terhadap Konseling Tujuan Konseling

D.

Berdasarkan uraian di atas kami menyimpulkan bahwa teori konseling yang dapat digunakan adalah konseling Ego yang dikembangkan sendiri oleh erikson. Konseling ego dipopulerkan oleh Erikson. Konseling ego memiliki ciri khas yang lebih menekankan pada fungsi ego. Kegiatan konseling yang dilakukan pada umumnya bertujuan untuk memperkuat ego strength, yang berarti melatih kekuatan ego klien. Seringkali orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Misalnya, orang yang rendah diri, dan tidak bisa mengambil keputusan secara tepat dikarenakan ia tidak mampu memfungsikan egonya secara penuh, baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meraih keinginannya. Perbedaan ego menurut Freud dengan ego menurut Erikson adalah: menurut Freud ego tumbuh dari id, sedangkan menurut Erikson ego tumbuh sendiri yang menjadi kepribadian seseorangn

adapun tujuan konseling menurut Erikson adalah memfungsikan ego klien secara penuh. Tujuan lainnya adalah melakukan perubahan-perubahan pada diri klien sehingga terbentuk coping behavior yang dikehendaki dan dapat terbina agar ego klien itu menjadi lebih kuat. Ego yang baik adalah ego yang kuat, yaitu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan dimana dia berada.

Proses Konseling Beberapa aturan dalam konseling ego yaitu:


Proses konseling harus bertitik tolak dari proses kesadaran. Proses konseling bertitik tolak dari asas kekinian. Proses konseling lebih ditekankan pada pembahasan secara rasional. Konselor hendaknya menciptakan suasana hangat dan spontan, baik dalam penerimaan klien maupun dalam proses konseling. Konseling harus dilakukan secara profesional. Proses konseling hendaklah tidak berusaha mengorganisir keseluruhan kepribadian individu, melainkan hanya pada pola-pola tingkah laku salah suai saja.

Teknik-Teknik Konseling Adapun teknik-teknik dalam konseling ego adalah:


Pertama-tama konselor perlu membina hubungan yang akrab dengan klien. Usaha yang dilakukan oleh konselor harus dipusatkan pada masalah yang dikeluhkan oleh klien, khususnya pada masalah yang ternyata di dalamnya tampak lemahnya ego. Pembahasan itu dipusatkan pada aspek-aspek kognitif dan aspek lain yang terkait dengannya. Mengembangkan situasi ambiguitas (keadaan bebas dan tak terbatas) yang dapat dibina dengan: Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memunculkan perasaan yang ada dalam dirinya. Klien diperkenankan mengemukakan kondisi diri yang mungkin berbeda dengan orang lain. Konselor menyediakan fasilitas yang memungkinkan terjadinya transference melalui proyeksi. Pribadi yang transference adalah pribadi yang mengizinkan orang lain melihat pribadinya sedangkan proyeksi adalah mengemukakan sesuatu yang sebetulnya ada pada diri sendiri. Pada saat klien transference, konselor hendaknya melakukan kontra transference.

Konselor hendaknya melakukan diagnosis dengan dimensi-dimensinya, yaitu: Perincian dari masalah yang sedang dialami klien saat diselenggarakan konseling itu. Sebab-sebab timbulnya masalah tersebut, bisa juga titik api yang menyebabkan masalah tersebut menyebar. Menentukan letak masalah, apakah pada kebiasaan klien, cara bersikap atau cara merespon lingkungan. Kekuatan dan kelemahan masing-masing orang yang bermasalah. Membangun fungsi ego yang baru dengan cara: Dengan mengemukakan gagasan baru Berdasarkan diagnosis dan gagasan tersebut diberikan upaya pengubahan tingkah laku Pembuatan kontrak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diputuskan dalam konseling.

Langkah- Langkah Konseling Adapun langkah-langkah dalan penyelenggaraan konego adala:

Membantu klien mengkaji perasaan-perasaannya berkenaan dengan kehidupan, feelingterhadap peranannya, penampilan dan hal lain yang terkait dengan tugas-tugas kehidupannya. Klien diproyeksikan dirinya terhadap masa depan. Dalam hal ini konselor mendiskusikan tujuan hidup masa depan klien, sekaligus potensi-potensi yang dimilikinya. Konselor membawa klien agar mampu melihat hubunagn yang signifikan antara masa depan dan tujuan hidup klien dengan kondisinya di masa sekarang. Konselor mendiskusikan bersama klien hambatan-hambatan yang ditemuinya untuk mencapai tujuan masa depan. Konselor melalui proses interpretasi dan refleksi, mengajak klien untuk mengkaji lagi diri sendiri dan lingkungannya. Selanjutnya konselor berusaha agar klien melihat hubungan antara perasaan perasaannya tadi dengan tingkah lakunya. Konselor membantu klien menemukan seperangkat hasrat, kemauan dan semangat yang lebih baik dan mantap dalam kaitannya dengan hubungan sosial. Kalau memungkinkan konselor melatihkan tingkah laku yang baru.

daftar pustaka Sumber Bacaan

Farozin, H Muh., Fathiyah, Nur Kartika. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: PT Rineka Cipta. Friedman, S Howard., Schustack, Miriam W.2006. PERSONALITY Classic Theories and Modern Research (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sumber web: Ifdil. 2010. From : http://konselingindonesia.com/.25 oktober 2011. Kongkoh. 2010. From :http://kongkoh.blogspot.com/2010/01/teori-perkembangan-psikososialerik.html. 25 Oktober 2011.

Jhon W. Santrock, Life-Span Development, University of Texas at Dallas, 1995 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta, 1990 Sarlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 2002 http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/.

Edward Hoffman. 1988. A Biography of Abraham Maslow. Los Angeles: Jeremy P. Tarcher. Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Jakarta: UMM.

Anda mungkin juga menyukai