Anda di halaman 1dari 70

Perencanaan Penyaluran Air Buangan

Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap kegiatan manusia akan menghasilkan limbah. Air limbah domestik atau
air buangan merupakan air yang tidak terpakai yang berasal dari usaha atau
kegiatan pemukiman, restoran, perkantoran, perniagaan, apartemen, serta
asrama. Bila tidak dikelola, air buangan akan mencemari lingkungan termasuk
badan air penerima seperti sungai, danau, laut dan sebagainya yang pada
akhirnya menyebabkan beberapa masalah seperti kerusakan keseimbangan
ekologi di aliran sungai, masalah kesehatan penduduk yang memanfaatkan air
sungai secara langsung, sehingga menurunkan derajat kesehatan masyarakat
dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit infeksi air, bertambahnya
biaya pengolahan air minum oleh Perusahaan Air Minum serta kerusakan
perikanan di muara.
Pengelolaan air buangan merupakan upaya penyaluran dan pengolahan air
buangan sebelum dibuang ke badan air. Pengelolaan air buangan harus dapat
juga menjadi prioritas dalam pembangunan seperti halnya air bersih. Dalam
rangka meningkatkan taraf kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal, maka diperlukan adanya sistem pengelolaan lingkungan secara baik
dan terpadu. Dan salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan pengelolaan air buangan yang dilakukan secara baik dan teratur.
Perencanaan sistem penyaluran air buangan yang merupakan salah satu upaya
pengelolaan air buangan dalam hal ini akan dilakukan di Kecamatan Kemiling,
Kota Bandar Lampung. Perencanaan ini harus dilakukan secara terpadu agar
saluran air buangan bisa berjalan sesuai fungsinya, tentunya dengan
mempehatikan berbagai faktor yang berkaitan dengan daerah yang akan
direncanakan seperti topografi, kependudukan, dan pemakaian air bersih
masyarakat di daerah tersebut.
Iin Novitasari
L2J009062 1
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Sesuai dengan penggunaannya setiap air bekas pemakaian telah
terkontaminasi oleh bahan bahan yang dipakainya, yang kemungkinan bersifat
fisik (keruh, berbau, dan berwarna) maupun bersifat kimiawi (mengandung bahan
bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan). Air bekas pemakaian tersebut
juga dapat terkontaminasi oleh bakteri bakteri patogen yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu diperlukan suatu
upaya pengelolaan air bekas pakai tersebut atau yang dikenal sebagai air buangan.
Pengelolaan air buangan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan dari air buangan yang berasal
dari suatu kegiatan, yang dilakukan melalui serangkaian teknologi yang sesuai
dengan karakteristik air buangan tersebut. Pengelolaan air buangan yang kurang
baik dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun kehidupan
yang ada, yaitu diantaranya gangguan terhadap kesehatan, seperti sebagai media
pembawa bagi penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta
skhistosomiasis. Selain itu dapat menimbulkan gangguan terhadap biotik karena
dengan banyaknya zat pencemar yang ada dalam air limbah dapat menyebabkan
menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian
kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, yang berarti
akan mengurangi perkembangan biota air dan menyebabkan bau busuk karena
penguraian zat organik. Pengelolaan air buangan yang tidak baik juga dapat
menimbulkan gangguan terhadap estetika karena biasanya warna air limbah, baik
domestik maupun industri berwarna abu-abu atau hitam, hal ini tentu saja akan
merusak pemandangan. Gangguan lain yang dapat terjadi adalah kerusakan
fasilitas-fasilitas penyaluran air buangan yang terjadi akibat masuknya sampah ke
dalam saluran air buangan sehingga aliran dalam saluran tersebut tidak lancar.
Untuk mengatasi masalah masalah diatas perlu adanya pengolahan air
buangan dari rumah tangga yang baik dan terorganisir. Untuk itu diharapkan sistem
pengolahan air buangan di Kelurahan Pinang Jaya,kecamatan Kemiling dapat
meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan, sehingga dapat menjaga kesehatan
masyarakat di kelurahan tersebut.
Iin Novitasari
L2J009062 2
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah
tersebut di atas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem penyaluran air buangan dan permasalahan yang muncul di
Kecamatan Gombong?
2. Bagaimana rencana penanganan permasalahan dalam sistem penyaluran air
buangan?
3. Bagaimana perhitungan teknis yang meliputi debit air bersih dan buangan yang
dihasilkan untuk menentuan dimensi saluran Kecamatan Gombong?
4. Apa saja bangunan-bangunan pelengkap yang diperlukan untuk menunjang
penyaluran air buangan di Kecamatan Gombong?
5. Bagaimana desain sistem penyaluran air buangan di Kecamatan Gombong yang
secara utuh dan sistematis?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, maka
dapat diajukan rumusan tujuan dari perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan di
Kecamatan Gombong adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis dan mengevaluasi sistem penyaluran air buangan dan
permasalahan yang ditimbulkan.
2. Menentukan rencana penanganan permasalahan dalam sistem penyaluran air
buangan.
3. Membuat perhitungan teknis yang meliputi debit air bersih dan buangan yang
dihasilkan untuk menentuan dimensi saluran.
4. Menentukan bangunan-bangunan pelengkap yang diperlukan untuk menunjang
penyaluran air buangan di Kecamatan Gombong.
5. Membuat desain sistem penyaluran air buangan secara utuh dan sistematis.
Iin Novitasari
L2J009062 3
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
1.4 MANFAAT
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan di Kecamatan Gombong
bermanfaat untuk menyalurkan air buangan yang dihasilkan oleh penduduk
agar tidak mencemari lingkungan.
1.5 RUANG LINGKUP
Adapun lingkup pekerjaan tugas perencanaan Sistem Penyaluran Air
Buangan meliputi :
A. Perencanaan jaringan saluran air buangan
B. Kriteria perencanaan PAB
C. Rencana Umum PAB
1. Menentukan Daerah Pelayanan
2. Menghitung beban aliran, meliputi penentuan sub area pelayanan dan
perhitungan kapasitas aliran dari perumahan, komersil, industri dan lain-
lain.
3. Memilih sumber air baku
4. Memilih alternative sistem pengaliran dengan gravitasi, pompa atau
kombinasi, mulai dari sumber terpilih, reservoir distribusi, dan pola
jaringan distribusi.
5. Menentukan arah pengaliran, jaringan dan dimensi pipa
6. Membuat peta semi layout sistem penyaluran air buangan
7. Membuat peta definitif layout sistem penyaluran air buangan
Iin Novitasari
L2J009062 4
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN AIR BUANGAN
Air buangan adalah limbah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan,
pertokoan dan sarana sejenisnya. Air limbah domestik juga diartikan sebagai air
buangan yang tidak dapat digunakan lagi untuk tujuan semula baik yang
mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari kamar mandi, aktivitas dapur dan
mencuci, yang kualitasnya antara 60%80% dari rata-rata pemakaian air bersih
(Anonim,2003).
Air limbah adalah air bekas pemakaian, baik dari bekas pemakaian rumah
tangga, maupun dari bekas pemakaian industri. Air bekas rumah tangga dapat
disebut dengan Air Limbah Domestik berasal dari aktivitas sehari-hari manusia
seperti bak cuci dapur maupun tangan, kamar mandi, kakus (WC atau peturasan)
dan lain sebagainya. Air limbah domestik ini tidak hanya berasal dari rumah
tinggal tetapi dapat juga berasal dari instansi-instansi seperti perkantoran, sekolah-
sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya serta dapat juga dari daerah komersil
yaitu perhotelan, tempat hiburan, mall, pasar, dan lain lain-lain. Sedangkan air
bekas pemakaian proses industri disebut dengan Air Limbah Industri.
Sesuai dengan penggunaannya, setiap air bekas pemakaian pasti telah
terkontaminasi oleh bahan-bahan yang dipakainya, yang kemungkinan bersifat
fisik, air menjadi keruh, berbau, berwarna. Bersifat kimiawi, air mengandung
bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. Bersifat organo-biologis,
air mengandung mikroba/zat organik yang bersifat pathogen dan lain sebagainya.
Cemaran air limbah domestik umumnya bersifat organo-biologis, sedangkan air
limbah industri lebih cenderung bersifat fisiko-kimiawi karena didalamnya terdapat
bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3) yaitu logam berat yang sebelum dibuang
ke badan sungai harus diolah secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.
Iin Novitasari
L2J009062 5
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
2.1.1. Sumber Air Buangan
Sumber air buangan secara umum dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Air Buangan Domestik
Air buangan yang berasal dari aktivitas kegiatan penghunian, seperti rumah
tinggal, kampus, pasar, hotel, pertokoan, sekolah dan fasilitas-
fasilitas/pelayanan umum dapat dikategorikan dalam air buangan domestik
(Soeparman, 2000).
Air buangan domestik dapat dikelompokkan menjadi :
- air buangan kamar mandi
- air buangan dapur dan cuci
- air buangan WC : air kotor dan air tinja
Air buangan domestik didominasi oleh kontaminan organik yang langsung
dapat diolah secara biologis (Hardjosuprapto, 2000). Menurut Tjokrokusumo
(1995), air limbah domestik umumnya banyak mengandung zat organik
sehingga memungkinkan timbulnya bakteri patogen.
b. Air Buangan Non Domestik
Air buangan non domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari daerah
non pemukiman, yaitu daerah komersial, institusional, perkantoran, rumah
sakit, industri, laboraturium dan lainnya (Hardjosuprapto, 2000).
Air buangan non domestik yang didominasi oleh bahan anorganik
berasal dari industri-industri dan dapat dikategorikan sebagai air buangan
domestik, yang pengolahannya tidak dapat diolah secara langsung dengan
proses biologis. Karena sifatnya yang korosif, maka sistem penyaluran air
buangan yang berasal dari industri menggunakan saluran khusus yang tahan
terhadap korosi. Jika air buangan industri setelah diolah dalam tingkat pra
pengolahan atau pengolahan pendahuluan (pre-treatment) telah memenuhi
standar yang sama dengan air domestik, maka sistem penyalirannya dapat
diijinkan bersama-sama dengan saluran air buangan domestik. Namun, apabila
pada tingkat pengelolaan pendahuluan tidak dapat menurunkan kadar
Iin Novitasari
L2J009062 6
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
kontaminan sehingga memenuhi standar yang sama dengan air buangan
domestik, maka air buangan industri harus ditangani secara khusus dan
individual oleh industri itu sendiri dengan instalasi penglolahan air limbah
industri (Hardjosuprapto, 2000).
c. Air Limpasan dan Rembesan Air Hujan
Air buangan limpasan dan rembesan air hujan adalah air buangan yang
melimpas diatas permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat
terjadinya banjir (Sanropie, Djasio, 1984).
2.1.2. Komposisi Air Buangan
Komposisi umum air buangan adalah gabungan antara air kotor dan air
bekas. Air kotor adalah air limbah yang mengandung kotoran manusia yang berasal
dari kloset. Sedangkan yang dimaksud air bekas adalah air buangan dari aktivitas
dapur, mandi, cuci-mencuci dan sejenisnya (Anonim, 2003).
Berdasarkan sumbernya, komposisi ari limbah mempunyai komposisi
yang bervariasi dari setiap tempat dan waktu. Namun secara garis besar dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Komposisi Air Limbah Domestik
Komtaminan Satuan Konsentrasi
Maksimum Rata-rata Minimum
Padatan total (TS)
Padatan terlarut total (TDS)
Padatan tersuspensi total (TSS)
BOD
COD
Nitrogen
Fosfor
Klorida
Sulfat
Lemak
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
1200
850
350
400
1000
85
15
100
50
150
720
500
220
220
500
40
8
50
30
100
350
250
100
110
250
20
4
30
20
50
Iin Novitasari
L2J009062 7
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Total Coliform mg/l 10
7
- 10
9
10
7
- 10
9
10
6
10
7
2.1.3. Karakteristik Air Buangan
2.1.3.1 Kuantitas
Penentuan kuantitas air buangan secara tepat sangat sulit ditentukan, hal ini
disebabkan karena faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi air
buangan adalah (Hardjosuprapto, 2000) :
a. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah air
limbah yang dihasilkan.
b. Keadaan masyarakat di daerah tersebut, yang dibedakan berdasarkan :
- Tingkat perkembangan suatu daerah. Jumlah air limbah dikota lebih
banyak dari pada di daerah pedesaaan.
- Daerah yang mengalami kekeringan akan berbeda cara membuang
limbahnya jika dibandingkan dengan daerah yang tidak mengalami
kekeringan.
- Pola hidup masyarakat, terutama cara membuang limbahnya.
Besaran air buangan yang sering digunakan dalam perencanaan (Hardjosuprapto,
2000) :
- Amerika : 100200 liter/orang/hari
- Eropa : 40225 liter/orang/hari
- Indonesia : 100150 liter/orang/hari
Untuk air limbah dari WC besaran yang sering digunakan dalam perencanaan
tangki septik peresapan adalah 25 liter/orang/hari. Menurut Babbit (1969),
kuantitas air limbah domestik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Jumlah Penduduk, semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah air limbah
yang dihasilkan semakin tinggi karena 60%-80 % dari air bersih akan menjadi
air limbah.
b. Jenis aktifitas, semakin tinggi penggunaan air bersih dalam suatu kegiatan
maka air limbah yang dihasilkan juga semakin banyak.
Iin Novitasari
L2J009062 8
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
c. Iklim, pada daerah beriklim trofis dan kuantitas hujannya tinggi cenderung
menghasilkan air limbah yang lebih tinggi.
d. Ekonomi, pada tingkat ekonomi yang lebih tinggi kecenderungan pemakaian
air bersih akan lebih tinggi. Hal ini tentu saja akan menghasilkan air limbah
yang lebih tinggi pula.
e. Infiltrasi, adanya infiltrasi baik dari air hujan ataupun air permukaan lainnya
akan mempengaruhi jumlah air limbah yang ada pada suatu perkotaan.
f. Jenis saluran pengumpul, bila saluran pengumpul yang digunakan saluran
terbuka, maka jumlah air limbah yang dihasilkan akan banyak karena
kemungkinan terjadi infilterasi dari air hujan ataupun dari sumber lain lebih
besar. Bila jenis saluran pengumpul yang digunakan adalah berupa jaringan
perpipaan maka kemungkinan terjadi infilterasi lebih kecil.
2.1.3.2 Kualitas
Menurut Babbit (1969) faktor yang mempengaruhi kualitas air limbah adalah :
a. Musim/Cuaca, negara yang mengalami 4 musim debit maksimum terjadi
biasanya pada musim dingin, karena terjadi penggelontoran yang cukup besar
untuk mencegah terjadinya pembekuan didalam pipa.
b. Waktu harian, konsumsi air bersih tiap jamnya dalam sehari sangat
bervariasi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap debit air limbah yang diterima
oleh bangunan pengolah. Konsumsi air ini mengalami puncak rata-rata ada jam
06.00-08.00 dan jam 16.00 18.30.
c. Waktu perjalanan, Waktu konsumsi puncak air belum tentu sama dengan
waktu puncak timbulnya air limbah yang diterima oleh badan pengolahan,
karena adanya waktu perjalanan dari sumber ke unit pengolahan. Semakin
dekat perjalanan maka semakin dekat perbedaan puncak konsumsi air dengan
waktu puncak timbulnya air limbah.
d. Jumlah Penduduk, semakin banyak populasi yang akan dilayani semakin
besar pula debit air limbah yang timbul.
Iin Novitasari
L2J009062 9
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
e. Jenis aktifitas atau sumber penggunaan air bersih yang dihasilkan dari suatu
tempat memiliki kualitas yang bermacam-macam. Misalnya air limbah dari
pasar memiliki kandungan organik lebih tinggi dari pada air limbah dari
perkantoran.
f. Jenis saluran pengumpul air limbah yang digunakan, jika menggunakan
sistem tercampur maka air limbah akan lebih buruk karena partikulat. Dalam
sistem terpisah kontaminan yang ada pada air limbah memiliki konsenterasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan dengan sistem tercampur karena adanya
pengenceran oleh air hujan.
Kualitas air buangan dapat diketahui dari karakteristik fisik, karakteristik kimia dan
karakteristik biologi (Tchobanoglous dan Burton, 1991).
a. Karateristik fisik
Beberapa sifat fisik air buangan adalah :
- Suhu air buangan biasanya lebih tinggi dari pada suhu air bersih.
- Tercium bau busuk saat air limbah terurai secara anaerob.
- Zat padat yang menyebabkan kekeruhan berupa : zat padat
tersuspensi, terapung dan terlarut.
- Warna air limbah dapat digunakan untuk memperkirakan umur air
limbah:
Cokelat muda, mengindikasikan air limbah berumur 6 jam.
Abu-abu tua, mengindikasikan air limbah sedang
mengalami pembusukan.
Hitam, mengindikasikan air limbah yang telah membusuk
oleh penguraian bakteri anaerob.
Klasifikasi karakteristik fisik air buangan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Karakteristik Fisik Air Buangan
Sifat-sifat Sumber
Suhu Limbah industri dan domestik.
Benda padat Limbah domestik, limbah industri, erosi tanah, inflow/
infiltrasi.
Iin Novitasari
L2J009062 10
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Bau Dekomposisi air limbah, limbah industri.
Warna Limbah domestik dan limbah industri, penguraian material
organik.
Sumber: Tchobanoglous dan Burton, 1991.
b. Karakteristik kimia
Klasifikasi karakteristik kimia meliputi zat organik dan zat anorganik.
- Zat organik
Sumber utama zat organik berasal dari kotoran limbah manusia yaitu 8090
gram/orang/hari. Pada prinsipnya kategori zat organik yang dapat
terdegradasi dalam air limbah adalah protein, karbohidrat, dan lipid
(Sundstrom & Klei, 1979 dalam Hindarko,2003). Zat organik dalam air
limbah jumlahnya cukup dominan, karena 75% dari zat padat tersuspensi
dan 40% dari zat padat tersaring merupakan bahan organik. Selanjutnya
bahan organik ini dikelompokkan menjadi 40-60% berupa protein, 25-50%
berupa karbohidrat, 10% berupa lemak/minyak dan urea. Urea sebagai
kandungan bahan terbanyak di dalam urine, merupakan bagian lain yang
penting dalan bahan organik (Hindarko, 2003).
Protein, senyawa kombinasi dari bermacam-macam asam amino
ini dijumpai pada makanan manusia dan hewan seperti kacang-
kacangan mengandung sekitar 16 % unsur nitrogen sehingga bersama
dengan urea protein menjadi sumber nitrogen dalam air limbah. Proses
penguraian protein menimbulkan bau busuk.
Karbohidrat, dijumpai dalam gula, selulosa, serat kayu dan lain-
lain. Dalam air limbah terdiri atas senyawa C,H, dan O. Sejenis
karbohidrat yang berbentuk gula, mudah larut dan mengalami
penguraian oleh mikroba menjadi alkohol dan CO
2
.
Lemak dan Minyak, tidak mudah diuraikan oleh mikroba
melainkan oleh asam mineral sehingga terjadi gliserin dan asam jenuh.
Minyak dan olie yang berasal dari hasil tambang masuk ke dalam air
limbah melalui bengkel kendaraan bermotor dan tidak dapat diuraikan
Iin Novitasari
L2J009062 11
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
oleh mikroba serta menutupi permukaan air limbah sehingga
menganggu proses selanjutnya. Sehingga minyak dan olie harus
disingkirkan melalui bangunan penangkap minyak/olie.
Surfactant (surface active agent) yang berasal dari detergen
pencuci pakaian. Deterjen adalah golongan dari molekul organik yang
digunakan sebagai penganti sabun untuk pembersih supaya
mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada IPAL membentuk busa yang
stabil sehingga sangat menganggu operasi instalasi ini. Keberadaannya
dapat dideteksi oleh methylene blue.
Pestisida, penggunaan dalam tanaman harus dikendalikan agar
tidak terbawa oleh limpasan air hujan. Zat organik ini tergolong beracun
dan bisa mematikan ikan dan mencemari sumber air bersih.
- Zat anorganik
Sumber dari zat anorganik meliputi : pH, Klorida, Nitrogen, Phospor,
Kebasaan (Alkalinitas) dan Belerang (Hindarko, 2003).
pH, parameter ini sangat penting untuk menentukan
kehidupan mikroorganisme di dalam air limbah, pH pada pengolahan air
digunakan sebagai kontrol korosi pada pipa dan bangunan pengolahan.
Pada pengolahan air limbah yang menggunakan proses biologi pH
perlu dikontrol agar berada pada kisaran yang memungkinkan
organisme berkembang. Pada kondisi asam ( pH < 4) atau alkali (pH >
9,5) bakteri akan mati. Menurut PP No.82 tahun 2001 tentang
pengelolan kualitas air dan pengendalian pencemaran air kisaran pH
yang diperbolehkan adalah 6 9.
Nitrogen, dalam pengolahan air limbah diperlukan zat hara
dalam bentuk protein yang elemen utamanya adalah nitrogen, phospor,
dan zat besi. Nitrogen yang terkandung dalam tubuh mahluk hidup
diuraikan oleh bakteri menjadi ammonia, tetapi ada juga yang
mengambil bentuk urea dalam air kencing yang diuraikan menjadi
ammonia.
Iin Novitasari
L2J009062 12
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Phosfor, bila kandungannya dalam air permukaan tidak
terkontrol maka phosfor merupakan nutrien bagi tumbuhan seperti
eceng gondok, ganggang sehingga permukaan air itu dipenuhi
tumbuhan air. Hal ini menganggu kegiatan pelayaran, perikanan.
Kandungan phospor dibatasi antara 4 15 mg/liter.
Logam berat dan senyawa beracun, seperti Hg, Pb, Ni, Cr,
dan lain-lain. Kehadiran unsur ini perlu untuk menunjang kehidupan
biota, dan ganggang. Namun kadar yang tinggi dapat menebarkan zat
beracun. Crom dan Nikel sebaiknya tidak melebihi kadar 500 mg/liter.
Belerang, unsur ini dibutuhkan untuk sintesa protein.
Disamping itu pada kondisi anaerobik bakteri desulfovibrio dapat
menguraikan zat organik bersama sulfat menjadi sulfida reaksinya
Zat organik + SO
4
-2
S
-2
+ H
2
O + CO
2
S
-2
+ 2 H
+
H
2
S
Gas H
2
S biasanya berkumpul pada bagian atas pipa air limbah dan bila
terdapat cukup bakteri Thiobacillus, maka gas ini dapat dioksidasi
menjadi asam sulfat.
Reaksinya : H
2
S + O
2
H
2
SO
4
H
2
SO
4
yang terbentuk dapat merusak mahkota pipa yang terbuat dari
beton, asbes, dan besi. Gas H
2
S yang tercampur bersama gas CH
4
dan
gas CO
2
bersifat sangat korosif terhadap pipa dan bila terbakar dalam
mesin dapat menimbulkan letupan yang dapat merusak mesin tersebut.

Klorida
Masuknya klorida dalam air limbah bisa berasal dari intrusi air laut
yang berinfiltrasi ke dalam pipa, tinja manusia yang mengandung 6
gram/orang/hari. Pengolahan air limbah tidak dapat menurunkan kadar
klorida. Sehingga pencegahan dini masuknya klorida lebih bermanfaat
daripada mengeluarkan klorida yang ada.
c. Karakteristik biologi
Iin Novitasari
L2J009062 13
Bakteri hiobacillus
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Aspek biologi ini mencakup mikroorganisme yang ditemukan pada air limbah.
Organisme ini digunakan sebagai indikator polusi dan untuk mengetahui
metode pengolahan yang tepat. Setiap manusia mengeluarkan 100-400 milyar
coliform/hari. Coliform digunakan sebagai indikator mikroorganisme pathogen
(Anomin, 1998). Beberapa macam mikroorganisme yang banyak terdapat
dalam air limbah domestik adalah :
- Jamur, membutuhkan zat asam dan mendapatkan makanan dari
mahluk yang telah mati. Tugas utamanya menguraikan senyawa karbon
bila di alam ini tidak ada jamur maka siklus senyawa karbon akan terhenti
dan zat organik akan menumpuk.
- Ganggang, banyak terlihat didalam sungai, danau dimana ada
limpahan air limbah. Limpahan ini membawa zat nutrient biologis yang
menyebabkan pertumbuhan ganggang dengan pesat yang diikuti bau
tertentu.
- Organisme patogen, dalam air limbah yang berasal dari tubuh
manusia yang terinfeksi penyakit, seperti typhus, kolera, disentri dan
sebagainya. Dan bila sanitasi daerah kurang sehat standar yang ada, maka
organisme ini akan menimbulkan angka kesakitan yang cukup tinggi.
- Bakteri coli sebagai indikator bibit penyakit, berasal dari tinja
manusia yang memasuki air limbah. Untuk menganalisa bakteri patogen
digunakan parameter mikrobiologis dengan perkiraan terdekat jumlah
golongan coliform dalam 100 ml air limbah serta perkiraan terdekat jumlah
golongan coliform tinja dalam 100 ml air limbah.
2.2 PEDOMAN PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Sistem pengelolaan air limbah domestik secara garis esar dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site system) dan sistem
pengelolaan air limbah setempat (on site system).
Iin Novitasari
L2J009062 14
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
2.2.1 Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ( Off Site System )
Sistem pengelolaan air limah terpusat adalah sistem pengelolaan air limbah dengan
menggunakan suatu sistem jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan
air limbah ke suatu tempat untuk selanjutnya diolah. Sistem penyaluran terpusat
adalah fasilitas sanitasi yang berada duluar persil. Contoh sistem ini adalah sistem
penyaluran air limbah yang kemudian dibuang ke suatu tempat pembuangan
(disposal site) yang aman dan pembuangan air limbah domestik di daerah
kepadatan penduduk tinggi, kemiringan tanah di daerah tersebut > 1%, rumah yang
sudah dilengkapi dengan tangki septik tetapi tidak mempunyai cukup lahan untuk
bidang resapan atau bidang resapan tidak efektif atau karena permeabilitas tanah
tidak memenuhi syarat (Anomin, 2003).
Sedangkan Jaringan sistem pipa pengumpul terpusat (Off Site System) terdiri dari:
(Hardjosuprapto, 2000) :
1. Conventional Sewer
Merupakan jaringan penyaluran air limbah domestik yang terdiri dari pipa
persil, pipa service, pipa lateral dan pipa induk. Sistem ini melayani daerah
pelayanan yang cukup luas. Karena pembangunan sistem penyaluran secara
konvensional merupakan pilihan yang memerlukan biaya tinggi, maka hanya
cocok bila tidak ada pilihan lain. Penerapan untuk sistem ini adalah:
- Pusat kota dengan kepadatan tinggi.
- Penduduk umumnya menggunakan air tanah, permeabilitas tanah rendah,
air tanah sudah tercemar dan lahan terbatas.
- Pendapatan penduduk tinggi sehingga mampu memikul biaya operasi dan
pemeliharaan.
2. Shallow Sewer
Shallow sewer pada prinsipnya sama dengan conventional sewer, hanya pada
pemasangan pipa kemiringannya lebih landai daripada conventional sewer.
Iin Novitasari
L2J009062 15
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Sistem ini bergantung pada pembilasan air limbah yang diperlukan untuk
mendorong limbah padat.
Biaya pembuatan shallow sewer lebih rendah dari pada conventional sewer dan
lebih cocok sebagai saluran sekunder di daerah kampung dengan kepadatan
tinggi. Sistem ini melayani air limbah dari kamar mandi, cuci, dapur dan kakus.
Jaringan salurannya terdiri dari pipa persil, pipa service dan pipa lateral, tetapi
tanpa pipa induk. Penerapan sistem ini adalah:
- Pada daerah yang mempunyai kemiringan kurang dari 2 %.
- Luas satu unit pelayanan maksimum sekitar 4 unit luas daerah layanan
retikulasi. Setiap unit daerah rekulasi jumlah sambungan rumah maksimum
800 rumah dengan ukuran riol terbesar 225 mm. Jadi ada 4 lajur pipa induk
dengan diameter 225 mm dari 4 x 800 rumah.
- Daerah pelayanan shallow sewer mempunyai luas maksimum 4 x 25 Ha =
100 Ha dengan kepadatan penduduk rata-rata 160 jiwa/Ha
- Daerah pemukiman yang masyarakatnya mendapatkan pelayanan dari
PDAM, permeabilitas tanah rendah, air tanah sudah tercemar dan sulit
memperoleh lahan untuk pembuatan prasarana sanitasi setempat.
3. Small Bore Sewerage
Sistem ini merupakan penyaluran air limbah dengan menggunakan saluran
berdiameter kecil. Saluran ini digunakan untuk menerima air limbah dari kamar
mandi, cuci, dapur dan limpahan air dari tangki septik (bukan tinjanya) serta
bebas dari benda padat.
Sistem ini cocok diterapkan untuk daerah pelayanan yang relatif lebih kecil
dari jaringan saluran konvensional sewerage. Sistem ini tepat untuk menangani
pembuangan air limbah domestik di daerah kepadatan penduduk tinggi,
kemiringan tanah di daerah tersebut > 1%, rumah yang sudah dilengkapi
dengan tangki septik tetapi tidak mempunyai cukup lahan untuk bidang resapan
atau bidang resapan tidak efektif atau karena permeabilitas tanah tidak
memenuhi syarat.
Iin Novitasari
L2J009062 16
DAPUR
KAKUS
KAMAR MANDI
CAIR
( SUNGAI )
SEWERAGE
(TRANSPORT)
INSTALASI PENGOLAHAN
LIMBAH TERPUSAT
PADAT
( PUPUK )
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Sumber : Anonim , 1999
Gambar 2.2 Sistem Pembuangan Air Limbah Off-Site
Kelebihan sistem pengelolaan air limbah terpusat yaitu :
menyediakan pelayanan yang terbaik
sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi
pencemaran terhadapa air tanah dan badan air dapat dihindari
memiliki masa guna yang lebih lama
dapat menampung semua air limbah
Kekurangan dari sisem pengelolaan air limbah terpusat yaitu:
memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan tinggi
menggunakan teknologi tinggi
tidak dapat dilakukan perseorangan
waktu yang, lama dalam perencanaan dan pelaksanaan
memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik( Hardjosuprapto,
2000).
2.2.2. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat ( On Site System )
Sistem pengelolaan air limbah setempat sebagai sistem dimana fasilitas
pengolahan air limbah berada dalam persil atau batas tanah yang dimiliki. Sistem
Iin Novitasari
L2J009062 17
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
setempat (on site) merupakan sistem penyaluran air buangan yang dialirkan ke
dalam suatu tempat penampungan seperti tangki septik sebagai tempat pengolahan.
Sistem ini biasanya digunakan dalam skala kecil (keluarga), tetapi ada juga yang
digunakan dalam skala besar (WC Umum). Sistem ini biasanya digunakan pada
daerah yang tidak ada riol kota. Untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
maka jenis yang baik untuk digunakan adalah jenis tangki septik (septik tank).
Tetapi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah masih menggunakan sistem
pembangunan yang sederhana yaitu cubluk (Anomin, 2003).
Kriteria perencanaan untuk sistem setempat (on site) meliputi :
a. Kemampuan ekonomi rendah.
b. Pemakaian air kurang dari 120 liter/orang/hari.
c. Jumlah penduduk yang terlayani kurang dari 200 juwa/ha.
d. Pendapatan ekonomi penduduk rendah.
e. Persyaratan badan air penerima rendah.
Dalam pemilihan sistem ini harus mempengaruhi hal-hal di bawah ini :
a. Waktu detensi adalah waktu tinggal dalam suatu tangki septik sekurang-
kurangnya 1 (satu) hari dan maksimal 3 (tiga) hari.
b. Periode pengurasan lumpur 2-5 tahun.
c. Banyaknya lumpur yang mengendap antara 30-40 liter/orang/hari.
d. Kuantitas air limbah yang dibuang ke dalam tangki sesuai dengan
penggunaan air bersihnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tangki septik
yang baik agar tidak mecemari air tanah di sekitarnya, yaitu (Anomin, 2003) :
a. Dinding tangki septik hendaknya dibuat dari bahan yang rapat air.
b. Untuk membuang air limbah hasil pencemaran dari tangki septik perlu
dibuat daerah peresapan.
c. Tangki septik derencanakan untuk membuang kotoran rumah tangga
dengan volume sebesar 100 liter/orang/hari.
Iin Novitasari
L2J009062 18
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
d. Waktu tinggal air di dalam tangki septik diperkirakan minimal selama 24
jam.
e. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk menampung lumpur yang
dihasilkan proses pencerna dengan standar banyaknya lumpur sebesar 30
liter/orang/tahun, sedangkan pengambilan lumpur diperhitungkan minimal
selama 4 tahun.
f. Lantai dasar tangki septik harus dibuat miring kearah ruang lumpur.
g. Pipa air masuk (inlet) ke dalam tangki septik hendaknya selalu lebih tinggi
2,5 cm dari pipa keluarnya.
h. Tangki septik hendaknya dilengkapi dengan lubang pemeriksa (manhole)
dan lubang udara (vent) untuk membuang gas hasil pencemaran.
i. Untuk menjamin tercapainya bidang peresapan, maka pemasangan siphon
otomatis adalah sangat bermanfaat agar air limbah yang dibuang ke daerah
peresapan terbuang secara berkala.
Jarak minimum suatu bangunan, sumur maupun pipa air bersih dari tangki septik
dan bangunan peresapan dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Jarak Minimum Bangunan dengan Tangki Septik dan Peresapan
No. Jarak Tangki Septik Banguan Peresapan
1 Bangunan peresapan 1,5 m 1,5 m
2 Sumur 10,0 m 10,0 m
3 Pipa air bersih 3,0 m 3,0 m
Sumber : Anonim, 2003
Iin Novitasari
L2J009062 19
PENGOSONGAN LUMPUR
TINJA DILAKUKAN DENGAN
BANTUAN TRUK TINJA BIASA
TANGKI SEPTIK &
BIDANG REMBESAN
DIKOSONGKAN MANUAL
SEMENTARA SATU CUBLUK DIKOSONGKAN
YANG LAIN BISA DIGUNAKAN
DAPAT DIKOSONGKAN DENGAN
TRUK "VACUM" MANUAL
SEMENTARA CUBLUK DIKOSONGKAN
CUBLUK TIDAK BISA DIGUNAKAN
SANITASI SETEMPAT
CUBLUK
PRASARANA TRANSPORT
AIR LIMBAH DARI KAKUS
KE TANGKI SEPTIK
KAKUS
DAPUR
TANGKI SEPTIK
INSTALASI
PENGOLAHAN
TINJA
SARANA TRANSPORTASI TINJA
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Gambar 2.1 Sistem Pembuangan Air Limbah On-Site
Sumber : Anonim , 1999
Kelebihan sistem pengelolaan air limbah setempat yaitu :
Menggunakan teknologi sederhana
Memerlukan biaya yang rendah
Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakan sendiri
Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat
Kekurangan sistem pengelolaan air limbah setempat yaitu :
Tidak dapat diterapkan pada tiap daerah, bergantung pada sifat permeabilitas
tanah, tingkat kepadatan, dan lain-lain
Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah
kamar mandi dan air bekas mesin cuci
Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan (Hardjosuprapto, 2000).
Iin Novitasari
L2J009062 20
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
2.2.3. Pemilihan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem pengelolaan air limbah
adalah :
a. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan hal yang paling menentukan dalam hal
penyediaan lahan untuk pembangunan fasilitas pengolahan air limbah aik
dalam sistem terpusat maupun pada sistem setempat. Makin tinggi angka
kepadatan penduduknya, teknologi yang dipakai juga akan semakin mahal baik
dalah investasi maupun operasi dan pemeliharaannya. Strategi nasional juga
telah mengklasifikasikan tingkat kepadatan sebagai berikut :
- tingkat kepadatan sangat tinggi : 500 jiwa/Ha
- tingkat kepadatan penduuk tinggi : 300-400 jiwa/Ha
- tingkat kepadatan sedang : 150-300 jiwa/Ha
- tingkat kepadatan rendah : < 150 jiwa/Ha
Tingkat kepadatan ini berkaitan erat dengan tingkat pencemaran yang dapat
ditimbulkan pada air permukaan.
- kepadatan rendah 100 jiwa/Ha = BOD 0-30 mg/L
- kepadatan sedang 100-300 jiwa/Ha = BOD 30-8- mg/L
- kepadatan tinggi 300 jiwa/Ha = BOD 80-200 mg/L
b. Sumber Air yang Ada
Merupakan faktor penting dalam perencanaan pemakaan sewerage terutama
yang diencanakan membawa buangan padat disamping limbah airnya.
Pemakaian sewerage lebih disarankan untuk daerah yang mempunyai jaringan
air bersih dengan pemakaian > 60 liter/orang/hari
c. Permeabilitas Tanah
Kisaran permeabilitas yang efektif adalah 2,7 x 10
-4
L/m
2
/dt 4,2 x 10
-3
L/m
2
/dt
d. Kedalaman Muka Air Tanah
Perlu dipertimbangkan untuk menghindari kemungkinan pencemaran air tanah
oleh fasilitas sanitasi yang diperlukan
Iin Novitasari
L2J009062 21
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
e. Kemiringan Tanah
Daerah dengan kemiringan 1 % lebih memberikan biaya ekonomis dalam
pembangunannya dibandingkan dengan aerah yang datar
f. Kemampuan Membiayai
Adanya potensi peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan
operasi dan pemeliharaan ( Hardjosuprapto, 2000).
2.3 SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
Sistem penyaaluran air buangan dipengaruhi oleh letak dan topografi daerah yang
dilayani. Menurut Soeparman (2002), berdasarkan sistem pengalirannya
penyaluran air limbah dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Sistem gravitasi, sistem ini digunakan bila badan air berada dibawah elevasi
daerah penyerapan dan memberikan energi potensial yang tinggi terhadap derah
pelayanan terjauh.
b. Sistem pemompaan, sistem pemompaan digunakan apabila elevasi badan
air diatas elevasi daerah pelayanan.
c. Sistem kombinasi, sistem kombinasi digunakan apabila air limbah dari
daerah pelayanan dialirkan ke bangunan pengolahan dengan bantuan
pompa/reservoir.
Menurut Fair Gordon, 1966, sistem pengaliran air limbah domestik dapat dibagi
menjadi 4, yaitu :
a. Pola Interceptor
Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali ke dalam pipa riol hulu
dimasukkan porsi tertentu air hujan dengan pemasukan terkendali. Pada waktu
air hujan masuk, aliran pipa riol hulu penuh dan bertekanan dari awal hingga
pipa riol interceptor. Karena tidak ada gradien hidrolis maka terjadi peluapan
air balik pada pelengkapan saniter pada daerah pelayanannya. Ujung akhir riol
hulu didesain melintasi atas riol interceptor.
Pada perlintasan itu keduanya dihubungkan dengan pipa tegak. Kecepatan
aliran pada musim kering didesain agar tidak dapat meloncati lubang pipa tegak
dan seluruh aliran, masuk ke dalam pipa riol interceptor. Kecepatan aliran saat
Iin Novitasari
L2J009062 22
District boundary or divide
Intercepter
overflow
overflow
outfall
Pumping
station
overflow
Tidal estuary
overflow Pumping
station
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
musim hujan menjadi besar. Air limbah domestik didesain dapat meloncati pipa
lubang tegak langsung menuju ke badan air penerima terdekat. Jadi riol
interceptor hanya terisi sewaktu tidak air hujan atau saat kecepatannya tidak
dapat meloncati lubang pipa tegak. Riol interceptor dipandang sejajar dengan
sungai besar sebagai badan air penerima dan berakhir pada bangunan
pengolahan air limbah domestik.
Gambar 2.3 Pola Interseptor
Sumber : Fair Gordon, 1966

b. Pola Zona
Pola zona merupakan pola yang biasa diaplikasikan pada daerah pelayanan
yang terbagi oleh sungai, sehingga pipa penyeberangan atau pelintasannya sulit
dibangun. Bangunan pengolahan air limbah domestik dibangun pada akhir riol.
Iin Novitasari
L2J009062 23
High level interceptor
Low level interceptor
Intermediate level interceptor
River
Treatment
works
outfall
lake
submain
trunk
sewer
Treatment works
outfal sew
er
lateral
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen

Sumber : Fair Gordon, 1966
Gambar 2.4 Pola Zona
c. Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang biasa diaplikasikan pada daerah pelayanan yang
terletak disuatu lembah.

Gambar 2.5 Pola Kipas
Sumber : Fair Gordon, 1966
d. Pola Radial
Pola radial adalah pola yang biasa diaplikasikan pada daerah pelayanan yang
terletak di daerah bukit.
Iin Novitasari
L2J009062 24
Treatment
works
R
iv
e
r
Treatment works
Irrigation
fields
Irrigation
fields
Treatment
works
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen

Gambar 2.6 Pola Radial
Sumber : Fair Goordon, 1966
2.4. DASAR PERENCANAAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan menjadi bahan pertimbangan adalah :
Jaringan sistem pengumpul harus melayani semua daerah pelayanan
Sistem perpipaan merupakan saluran yang tertutup, sehingga terhindar dari
gangguan terhadap lingkungan di sekitarnya dan saluran tidak terganggu oleh
kegiatan di sekitarnya.
Air bekas dibuang sejauh mungkin dari pemukiman penduduk agar tidak
mengganggu keindahan dan kesehatan lingkungan yang ditimbulkan oleh
proses penguraian maupun lalat dan binatang lain yang mungkin di lokasi
pengolahan.
Waktu pengaliran air buangan dari titik terjauh ke lokasi pengolahan tidak
boleh lebih dari 28 jam untuk menghindari terjadinya proses penguraian dalam
saluran.
Penyaluran air buangan dilakukan dengan cara gravitasi dalam saluran tidak
bertekanan ( Hardjosuprapto, 2000).
2.4.1 Kondisi Aliran Air Buangan
Ada dua kondisi aliran dalam penyaluran air buangan, yaitu aliran bertekanan
(under pressure flow) dan aliran tidak bertekanan. Dalam aliran air buangan,
kondisi bertekanan hanya dijumpai pada instalasi perpompaan dan siphon,
Iin Novitasari
L2J009062 25
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
sedangkan dalam perpipaan disyaratkan menggunakan aliran yang tidak
bertekanan.
Pada penyaluran air buangan, kondisi aliran yang bertekanan hanya boleh
diterapkan dalam keadaan yang memaksa, seperti dikatakan di atas yaitu pada
instalasi perpompaan (pumping installation) yang berguna untuk menaikkan
kembali head tekanan akibat terlalu dalamnya ujung saluran. Aliran bertekanan ini
menyebabkan pipa penuh dengan air sehingga kondisi lingkungan dalam pipa
kekurangan oksigen, hal ini memungkinkan terjadinya proses penguraian anaerob
yang akan menghasilkan gas-gas yang berbahaya seperti H
2
S (sulfida), CH
4
(metan) dan lain-lain (Hardjosuprapto, 2000).
2.4.2. Self Cleansing Velocity
Yang dimaksud dengan self cleansing velocity adalah kecepatan aliran yang dapat
membersihkan sendiri saluran dari material pengganggu seperti slime (lendir),
endapan, pasir dan sebagainya. Untuk mendapatkan kecepatan yang dapat
membersihkan sendiri itu kemiringan saluran harus dihitung berdasarkan kontrol
sulfida dan kontrol endapan. Kemiringan yang didapat dari kedua perhitungan
tersebut dibandingkan dan yang terbesar dipakai dalam perencanaan saluran
(Metcalf and Eddy, 1976).
2.4.3. Kontrol Sulfida
Kontrol sulfida dilakukan untuk mendapatkan kemiringan saluran yang dapat
mengikis lendir (slime) yang ditimbulkan oleh bakteri sulfida yang menempel pada
dinding saluran. Formula yang digunakan dalam perhitungan kemiringan saluran
adalah :
S =
( )
2
3 / 1
. . 3
1
]
1

W Qp Z
P EBOD
S = Kemiringan saluran (m/m)
EBOD = BOD efektif (mg/l)
Iin Novitasari
L2J009062 26
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Dirumuskan sebagai BOD (5,20) . 1,07
T-20
P = keliling basah saluran pada debit puncak (m)
W = lebar saluran bagian atas (top width) pada debit puncak
Z = indeks Paneroy, menunjukkan besarnya slime yang terjadi
Z = 10.000 : banyak lendir
= 7.500 : cukup (biasanya dipakai dalam perencanaan)
= 5.000 : bersih sekali
(Metcalf and Eddy, 1976)
2.4.4. Kontrol Endapan
Seperti halnya kontrol sulfida, kontrol endapan dilakukan untuk memperoleh
kemiringan yang memberikan kecepatan self cleansing, yang dapat membersihkan
endapan yang ada pada dasar saluran. Kemiringan saluran berdasarkan kontrol
endapan diformulasikan sebagai :
S =
13 / 16
8 / 3 ) ( /
. 1094 , 0
1
]
1

Qp Rf Rm

S = kemiringan saluran (m/m)
= gaya geser kritis (0,33 < < 0,38 kg/m
2
)
Rm = jari-jari hidrolis saluran pada kedalaman minimum (m)
Rf = jari-jari hidrolis saluran pada aliran penuh (m)
(Metcalf and Eddy, 1976)
2.4.5. Aliran Tidak Menggerus
Untuk mengamankan saluran dari penggerusan yang disebabkan oleh aliran, maka
disyaratkan agar kecepatan aliran berkisar antara 0,6 3,0 meter per detik (WPFC).
Batasan kecepatan itu adalah optimasi dari dua keadaan yaitu di satu pihak aliran
harus dapat mengikis perintang yang ada dalam saluran, di lain pihak kecepatan
Iin Novitasari
L2J009062 27
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
aliran tersebut tidak boleh mengakibatkan terjadinya penggerusan pada dasar
saluran.
Kecepatan minimum 0,6 m/s mampu membersihkan aliran yang self cleasing dan
kecepatan maksimum 3,0 m/s tidak akan menimbulkan penggerusan pada dasar
saluran (Metcalf and Eddy, 1976).
2.4.6. Prinsip Dasar Dalam Penyaluran Air Buangan
Prinsip-prinsip yang mendasari dalam penyaluran air buangan tidak berbeda
dengan prinsip dalam penyaluran air bersih, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
adalah persamaan kontinuitas dan persamaan energi.
a. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas menyatakan bahwa debit pada suatu penampang saluran
merupakan perkalian antara luas penampang saluran dengan kecepatan pada
penampang saluran tersebut, dan besarnya sama di setiap titik pada suatu
saluran.
Persamaan kontinuitas diformulasikan dalam bentuk matematik sebagai :
Q = A
1
.V
1
= A
2
. V
2
= konstan
Q = debit aliran (m
3
/dt)
A = luas penampang saluran (m
2
)
V = kecepatan aliran (m/dt)
b. Persamaan Energi
Persamaan umum energi adalah sebagai berikut :
( ) ( ) Hl z g p g v Ha z g p g v + + + + + +
2
2
1
2
/ 2 / / 2 /
v
2
/2g = head kecepatan (m)
p/g = head tekanan (m)
z = ketinggian saluran dari datum (m)
Ha = energi tambahan (m)
Hl = kehilangan energi (m)
Iin Novitasari
L2J009062 28
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
(Hardjosuprapto, 2000).
2.4.7. Persamaan Aliran dari Manning
Persamaan Manning dapat dipergunakan baik dalam aliran penuh maupun aliran
tidak penuh. Manning menampilkan formulasi sebagai berikut :
2 / 1 3 / 2
1
S R
n
v
v = kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
R = jari-jari hidrolis saluran (m)
S = slope saluran (m/m)
N = koefisien kekasaran Manning
Penggunaan persamaan Manning dalam perhitungan disederhanakan dalam bentuk
nomogram. Nomogram hanya dipakai dalam mengecek hasil perhitungan atau
memperkirakan dimensi (Hardjosuprapto, 2000).
2.4.8. Debit Air Buangan
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyaluran air buangan, yaitu
:
sumber atau asal air buangan
besar atau prosentase air buangan dari air minum
besarnya curah hujan
Dalam air buangan dikenal beberapa istilah debit, yaitu :
debit rata-rata (Qr), debit hari maksimum (Qmd), debit minimum (Qmin), debit
infiltrasi (Qinf), debit puncak (Qpeak), dan debit air buangan non domestik (Qx).
a. Debit Rata-Rata Air Buangan (Qr)
Debit rata-rata air buangan adalah debit air buangan yang berasal dari rumah
tangga, bangunan umum, bangunan komersial, dan bangunan industri. Dari
berbagai sarana di atas, tidak semua air yang diperlukan untuk kegiatan sehari-
Iin Novitasari
L2J009062 29
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
hari terbuang ke saluran pengumpul, hal ini disebabkan beragamnya kegiatan.
Berkurangnya jumlah air yang terbuang sebagai air buangan disebabkan
kegiatan-kegiatan seperti mencuci kendaraan, mengepel lantai, menyiram
tanaman, dan lain-lain (Hardjosuprapto, 2000).
b. Debit Hari Maksimum (Qmd)
Debit hari maksimum adalah debit air buangan pada keadaan pemakaian air
maksimum. Besar debit hari maksimum merupakan perkalian faktor peak kali
debit air buangan rata-rata. Harga faktor peak merupakan rasio debit
maksimum dan minimum terhadap debit rata-rata. Harga faktor peak bervariasi
tergantung jumlah penduduk kota yang dilayani, dan dirumuskan sebagai
berikut :
5 . 0
5 . 2
4
18
p
p
fp
+
+

sedangkan debit maksimum dirumuskan sebagai :


Qmd = fp. Qab
Dimana :
Qmd = debit hari maksimum (l/dt)
Fp = faktor peak
Qab = debit air buangan rata-rata (l/dt)
P = jumlah penduduk dalam ribuan (jiwa)
(Hardjosuprapto, 2000)
c. Debit Minimum (Qmin)
Debit minimum adalah debit air buangan pada saat minimum. Debit minimum
ini berguna dalam penentuan kedalaman minimum, untuk menentukan apakah
saluran harus digelontor atau tidak. Persamaan untuk menghitung debit
minimum adalah :
Iin Novitasari
L2J009062 30
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
det) / ( 2 , 0 min
2 , 1
l qr p Q (1 < p < 1000)
(Hardjosuprapto, 2000)
d. Debit Inflow / Infiltrasi (Qinf)
Debit infiltrasi adalah debit air yang masuk saluran air buangan yang berasal
dari air hujan, infiltrasi air tanah, dan air permukaan. Infiltrasi air dari sumber-
sumber di atas biasanya masuk melalui jalur pipa dan sambungan rumah.
Infiltrasi dari sumber-sumber yang disebutkan di atas tidak dapat dihindari, hal
ini disebabkan oleh:
pekerjaan sambungan pipa kurang sempurna
jenis bahan saluran dan sambungan yang dipergunakan
kondisi tanah dan air tanah
adanya celah-celah pada tutup manhole
Besar debit infiltrasi/inflow ditentukan berdasarkan :
luas daerah pelayanan
panjang saluran
panjang saluran dan diameter
Besarnya debit inflow berdasarkan luas daerah pelayanan menurut ASCE dan
WPCF adalah 400 200000 gpd/acre (Hardjosuprapto, 2000).
e. Debit Puncak (Qpeak)
Debit puncak adalah debit air buangan yang dipergunakan dalam menghitung
dimensi saluran. Debit puncak merupakan penjumlahan dari debit maksimum
dan debit infiltrasi / inflow.
det) / inf( . 1000 / . . 5
8 , 0
l q L qr p Cr qmd p Qp + +
= low q qmd p inf 5
8 , 0
+
Iin Novitasari
L2J009062 31
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Qp = debit puncak (l/dt)
p = jumlah penduduk dalam ribuan
Qmd = debit satuan hariam maksimum (l/dt.1000 jiwa)
Cr = koefisien infiltrasi di daerah persil
qr = debit satuan harian rata-rata (l/dt.1000 jiwa)
qinf = debit infiltrasi saluran (l/dt.km)
(Hardjosuprapto, 2000)
f. Debit Air Buangan Non Domestik (Qx)
Debit air buangan non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari
bangunan komersial, bangunan industri, bangunan umum/institusi, dan
bangunan pemerintahan. Debit air buangan non domestik tergantung dari
pemakaian air dan jumlah penghuni bangunan-bangunan tersebut.
Kecuali air buangan yang berasal dari bangunan industri, semua air
buangan yang berasal dari non domestik dilayani sistem penyaluran air
buangan, dengan alasan karakteristik air buangannya mempunyai kesamaan
dengan air buangan domestik.
Dalam perhitungan debit puncak, debit air buangan yang berasal dari
bangunan non domestik diekivalenkan dengan jumlah penduduk yang dilayani
pada daerah domestik. Perhitungan ekivalen debit air buangan non domestik
adalah :

qr
qx
pek
pek= jumlah penduduk ekivalen ( jiwa )
qx = total debit air minum non domestik (l/dt)
qr = pemakaian air rata-rata (l/orang/hari)
(Hardjosuprapto, 2000)
Iin Novitasari
L2J009062 32
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
2.4.9. Kedalaman Aliran
Kedalaman aliran sangat berpengaruh terhadap kelancaran aliran, oleh
karena itu ditetapkan kedalaman minimum yang harus dipenuhi dalam penyaluran
air buangan. Kedalaman minimum ini disamakan dengan kedalaman berenang
tinja. Di Indonesia kedalaman berenang ditetapkan 5 cm pada pipa halus, dan 7,5
cm pada pipa kasar. Kedalaman minimum didapat dari nomogram Design Main
Sewer dengan mengetahui debit minimum, jika kedalaman minimum kurang dari
kedalaman berenang maka saluran tersebut harus digelontor. Karena aliran air
buangan bersifat terbuka, maka kedalaman aliran dalam pipa tidak boleh penuh.
Kedalaman aliran dalam pipa dibatasi 0,6 D sampai 0,8 D pada debit puncak. Jika
kedalaman saluran sudah melebihi 0,8 diameter, maka diameter pipa harus
diperbesar atau kemiringan saluran diperbesar (Hardjosuprapto, 2000).
2.4.10. Pemilihan Bentuk dan Bahan Saluran
Bentuk saluran yang biasa dipergunakan untuk penyaluran air buangan
adalah bulat dan oval dengan variasinya. Sedangkan untuk pemilihan bahan pipa
harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
harus mengalirkan air buangan sebaik mungkin
kekuatan dan daya tahan harus terjamin baik dari gaya dalam maupun gaya luar
pipa
mudah dalam pemasangan
tahan terhadap penggerusan
tahan terhadap korosi asam baik dari air buangan maupun air tanah
ketersediannya di pasaran terjamin
harus kedap air begitu juga dengan sambungannya
harga pipa
kondisi geologi dan topografi
Iin Novitasari
L2J009062 33
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Beberapa jenis bahan pipa yang ada di pasaran adalah sebagai berikut :
Besi dan baja seperti :
o Cast Iron Pipe (CIP)
o Ductilee Iron Pipe (DIP)
o Fabricated Steel Pipe
Asbestos Cement Pipe (ACP)
Concrete Pipe (pipa beton)
Clay Pipe (pipa tanah liat)
Pipa plastik (PVC)
Yang umum digunakan di Indonesia adalah :
Pipa beton
Dari segi konstruksi cukup kokoh, kekasaran dianggap masih ditolerir,
pemasangan mudah, persediaan banyak namun kurang tahan terhadap partikel
yang bersifat korosif dan mempunyai konsentrasi asam atau basa yang tinggi,
sehingga mempengaruhi umur pipa.
Pipa Tanah Liat
Hanya digunakan untuk pipa persil dan service, karena diameter yang tersedia
hanya untuk debit kecil, dari segi konstruksi kalah dibandingkan pipa beton tapi
dari segi harga jauh lebih murah.
Pipa PVC
Banyak digunakan, tetapi diameter yang tersedia terbatas sehingga untuk debit
yang besar harus memakai pipa jenis lain. Selain masalah diamater, maka
persyaratan lain dapat dipenuhi.
Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor di atas, maka dipilih jenis pipa yang
akan digunakan dalam perencanaan ini adalah pipa dari jenis PVC.
(Hardjosuprapto, 2000)
Iin Novitasari
L2J009062 34
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
2.4.11. Fungsi dan Ukuran Saluran
a. Pipa persil
Adalah pipa penyalur air buangan dri rumah penduduk, bangunan umum dan
sebagainya ke pipa service. Diameter pipa ini ditetapkan minimal 4 inchi untuk
dapat menyalurkan air buangan. Adapun syarat yang perlu diperhatikan pada
sambungan ke rumah adalah :
1) Sambungan jangan mengganggu jalannya aliran air buangan dalam jaringan
pengumpul. Untuk itu penyambungan dilakukan menyerong dengan besar
sudut maksimum 45
0
. Apabila perbandingan antara debit dari rumah dengan
debit saluran pengumpul kecil sekali, maka penyambungan dapat dilakukan
secara tegak lurus.
2) Sedapat mungkin sambungan-sambungan dapat diperiksa untuk
mempermudah pemeliharaan saluran.
3) Air dalam jaringan pengumpul jangan sampai menahan air yang berasal dari
rumah tangga, untuk itu sambungan dari rumah-rumah harus diletakkan di
atas permukaan aliran air kotor yang tertinggi.
b. Pipa service
Adalah pipa penyalur air buangan yang menghubungkan beberapa sambungan
dari rumah tangga, bangunan umum atau pipa yang menampung aliran dari pipa
persil yang merupakan sumber air buangan lainnya ke pipa lateral. Ukuran pipa
service berkisar antara 6-8 inchi dan diharapkan mampu melayani sekitar 50
rumah. Biasanya pipa servis terbuat dari tanah liat atau PVC.
c. Pipa lateral
Adalah pipa penyaluran air buangan setelah pipa service untuk dialirkan ke
pipa cabang. Ukuran pipa lateral tergantung dari jumlah pipa service yang
dilayani. Untuk sistem jaringan kecil, pipa service dapat berfungsi sebagai pipa
Iin Novitasari
L2J009062 35
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
lateral, sedangkan untuk jaringan besar pipa lateral dapat berkembang menjadi
pipa cabang.
Diameter pipa lateral biasanya lebih besar dari 8 inchi, dan materialnya dapat
dipilih yang sesuai. Bentuk saluran boleh bulat atau oval.
d. Pipa cabang
Adalah pipa penyaluran air buangan yang menampung air buangan dari pipa-
pipa lateral yang selanjutnya dialirkan ke pipa induk. Bentuk saluran bulat atau
oval.
e. Pipa induk
Adalah pipa penyaluran air buangan yang menampung air buangan dari pipa-
pipa cabang menuju Instalasi Pengolah Air Buangan. Pipa ini merupakan
penyaluran air buangan terakhir sebelum instalasi pengolah atau tempat
pembuangan akhir. Ukuran pipa induk ini tergantung dari jumlah populasi
daerah pelayanan.
(Metcalf and Eddy, 1976)
2.4.12. Kedalaman Pemasangan Pipa
Kedalaman pemasangan pipa saluran air buangan tergantung dari fungsi
pipa itu sendiri yang dibagi menjadi : pipa persil, pipa servis, dan pipa lateral.
kedalaman awal pemasangan pipa
persil = 0,45 meter
servis = 0,60 meter
lateral = 1,00 1,20 meter
kedalaman akhir pemasangan pipa
kedalaman akhir pemasangan pipa air buangan disyaratkan tidak melebihi 7
meter, jika pipa sudah melebihi 7 meter harus dipergunakan pompa untuk
Iin Novitasari
L2J009062 36
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
menaikkan air buangan untuk mendapatkan kedalaman galian yang
disyaratkan.
( Hardjosuprapto, 2000)
2.4.13. Penempatan dan Pemasangan Saluran
Perletakan pipa sangat tergantung terhadap beberapa faktor, yaitu :
jaringan jalan yang ada
jenis, kondisi dan topografi tanah yang dilalui
sistem pemipaan yang ada (air minum, listrik, gas)
bangunan yang akan dilayani (kapasitas dan letaknya)
kedalaman saluran minimum adalah 1,00 meter pada level penanamannya
(untuk pipa service) dan paling dalam 7,00 meter pada akhir saluran.
apabila kedalaman ujung saluran telah mencapai 7,00 meter, maka aliran air
buangan dalam saluran harus dinaikkan dengan menggunakan pompa, sehingga
aliran secara gravitasi dapat berlangsung.
umumnya pipa dipasang pada pertengahan jalan karena tidak perlu
membebaskan tanah penduduk, mengingat sifat aliran adalah terbuka sehingga
galian kadang-kadang harus dalam untuk mendapatkan kecepatan yang
direncanakan.
namun untuk keadaan khusus, pemasangan pipa dapat di pinggir jalan jka
bangunan pada salah satu sisi jalan jauh lebih banyak daripada sisi yang
lainnya, lalu lintas kendaraan cukup ramai.
bila beban penerimaan air buangan dari kanan dan kiri jalan sama dengan badan
jalan cukup lebar, arus lalu lintas cukup padat maka saluran ditempatkan di dua
tempat yaitu di kiri dan kanan jalan.
di daerah pemukiman, bila terdapat brangang maka saluran ditempatkan di
brangang-brangang belakang rumah.
( Hardjosuprapto, 2000)
Iin Novitasari
L2J009062 37
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
a. Pipa servis
Pipa servis sebaiknya diletakkan di belakang rumah, karena pipa servis ini
akan menampung air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dan lain-lain yang
berada di bagian belakang rumah.
b. Pipa lateral
Pipa lateral dan saluran umum lain ditempatkan di :
tepi jalan di bawah trotoar untuk memudahkan penggalian di kemudian hari
bila diperlukan terutama untuk pemeliharaan dan perbaikan
di bawah jalan tepat di bagian tengah bila jalan tidak cukup lebar dan di kedua
sisi jalan terdapat pemukiman yang sama padatnya
jika kuantitas air buangan dari kedua sisi jalan tidak sama besarnya, maka pipa
dipasang di sisi yang paling besar debit air buangannya
tengah jalan, untuk jalan-jalan yang di kedua sisinya mempunyai jumlah rumah
yang sama banyaknya dan elevasinya lebih tinggi dari jalan
kedua sisi jalan, bila terdapat banyak rumah baik di kiri maupun di kanan jalan
pada elevasi yang lebih tinggi, jika di sisi jalan terdapat perbedaan elevasi
antara kedua sisinya.
( Hardjosuprapto, 2000)
2.4.14. Beban di Atas Saluran
Pipa yang ditanam di dalam galian akan menerima beban akibat penimbunan dan
beban bergerak di atasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
pembebanan pada saluran antara lain:
Lebar galian
Kedalaman pemasangan pipa
Berat tanah penimbun
Volume beban bergerak di atas saluran.
Iin Novitasari
L2J009062 38
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
(Hardjosuprapto, 2000)
2.4.15. Syarat - Syarat Pengaliran
Kecepatan aliran air buangan dalam saluran/pipa dipengaruhi oleh :
a. Debit
b. Penampang pipa (digunakan penampang bulat lingkaran)
c. Jenis dan kekasaran pipa
d. Kemiringan saluran pipa
Aliran air buangan dalam pipa bersifat aliran terbuka (open channel) dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Hal ini yang harus diperhatikan dalam aliran air
buangan ialah kecepatan aliran yang dapat menimbulkan kemungkinan-
kemungkinan terjadinya pengendapan di dasar saluran dan terjadinya
penggerusan.
Karena hal tersebut di atas maka syarat-syarat pengaliran yang harus diperhatikan
dalam perencanaan ini adalah :
a. Umum
Pengaliran air buangan dalam saluran harus secara gravitasi kecuali untuk
keadaan yang tidak memungkinkan, diperbolehkan pengaliran dengan
bertekanan, misalnya pada pipa siphon atau pemompaan.
Pengaliran hampir selalu unsteady dan non uniform (tinggi air pada setiap
titik pada saluran tidak selalu sama)
Beban yang besar berupa zat-zat yang dapat mengendap, zat-zat terlarut dan
benda-benda terapung harus dapat terbawa dan dihanyutkan oleh aliran air
buangan sampai ke instalasi bangunan pengolah.
Kecepatan aliran harus dapat memungkinkan terjadinya self cleaning
dengan tidak menimbulkan kerusakan atau pengikisan pada permukaan
saluran.
Iin Novitasari
L2J009062 39
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Pengaliran air buangan harus tiba secepatnya sampai ke instalasi
pengolahan untuk menghindari terjadinya pembusukan dan lamanya
pengaliran air buangan dalam saluran tidak boleh lebih dari 18 jam.
b. Kecepatan aliran maksimum
Kecepatan aliran maksimum ditetapkan sbb :
Untuk aliran yang mengandung pasir, kecepatan maksimum (2.0 2.4)
m/dt.
Untuk aliran yang tidak mengandung pasir, kecepatan maksimum 3 m/dt.
Batas di atas ditetapkan berdasarkan pertimbangan :
Saluran harus dapat mengantarkan air buangan secepatnya menuju instalasi
pengolahan.
Pada kecepatan tersebut penggerusan terhadap pipa belum terjadi, sehingga
ketahanan pipa dapat dijaga.
c. Kecepatan aliran minimum
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah sebesar 60 cm/dt dan diharapkan
pada kecepatan ini aliran mampu untuk membersihkan diri sendiri.
Pertimbangan lain adalah untuk mencegah air buangan terlalu lama di dalam
pipa, sehingga dapat terjadi pengendapan dan penguraian dalam air buangan
yang dapat menaikkan konsentrasi sulfur. Konsentrasi sulfur yang tinggi
merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya bakteri dan dapat
mengubah sulfur menjadi sulfida yang dapat merusak pipa dan
perlengkapannya.
d. Kemiringan saluran
Dalam menentukan kemiringan saluran, untuk mendapatkan kecepatan
membersihkan sendiri berdasarkan :
kontrol sulfida, sesuai dengan Pameroy Index : z = 7500
kontrol endapan, sesuai dengan gaya geser kritis (c) yang dianjurkan =
0.38 kg/m2.
Iin Novitasari
L2J009062 40
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
e. Kedalaman aliran
Mengingat aliran buangan umumnya mengandung partikel padat (faecal) yang
belum hancur maka harus diperhitungkan kedalaman aliran minimum yang
dianggap mampu membawa partikel tersebut berenang mengikuti aliran pada
saat kecepatan minimum.
Kedalaman minimum (kedalaman berenang) untuk pipa PVC dicapai sebesar 5
cm. Jika pada debit minimum tidak dicapai kedalaman berenang maka saluran
harus digelontor. Untuk menjaga kondisi aliran tetap bersifat aliran
terbuka,maka ditetapkan kedalaman maksimum 80 % dari kedalaman aliran
penuh.
(Hardjosuprapto, 2000)
2.4.16. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap adalah semua bangunan yang ikut mengambil
bagian dalam menunjang kelancaran perjalanan air buangan di dalam sistem
penyaluran air buangan.
a. Manhole
Manhole berfungsi sebagai tempat untuk memeriksa atau memperbaiki
serta membersihkan saluran dari kotoran yang terbawa aliran. Mengingat
fungsinya tersebut, maka manhole harus direncanakan dengan baik sehingga
dapat memberikan kemudahan bagi petugas dalam melaksanakan tugasnya.
Penempatan manhole ditetapkan pada tempat-tempat tertentu, yaitu :
pada perubahan arah aliran (belokan > 22,5
o
baik horisontal maupun vertikal,
pertemuan saluran)
pada perubahan diameter saluran
pada perubahan kemiringan saluran
pada jarak tertentu seperti tercantum di bawah ini :
Iin Novitasari
L2J009062 41
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Tabel 2.4 Jarak Manhole
Diameter Jarak Antar Manhole
Inch Millimeter meter
8
20
30
40
200
500
750
1000
25 75
75 100
100 125
125 150
( Hardjosuprapto, 2000)
Kriteria Manhole
Agar manhole berfungsi sesuai dengan peruntukannya, maka manhole harus
memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
manhole harus bersifat padat
dinding dan fondasi harus bersifat kedap air
manhole harus tahan terhadap gaya luar
luas manhole harus cukup dimasuki operator
bahan manhole beton atau pasangan batu bata/kali, jika kedalaman lebih dari
2,5 meter harus menggunakan beton bertulang
bagian atas manhole harus fleksibel
tutup manhole harus mudah diperbaiki
Manhole dapat terdiri dari beberapa bentuk penampang, yaitu :
a) Penampang empat persegi panjang
Umumnya digunakan untuk manhole dengan kedalaman kecil dan direncanakan
tidak untuk dimasuki operator. Manhole jenis ini untuk ditempatkan pada
tempat yang tidak akan dikenai beban yang terlalu besar.
b) Penampang bulat
Iin Novitasari
L2J009062 42
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Untuk manhole yang mempunyai ukuran lebih besar digunakan bentuk
penampang bulat, karena konstruksinya yang lebih kuat sehingga menahan
beban lebih besar dibandingkan bentuk empat persegi panjang.
( Hardjosuprapto, 2000)
Komponen lain yang perlu diperhatikan
Pintu masuk manhole
Harus dapat memberikan keleluasaan bagi petugas untuk masuk sehubungan
dengan tugasnya. Mempunyai daya tahan memikul beban sesuai dengan
tugasnya. Sambungan antara frame dan tutup harus baik. Tertutup rapat,
sehingga aliran air dari luar dapat dicegah kecuali untuk manhole yang
dilengkapi dengan ventilasi udara yang berguna untuk mengeluarkan gas serta
miniature keseimbangan tekanan udara.
Tangga manhole
Untuk manhole yang dalam harus dilengkapi dengan tangga sehingga petugas
dapat mencapai dasar manhole
Dasar manhole
Dasar manhole dilengkapi dengan saluran yang akan meneruskan aliran air
buangan. Bentuk setengah lingkaran atau berbentuk huruf U. lantai kerja yang
terletak di sisi saluran direncanakan hingga memberikan kemudahan bagi
petugas dalam melaksanakan tugasnya.
Diameter manhole
Diameter manhole tergantung pada kedalaman manhole. Ukuran manhole
disyaratkan supaya mudah dimasuki pekerja dalam pemeliharaan saluran,
diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman manhole.
Tabel 2.5 Diameter Manhole
Iin Novitasari
L2J009062 43
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Kedalaman (m) Diameter (m)
< 0,8
0,8 2,1
> 2,1
0,75
1,00
1,5
( Hardjosuprapto, 2000)
b. Drop Manhole
Drop manhole berfungsi sama dengan manhole, hanya pemakaiannya
berbeda karena drop manhole dipakai untuk pertemuan saluran yang
mempunyai perbedaan ketinggian relatif besar. Tujuan dipergunakannya drop
manhole adalah untuk menghindari splushing/penceburan air buangan yang
dapat merusak saluran, akibat penggerusan dan pelepasan H
2
S. Pengertian
perbedaan ketinggian ini sebenarnya relatif. Ada yang menganjurkan perbedaan
tinggi minimum 60 cm, sementara ada yang menganjurkan angka 90 cm
( Hardjosuprapto, 2000).
c. Ventilasi Udara
Berfungsi untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dalam pipa dan
untuk mengukur tekanan udara dalam saluran atau manhole menjadi sama
dengan tekanan luar. Ventilasi udara membutuhkan waktu lebih dari 18 jam
hingga sampai ke instalasi pengolahan karena selama waktu tersebut
diperkirakan dapat terjadi gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan dan dapat
mempengaruhi daya tahan pipa. Penempatan ventilasi udara pada tutup
manhole dan diusahakan dapat mencegah infiltrasi aliran dari luar.
Jarak pemasangan ventilasi udara dihitung dengan rumus :
X = V * t
Dimana :
Iin Novitasari
L2J009062 44
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
X = jarak ventilasi udara (m)
V = kecepatan aliran (m/dt)
t = waktu (18 * 3600 dt)
Dalam kenyataannya karena pada pengaliran ada hambatan dan
gangguan maka persamaan di atas harus dikoreksi karena adanya pengendapan
dalam saluran dapat mempercepat terjadinya penguraian ( Hardjosuprapto,
2000).
d. Terminal Cleanout
Bangunan terminal cleanout mempunyai fungsi sebagai berikut :
lubang tempat penyisipan alat pembersih ke dalam saluran
pipa tempat penggelontoran saluran, yaitu dengan memasukkan air dari
ujung bagian atas terminal cleanout.
Bangunan ini terdiri dari pipa dengan diameter tertentu yang sesuai
dengan diameter saluran, disambungkan vertikal dengan menggunakan Y
connection dan bend, dan bagian atasnya ditutup dengan frame yang terbuat
dari besi tuang. Biasanya bangunan ini terletak pada bagian awal saluran, yaitu
pada pipa service dan mempunyai jarak ke manhole sekitar 50-70 meter
( Hardjosuprapto, 2000).
e. Tikungan (Bend)
Berfungsi untuk membelokkan arah aliran, banyak dipakai pada
pertemuan antara lateral dengan service pipe, lateral dengan sub main pipe atau
karena mengikuti belokan pada arah jalan.
Mengingat pada tikungan kehilangan energi cukup besar, maka perlu
diperhatikan beberapa persyaratan dalam merencanakan tikungan, yaitu :
tidak boleh terjadi perubahan diameter atau kemiringan
pembuatan dinding saluran selicin mungkin
Iin Novitasari
L2J009062 45
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
harus ada manhole untuk pemeriksaan
radius minimum belokan diameter saluran
( Hardjosuprapto, 2000)
f. Transition dan Junction
Transition adalah keadaan terjadinya perubahan diameter saluran.
Junction adalah tempat penggabungan beberapa buah saluran. Pada transition
dan junction pipe terjadi kehilangan energi sehingga dalam perencanaannya
perlu diperhatikan :
pembuatan dinding harus sedini mungkin
pada junction diusahakan kecepatan aliran seragam dan perubahan arah
aliran terlalu tajam
harus ada manhole untuk pemeriksaan
( Hardjosuprapto, 2000)
g. Bangunan Penggelontor
Bangunan Penggelontor adalah bangunan yang dapat mengumpulkan air
serta dilengkapi dengan peralatan untuk keperluan penggelontor yang dapat
bekerja secara otomatis atau manual. Air untuk keperluan penggelontoran dapat
berasal dari PAM, air sungai, waduk atau sumber lainnya, asal memenuhi
syarat sebagai air penggelontor, yaitu jernih, tidak mengandung partikel padat
atau koloida dan tidak bersifat asam atau basa. Pada waktu penggelontoran
harus diperhitungkan kecepatan gelombang aliran penggelontoran yang aman
terhadap pipa sehingga dapat dicegah pukulan air yang besar terhadap pipa atau
terjadinya water hammer. Faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
penggelontoran :
Iin Novitasari
L2J009062 46
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
air penggelontor harus bersih, tidak mengandung lumpur atau pasir dan
tidak asam, basa, atau asin.
Air penggelontor tidak boleh mengotori saluran
Untuk penggelontoran pasa sistem penyaluran air buangan, sumber air
penggelontor diambil dari saluran air minum (PDAM), selain kontinuitasnya
kebersihannya pun terjamin.
a. Fungsi Bangunan Penggelontor
mencegah pengendapan kotoran dalam saluran
mencegah pembusukan kotoran padat dalam saluran
menjaga kedalaman air dalm saluran agar tercapai kedalaman berenang
b. Jenis Penggelontoran
Sistem kontinu
Penggelontoran dengan sistem kontinu dilakukan terus menerus dengan debit
konstan, dalam perencanaan demensi saluran tambahan debit air buangan dari
penggelontoran harus diperhitungkan.
Sistem Periodik
Penggelontoran dengan sistem periodik dilakukan secara berkala/periodik pada
kondisi aliran minimum. Penggelontoran dengan sistem periodik paling sedikit
dilakukan dengan sistem periodik paling sedikit dilakukan sekali dalam sehari.
Volume air penggelontor tergantung pada :
diameter saluran yang digelontor
pajang pipa yang digelontor
kedalaman minimum aliran pada pipa yang digelontor
kedalaman gelontor yang dinginkan
Volume air yang diperlukan dalam penggelontoran diformulasikan sebagai :
Iin Novitasari
L2J009062 47
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
V
gelontor
= L (A
gel
A
min
)
Dimana :
V
gelontor
= volume air penggelontor (m/det)
L = panjang pipa yang digelontor (m)
A
gel
= Luas penampang basah saat penggelontoran (m
2
)
A
min
= Luas penampang basah pada aliran minimum (m
2
)
( Hardjosuprapto, 2000)
h. Sambungan Rumah
Sambungan rumah adalah cabang atau pertemuan antara saluran air
buangan dari rumah dengan saluran utama.Pertemuan tersebut adalah
pertemuan antara pipa persil dengan pipa service atau antara pipa service
dengan pipa lateral.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada sambungan rumah adalah :
Air buangan dari sambungan rumah tidak boleh mengganggu kelancaran aliran
air pada saluran utama.
Jika air buangan dari sambungan rumah masuk secara horisontal ke dalam
saluran utama, diusahakan sudut pertemuan tidak lebih besar dari 45 derajat.
Jika air buangan dari sambungan rumah masuk secara vertikal ke dalam saluran
utama air buangan tidak boleh mengalir melalui dinding saluran untuk
menghindari terjadinya kerak pada dinding sekitar sambungan.
Diameter sambungan rumah 100 atau 150 milimeter dengan kemiringan saluran
2 % atau 1 % jika terpaksa.
( Hardjosuprapto, 2000)
Iin Novitasari
L2J009062 48
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
3.1. TUJUAN PERENCANAAN
Tujuan perancangan sistem penyaluran air buangan di Kecamatan Gombong
adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis dan mengevaluasi sistem penyaluran air buangan dan
permasalahan yang ditimbulkan.
2. Membuat perhitungan teknis yang meliputi debit air bersih dan buangan yang
dihasilkan untuk menentuan dimensi saluran.
3. Menentukan rencana penanganan permasalahan dalam sistem penyaluran air
buangan.
4. Menentukan bangunan-bangunan pelengkap yang diperlukan untuk menunjang
penyaluran air buangan di Kecamatan Gombong.
5. Membuat desain sistem penyaluran air buangan secara utuh dan sistematis.
Iin Novitasari
L2J009062 49
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
3.2. TEMPAT DAN WAKTU PERENCANAAN
Perencanaan sistem Penyaluran Air Buangan ini dirancang untuk daerah
pelayanan Kecamatan Gombong. Waktu perencanaan dilakuan selama 3 bulan
terhitung dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2011.
3.3. METODE PERENCANAAN
Secara garis besar, perencanaan sistem Penyaluran Air Buangan ini
merupakan perencanaan saluran, baik saluran induk maupun saluran cabang.
Disamping itu juga akan direncanakan bangunan pelengkap dan sistem
pemeliharaan saluran buangan.
Metode perencanaan sistem Penyaluran air buangan ini, meliputi:
1. Persiapan
Mengumpulkan permasalahan penyaluran air buangan yang meliputi data
populasi, kepadatan dan juga dengan perkembangannya.
Mengumpulkan data dan laporan yang berkaitan dengan penyaluran air
buangan antara lain : peta daerah seluas batas administratif kota termasuk
catchment area yang mempengaruhi, peta daerah pengaliran dari peta
topografi, peta tata guna lahan, peta hidrologi dan hidrogeologi daerah
perencanaan studi.
Mengevaluasi dan menganalisa permasalahan serta memproses data
tersebut dalam bentuk perencanaan.
2. Pembuatan Outline Plan Penyaluran Air Buangan
Membuat proyeksi pelayanan.
Membuat rencana penanganan permasalahan meliputi sistem penyaluran
serta pentahapan penentuan prioritas dan rencana pelaksanaannya seperti
penentuan sistem yang akan digunakan on site atau off site.
Membuat perhitungan teknis yang meliputi debit air bersih dan buangan
yang dihasilkan dan juga penentuan dimensi saluran.
3. Pengerjaan Perencanaan Teknis
Iin Novitasari
L2J009062 50
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Mengevaluasi, menganalisa dan mengolah data serta informasi yang telah
dikumpulkan secara sistematik dari berbagai alternatif pemecahan persoalan
banjir dan genangan pada daerah yang diidentifikasi.
Menganalisa secara sistematik penyusunan prioritas dan pentahapan
rencana.
Menganalisis secara sistematik jenis konstruksi yang dilaksanakan serta
mengadakan perhitungan hidrologi, hidrolika, stuktur mekanika untuk
menentukan dimensi saluran dan juga bangunan pelengkap.
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
a. Pengumpulan Data sekunder
Data Literatur, jurnal, makalah dan laporan perencanaan.
Data berupa debit air buangan dalam pipa persil, pipa service, dan pipa
lateral.
Data dimensi saluran, slope saluran, dan kecepatan air buangan yang
sesuai Data monografi Kecamatan Gombong.
Data bangunan-bangunan pelengkap yang diperlukan untuk menunjang
penyaluran air buangan di Kecamatan Gombong.
Data kondisi sistem penyaluran air buangan di lapangan untuk
dibandingkan dengan kondisi perancangan.
b. Pengumpulan data Primer
Data-data yang diperoleh dari kantor Kecamatan Gombong
kemudian diolah dalam bentuk perhitungan dan dianalisa untuk
mendapatkan data-data sekunder. Data primer tersebut diantaranya:
a. Data kondisi fisik daerah perencanaan,meliputi posisi geografi, batas
administrasi, kondisi iklim, topografi, hidrologi dan hidrogeologi
serta tata guna lahan.
b. Data kependudukan
c. Data fasilitas yang tersedia
3.5. TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Iin Novitasari
L2J009062 51
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Pengolahan data dalam perencanaan sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong ini menggunakan beberapa tahap perhitungan yang
disesuaikan dengan metode perencanaan. Tahap tahap perhitungan tersebut
meliputi:
a) Perhitungan jumlah penduduk
b) Perhitungan debit air buangan
c) Perhitungan dimensi saluran air buangan
d) Perhitungan debit penggelontoran
3.6. Metode Pelaksanaan Perencanaan
Perencanaan sistem Penyaluran Air Buangan Kecamatan Gombong ini
merupakan pekerjaan individual, dimana metode pelaksanaannya dari sub
perencanaan penyaluran air buangan di Kecamatan Gombong sebagai berikut:
a) Tahap persiapan
Survei dan pengumpulan data
Penyusunan BAB Pendahuluan dan Tinjauan Pustaka
Penyusunan BAB Metodologi Perencanaan
b) Tahap Pembuatan OutLine plan
Perhitungan proyeksi pelayanan
Perhitungan debit air buangan
Perhitungan penggelontoran
c) Tahap Pengerjaan Perencanaan
Perhitungan dimensi saluran
Penentuan bangunan pelengkap dan analisa perencanaan
Perencanaan pemeliharaan saluran
Iin Novitasari
L2J009062 52
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
4.1 UMUM
Secara astronomis Kabupaten Kebumen terletak antara 727' sampai dengan
750 Lintang Selatan dan 10922' sampai dengan 10950 Bujur Timur. Secara
administrasi Kabupaten Kebumen memiliki luas wilayah sebesar 128.111,50
hektar. Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan, 11 kelurahan,449 desa,
1930 Rukun Warga dan 7.127 Rukun Tetangga.
Berikut adalah batas Kabupaten Kebumen:
Utara
Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara.
Timur
Kabupaten Purworejo
Iin Novitasari
L2J009062 53
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Selatan
Samudra Indonesia
Barat
Kabupaten Cilacap dan Banyumas
Daerah proyek penyaluran air buangan akan dilakukan di Kecamatan Gombong
Kabupaten Kebumen. Sebelum merencanakan jaringan air buangan, kita harus
meninjau dari aspek fisik meliputi posisi geografi, batas-batas administrasi, kondisi
iklim, topografi, hidrologi dan geohidrologi serta tata guna lahan, keberadaan
sumber mata air yang ada di kedua kelurahan tersebut. Disamping itu juga ditinjau
dari aspek sosial ekonomi yang secara keseluruhan akan diperlukan untuk
mendukung perencanaan penyaluran air buangan pada daerah pelayanan.
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kebumen
Sumber: BPS Kebumen, 2010
Iin Novitasari
L2J009062 54
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Dalam merencanakan sistem penyaluran air buangan, kita harus mengetahui
terlebih dahulu gambaran umum daerah perencanaan yaitu Kecamatan Gombong
yang di tinjau dari aspek fisik meliputi posisi geografi, batas-batas administrasi,
kondisi iklim, topografi, hidrologi dan geohidrologi serta tata guna lahan,
keberadaan sumber mata air yang ada saat ini. Disamping itu juga ditinjau dari
aspek sosial ekonomi yang kesemuanya akan diperlukan untuk mendukung
perencanaan penyediaan air bersih pada daerah pelayanan.
4.2 PETA LOKASI
Gambar 4.2 Peta Kecamatan Gombong
Sumber : Data Monografi Kecamatan Gombong, 2008
4.1. ASPEK FISIK
Identifikasi potensi dan masalah fisik merupakan penilaian terhadap kemampuan
atau daya dukung lahan kota terhadap pengembangan kegiatan perkotaan. Dalam
Iin Novitasari
L2J009062 55
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
menentukan kesesuain lahan fisik tersebut, faktor-faktor ruang fisik harus
diperhitungkan secara komprehensif.
4.1.1. Kondisi Geografi dan Batas Administrasi
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Gombong yaitu :
Sebelah utara : Kecamatan Sempor dan Karanggayam
Sebelah selatan : Kecamatan Kurawasan
Sebelah barat : Kecamatan Sempor dan Kecamatan Kuwarasan
Sebelah timur : Kecamatan Karanganyar, Adimulyo dan Kuwarasan
Secara administratif Kecamatan Gombong memiliki luas wilaya 19.480 km
2
dan
terdiri dari 2 Kelurahan dan 12 Desa serta 81 RT dan 287 RW.
4.1.2. Klimatologi
Kecamatan Gombong mempunyai iklim tropis dan suhu udara rata-rata pada tahun
2010 adalah 34,00C. Suhu terendah terjadi bulan Agustus yaitu sekitar 23,20C.
Banyaknya curah hujan rata-rata di Kecamatan Gombong yaitu 4.100,21 mm/tahun
dan hari hujan hanya 172 hari. Kelembapan udara rata-rata setahun adalah 85,83%
dan kecepatan angin 1,59 m/det.
4.1.3. Topografi
Wilayah Kecamatan Gombong berada pada ketinggian rata-rata 25 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan lereng bervariasi dari 0 % - 45 %. Bentuk
wilayah Kecamatan Gombong dapat digolongkan sebagai dataran rendah. Di
selatan daerah Kecamatan Gombong terdapat rangkaian pegunungan kapur yang
membujur hingga panta selatan.
4.1.4. Tata guna Lahan
Penggunaan lahan yang paling besar di wilayah Kecamatan Gombong adalah untuk
pemukiman, perkantoran, perdagangan dan lain-lain yaitu sekitar 45,89 %.
Selebihnya lahan banyak digunakan sebagai lahan sawah sebesar 1.054,00 atau
sekitar 54,11 ; lahan kering 894,00 atau sekitar 45,89% dari seluruh lahan di
Iin Novitasari
L2J009062 56
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Kecamatan Gombong yaitu 19.480 km
2
. Lahan kering digunakan untuk bangunan
baik perumahan, perdagangan maupun perkantoran, tegalan, hutan negara, tegalan,
tanaman kayu-kayuan dan sebagainya.
(BPS Kab.Kebumen, 2010)
4.2. ASPEK SOSIAL
4.2.1. Kependudukan
Penduduk merupakan indikator untuk melihat dan mengkaji sampai sejauh mana
pertumbuhan dan perkembangan di wilayah perencanaan. Jumlah penduduk
Kecamatan Gombong pada akhir tahun 2010 adalah 48.936 orang dengan jumlah
KK sebesar 12.238 KK .
(BPS Kab. Kebumen, 2010)
4.3. Sarana Dan Prasarana
4.3.1. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan Kecamatan Gombong dapat dilihat pada tabel di berikut ini:
Tabel 4.1
Fasilitas Pendidikan Kecamatan Gombong Tahun 2010
Fasilitas Jumlah
Taman Kanak-kanak 24
SD/Sederajat 37
SLTP/Sederajat 10
SLTA/Sederajat 8
Perguruan Tinggi/Akademi 1
Sumber : BPS Kab. Kebumen, 2010
4.3.2. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan di Kecamatan Gombong dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.2
Fasilitas Peribadatan Kecamatan Gombong Tahun 2010
Iin Novitasari
L2J009062 57
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Fasilitas Jumlah
Masjid 45
Musholla 129
Gereja 11
Klenteng 1
Vihara 2
Sumber : Data Monografi Kecamatan Gombong, 2010
4.3.3. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Gombong dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Gombong Tahun 2010
Fasilitas Jumlah
Rumah Sakit Umum 5
Puskesmas 4
Poliklinik 0
Posyandu 85
Sumber : BPS Kab. Kebumen, 2010
4.3.4. Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan yang ada di Kecamatan Gombong berupa toko / kios, pasar
umum dan mini market yang letaknya menyebar di sekitar pemukiman penduduk
maupun daerah perdagangan.
`Tabel 4.4
Fasilitas Perdagangan Kecamatan Gombong Tahun 2010
Fasilitas Jumlah
Pasar Umum 1
Mini market 0
Toko/warung 47
Sumber : BPS Kab Kebumen 2010
3.4.5. Fasilitas Perindustrian
Kecamatan Gombong memiliki fasilitas perindustrian seperti tercantum dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.5
Iin Novitasari
L2J009062 58
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Fasilitas Perindustrian Kecamatan Gombong 2010
Fasilitas Jumlah
Industri Besar 1
Industri Menengah 2
Industri Kecil 76
Industri Rumah Tangga 820
Sumber: BPS Kab.Kebumen 2010
BAB V
ANALISIS DAN HASIL PERHITUNGAN RANCANGAN
Perancangan sistem penyaluran air buangan akan membahas mengenai layout dan
perhitungan-perhitungan yang berkenaan dengan penyaluran air buangan.
Perhitungan-perhitungan tersebut meliputi :
Kebutuhan air bersih penduduk daerah layanan
Perhitungan debit air buangan
Perhitungan dimensi saluran
Perhitungan debit penggelontoran
5.1 LAYOUT RENCANA
Garis besar rencana merupakan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perencanaan saluran air buangan di Kecamatan Gombong, garis besar tersebut
meliputi:
5.1.1. Pemilihan Lokasi Pengolahan Air Buangan
Lokasi pengolahan air buangan Kecamatan Gombong ditempatkan di tanah
kosong yang nantinya setelah diolah, efluen akan dibuang ke sungai.
Pertimbangan pemilihan tempat tersebut adalah dari segi topografi. Lokasi
pengolahan berada pada ketinggian paling rendah dibandingkan dengan
lokais lain di daerah perencanaan
5.1.2. Layout Jaringan Perpipaan
Iin Novitasari
L2J009062 59
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Jaringan perpipaan diletakkan pada jalur jalan yang melewati daerah
pelayanan. Perlengkapan saluran seperti manhole diletakkan pada belokan
dan junction, sedangkan penempatan manhole pada pipa lurus diletakkan
pada jarak tertentu sesuai dengan kepadatan tertinggi
5.2 PERHITUNGAN DEBIT AIR BUANGAN
Perhitungan debit air buangan meliputi perhitungan pipa servis, pipa lateral dan
pipa induk.
5.2.1. Perhitungan Debit Air Buangan Domestik
5.2.1.1. Perhitungan Sewerage Conventional
Contoh perhitungan sewerage konvensional yaitu pada pipa p-1 di nodal 1
ke nodal 2 dengan jenis pipa servis.
1. Perhitungan jumlah penduduk yang dilayani :
Jumlah Penduduk = jumlah SR x 5 orang
= 289 x 5 orang = 1445 orang
2. Kebutuhan air bersih domestik (Q Domestik) :
Q Domestik = jumlah penduduk terlayani x kebutuhan air bersih/org/hari
= 1445 orang x 130 liter/orang/hari
= 1445 orang x 0,0015 liter/orang/detik
= 2,1675 liter/detik
3. Kebutuhan air non domestik (Q Non Domestik) :
Q Non Domestik = 0 liter/detik
4. Total kebutuhan air bersih (Q Total) :
Q Total = Q Domestik + Q Non Domestik
= 2,1675 liter/detik + 0 liter/detik = 2,1675 liter/detik
5. Perhitungan debit air buangan (Q AB):
Q AB = Q Total x 80 %
= 2,1675 liter/detik x 80 % 1,734 liter/detik
Iin Novitasari
L2J009062 60
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
QAB Total = 1,734 liter/detik
6. Perhitungan debit minimum air buangan (Q AB Min):
Q AB Min = 0,2 x ((P+Pe)/1000)
1,2
x 0,8 x Q AB
= 0,2 x (1445 +0/1000)
1,2
x 0,8 x 1,734 liter/detik
0,43 liter/detik
Ket : Pe = Q non domestik/Q domestik
7. Perhitungan debit infiltrasi (Q Inf):
Q Inf = (0,2 x Q AB) + (L/1000xq
inf
)
= (0,2 x 1,734 liter/detik) + (1462,5/1000x2)
= 3,2718 liter/detik
8. Perhitungan debit puncak (Q Peak) :
Q Peak = 3,2 x Q AB
5/6
+ Q Inf
= 3,2 x 1,734
5/6
(liter/detik) + 3,2718 liter/detik
8,334 liter/detik
5.2.1.2 Perhitungan Self Cleaning Velocity
Perhitungan kondisi self cleansing velocity berfungsi sebagai pengecekan
kondisi perpipaan eksisting terhadap kontrol sulfida dan kontrol endapan dengan
menghitung kecepatan terhadap pengikisan lendir yang ditimbulkan oleh bakteri
sulfida dan kecepatan yang dapat membersihkan endapan yang ada pada dasar pipa.
Perhitungan self cleansing velocity dilakukan untuk penyaluran dengan sistem
sewerage conventional.
Kecepatan aliran disyaratkan 0,6-3 m/dt. Contoh perhitungan pada pipa p-1
yang mengalirkan air buangan dari nodal a ke nodal b yaitu sebagai berikut:
Diketahui:
Diameter = 200 mm = 0,2 m
E
BOD
= 228,571 . 1,07
8
mg/l
Z = 1462,5
n = 0,015
Maka:
Iin Novitasari
L2J009062 61
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Perhitungan untuk kontrol sulfida dan endapan ini ditentukan dengan
bantuan komputer dengan cara:
1. Menentukan perbandingan kedalaman air pada kondisi aliran peak dan aliran
penuh (d/D). Nilai d/D ini juga berfungsi untuk menentukan kedalaman
berenang minimum sehingga dapat diketahui pipa mana yang tidak memenuhi
kedalaman berenang minimum sehingga harus digelontor. Batasan kedalaman
berenang yang diijinkan adalah 0,6-0,8 dari ukuran diameter. Nilai d/D yang
dimasukan adalah 0.6 dari diameter.
2. Pada saat nilai d/D ini dimasukkan maka nilai kecepatan sulfida dan endapan
dapat langsung dicek apakah sudah masuk dalam range 0,6-3 m/dt atau belum.
Jika belum berarti nilai d/D harus diubah sampai mendapatkan range kecepatan
pipa tersebut memenuhi kecepatan self cleansing. Setelah dicek, maka
kecepatan sulfida (V H
2
S) dan kecepatan endapan (V END) masing-masing
adalah 1,74 m/s dan 1,11 m/s.
3. Menghitung nilai dengan rumus :
= 1-2 (d/D)
= 1-2 (0,6) = -0,2
4. Menghitung perbandingan luas saluran pada aliran peak dengan aliran penuh
A/Af =

1
cos
-1
-

1
.
2
1
=
14 , 3
1
cos
-1
(0) -
14 , 3
1
.-0,2
2
) 2 , 0 ( 1 = 0,627
5. Menghitung luas penampang saluran pada kondisi peak. Rumus:
A = A/Af x luas = A/Af x

x d
2
/4
= 0,627 x ( x 3,14 x (0,12)
2
) = 0,02
6. Menghitung perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran penuh
(P/Pf). Rumus:
P/Pf =

1
x cos
-1

=
14 , 3
1
x cos
-1
(-0,2) = 0,564
7. Menghitung keliling basah pada aliran peak (P). Rumus:
Iin Novitasari
L2J009062 62
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
P = P/Pf x keliling = P/Pf x (

D)
= 0,564 x (3,14 x 0,12) = 0,35
8. Menghitung perbandingan jari-jari saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh. Rumus:
R/Rf = A/Af x (P/Pf)
-1
= 0,627 x (0,564)
-1
= 1,111
9. Menghitung kecepatan saluran pada aliran peak dengan aliran penuh. Rumus:
V/Vf = (R/Rf)
2/3
= (1,111)
2/3
= 1,072
10. Menghitung perbandingan debit peak dengan debit penuh (Q/Qf). Rumus:
Q/Qf = A/Af x V/Vf
= 0,627 x 1,072 = 0,672
11. Menghitung debit air buangan pada aliran peak(Q). Rumus:
Q = Q peak/(Q/Qf)
= 3,95/ 0,672 = 5,872/dt
12. Menghitung lebar permukaan air pada aliran peak (W). Rumus:
W = D/2 x (1-(2x d/D)
2
)
0,5
= (0,12/2) x (1-(2x0,6)
2
)
0,5
= 0,196
13. Menghitung kemiringan saluran berdasarkan persamaan kontrol sulfida.
Rumus:
S H
2
S =
2
3 / 1
) (
. 3

,
_

W Qp Z
P EBOD
=
2
3 / 1
8
196 , 0 ) 95 , 3 ( 1462,5
354 , 0 07 , 1 571 , 228 3

,
_

x x
x x x
= 0,03232
14. Kemudian dilakukan pengecekan kecepatan aliran pada kondisi aliran peak.
v H
2
S =
n
1
R
2/3
S
1/2
=
n
1
.
2 / 1
3 / 2
.S
P
A

,
_

v H
2
S =
015 , 0
1
.
2 / 1
3 / 2
) 03232 , 0 .(
35 , 0
02 , 0

,
_

= 1,74 m/dt (OK)


15. Menghitung kemiringan saluran berdasarkan persamaan kontrol endapan:
Iin Novitasari
L2J009062 63
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
S END = 0,1094.
13 / 16
8 / 3
) ( /

,
_

Qp Rf Rm

S END = 0,1094.
13 / 16
8 / 3
) 95 , 3 ( 111 , 1
33 , 0

,
_

= 0,013
16. Kemudian dilakukan pengecekan kecepatan aliran pada kondisi aliran peak.
v END =
n
1
R
2/3
S
1/2
=
n
1
.
2 / 1
3 / 2
.S
P
A

,
_

v END =
015 , 0
1
.
2 / 1
3 / 2
) 013 , 0 .(
35 , 0
02 , 0

,
_

= 1,11 m/dt (OK)


Kecepatan aliran pada kondisi peak harus berada pada dalam range
kecepatan 0,6-3 m/dt. Jika lebih dari 3 m/dt maka dibutuhkan diameter yang lebih
besar, dan jika kecepatan kurang dari 0,6 m/dt maka dibutuhkan diameter yang
lebih kecil. Hasil perhitungan self cleaning velocity selengkapnya dapat dilihat
pada bagian lampiran.
5.2.2 Perhitungan Slope Pipa dan Kecepatan Air
Slope pipa dapat ditentukan dengan membagi beda tinggi elevasi pipa pada
bagian hulu dan bagian hilir dengan jarak pipa atau dengan kata lain, slope pipa
dapat dihitung dengan menggunakan rumus : S = beda tinggi elevasi pipa / jarak
pipa. Sedangkan untuk menghitung kecepatan air, digunakan rumus V = 1/n x R
2/3
x S
1/2
, dengan keterangan bahwa R menunjukkan jari-jari hidrolis dan n merupakan
koefisien Manning.
5.2.2.1 Slope Pipa dan Kecepatan Air untuk Sewerage Conventional
Contoh perhitungan adalah pipa 1 yang menghubungkan nodal 1 dan nodal
2, yaitu sebagai berikut :
Diketahui :
Elevasi pipa awal = 2,38 m
Elevasi pipa akhir = 1,3 m
Beda tinggi elevasi pipa = 1,08 m
Panjang pipa = 1462,5m
Iin Novitasari
L2J009062 64
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Maka,
Slope pipa (S) = beda tinggi elevasi pipa / jarak pipa
=
m
m
5 , 1462
08 , 1
0,00738 m/m
Berdasarkan tinjauan pustaka, kecepatan air (v air) adalah berada dalam
range kecepatan sebesar 0,6 3 m/dt.
v air =
n
1
R
2/3
S
1/2
=
n
1
.
2 / 1
3 / 2
.S
P
A

,
_

v air =
015 , 0
1
.
2 / 1
3 / 2
) 00738 , 0 .(
35 , 0
02 , 0

,
_

0,83 m/dt (OK)


5.2.3. Penggelontoran
Penggelontoran dilakukan hanya untuk jenis pelayanan sewerage
conventional. Penggelontoran dilakukan untuk mencegah terjadinya endapan dan
menjaga terpenuhinya kedalaman berenang. Penggelontoran dilakukan hanya jika
debit air buangan sedang dalam kondisi minimum. Kondisi ini menyebabkan
ketinggian berenang padatan minimum pada pipa (d/D = 0,6) tidak tercapai.
Penggelontoran ini termasuk jenis penggelontoran berkala, sehingga dilakukan
rutin pada waktu-waktu tertentu. Penggelontoran dilakukan sehari sekali.
Contoh perhitungan debit air gelontor misalnya pada pipa 1 yang
menghubungkan nodal 1 dan nodal 2, seperti dibawah ini :
1. Menentukan nilai Q min/Qf, untuk pipa 1, Q min/Qf = 0,0102
2. Menentukan nilai d min/D diperoleh dari mengeplotkan nilai Qmin/Qf ke
monogram. Untuk pipa 1, nilai d min/D = 0,08
3. Menghitung nilai min dengan rumus min = 1-2 (d min/D)
Untuk pipa 1, nilai min = 0,84
4. Menentukan nilai d min, yang didapat dengan rumus :
d min = d min/D x
10
min D
Jika d min kurang dari 5 cm, maka dibutuhkan penggelontoran. Untuk pipa 1,
nilai d min yang diperoleh = 1,6 cm, sehingga diperlukan penggelontoran.
5. Menentukan nilai asumsi untuk dg. Angka yang diambil adalah 7,6 cm.
6. Menghitung nilai gel dengan rumus gel = 1 2 (d gel/D)
Iin Novitasari
L2J009062 65
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Nilai dgel/D diperoleh dari membagi nilai d gel dengan diameter pipa
Untuk pipa 1, d gel/D = 0,38
3. Menghitung perbandingan luas penampang saluran pada aliran gelontor dengan
aliran penuh.
Rumus : Agel/Af = 1/3,14 x cos
-1
gel 1/3,14 x gel (1 gel
2
)
0,5
Untuk pipa 1, Agel/Af = 0,34
4. Menghitung luas penampang saluran pada kondisi peak.
Rumus : A gel = Agel/Af x luas
= Agel/Af x x d
2
/4
Untuk pipa 1, Agel = 0,01096 m
2
5. Menghitung debit gelontor.
Rumus : Q gel = (Agel Amin) x L pipa
Untuk pipa 1, Q gel = 14,31 m
3
6. Menghitung perbandingan keliling basah pada aliran gelontor dengan aliran
penuh. Rumus : Pgel/Pf = 1/ x cos
-1
gel
Untuk pipa 1, Pgel/Pf = 0,42
7. Menghitung perbandingan jari-jari saluran pada aliran gelontor dengan aliran
penuh. Rumus : Rgel/Rf = Agel/Af x (Pgel/Pf)
-1
Untuk pipa 1, Rgel/Rf = 0,82
8. Menghitung velocity saluran pada aliran gelontor dengan aliran penuh. Rumus:
Vgel/Vf = (Rgel/Rf)
2/3
Untuk pipa 1, Vgel/Vf = 0,87
9. Menghitung nilai velocity aliran
Rumus : Vgel = Vgel/Vf x Vf
Untuk pipa 1, Vgel = 0,87 m/detik
Perhitungan gelontor secara lengkap dapat dilihat pada tabel perhitungan
dimensi perpipaan air buangan di bagian lampiran.
5.2.4. Manhole
Manhole berfungsi sebagai tempat untuk memeriksa, memperbaiki, ataupun
membersihkan pipa atau saluran dari kotoran yang terbawa aliran. Manhole pada
sistem penyaluran ditempatkan pada lokasi :
Iin Novitasari
L2J009062 66
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
1. Pertemuan dua buah pipa
2. Pada kondisi belokan
3. Perubahan diameter pipa
4. Pada perubahan kemiringan
5. Pertemuan saluran
Jika pipa inlet pada manhole lebih tinggi daripada pipa outlet, jenis
manhole yang digunakan adalah jenis drop manhole. Tujuan pemasangan drop
manhole adalah untuk mencegah semburan (splashing) air limbah yang dapat
merusak.
Dengan demikian, pada sistem penyaluran ini digunakan 3 tipe manhole, yaitu:
1. Tipe manhole tee (2 inlet, 1 outlet)
2. Tipe manhole lurus (1 inlet, 1 outlet)
3. Tipe manhole belokan (bend)
Berikut merupakan jumlah masing-masing tipe manhole yang dipergunakan
di masing-masing blok serta total jumlah masing-masing tipe manhole yang
digunakan yaitu
1. Tipe manhole tee : 19
2. Tipe manhole lurus : 13
3. Tipe manhole belokan: 23

5.2.5 Perencanaan Perpipaan
5.2.5.1 Perletakan Pipa Air Buangan
Perletakkan pipa air buangan diletakkan pada bagian tengah jalan. Hal ini
dilakukan karena kepadatan penduduk di bagian kanan dan kiri jalan relative sama.
Gambar 5.1
Gambar Penempatan Pipa
5.2.5.2 Jenis Pipa
Iin Novitasari
L2J009062 67
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC (Polyvinyl Chloride). Diameter
pipa yang digunakan adalah 100 mm sampai dengan 300 mm. Penggunaan pipa
jenis PVC ini karena pertimbangan sebagai berikut :
1. Harga relatif murah
2. Mudah pemasangan dan penanganannya
3. Ringan dan permukaannya halus
4. Kedap air, tahan asam, dan lebih fleksibel
5. Banyak tersedia di pasaran
Untuk perlengkapan dan aksesoris pipa yang berkaitan dengan perpipaan dapat
dilihat pada lembar lampiran.

Iin Novitasari
L2J009062 68
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data dan perhitungan yang ada, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Perencanaan saluran air buangan dilakukan berdasarkan garis topografi atau
dengan cara gravitasi sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi tanpa
pemompaan.
2. Perencanaan saluran air buangan Kecamatan Gombong menggunakan
saluran terpisah dengan dimensi tertentu. Hal ini berlaku dengan asumsi air
hujan memiliki saluran sendiri serta pemilihan bentuk saluran yang praktis
dan efisien.
3. Debit Q air buangan merupakan kumulatif dari saluran-saluran sebelumnya.
Q induk merupakan gabungan Q cabang, Q cabang merupakan gabungan
dari Q lateral dan Q lateral berasal dari Q service.
4. Dengan debit Q dan dimensi saluran yang ada, diperkirakan saluran dapat
menampung kapasitas tampungan dengan tepat.
5. Dengan aliran saluran yang melewati kondisi yang berbeda, maka
diperlukan beberapa bangunan pelengkap yang ditujukan agar fungsi
pengaliran terjadi sebagaimana mestinya. Untuk Kecamatan Gombong
banyak saluran yang melintasi jalan, oleh karena itu diperlukan manhole
dan penggelontor yang sumbernya berasal dari sungai yang paling dekat
Dari seluruh pemaparan di atas, perlu diingat bahwa perencanaan ini tidak
berdasarkan penelitian atau survei lapangan yang detail, hanya berdasarkan
Iin Novitasari
L2J009062 69
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
pengamatan secara umum. Oleh karena itu pembahasan terbatas, hanya merupakan
garis besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Pedoman Pengelolaan Air limbah Domestik Perkotaan. Jakarta.
Babbitt, H.E. Baumann E.R. 1969. Sewrage and Sewage Treatment. John Wiley
and Son. Inc.
Hardjosuprapto, M. Masduki 2000. Materi kuliah:Penyaluran air buangan (PAB)
volume 2, Jurusan Teknik Lingkungan ITB, Band
Hindarko, Ir. S. 2003. Mengolah Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain.
Jakarta: PT. Esha.
Fair G. M. et.al. 1966. Water and Wastewater Engineering . John Wiley and Son.
Inc.
Metcalf dan Eddy, 1979. Second Edition, Wastewater Eng: Treatment Disposal
Reuse, University of California
Tchbanoglous G., Burton. F.L. 1991. Wastewater Engineering (Treatment,
Disposal, and Reuse. Mc Graw Hill. Inc.
Iin Novitasari
L2J009062 70

Anda mungkin juga menyukai