Anda di halaman 1dari 9

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

SEKILAS KEGIATAN INTERNATIONAL SEMINAR 2009 (FROM OCEAN FOR FOOD SECURITY, ENERGY, AND SUISTANABLE RESOUERCES AN ENVIRONMENT)

1.1 Latar Belakang Konsep ketahanan pangan nasional masih banyak yang hanya menekankan tingkat pemenuhan kebutuhan, yakni ketika suatu negara dapat memproduksi bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jumlah penduduknya (Pinstrup-Andersen, 2009). Di negara kita pun, ketahanan pangan sering dianalisis dalam konteks sebatas kecukupan produksi pangan. Bahkan lebih sempit lagi sekadar membahas jumlah produksi padi. Sangat jarang kita mempertimbangkan ketahanan pangan dengan mengaitkan apakah semua penduduknya mendapatkan akses untuk mendapatkan makanan yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan energi maupun kebutuhan gizi secara lengkap. Pada World Food Summit di Roma tahun 1996, disepakati bahwa status keamanan pangan dicapai adalah ketika tersedia cukup bahan pangan. Baik di tingkat global, nasional, masyarakat maupun tingkat rumah tangga sepanjang waktu. Di samping itu, terdapat akses fisik maupun ekonomis untuk mendapatkan kebutuhan pangan sesuai yang diinginkan untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan aktif. Mengacu kepada konsep FAO, keamanan pangan mencakup beberapa aspek yakni: ketersediaan pangan (food availability), akses terhadap pangan (food accessibility), aspek konsumsi (food utilization) dan kestabilan sistem pangan (food system stability). Setiap aspek tersebut masih dapat kita jabarkan lagi. Aspek ketersediaan pangan menyangkut produksi, distribusi dan pertukaran melalui perdagangan. Akses terhadap pangan menyangkut keterjangkauan, alokasi dan kesesuaian dengan keinginan dan aspek penggunaan melingkupi nilai gizi, nilai sosial dan keamanan pangan. Titik berat program ketahanan pangan terhadap produksi semata merupakan satu aspek yang memang tidak dapat diabaikan. Tanpa penyediaan pangan yang cukup ketahanan pangan tidak mungkin dicapai. Dalam banyak kajian tentang program maupun strategi menuju ketahanan pangan lokal maupun nasional, aspek kajian masih terbatas pada kecukupan produksi beras. Kemungkinan besar mengingat masyarakat kita yang sebagian besar mengkonsumsi makanan pokok nasi, maka perhatian lebih banyak ditujukan kepada produksi padi sebagai suatu pilar ketahanan pangan masyarakat kita.

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

Pangan tidak dapat dipisahkan dari pertanian, mengingat bahwa sektor pertanian memproduksi bahan pangan untuk dikonsumsi manusia. Juga sebagai sumber pendapatan utama dari hampir 36 persen angkatan kerja dunia. Di daerah padat penduduk seperti Asia dan Afrika, angkatan kerja di sektor pertanian dapat mencapai 40-50 persen. Bahkan di sebagian tempat dapat mencapai 75 persen. Jika kondisi pertanian di daerah padat penduduk yang penghidupannya tergantung kepada pertanian terganggu maka kemampuan mereka untuk mencukupi pangan juga akan terganggu, artinya kerentanan semakin tinggi terhadap ketidaktahanan pangan. Hubungan ketahanan pangan dengan pemanasan global sesuai judul tulisan di atas akan semakin mudah dikaitkan mengingat pemanasan global sudah nyata efeknya terhadap perubahan iklim (Sumut Pos, 5 Juni 2009). Keberhasilan usaha pertanian sangat banyak tergantung kepada faktor cuaca dan iklim. Sehingga ketika ada sesuatu hal yang berpengaruh terhadap pertanian akan sekaligus berdampak pada kondisi pangan. Pemanasan global sudah bukan hanya isu. Manusia sudah merasakan langsung dampak kenaikan suhu rata-rata bumi yang menyebabkan ketidaknyamanan manusia. Lebih jauh terhadap aspek kehidupan manusia termasuk pertanian, pemanasan global telah memicu perubahan iklim. Sejak revolusi industri, kenaikan rata-rata suhu bumi mencapai 0,8 derajat Celcius. Efek rumah kaca akibat menumpuknya gas-gas rumah kaca (GRK) seperti karbondioksida, metana, dinitroksida, hidroflorokarbon, perflorokarbon, sulfurheksaflorida dan lainnya memerangkap panas di atmosfir bumi. Gas karbondioksida sebagai gas utama penyebab efek rumah kaca sebagian besar merupakan sumbangan manusia dan aktifitas manusia sendiri. Jumlah populasi dunia yang semakin bertambah memerlukan semakin banyak sumber energi fosil. Pembakarannya mengemisikan karbondioksida ke atmosfir, juga memerlukan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Sektor pertanian memiliki dua sisi dalam hubungannya dengan pemanasan global. Di satu sisi sektor pertanian termasuk penyumbang terhadap pemanasan global dan di sisi lain sektor pertanian merupakan sektor yang terkena dampak nyata pemanasan global. Populasi manusia di Asia diprediksikan akan naik 29 persen pada tahun 2030. Karena di daerah ini, nasi merupakan bahan makanan pokok, maka dituntut perluasan areal produksi padi. Padahal persawahan padi termasuk penghasil gas metana yakni salah satu gas rumah kaca.

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

Sumbangan karbondioksida juga diberikan lewat tanah, biomassa (tumpukan daun dan ranting) dimana kehidupan mikroorganisma di dalamnya menjadi suatu sistem yang menghasilkan karbondioksida sehubungan dengan aktifitas respirasi dan peruraian biomassa. Di pihak lain, kanopi (khususnya daun) tanaman merupakan tempat dimana proses fotosintesa berlangsung khususnya pada siang hari. Sehingga berfungsi sebagai sarana penyerap karbondioksida. Sedangkan pada malam hari, sehubungan dengan proses respirasi bagian yang sama merupakan sumber pelepasan karbon dioksida. (bersambung) Secara garis besar dampak perubahan iklim terhadap dunia pertanian secara langsung dikelompokkan menjadi efek pemupukan oleh peningkatan karbondioksida, peningkatan rata-rata suhu global. Selanjutnya, perubahan secara curah hujan secara gradual, terjadinya peningkatan intensitas dan frekuensi perubahan cuaca ekstrim serta adanya variabilitas cuaca yang sangat besar (FAO, 2008). Dari beberapa hasil penelitian kenaikan konsentrasi karbondioksida dapat menaikkan produksi biomassa tanaman khususnya pada tanaman seperti padi dan kedelai. Tetapi tidak pada sorgum dan jagung. Hasil ini diperoleh dalam skala penelitian dengan menggunakan satu faktor. Hal ini tidak selalu dapat dibuktikan ketika diuji di lapang. Faktor yang ikut memengaruhi bukan lagi peningkatan karbondioksida semata tetapi juga faktor kenaikan konsentrasi ozon dan peningkatan radiasi ultraviolet-B dan lain-lain. Lebih jauh, secara umum pengaruh dari dua faktor disebut terakhir adalah negatif dibanding dengan pengaruh karbondioksida. Secara langsung, naiknya suhu bumi akan meningkatkan penguapan air dari tanah juga penguapan air oleh tanaman. Selain mengurangi ketersediaan air dalam tanah, hal ini berpengaruh negatif langsung terhadap proses fisiologis tanaman yang akan menurunkan tingkat produksi tanaman. Keseimbangan di alam juga tergambar dalam sistem keseimbangan air lewat suatu siklus air, dimana air yang menguap ke atmosfer akan dikembalikan ke bumi lewat hujan. Apabila kenaikan suhu bumi terus berlanjut maka keseimbangan air pun terganggu, dimana kenaikan panas bumi mendorong laju proses penguapan air yang semakin meningkat serta ditambah dengan naiknya kapasitas udara dalam menyimpan uap air.

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

Di lain pihak, jumlah air yang diuapkan ke atmosfer juga akan meningkat akibat pencairan salju dan es abadi. Akibat lanjutan dari semuanya adalah semakin banyaknya bibit awan hujan yang terbentuk di udara, yang pada gilirannya akan turun ke bumi dalam bentuk hujan. Kekeringan yang berkepanjangan di banyak tempat serta banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi yang melanda di tempat yang lain pada musim yang seharusnya sama menunjukkan telah terjadinya pola hujan dan musim yang berubah. Akibatnya selain kesulitan memprediksi musim tanam, petani kesulitan mendapatkan air untuk pertanian di satu tempat dan kerusakan pertanian akibat banjir di tempat yang lain. Kondisi ini mengakibatkan kegagalan usaha dan bahkan kegagalan panen. Di satu sisi banyaknya hujan dapat menambah deposit pada reservoir air dan waduk tetapi tingginya curah hujan mendorong laju aliran air yang dapat mendorong erosi dan penggerusan kesuburan tanah. Ini masih diperparah dengan kenyataan pengelolaan hutan yang tidak berkelanjutan. Baik oleh perambahan oleh petani sendiri maupun oleh perambahan oleh oknum yang bertanggungjawab (illegal lodging). Lebih khusus lagi, jika kita membicarakan beras sebagai komoditi pangan utama di Indonesia, padi mayoritas dihasilkan lewat persawahan yang sangat mengandalkan air. Kekeringan menyebabkan air irigasi yang semakin menyusut. Bahkan sebagian sawah irigasi tidak mendapat pasokan air sama sekali. Akibatnya, luasan areal yang dapat ditanami ikut menyusut. Di daerah pesisir, seperti jalur pantai utara pulau Jawa yang menjadi sentra produksi beras, persawahan dapat diintrusi oleh air laut yang mengalami kenaikan permukaan akibat pencairan salju dan es di kutub ataupun akibat pemuaian air laut akibat kenaikan suhu bumi. Hal ini juga selain berpotensi menurunkan produksi sekaligus menurunkan luas areal persawahan yang dapat ditanami. Lebih jauh perubahan suhu akan mengobah waktu berpolinasi dan masa pembentukan isi, yang akan berdampak langsung terhadap produksi. 1.2 Tujuan Ikut serta berpartisipasi menjaga ketahanan pangan, energi, dan penelitian.lingkungan yang berkelajutan.melalui bidang perikanan dan kelautan.

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

1.3 Waktu Pelaksanaan Kegiatan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Agenda Registrasi dan pengiriman abstrak Seleksi abstrak Pengumuman Hasil Seleksi Melengkapi Tulisan Pembayaran Registrasi Implementasi dalam Seminar Internasional 2009 Waktu 15 Oktober 2009 15-25 Oktober 2009 26 oktober 2009 8 Nopember 2009 11 nopember 2009 18 Nopember 2009

1.4 Bentuk Kegiatan Bentuk dari kegiatan ini adalah seminar internasional

1.5 Sekretariat Panitia Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Kampus C Unair, Jalan Mulyorejo, Surabaya 60115 Jawa Timur, Indonesia Telepon/faksimile : 0231-5911451 Website : http://www.fpk.unair.ac.id Email : intersem_fpk_unair@yahoo.com

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

PROFIL DELEGASI BEM KEMA FPIK UNIVERSITAS PADJADJARAN

1.

Nama NPM Jabatan Telp. Email

: Jp Varian Kashira Alphard : 230110070057 : Ketua Divisi Eksternal BEM FPIK : 085658959996 : JuanLabz@ymail.com

2.

Nama NPM Jabatan Telp Email

: Furkon : 230210080062 : Ketua BPM FPIK : 085691813437 : furkonable@yahoo.co.id

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

RENCANA ANGGARAN DANA DELEGASI No. 1. Komponen Biaya Biaya Pendaftaran From Ocean For Food Security, Energy, And Suistanable Resouerces An Environment Transportasi (BandungSurabaya) Transportasi Lokal Biaya Penginapan Biaya 2x@ Rp. 100.000,Total Rp. 200.000,-

2. 3. 4.

2x2x@Rp. 150.000,2x@Rp. 100.000,2x@Rp. 200.000,-

Rp. 600.000,Rp. 200.000,Rp. 400.000,Rp. 1.400.000,-

Total Biaya yang Dibutuhkan

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENGAJUAN DANA PENDELEGASIAN Jatinangor, 05 November 2009 Hormat Kami,

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

Ketua BEM KEMA FPIK Universitas Padjadjaran

Ketua Pelaksana Kegiatan Pendelegasian

Asep Sahidin 230110070130

Jp Varian Kashira Alphard 230110070057

Menyetujui, Pembantu Dekan III Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Padjadjaran

Drs.Herman Hamdani, M.Si NIP 19570805 198601 1002

Anda mungkin juga menyukai