Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkoba semakin meningkat di Indonesia. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), 1,99% dari jumlah total penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba dengan angka proyeksi pengguna narkoba diperkirakan pada tahun 2013 mencapai 2,56%. Rentang usia pengguna narkoba adalah 10 59 tahun. (BNN, 2012) Remaja adalah kelompok rentan penyalahgunaan narkoba. Pengguna remaja yang berusia 12-21 tahun ditaksir sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta orang. Menurut survei BNN tahun 2011, usia pertama kali memakai narkoba terbanyak rata-rata 16 tahun. Ganja, ngelem, ekstasi dan sabu adalah jenis narkoba terbanyak yang disalahgunakan oleh kalangan remaja. Angka eks-pemakai narkoba pada remaja sebesar 4,3%. (BNN, 2011) Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa tersebut sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Seorang remaja sering kali dalam pencarian jati diri cenderung salah dalam bergaul sehingga banyak melakukan hal yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti perkelahian dan minum-minuman keras, pencurian, perampokan, perusakan/pembakaran, seks bebas hingga narkoba. (Maramis, 2009; Kaplan, 2010 ) Berdasarkan data BNN Kalimantan Barat, angka estimasi penyalahgunaan narkoba di Kalimantan Barat (Kalbar) adalah 53.656 atau 1,2% dari total populasi. Kota Pontianak pada tahun 2010 menempati urutan ke-4 nasional dalam penggunaan narkoba yaitu sebanyak 60 kasus. Berdasarkan data BNN Kota Pontianak selama tahun 2012 terdapat 239 kasus pengedaran dan penyalahgunaan narkoba yang terungkap.

Menurut BNN kota Pontianak, jenis narkoba yang paling banyak digunakan kalangan remaja adalah sabu sebanyak 27,6%, ngelem 5,1%, dan analgetik 0,8%. Usia remaja pertama kali menggunakan narkoba ratarata di Kota Pontianak adalah 13 tahun. (BNN Kota Pontianak, 2012) Berdasarkan hasil mapping area terhadap peredaran narkotika Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalbar, terungkap 152 kasus penyalahgunaan narkotikadi wilayah Pontianak Timur, sehingga wilayah Pontianak Timur menjadi prioritas utama pemberantasan narkoba, terutama di daerah Kampung Beting. Narkoba dan kriminalitas tumbuh subur di daerah tersebut karena desakan faktor ekonomi dan sosial. Semenjak tahun 1990 hingga sekarang, pemuda lokal kampung Beting dijadikan sebagai pengedar narkoba. (BNN Kalbar, 2012; Khaliesh, 2012; Polda Kalbar, 2012) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 merupakan SMP di Pontianak yang terletak di Jalan TanjungRaya I, Kecamatan Pontianak Timur yang memiliki populasi siswa sebanyak 800 orang. Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh keterangan bahwa keberadaan sekolah tersebut tidak jauh dengan lingkungan masyarakat yang tinggi angka kriminalitasnya, khususnya narkoba.Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus bagi para pelajar tersebut untuk memiliki pengetahuan dan sikapyang baik mengenai penyalahgunaan narkoba. Pengetahuan, sikap, dan perilaku pelajar mengenai narkoba perlu ditingkatkan karena akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat

menyebabkan gangguan fungsi kesehatan, intelektual, dan sosial yang dapat merugikan masyarakat dan negara. (pakai referensi)

B. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah hubungan pengetahuan, dan sikap terhadap

penyalahgunaan narkoba pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak?

C. TUJUAN PENELITIAN C.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP Negeri 4 Pontianak terhadap penyalahgunaan narkoba. C.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap penyalahgunaan narkoba pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak. b. Untuk mengetahui hubungan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak.

D. MANFAAT PENELITIAN D.1. Manfaat bagi Akademik dan Penelitian 1. Dapat memberikan informasi tentang bagaimana hubungan

pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri 4 Pontianak mengenai penyalahgunaan narkoba. 2. Dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai bidang terkait. D.2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak Menyediakan informasi tambahan tentang pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri 4 Pontianak mengenai penyalahgunaan narkoba. D.3. Manfaat bagi Peneliti Memberikan pengalaman, pengetahuan, melakukan suatu penelitian. E. KEASLIAN PENELITIAN No. Peneliti Judul penelitian Populasi penelitian 1. Deni Irawati Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Mengenai Bahaya Narkoba di SMP Negeri Siswa SMP Negeri 4 PematangSiantar Kelas IX Tahun penelitian 2008 Universitas Sumatra Utara Institusi dan pembelajaran dalam

4 Kelas IX PematangSiantar Tahun 2008 2. Esanikaruppiah Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII terhadap Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011 Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII 2011 Universitas Sumatra Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN A.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. (Notoadmojo, 2007)

A.2. Tingkat Pengetahuan Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni: (Notoatmojo, 2010) 1. Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Menerapkan Menerapkan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. 5. Sintesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2007) A.3.Indikator Pengetahuan Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi:

(Notoatmojo, 2007) a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan ke mana mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit. b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba dan lain sebagainya. c. Pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan, rumah yang sehat dan akibat polusi yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan.

A.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: (Notoatmojo, 2007; Notoatmojo, 2010) 1. Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dapat dikaitkan dengan pendidikan, jika ekonomi seseorang tersebut baik, biasanya tingkat pendidikannya tinggi sehingga mempengaruhi pengetahuan. 2. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap pendidikan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

meningkatkan kualitas hidup. Apabila seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, maka ia dengan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru. 3. Lingkungan Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap cara pandang seseorang. Lingkungan pergaulan sangat mendukung tingkat pengetahuan seseorang dan sangat percaya dengan orang lain. 4. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan dipilih sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. 5. Sumber informasi Sumber informasi merupakan tingkat pengetahuan di mana baik atau tidaknya pengetahuan tergantung pengetahuan kepada masing-masing individu dalam memahami dan menerima informasi yang diterima.

A.5. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. (Notoatmojo, 2010) Penilaian pengukuran

B. SIKAP B.1. Definisi Sikap Sikap merupakan suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb dalam Notoatmodjo, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. (Notoatmojo, 2010)

B.2. Komponen pokok sikap Allport dalam Notoatmodjo, menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu: (Notoatmojo, 2010) 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Sikap yang utuh ditentukan oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi.

B.3. Tingkatan sikap Sikap mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu: (Notoatmojo, 2010) 1. Menerima yaitu menerima stimulus yang diberikan (objek). 2. Menanggapi/ merespon yaitu memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai yaitu memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi orang lain. 4. Bertanggung jawab yaitu bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. B.4. Pengukuran sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu. (Notoatmojo, 2007)

C. Narkoba C.1. Definisi Narkoba, menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) No.

SE/03/IV/2002/BNN, narkoba adalah akronim/ singkatan dari narkotika, psikotropikadan bahan-bahan adiktif lainnya. Narkoba dikenal juga sebagai narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Narkoba sering disebut sebagai bahan/zat/obat psikoaktif yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, perubahan perilaku, perasaan dan pikiran. (BNN, 2011) Narkoba, berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika dan UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, bahwa narkoba tidak diperbolehkan untuk disalahgunakan dan diedarkan secara gelap. Narkoba hanya boleh digunakan dan diedarkan dalam dunia pengobatan dan ilmu pengetahuan.

10

C.2. Klasifikasi Narkoba C.2.1 Narkotika Narkotika adalah bahan kimia yang bekerja mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang dapat menghilangkan rasa sakit. Senyawa yang terkandung dalam narkotika akan menghambat pelepasan dan produksi zat serotonin (5hidroksi triptamin): yang mana senyawa ini sangat diperlukan sebagai transmiter saraf, artinya zat ini bertugas mengantarkan informasi seluruh tubuh ke dalam saraf pusat. Jika pemakaian narkotika dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel saraf pusat yang memproduksi serotonin itu. Akibatnya sistem transmisi saraf mengalami gangguan atau saraf menjadi terganggu. (Brunton, 2010; UNODC, 2011) Menurunnya produksi zat serotonin menyebabkan banyak informasi tidak tersampaikan ke saraf. Sebagai indikator bahwa produksi zat serotonin menurun adalah naiknya tekanan darah, berdebar-debar, suhu tubuh naik, otot kejang, pupil melebar, hilangnya kendali diri, naiknya agresivitas dan terkadang disertai mual dan muntah. Adapun beberapa jenis narkotika yang sering digunakan antara lain: (Katzung, 2009; Brunton, 2010) A. Ganja (cannabis) Ganja atau kanabis merupakan hasil berbentuk kering dari daun, bunga, bijidan ranting muda dari tanaman marijuana. Kanabis berasal dari tanaman Cannabis satifa dan Cannabis indica yang merupakan sejenis tanaman perdu yang biasa digunakan sebagai obat relaksan dan untuk mengatasi intoksikasi ringan. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji dan bunga dari tanaman tersebut. (APA, 2000; Hasin, 2008; Morgan, 2008; Peter, 2009; Miller, 2010) Tanaman marijuana mengandung zat aktif cannabinoids diantaranya adalah Tetrahydrocannabinol (THC). Reseptor cannabinoids tersebut

merupakan turunan asam arakhidonat yang diduga sebagai ligan endogen disebut anandamid. Reseptor ligan tersebut memiliki konsentrasi tinggi di korteks serebral, hipokampus, striatum dan serebelum. Reseptor tersebut akan mengaktivasi pelepasan serotonin, meningkatkan katekolamin, menghambat

11

aktivitas parasimpatis serta menghambat biosintesis prostaglandin. (Aronson, 2005; Gilman, 2007; Miller, 2010) Penyalahgunaan ganja menyebabkan perubahan mood, persepsi, motivasi, perubahan perilaku, halusinasi hingga psikosis akut. (APA, 2000; Gilman, 2007; Guillem, 2008; Peter, 2009; Miller, 2010)

a.

b.

Gambar 1: a. Tanaman Marijuana (Cannabis sativa), b. Ganja kering

B. Opioda Opioda adalah nama segolongan zat, baik alamiah, semisintesis, atau sintesis yang diambil dari bagian pohon Paper somniferum (poppy). Opioda dikelompokkan ke dalam beberapa golongan obat, yakni opiat alami (contoh: morfin, heroin), opiat sintesis (contoh: fentanil, metadon), opiat endogen (enkephalin, endorphin dan dinorfin). Contoh obat atau zat golongan opioda adalah sebagai berikut: (SAMHSA, 2007; Steven, 2008; Wang, 2009; Younger, 2011) B.1. Opiate alami B.1.1. Opium/ candu Obat berupa bubuk putih yang dibuat dari hasil olahan getah tanaman poppy yang dikeringkan dan ditumbuk menjadi serbuk bunga opium. Bubuk ini mengandung morfin dan kodein yang sangat efektif dalam menghilangkan rasa sakit, selanjutnya, dari morfin dibuatlah heroin. Opium digunakan untuk

12

penghilang rasa sakit, kadang-kadang dipakai juga sebagai obat penghilang batuk dan obat diare.

Gambar 2: Bunga dan buah opium (Papaver somniferum) B.1.2. Morfin Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil percampuran antara getah pohon poppy dengan bahan-bahan kimia lainnya. Morfin bersifat semisintesis dan morfin merupakan zat adiktif dari opium yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Morfin bekerja di reseptor opiat yang sebagian besar berada di susunan saraf pusat dan perut. Pemakaian morfin yang teratur akan cepat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Pemakai morfin akan merasakan mulutnya kering, anggota badan terasa berat, rasa gembira berlebihan, hilangnya rasa depresi, mengantuk, tertidur dan daya konsentrasi menurun. (Steven, 2008; Freye, 2009) B.1.3. Kodein Kodein merupakan opiat alamiah yang terdapat pada opium mentah, biasanya digunakan sebagai analgetik dan antitusif. Kodein mempunyai efek analgetik lemah. Kodein digunakan sebagai obat penahan batuk dan sebagai bahan tambahan obat analgetik. Agar efektif sebagai analgetik, kodein harus dikonversikan bersama dengan morfin melalui isoenzim CYP2D6 dari enzim P450. (Steven, 2008; Freye, 2009)

B.2. Opiat semisintesis

13

Opiat semisintesis sebagai hasil turunan dari morfin melalui proses kimiawi. Heroin menimbulkan efek ketergantungan yang lebih berat dari morfin. Dalam bentuk murninya, heroin memiliki kekuatan dua kali lipat dibandingkan dengan morfin. Selain heroin, obat-obat lainnya merupakan analgetik dan termasuk didalamnya adalah jenis pethidin, metadon (physepton), dipipanon (deconal), dekstropropoksifen (distalgesic). Obat ini memiliki efek seperti morfin, tetapi tidak bersifat adiktif. Metadon digunakan untuk terapi penyembuhan para pecandu opiat. (Steven, 2008)

Gambar 3: Berbagai bentuk heroin B.3. Opiat sintesis Opiat sintesis adalah opiat yang diperoleh berdasarkan perubahan kimia, misalnya meperidin. Meperidin adalah narkotika sintesis yang mempunyai efek kira-kira 1/9 kekuatan analgetik morfin. Pada dosis tinggi dapat menimbulkan kejang. Meperidin dapat digunakan secara oral atau suntikan. (Wang, 2009) B.3.1 Kokain Kokain adalah alkaloid dari tumbuhan Erythrocylon coca. Kokain berupa Kristal atau serbuk putih yang larut dalam air dalam bentuk garam HCL. Cara penggunaan kokain sering dengan dihirup karena penyerapan melalui mukosa hidung cukup baik, tetapi pemakaian yang lama akan menyebabkan luka yang dalam pada organ penciuman. (Burnett, 2012) Pemakaian kokain

mengakibatkan dua efek bagi penggunaannya, yakni efek psikologis dan efek fisiologis. Efek psikologis: yaitu perasaan gembira, dan kepercayaan diri, serta efek fisiologis: yaitu percepatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah,

14

berkeringat, serta mual dan muntah. (Freye, 2009; SAMHSA, 2010; Burnett 2012)

C.2.2 Psikotropika Psikotropika adalah suatu obat yang dapat menimbulkan ketergantungan, menurunkan aktifitas otak/ merangsang saraf pusat, menimbulkan halusinasi, ilusi, mengganggu berpikir, perilaku dan perasaan. Psikotropika merupakan bahan kimia yang mempunyai efek seperti narkotika. (APA, 2000; Kaplan, 2010) Semua jenis psikotropika merupakan senyawa yang telah melalui proses (murni sintesis). Jenis psikotropika yang banyak disalahgunakan adalah turunan dari amphetamine. Menurut UU RI. NO.05/97 tentang Psikotropika, maka ada empat golongan psikotropika, yaitu: 1. Golongan I Psikotropika golongan I digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan sebagai sarana pengobatan/ terapi, berpotensi sangat kuat dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh untuk golongan ini antara lain: psilosibin, ecstasy, LSD dan 3,4-Methylene-dioxy-N-

methamphetamine(MDMA). 2. Golongan II Psikotropika golongan II digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan untuk pengobatan terapi, berpotensi kuat dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya antara lain: amphetamine (sabu-sabu), metakualon dan metilfenidat. 3. Golongan III Psikotropika golongan III digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dapat digunakan untuk pengobatan/ terapi, berpotensi sedang dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh untuk golongan ini antara lain: katina, flunetrazepam dan amorbarbitol. 4. Golongan IV Psikotropika golongan IV digunakan untuk pengobatan/ terapi, berpotensi ringan dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya:

15

barbital, diazepam dan bramazepam. Zat adiktif disintesis dari bahan kimia Phenyl Propanol Amine (Ephedrine) secara kimiawi. Ephedrine diperoleh dari tanaman Ephedra (Ma Huang). Zat adiktif ini banyak diproduksi di Belanda dan Guang Zhu. Peredaran gelap psikotropika jenis ini terjadi hampir di semua kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Psikotropika dapat dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan efek kerja di dalam tubuh, yakni: (World Drug Report, 2012)

1. Stimulansia Stimulan adalah zat atau obat yang bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat dan fungsi tubuh sehingga mengurangi rasa kantuk, lapar, serta menimbulkan rasa gembira dan semangat yang berlebihan. Zat yang tergolong stimulan adalah amfetamin dan ekstasi.

a.

b. Gambar 4: a. Amfetamin, b. Metamfetamin

1.1.Amfetamin Amfetamin merupakan obat perangsang sintesis yang digunakan sebagai penahan rasa lapar. Nama lain amfetamin adalah sabu-sabu, speed, whizz dan sulph. Amfetamin digunakan dengan cara ditelan (biasanya dicampur dengan minuman) atau dihisap dengan menggunakan aluminium foil dan bong atau suntikan. (Zevin, 2008; Freye, 2009) Amfetamin disalahgunakan untuk menimbulkan rasa percaya diri, tenaga bertambah, kemampuan berkonsentrasi meningkat, dapat menahan lapar dan tidak mudah mengantuk. Beberapa macam psikotropika turunan dari amphetamine antara lain: (George, 2007; Smith, 2009; Heal, 2013)

16

a. MDMA, dengan nama kimia 3,4-Methylene-dioxy-N-methamphetamine. Biasa dikenal sebagai ecstasy, XTC, pil surga, inex dan pil setan. b. Metaphetamine disebut juga shabu-shabu dan inex. c. MDA, dengan nama kimia 3,4-metilen-dioksi-amphetamine. d. MDE, dengan nama kimia 3,4-metilen-dioksi-N-etilamphetamine. (Carlvalho, 2012; Murray, 1998) 1.2. Ekstasi Di Indonesia, ekstasi dikenal nama inex, enak, dollar, hammer dan flash. Ekstasi digunakan dengan cara ditelan. Efek yang biasanya dirasakan pemakai adalah tubuh terasa melayang, mulut dan hidung terasa kering, pupil mata melebar, jantung berdetak lebih kencang, kadangkadang kaki dan rahang terasa kaku. Ekstasi dapat merusak sel otak, jantung dan hati. Adapun efek dari ekstasi, yaitu: (APA, 2000; Richard, 2012; World Drug Report, 2012) a. Pada dosis sedang, ekstasi menimbulkan gejala bervariasi selama 6-24 jam. Gejala yang muncul mulai dari rasa senang yang berlebihan, rasa kantuk dan lelah hilang, harga diri meningkat, banyak bicara dan kewaspadaan meningkat. Secara fisik menimbulkan jantung berdebar, tekanan darah naik, nyeri otot dan kehilangan selera makan. b. Pada dosis tinggi, menimbulkan halusinasi, perasaan melayang-layang, gangguan keseimbangan, pandangan kabur, kejang-kejang, muntah dan bertindak irrasional. Jika terjadi overdosis menimbulkan diare, kejangkejang, koma hingga meninggal. c. Efek yang tersisa sampai dengan hari ke -14 adalah demam, tekanan darah naik dan jantung berdebar. d. Efek jangka panjang adalah melemahkan kerja otak karena rusaknya sel-sel otak dan menderita gangguan jiwa.

17

Gambar 5: Pil ekstasi 2. Halusinogen Halusinogen yaitu zat atau obat yang bekerja menimbulkan halusinasi yang dapat mengubah perasaan dan pikiran dan menciptakan daya pandang yang berbeda. Termasuk jenis ini adalah: Lysergic acid dietilamide (LSD) dan Penncyclidine phosphate (PCP). Penyalahgunaan halusinogen akan menyebabkan pupil mata mengecil, detak jantung yang bertambah, suhu badan naik dan kelemahan otot-otot. (Steven, 2008; World Drug Report, 2012) 3. Sedatif/ hipnotika Sedatif atau hipnotika adalah zat atau obat yang bekerja mengurangi aktivitas susunan saraf pusat dan fungsi tubuh, misalnya: sedatin dan valium. Obat ini sangat bermanfaat untuk mengobati pasien yang mengalami gangguan tidur, stress dan insomnia. (World Drug Report 2012)

C.2.3 Zat Adiktif Lainnya 1. Inhalansia dan Solven Inhalansia adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, thiner dan uap bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur, golongan kurang mampu atau anak jalanan. Efek yang ditimbulkan dimulai selama 15-45 menit setelah inhalasi. Penyalahguna tetap memiliki ruam di sekitar hidung dan bau gas solven yang dihirup saat bernapas. (Maramis, 2009; Brannon, 2012)

18

Tabel 1: Manifetasi dari intoksikasi dan penyalahgunaan solven (Zevin, 2008) Ringan Euphoria, disinhibisi, pusing, gangguan koordinasi, bersin dan batuk Sedang Letargi, stupor, halusinasi, mual, muntah, diare, ataksia, tremor, mialgia, parastesia dan koma Berat Kronik Koma dan kejang Sindroma cerebellar: ataksia, nistagmus dan ataksia

2. Alkohol Alkohol merupakan salah satu zat psikoaktif yang juga sering digunakan. Alkohol diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah anggur dan umbi-umbian. Hasil proses fermentasi alkohol akan memperoleh alkohol

dengan kadar tidak lebih dari 15%. Namun, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Alkohol sering disebut dengan booze atau drink. Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi, etanol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Seiring dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan menjadi euforia, namun sering dengan penurunannya pula orang menjadi depresi. (Holder, 2007; Bachman, 2011)

D. Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba D.1. Remaja Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (1014 tahun), masa remaja pertengahan (1417 tahun) dan masa remaja akhir (179 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial, namun umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial). (Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja)

19

Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenangsenang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menggunakan narkoba. (Sayuti, 2007; Widiyanti, 2007)

D.2. Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis narkoba secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Penyebab penyalahgunaan narkoba pada remaja sangat kompleks, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara faktor individu, sosial dan lingkungan. (Yurliani, 2007; Dedi, 2009; National Institute on Drug Abuse, 2009) 1. Faktor Individu Kebanyakan penyalahgunaan narkoba dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologis maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan narkoba. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna narkoba. Ciri-ciri tersebut antara lain: a. Cenderung memberontak dan menolak otoritas b. Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi, cemas, psikotik dan kepribadian dissosial c. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku d. Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negatif (low self-esteem) e. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif f. Mudah murung, pemalu dan pendiam g. Mudah merasa bosan dan jenuh h. Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

20

i. Keinginan untuk bersenang-senang j. Keinginan untuk diterima dalam pergaulan k. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran narkoba dengan tegas. 2. Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga, terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna narkoba antara lain adalah: 2.1. Lingkungan keluarga a. Komunikasi orang tua-anak kurang baik/ efektif b. Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/ disfungsi dalam keluarga c. Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi d. Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh e. Orang tua otoriter atau serba melarang f. Orang tua yang serba membolehkan (permisif) g. Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan h. Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah narkoba i. Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten) j. Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga k. Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkoba 2.2. Lingkungan sekolah a. Sekolah yang kurang disiplin b. Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual narkoba c. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif d. Adanya murid pengguna narkoba 2.3. Lingkungan Teman Sebaya a. Berteman dengan penyalahguna

21

b. Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar 2.4. Lingkungan Sosial a. Lemahnya penegakan hukum b. Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

3. Faktor Narkoba a. Mudahnya narkoba didapat dimana-mana dengan harga terjangkau b. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba c. Efek farmakologik narkoba yang menghilangkan nyeri dan membuat euphoria

D.3. Dampak Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. (Kaplan, 2010) D.1. Dampak Fisik a. Gangguan pada sistem saraf seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran dan kerusakan saraf tepi b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti: infeksi akut otot jantung dan gangguan peredaran darah c. Gangguan pada kulit seperti: abses dan alergi d. Gangguan pada paru seperti: depresi pernapasan e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

22

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron) serta gangguan fungsi seksual g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi dan amenore h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk

menerimanya. D.2. Dampak Psikis a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, hingga bunuh diri. D.3. Dampak Sosial a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga c. Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram. Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat dalam penyalahgunaan narkoba. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif dan lain-lain.

23

E. KERANGKA TEORI Narkoba Definisi Sejarah narkoba Remaja Penggolongan narkoba

Narkotika Psikotropika Zat adiktif

Pengetahuan Sikap

Bahaya penyalahgunaan narkoba

F. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas : Pengetahuan dan sikap mengenai narkoba Variabel Perancu : Keterangan: Pengalaman, Lingkungan, Intelegensi : diteliti Variabel Terikat : Penyalahgunaan narkoba

: tidak diteliti

G. HIPOTESIS Ha : terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri 4 Pontianak terhadap penyalahgunaan narkoba. Ho: tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri 4 Pontianak terhadap penyalahgunaan narkoba.

24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari kuesioner. (Sastroasmoro, 2008)

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2013, dengan alokasi rancangan waktu penelitian sebagai berikut: Tabel 3.1. Alokasi Waktu Penelitian Kegiatan Minggu Penyusunan proposal Uji validitas dan + + + April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 + + + +

reliabilitas kuesioner Seminar penelitian Pengumpulan data Pengolahan data Pengerjaan laporan Pelaporan penelitian + + + + + + + + + + + + proposal +

C. Populasi dan Sampel C.1. Populasi Penelitian C.1.a. Populasi Target

25

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kecamatan Pontianak Timur tahun 2013. C.1.b. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 4 Kecamatan Pontianak Timur tahun 2013.

C.2. Sampel Penelitian C.2.a. Cara Pemilihan Sampel Pada penelitian survei, jika besar populasi (N) diketahui, maka sampel penelitian dicari dengan menggunakan rumus Isaac dan Michael, sebagai berikut: Z21-2P (1-P) N n= d2(N-1) + Z21-2P (1-P)

Keterangan: N orang) n Z1-2 P = jumlah sampel minimal yang diperlukan = 1,96; merupakan nilai Z untuk Indeks Kepercayaan 95% = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari, bila belum = jumlah populasi (siswa SMPNegeri 4 Pontianak sebanyak 800

diketahui maka P = 0,50 d = kesalahan absolut yang dapat ditolerir, d = 10% = 0,1

Perhitungan jumlah sampelnya sebagai berikut: (1,96)2 (0,5)(1-0,5) (800) (0,1)2(800-1) + (1,96)2 (0,5)(1-0,5)

n=

n = 85,80 86 sampel Jadi, jumlah sampel yang representatif dalam penelitian ini adalah 86 siswa.

26

c.2.b Cara Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling (berdasarkan peluang) denganteknik stratified random sampling yaitu pemilihan sampel secara acak untuk setiap strata (kelas), kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata. Jadi, sampel yang digunakan sebagai berikut: Kelas VII n= Kelas VIII n= Kelas IX n= : : :

Jadi, sampel yang digunakan untuk kelas VII sebanyak 32 orang, kelas VIII 34 orang, dan kelas IX sebanyak 20 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi D.1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 4 Pontianak. D.2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang tidak bersedia mengisi kuesioner dan siswa yang mengisi kuesioner tidak lengkap.

E. Variabel Penelitian E.1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap siswa mengenai narkoba. E.2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah mengenai penyalahgunaan narkoba.

27

F. Definisi Operasional No. 1. Variabel Pengetahuan Definisi Segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai narkoba Alat ukur Kuesioner Skala ukur Ordinal Hasil ukur 1. Baik (jika skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi) 2. Sedang (jika skor jawaban responden 45 75% dari nilai tertinggi) 3. Kurang (jika skor jawaban responden < 45% dari nilai tertinggi) 2. Sikap Pendapat, tanggapan atau reaksi responden terhadap penyalahgunaan narkoba Kuesioner Ordinal 1. Baik (jika skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi) 2. Sedang (jika skor jawaban responden 45 75% dari nilai tertinggi) 3. Kurang (jika skor jawaban responden < 45% dari nilai tertinggi) 3. Penyalahguna 3 an 3 narkoba Pemakaian narkoba yang bukan untuk tujuan pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur dan berlangsung lama, sehingga

28

menyebabkan gangguan kesehatan fisik serta gangguan perilaku dan sosial

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data G.1. Jenis Data G.1.a Data Primer Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung. Data primer yang diperoleh berupa hasil dari kuesioner. Kuesioner dibagikan secara langsung kepada responden berupa pertanyaan tentang karakteristik responden, pengetahuan mengenai narkoba dan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak, kemudian responden diminta menjawab pertanyaan tersebut dengan memberi tanda silang atau checklist pada alternatif jawaban yang telah disediakan. G.1.b Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari pihak atau media lain. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari institusi pendidikan.Data yang diperoleh dari institusi pendidikan berupa data jumlah dan namasiswa SMP Negeri 4 Pontianak.

G.2. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan cara/alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat yang berisi beberapa pertanyaan mengenai karakteristik responden, pengetahuan mengenai narkoba dan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba.Sebelum

kuesionerdibagikan kepada sampel yang telah diketahui jumlahnya, kuesioner

29

tersebut telah dilakukan uji berupa uji validitas dan uji reliabilitas dengan tujuan agar kuesioner tersebut dapat menjadi alat ukur yang tepat mengenai masalah yang sedang diteliti, serta dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. G.3. Uji Validitas dan Reliabilitas H. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data H.1. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dari siswa dikumpulkan dengan lengkap dan dilakukan pengolahan data. Pengolahan data hasil penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Editing yaitu pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti. 2. Coding yaitu melakukan pemberian kode berupa angka untuk memudahkan pengolahan data atau mengubah katakata menjadi angka. 3. Entry yaitu memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer dengan menggunakan sistem atau program SPSS for windows versi 20.0. 4. Scoring yaitu melakukan pemberian skor berdasarkan jawaban responden. a. Variabel pengetahuan narkoba Pengukuran pengetahuan diukur melalui 15 pertanyaan. Untuk soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 skor jawaban benar adalah 1, dan skor jawaban salah adalah 0. Untuk soal nomor 6, 8, 10, 12, 14 skor jawaban benar adalah 0 dan skor jawaban salah adalah 1 Total nilai tertinggi dari seluruh soal adalah 15. Kemudian dihitung persentasi nilai jawaban pengetahuan responden terhadap nilai total jawaban benar dengan rumus sebagai berikut:

30

P = X/N x 100% Dimana: P = persentase jawaban responden X= nilai jawaban responden N= nilai total jawaban benar, yakni 15.

Aspek penilaian pengetahuan dikategorikanberdasarkan total skor yang didapat dandapat diklasifikasikan sebagai berikut (Wawan dan Dewi, 2010): a. Tingkat pengetahuan baik, bila total skor jawaban 76-100% atau dalam interval 12-15. b. Tingkat pengetahuan sedang, bila total skor jawaban 56-75% atau dalam interval 9-11 c. Tingkat pengetahuan buruk, bila skor< 56% atau dalam interval 5-8.

b. Variabel sikap terhadap penyalahgunaan narkoba Sikap responden diukur melalui 10 pertanyaan. Jika jawaban YA/setuju diberi skor 1, jika jawaban TIDAK/tidak setuju diberi skor 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10. Aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: 1) Sikap baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi yaitu >8. 2) Sikap sedang, apabila skor jawaban responden 40 75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7. 3) Sikap kurang, apabila skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi yaitu <4. 5. Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.

31

H.2. Teknik Penyajian Data Data dalam penelitian ini disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Bentuk tabel atau diagram Penyajian data dalam bentuk tabel atau diagram dipilih untuk memudahkan pembacaan data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. 2. Bentuk teks atau narasi Penyajian data dalam bentuk teks dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberikan penjelasan dari data yang telah disajikan dalam bentuk tabel atau diagram.

I. Etika Penelitian Etika yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilaksanakan apabila subjek telah menyatakan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian melalui pengisian lembar persetujuan responden. 2. Seluruh data subjek yang diperoleh dari penelitian akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan disebarluaskan. 3. Apakah kamu sudah minta ijin ke kepala sekolah? Karena hal ini seolah2 kita menambah ilmu narkoba pada anak2 tersebut.. salah2 bukan malah bagus jadinya mereka jadi penasaran terhadap narkoba.. hati2 pada penelitian seperti ini.. tolong dipertimbangkan ulang lagi dengan pak Angga

32

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN MENGENAI NARKOBADAN SIKAP TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA SISWA SMP NEGERI 4KECAMATAN PONTIANAK TIMUR TAHUN 2013

Pernyataan dibawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan mengenai narkoba dan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba.

Tanggal : I. DATA UMUM RESPONDEN 1. Nama : 2. Umur : 3. Kelas : No.Responden:

33

II. DATA KHUSUS RESPONDEN Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada item jawaban yang anda pilih! A. Pengetahuan mengenai penyalahgunaan narkoba 1. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obat berbahaya a. Benar b. Salah

2. Narkoba dilarang dipakai secara bebas karena dapat menimbulkan ketergantungan a. Benar b. Salah

3. Putaw, ganja, dan lem adalah bentuk-bentuk dari narkoba a. Benar b. Salah

4. Dihisap, disuntik, dan diminum adalah cara-cara menggunakan narkoba a. Benar b. Salah

5. Bubuk putih adalah bentuk dari putaw a. Benar b. Salah

6. Putaw digunakan dengan cara dihisap a. Benar b. Salah

7. Ganja berbentuk seperti daun tembakau a. Benar b. Salah

8. Cara menggunakan ganja adalah disuntik ke dalam tubuh a. Benar b. Salah

9. Tidak merasa capek adalah bahaya menggunakan ganja a. Benar b. Salah

10. Sabu-sabu adalah salah satu bentuk dari narkoba yang berbentuk bubuk putih a. Benar b. Salah

11. Merasa senang dan gembira adalah keuntungan menggunakan sabu-sabu a. Benar b. Salah

12. Ngelem bukan bentuk dari narkoba a. Benar b. Salah

13. Alkohol merupakan bentuk dari narkoba a. Benar b. Salah

34

14. Salah satu keuntungan menggunakan alkohol adalah sebagai penghilang rasa sakit a. Benar b. Salah

15. Salah satu akibat dari menggunakan narkoba adalah gangguan pada tubuh a. Benar b. Salah

B.Sikap mengenai penyalahgunaan narkoba 1. Kecanduan adalah bentuk penyalahgunaan narkoba yang berat sehingga dapat menyebabkan sakaw a. Setuju b. Tidak setuju 2. Akibat dari penyalahgunaan narkoba tidak dapat menyebabkan gangguan kesehatan a. Setuju b. Tidak setuju 3. Usia remaja adalah kelompok yang rentan dalam penyalahgunaan narkoba a. Setuju b. Tidak setuju 4. Berhati-hati dalam berteman adalah salah satu cara untuk menghidari narkoba a. Setuju b. Tidak setuju 5. Bahaya menggunakan putaw adalah menimbulkan rasa tidak percaya diri a. Setuju b. Tidak setuju 6. Pergaulan bebas adalah satu penyebab penyalahgunaan narkoba a. Setuju b. Tidak setuju 7. Ingin coba-coba bukanlah alasan remaja menggunakan narkoba a. Setuju b. Tidak setuju

35

8. Berada dilingkungan rawan narkoba adalah satu penyebab banyaknya penyalahgunaan narkoba a. Setuju b. Tidak setuju 9. Ngelem adalah salah satu bentuk penyalahgunaan narkoba yang tidak dapat menyebabkan ketagihan a. Setuju b. Tidak setuju 10. Sering bolos sekolah, prestasi belajar menurun, dan suka mencuri adalah akibat dari penyalahgunaan narkoba pada pelajar a. Setuju b. Tidak setuju

DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR). Washington D.C.: American Psychiatric Association; 2000.

36

Bachman, et al., 2011, Racial/Ethnic Differences in the Relationship Between Parenteral Education and Substance Use Among U.S. 8th, 10th and 12th Grade Students: Findings From the Monitoring the Future Project, Journal Study Alcohol Drugs (p 279-285), University of Michigan. (15 Mei 2013) BNN, 2008, Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia: Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial, Tahun 2008, www.bnn.go.id. Jakarta. BNN, 2011, Data Tindak Pidana http://bnn.go.id., Jakarta. (15 Mei 2013) Narkoba Tahun 2007-2011,

BNN, 2011, Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba, www.bnn.go.id., Jakarta. (15 Mei 2013) BNN, 2011, Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar/Mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia Tahun 2011, www.bnn.go.id, Jakarta. Brunton, et al., 2010, Opioid, Analgesia and Pain Management: Introduction in Goodman & Gliman Pharmacological Basis of Theurapeutics 12th Ed, California: Mc. Graw Hill. Dahlan, s, 2005, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran & Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika. Dedi, et al., 2009, Tingkat Penyalahgunaan dan Faktor Resiko Narkoba di Kalangan Siswa SMU, Majalah Kedokteran Indonesia, (volume: 59, Nomor: 6, Juni 2009). (15 Mei 2013) Degenhart, et al., 2008, Toward a Global View of Alcohol, Tobacco, Cannabis and Coccaine Use: Finding From the WHO World Mental Health Surveys, http://www.plosmedicine.org., University of Western Sydney. (15 Mei 2013) George, 2007, Speed, Ectasy and Ritalin: the Science of Amphetamines, http://bjp.rcpsch, Oxford University Press. (15 Mei 2013) Guillem, et al., 2008, Sociodemographic Profiles, Addictive and Mental Comorbidity in Cannabis Users in an Outpatient Specific Settings, www.ncbi.org., USA. (15 Mei 2013) Freye, Enno, 2008, Pharmacology and Abuse of Coccaine, Amphetamines, Ecstasy and Related Designer Drugs, www.springer.com, USA. Hasin, et al., 2008, Cannabis Withdrawal in US: a General Population Study, Journal of Clinical Psychiatry. http://www.pmcjournal.org. (15 Mei 2013)

37

Heal, et al., 2013, Amphetamines, Post and Present: a Pharmacological and Clinical Perspective, http://www.sagepublications.com, UK. (15 Mei 2013) Hidayati, Indarwati, 2012, Gambaran Pengetahuan dan Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja di SMK Negeri 2 Sragen Kabupaten Sragen, STIK Aisyiyah, Yogyakarta (skripsi) Holder, et al., 2007, the Leadership to Keep Children Alcohol Free, http://www.alcoholfreechildren.org., NIH Publication (no.01-4780). (15 Mei 2013) Kaplan, et al., 2010, Sinopsis Psikatri, Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. Katzung, B, et al., 2009, Opoiod, Analgesics and Antagonists: Introduction in Basic Clinical Pharmacology 11th Ed, California: Mc. Graw Hill. Khaliesh, et al., 2012, Karakteristik Pemukiman Tepian Sungai Kampung Beting di Pontianak, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012, Bandung. (15 Mei 2013) Maramis, 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Surabaya: Airlangga University Press. Michael Craig Miller, MD, et. al. Medical marijuana and the mind. Harvard Mental Health Letter. April 2010;26:1-4. Morgan and Curran, 2008, Effects of Cannabidiol on Schizophrenia Like Symptoms in People Who Use Cannabis, The Royal College of Psychiatrics, UK. (15 Mei 2013) Notoatmodjo, S., 2010, Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. Peter J. Cohen. Medical Marijuana: The Conflict Between Scientific Evidence and Political Ideology. Journal Of Pain & Palliative Care Pharmacotherapy. June 2009;23:120-140.

38

Sastroasmoro S. Pemilihan subjek penelitian, di dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, (ed), Dasar dasar metodologi penelitian klinis edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2002. Smith, 2009, on Speed: the Many Lives of Amphetamines, http://bjp.rcpsch, Oxford University Press. (15 Mei 2013) Steven, 2008, Addiction and Medical Complications of Drug Abuse, http://www.crcpress.com, Taylor and Francis Group, USA. Sugiono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta CV. UNODC, 2012, World Drug Reports, www.undoc.org., WHO. (15 Mei 2013) Widianti, E., 2007, Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/Narkoba, UNPAD, Bandung. (15 Mei 2013) Yurliani. R, 2007, Gambaran Social http://usu.ac.id., Medan. (15 Mei 2013) Support Pecandu Narkoba,

Anda mungkin juga menyukai