W Qp Z
P EBOD
S = Kemiringan saluran (m/m)
EBOD = BOD efektif (mg/l)
Iin Novitasari
L2J009062 26
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
Dirumuskan sebagai BOD (5,20) . 1,07
T-20
P = keliling basah saluran pada debit puncak (m)
W = lebar saluran bagian atas (top width) pada debit puncak
Z = indeks Paneroy, menunjukkan besarnya slime yang terjadi
Z = 10.000 : banyak lendir
= 7.500 : cukup (biasanya dipakai dalam perencanaan)
= 5.000 : bersih sekali
(Metcalf and Eddy, 1976)
2.4.4. Kontrol Endapan
Seperti halnya kontrol sulfida, kontrol endapan dilakukan untuk memperoleh
kemiringan yang memberikan kecepatan self cleansing, yang dapat membersihkan
endapan yang ada pada dasar saluran. Kemiringan saluran berdasarkan kontrol
endapan diformulasikan sebagai :
S =
13 / 16
8 / 3 ) ( /
. 1094 , 0
1
]
1
Qp Rf Rm
S = kemiringan saluran (m/m)
= gaya geser kritis (0,33 < < 0,38 kg/m
2
)
Rm = jari-jari hidrolis saluran pada kedalaman minimum (m)
Rf = jari-jari hidrolis saluran pada aliran penuh (m)
(Metcalf and Eddy, 1976)
2.4.5. Aliran Tidak Menggerus
Untuk mengamankan saluran dari penggerusan yang disebabkan oleh aliran, maka
disyaratkan agar kecepatan aliran berkisar antara 0,6 3,0 meter per detik (WPFC).
Batasan kecepatan itu adalah optimasi dari dua keadaan yaitu di satu pihak aliran
harus dapat mengikis perintang yang ada dalam saluran, di lain pihak kecepatan
Iin Novitasari
L2J009062 27
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
aliran tersebut tidak boleh mengakibatkan terjadinya penggerusan pada dasar
saluran.
Kecepatan minimum 0,6 m/s mampu membersihkan aliran yang self cleasing dan
kecepatan maksimum 3,0 m/s tidak akan menimbulkan penggerusan pada dasar
saluran (Metcalf and Eddy, 1976).
2.4.6. Prinsip Dasar Dalam Penyaluran Air Buangan
Prinsip-prinsip yang mendasari dalam penyaluran air buangan tidak berbeda
dengan prinsip dalam penyaluran air bersih, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
adalah persamaan kontinuitas dan persamaan energi.
a. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas menyatakan bahwa debit pada suatu penampang saluran
merupakan perkalian antara luas penampang saluran dengan kecepatan pada
penampang saluran tersebut, dan besarnya sama di setiap titik pada suatu
saluran.
Persamaan kontinuitas diformulasikan dalam bentuk matematik sebagai :
Q = A
1
.V
1
= A
2
. V
2
= konstan
Q = debit aliran (m
3
/dt)
A = luas penampang saluran (m
2
)
V = kecepatan aliran (m/dt)
b. Persamaan Energi
Persamaan umum energi adalah sebagai berikut :
( ) ( ) Hl z g p g v Ha z g p g v + + + + + +
2
2
1
2
/ 2 / / 2 /
v
2
/2g = head kecepatan (m)
p/g = head tekanan (m)
z = ketinggian saluran dari datum (m)
Ha = energi tambahan (m)
Hl = kehilangan energi (m)
Iin Novitasari
L2J009062 28
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
(Hardjosuprapto, 2000).
2.4.7. Persamaan Aliran dari Manning
Persamaan Manning dapat dipergunakan baik dalam aliran penuh maupun aliran
tidak penuh. Manning menampilkan formulasi sebagai berikut :
2 / 1 3 / 2
1
S R
n
v
v = kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
R = jari-jari hidrolis saluran (m)
S = slope saluran (m/m)
N = koefisien kekasaran Manning
Penggunaan persamaan Manning dalam perhitungan disederhanakan dalam bentuk
nomogram. Nomogram hanya dipakai dalam mengecek hasil perhitungan atau
memperkirakan dimensi (Hardjosuprapto, 2000).
2.4.8. Debit Air Buangan
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyaluran air buangan, yaitu
:
sumber atau asal air buangan
besar atau prosentase air buangan dari air minum
besarnya curah hujan
Dalam air buangan dikenal beberapa istilah debit, yaitu :
debit rata-rata (Qr), debit hari maksimum (Qmd), debit minimum (Qmin), debit
infiltrasi (Qinf), debit puncak (Qpeak), dan debit air buangan non domestik (Qx).
a. Debit Rata-Rata Air Buangan (Qr)
Debit rata-rata air buangan adalah debit air buangan yang berasal dari rumah
tangga, bangunan umum, bangunan komersial, dan bangunan industri. Dari
berbagai sarana di atas, tidak semua air yang diperlukan untuk kegiatan sehari-
Iin Novitasari
L2J009062 29
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
hari terbuang ke saluran pengumpul, hal ini disebabkan beragamnya kegiatan.
Berkurangnya jumlah air yang terbuang sebagai air buangan disebabkan
kegiatan-kegiatan seperti mencuci kendaraan, mengepel lantai, menyiram
tanaman, dan lain-lain (Hardjosuprapto, 2000).
b. Debit Hari Maksimum (Qmd)
Debit hari maksimum adalah debit air buangan pada keadaan pemakaian air
maksimum. Besar debit hari maksimum merupakan perkalian faktor peak kali
debit air buangan rata-rata. Harga faktor peak merupakan rasio debit
maksimum dan minimum terhadap debit rata-rata. Harga faktor peak bervariasi
tergantung jumlah penduduk kota yang dilayani, dan dirumuskan sebagai
berikut :
5 . 0
5 . 2
4
18
p
p
fp
+
+
1
cos
-1
-
1
.
2
1
=
14 , 3
1
cos
-1
(0) -
14 , 3
1
.-0,2
2
) 2 , 0 ( 1 = 0,627
5. Menghitung luas penampang saluran pada kondisi peak. Rumus:
A = A/Af x luas = A/Af x
x d
2
/4
= 0,627 x ( x 3,14 x (0,12)
2
) = 0,02
6. Menghitung perbandingan keliling basah pada aliran peak dengan aliran penuh
(P/Pf). Rumus:
P/Pf =
1
x cos
-1
=
14 , 3
1
x cos
-1
(-0,2) = 0,564
7. Menghitung keliling basah pada aliran peak (P). Rumus:
Iin Novitasari
L2J009062 62
Perencanaan Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen
P = P/Pf x keliling = P/Pf x (
D)
= 0,564 x (3,14 x 0,12) = 0,35
8. Menghitung perbandingan jari-jari saluran pada aliran peak dengan aliran
penuh. Rumus:
R/Rf = A/Af x (P/Pf)
-1
= 0,627 x (0,564)
-1
= 1,111
9. Menghitung kecepatan saluran pada aliran peak dengan aliran penuh. Rumus:
V/Vf = (R/Rf)
2/3
= (1,111)
2/3
= 1,072
10. Menghitung perbandingan debit peak dengan debit penuh (Q/Qf). Rumus:
Q/Qf = A/Af x V/Vf
= 0,627 x 1,072 = 0,672
11. Menghitung debit air buangan pada aliran peak(Q). Rumus:
Q = Q peak/(Q/Qf)
= 3,95/ 0,672 = 5,872/dt
12. Menghitung lebar permukaan air pada aliran peak (W). Rumus:
W = D/2 x (1-(2x d/D)
2
)
0,5
= (0,12/2) x (1-(2x0,6)
2
)
0,5
= 0,196
13. Menghitung kemiringan saluran berdasarkan persamaan kontrol sulfida.
Rumus:
S H
2
S =
2
3 / 1
) (
. 3
,
_
W Qp Z
P EBOD
=
2
3 / 1
8
196 , 0 ) 95 , 3 ( 1462,5
354 , 0 07 , 1 571 , 228 3
,
_
x x
x x x
= 0,03232
14. Kemudian dilakukan pengecekan kecepatan aliran pada kondisi aliran peak.
v H
2
S =
n
1
R
2/3
S
1/2
=
n
1
.
2 / 1
3 / 2
.S
P
A
,
_
v H
2
S =
015 , 0
1
.
2 / 1
3 / 2
) 03232 , 0 .(
35 , 0
02 , 0
,
_
,
_
Qp Rf Rm
S END = 0,1094.
13 / 16
8 / 3
) 95 , 3 ( 111 , 1
33 , 0
,
_
= 0,013
16. Kemudian dilakukan pengecekan kecepatan aliran pada kondisi aliran peak.
v END =
n
1
R
2/3
S
1/2
=
n
1
.
2 / 1
3 / 2
.S
P
A
,
_
v END =
015 , 0
1
.
2 / 1
3 / 2
) 013 , 0 .(
35 , 0
02 , 0
,
_
,
_
v air =
015 , 0
1
.
2 / 1
3 / 2
) 00738 , 0 .(
35 , 0
02 , 0
,
_