Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan. (Depkes RI, 2005). Keberhasilan Pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. (Depkes RI, 2005). Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada program-program penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu indikator penting dalam kesehatan masyarakat. AKB telah menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005, dan diproyeksikan terus menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. AKB ini sangat penting, karena tingginya AKB menunjukkan rendahnya kualitas perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan, masa nifas, status gizi dan penyakit infeksi. (Depkes RI, 2006). Berdasarkan laporan Analisa Uji Coba di Indonesia pada tahun 2005-2006 yang disusun oleh WHO yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, tetanus masih merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

dibanding negara maju. Di Indonesia sekitar 9,8 % (18032 bayi) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian: imunisasi tetanus tetap rendah. (Depkes RIWHO, 2006). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, Tetanus Neonatorum (TN) merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi yang menempati urutan ke 5 dengan proporsi 5,5 %. (SubDit Imun.Epim-Kesma, 2003). Kematian bayi karena Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh infeksi basil tetani (Clostridium Tetani) dalam bentuk spora tahan bertahun-tahun di tanah dan saluran cerna, oleh karena itu penyakit TN tidak dapat dibasmi melainkan hanya ditekan angka kejadian TN hingga di bawah 1/10.000 kelahiran hidup. (Panitia PIN, 1996). Salah satu faktor risiko TN adalah tidak adanya kekebalan terhadap infeksi tetanus. Rendahnya cakupan imunisasi TT terhadap ibu hamil di Indonesia menyebabkan kontribusi kematian karena TN terhadap kematian neonatal masih cukup tinggi yaitu 22 %. (Panitia PIN,1996). Angka kematian bayi di kota Jambi tahun 2006 sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup, dan untuk tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan angka kematian bayi nasional yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. (Dinkes Kota Jambi, 2007). Sementara itu Kasus tetanus neonatorum di Propinsi Jambi pada tahun 2006 terjadi sebanyak 1 kasus dan meninggal. (Dinkes Jambi, 2006). Menurut Menkes Dr.dr.Siti Fadilah Supari,Sp.JP (K) pada acara Nasional Imunisasi Anak tanggal 1 November 2007, program pembangunan kesehatan di

Universitas Sumatera Utara

Indonesia diterjemahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 mempunyai visi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dimana salah satu targetnya adalah menurunkan angka kematian bayi. Hal ini sejalan dengan kesepakatan dunia dalam Millenium Development Goals (MDGs), dimana untuk mencapai penurunan angka kematian bayi tersebut ditandai dengan peningkatan cakupan imunisasi. Imunisasi yang berkaitan dengan upaya penurunan kematian bayi diantaranya adalah pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) kepada calon pengantin wanita dan ibu hamil. Pada ibu hamil imunisasi TT ini diberikan selama masa kehamilannya dengan frekuensi dua kali dan interval waktu minimal empat minggu. Tujuan imunisasi ini adalah memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus neonatorum kepada bayi yang akan dilahirkan dengan tingkat perlindungan vaksin sebesar 90-95 %. Oleh karena itu cakupan imunisasi TT ibu hamil perlu ditingkatkan secara sungguh-sungguh dan menyeluruh. (Azrul.A, 2002). Pemberian imunisasi TT tersebut dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Oleh karenanya kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan diri pada tempattempat pelayanan kesehatan tentunya akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan pelayanan imunisasi TT ibu hamil. Dalam rangka peningkatan frekuensi kunjungan ibu hamil ke bagian Kesehatan ibu dan Anak (KIA) di puskesmas diperlukan upaya Pemantauan wilayah Setempat (PWS) mengenai program KIA dan Imunisasi di Puskesmas. (Depkes RI, 2005)

Universitas Sumatera Utara

Dengan pencapaian cakupan TT ibu hamil, Tetanus Neonatorum (TN) dapat dieliminasi. Jika dilihat dari hasil pencapaian TT ibu hamil maka dari tahun ke tahun pencapaiannya masih belum mencapai target yang diharapkan dan keadaan ini akan memungkinkan terjadinya kasus tetanus neonatorum di mana saja, terutama pada daerah-daerah yang cakupan TT ibu hamilnya masih rendah. Pada tahun 2002, cakupan imunisasi TT ibu hamil secara nasional telah mencapai 78,5 % untuk pemberian TT1, sedangkan untuk TT2 mencapai 71,6 %. Tetapi, pada tahun 2003 cakupan imunisasi TT ibu hamil secara nasional menjadi turun, untuk TT1 cakupannya 71,71 % sedangkan untuk TT2 hanya mencapai 66,1 %. Dari data diatas dapat dilihat bahwa upaya pencegahan tetanus neonatorum dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil melalui kegiatan rutin belum menunjukkan hasil yang efektif, disebabkan cakupan imunisasi tersebut mengalami penurunan dan belum mencapai 100 %. (Depkes RI,2003). Di Propinsi Jambi, pencapaian imunisasi TT pada ibu hamil masih rendah

dan cenderung menurun..Pada tahun 2006 cakupan TT1 mencapai 72,61 % dan untuk TT2 mencapai 66,76 %. Pada tahun 2007 cakupan TT1 dan TT2 ibu hamil menurun menjadi 69,27 % untuk TT1 dan 62,88 % untuk TT2, sedangkan TT Ulang hanya 15,24 %. (Dinkes Prop.Jambi, 2007) Data tersebut di atas sangat berlawanan jika dibandingkan dengan data kunjungan K1 dan K4 ibu hamil di propinsi Jambi yang cakupannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, kunjungan K1 mencapai 84,87 % dan untuk K4 mencapai 81,04 %. Pada tahun 2006 cakupan K1 dan K4 mengalami

Universitas Sumatera Utara

peningkatan, untuk K1 mencapai 91,97 % dan untuk K4 mencapai 83,30 %. (Dinkes Prop. Jambi, 2006). Selisih data cakupan yang cukup signifikan antara imunisasi TT pada ibu hamil dengan data kunjungan ibu hamil terjadi juga di Kota Jambi. Tahun 2006, cakupan TT lengkap ibu hamil mencapai 78,88 %, sedangkan kunjungan K1 ibu hamil 98 % dan kunjungan K4 ibu hamil 91,6 %.Untuk tahun 2007, cakupan TT lengkap mencapai 70,36 %, sedangkan kunjungan K1 ibu hamil mencapai 95,85 % dan kunjungan K4 mencapai 88,15 %. (Dinkes Kota Jambi, 2007) Cakupan TT lengkap ibu hamil pada tiap puskesmas juga belum merata dimana dari 20 puskesmas hanya 8 puskesmas yang cakupan TT lengkap ibu hamil mencapai UCI dan ada 12 puskesmas yang cakupannya belum mencapai UCI dimana cakupan indikator UCI minimal 80 %. Banyak faktor yang berhubungan dengan pencapaian cakupan imunisasi TT ibu hamil diantaranya adalah waktu pelayanan imunisasi, stok vaksin, pengelolaan rantai vaksin, peralatan rantai vaksin, peralatan suntik imunisasi, pelatihan petugas imunisasi, kerja sama lintas program, kerja sama lintas sektoral, pencatatan dan pelaporan, pemantauan wilayah setempat (PWS), penyuluhan. ( Depkes RI, 2005). Selain itu, pada pelaksanaan di lapangan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pencapaian cakupan imunisasi diantaranya adalah pendidikan petugas imunisasi, pengetahuan petugas, jumlah petugas pelaksana imunisasi, pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT dan tersedianya kendaraan operasional. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi TT ibu hamil di Kota Jambi Tahun 2007.

Universitas Sumatera Utara

1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah banyaknya faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi TT ibu hamil maka perlu diringkas faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi TT ibu hamil di Kota Jambi tahun 2007 dengan cara menggunakan analisis faktor.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk meringkas beberapa variabel menjadi beberapa faktor yang

mempengaruhi cakupan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) ibu hamil di Kota Jambi tahun 2007. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk memilih variabel pada cakupan imunisasi TT ibu hamil yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. 2. Untuk mengelompokkan variabel cakupan imunisasi TT ibu hamil tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor. 3. Untuk memperjelas apakah faktor cakupan imunisasi TT ibu hamil yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lainnya. 4. Untuk menamakan faktor cakupan imunisasi TT ibu hamil yang ada.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi terbentuk. dalam upaya menentukan prioritas dari faktor yang

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai