Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

JARINGAN TELEPON SELLULER BERGERAK


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan :
Memiliki pengetahuan tentang konsep frequency re-use.
Memiliki pengetahuan tentang interferensi pada jaringan telepon selluler bergerak.
Memiliki pengetahuan tentang handoff.
Memiliki pengetahuan tentang struktur jaringan telepon selluler bergerak.
Memiliki pengetahuan tentang metode akses pada jaringan telepon selluler
bergerak.
Memiliki pengetahuan tentang aspek operasi jaringan telepon selluler bergerak
Memiliki pengetahan tentang operasi jaringan telepon selluler bergerak.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahsiswa diharapkan:
Dapat menyebutkan pengertian jaringan telepon selluler bergerak.
Dapat menjelaskan bentuk sel.
Dapat menyebutkan dan menghitung spectrum efficiency.
Dapat menyebutkan dan menghitung trunking gain.
Dapat menghitung frequency re-use distance untuk jaqri-jari sel dank luster sel
tertentu.
Dapat menjelaskan jenis-jenis interferensi pada jaringan telepon selluler bergerak.
Dapat menjelaskan teknik mengurangi interferensi pada jaringan telepon selluler
bergerak.
Dapat menjelaskan proses handoff pada jaringan telepon selluler bergerak.
Dapat menjelaskan jenis handoff.
Dapat mengambarkan struktur jaringan telepon selluler bergerak.
Dapat menjelaskan operasi jaringan telepon selluler bergerak.
Dapat menyebutkan elemen jaringan telepon selluler bergerak dan menjelaskan
fungsinya.
Dapat menjelaskan metoda akses dan menghitung kapasitas radio FDMA.
Dapat menjelaskan metode akses dan menghitung kapasitas radio TDMA.
Dapat menjelaskan metode akses dan menghitung kapasitas radio CDMA.
Dapat menjelaskan teknik memperluas area cakupan.
Dapat menjelaskan teknik mengurangi interferensi.
Dapat menjelaskan teknik meningkatkan penanganan traffic.

Jaringan telepon bergerak sebenarnya sudah digelar di tahun 70an, tetapi
pertumbuhan pelanggan saat itu sangat lambat. Ini disebabkan oleh mahalnya peralatan
komunikasi bergerak dan tingginya tarif jasa telekounikasi bergerak saat itu. Hanya
22
segelintir orang yang mampu memanfaatkan layanan ini, sehingga utilisasi jarigan sangat
rendah dan sumber daya pada jaringan lebih banyak menganggur.
Perkembangan teknologi semi konduktor di akhhir dekade 70an membuat produk-
produk berbasis teknologi elektronika menjadi lebih canggih, mudah dioperasikan dan
murah. Ukuran pesawat telepon bergerak menjadi lebih kecil sehingga bisa dibawa
kemana-mana, fiturnya semakin beragam dan menarik serta sesuai dengan kebutuhan
menyebabkan orang tertarik memiliknya dan yang terpenting lagi adalah harganya
terjangkau. Demikian juga infrastruktur jaringan telepon bergerak, biaya investasinya
menjadi lebih murah sehingga tarif layanan komunikasinya juga menjadi lebih rendah.
Semua ini mendorong pertumbuhan pemakai layanan jasa telekounikasi bergerak naik
drastis. Utilisasi jaringan menjadi sangat tinggi dan kebutuhan akan sumber daya jaringan
utamanya kanal radio menjadi sangat besar, sementara spektrum radio semakin sempit
karena peruntukan yang makin beragam. Demikian besarnya kebutuhan akan kanal radio
sehingga kanal radio sekarang menjadi sangat mahal dan karena iru harus digunakan secara
efisien. Untuk mengefisienkan penggunaan kanal radio ini digunakan konsep penggunaan
ulang frekuensi.
Pada bab ini akan dibahas konsep penggnaan ulang frekuensi, sel serta
susunannya. Interferensi sebagai konsekuenssi dari selluler juga akan dianalisis serta
mekanisme handoff karena pergerakan pelanggan pada sel-sel bertetangga akan dijelaskan.
Kemudian pembahasan akan dilanjutkan ke jaringan telepon selluler bergerak yang
meliputi struktur jaringan, teknologi akses dan aspek operasional jaringan telepon selluler
bergerak.
4.1.Konsep Penggunaan Ulang Frekuensi dan Selluler
Area cakupan jarinan telepon selluler bergerak dibagi menjadi area-area kecil yang
disebut sel dan dari kata sel inilah istilah selluler muncul. Tujuannya adalah agar sebuah
frekuansi kanal radio dapat digunakan berulang-ulang pada sel-sel dengan jarak tertentu.
Dengan demikian sebuah kanal radio dapat digunakan oleh lebih dari satu orang pada
waktu yang sama tetapi pada sel-sel yang berbeda sehingga lebih banyak pemakai yang
dapat dilayani atau dengan kata lain, penggunaan sel akan meningkatkan kapasitas sistem.
Sebuah sel dilayani oleh sebuah cell site yang merupakan sebuah base stasion
(BS). Pola radiasi antena pada BS ini dan konfigurasi permukaan bumi dimana BS berada,
yang menentukan karakteristik propagasi radio, akan mempengaruhi bentuk cakupan dari
sebuah sel. Luas area cakupan sebuah sel tergantung pada jari-jari sel R yang dtentukan
oleh daya pancar transmitter pada BS dan Mobile Station (MS). Daya pancar BS bisa
puluhan watt, tetapi daya pancar MS sangat terbatas sehingga daya pancar MS inilah yang
membatasi jari-jari sebuah sel. Gambar 3.1 memperlihatkan sel dan cell site.
Gambar 3.2.a memperlihatkan sebuah sel dengan pola radiasi antena BS
omnidireksional tetapi redaman propagasi tidak sama pada semua arah, sedangkan gambar
3.2.b memperlihatkan pola radiasi antena BS yang omnidireksional dan redaman pada
semua arah relatif sama serta sebuah sel direksional yaitu antena BS menggunakan pola
radiasi direksional. Pemilihan pola radiasi antena BS didasarkan pada area layanan sebuah
sel sedangkan pola radiasi antena MS biasanya omnidireksional karena diharapkan dapat
menerima dan mengirim signal radio dari dan ke semua arah.
23

4.1.1. Susunan sel
Area pelayanan sebuah jaringan telepon selluluer bergerak misalnya sebuah kota
biasanya terdiri dari banyak sel. Sel-sel tersebut digambarkan dengan bentuk segi enam,
tentu berbeda dari bentuk nyatanya, agar diperoleh gambar yang rapih sehingga enak
menganalisisnya. Kemudian sel-sel disusun dalam grup-grup sel yang disebut cell cluster.
.
Gbr.4.1 Sel dan Cell site
Sebuah kluster sel terdiri dari K buah sel dan pada kluster sel inilah sebuah spektrum
radio, yang diperuntukkan bagi operasi sebuah jaringan telepon selluler bergerak, dibagi-
bagi menjadi gelombang-gelombang pembawa radio atau carrier yang selanjutnya disebut
kanal radio. Jadi bila sebuah area pelayanan jaringan telepon selluler begerak terdiri dari M
buah kluster sel beroperasi pada sebuah lebar spektrum BW Hz dan bila lebar pita
24
frekuensi sebuah kanal radio adalah Bc Hz , maka banyaknya kanal radio yang bisa
dimiliki oleh jaringan tersebut adalah :

M
B
BW
N
c

4.1
Bila area pelayanan tidak dibagi-bagi menjadi sel-sel, banyaknya kanal radio yang bisa
dimiliki oleh jaringan tersebut adalah :

c
B
BW
N
4.2
Gbr.4.2. Bentuk sel
Persamaan 4.1 memperlihatkan bahwa konsep penggunaan ulang frekuensi dapat
memperbesar kapasitas sebuah jaringan telepon selluler bergerak.
25
Gambar 4.3 memperlihatkan susunan sel -sel dengan K yang berbeda-beda. Dari
gambar terlihat bahwa sel-sel yang berjarak D mempunyai frekuensi kanal radio yang
sama dimana D disebut frequency reuse distanse atau jarak penggunaan ulang frekuensi.
Untuk menentukan sel-sel mana pada jarak D yang akan mempunyai frekuensi kanal radio
yang sama dengan sel A digunakan parameter penggeseran i dan j dimana :
K = i + ij + j 4.3
mempunyai frekuensi kanal radio yang sama, kita bergerak dari sisi-sisi sel A sejauh i
buah sel, kemudian berbelok seperti diperlihatkan oleh gambar sejauh j buah sel dan
berhenti. Sel- sel dimana gerakan berhenti adalah sel-sel yang mempunyai frekuensi yang
sama dengan frekuensi kanal radio di sel A.
Gbr.4.3 Susunan sel
Hubungan jari-jari sel, jarak penggunaan ulang frekuensi dan pola penggunaan
ulang frekuensi adalah :
K D 3 R 4.4
D = frequency reuse distance
R = jari-jari sel
K = Banyak sel pada satu kluster sel (frequncy reuse distance, frequency reuse factor)

26
Dari persaman 4.4 terlihat bahwa bila K besar, maka D akan besar untuk R tertentu.
K besar berarti bahwa kanal radio persel akan kecil yang selanjutnya akan menurunkan
efisiensi trunking, sedangkan D besar berarti akan mengurangi interferensi antar sel yang
mempunyai frekuensi kanal yang sama atau cochannel inteference. Jadi pemilihan harga K
harus mempertimbangkan efisiensi trunking dan cochannel interference.
Contoh soal 4.1
Sebuah area pelayanan GSM menggunakan band frekuensi 890-895 MHZ untuk uplink
dan 935-940 MHZ. a. Hitung total kanal radio pada area pelayanan tersebut bila jumlah sel
adalah 1. b. Jumlah sel 9 dan frequncy reuse factor c. Bila jari-jari sel pada b diperkecil
menjadi setengah.
4.1.2. Efisiensi spektrum dan trunking
Seperti disebutkan sebelumnya, tujuan penggunaan ulang frekuensi adalah untuk
meningkatkan efisiensi spektrum. Ada dua cara mendefenisikan spektrum efisiensi yaitu
menghitung banyaknya kanal per herz per kilometer kwadrat dan dengan menghitung
volume traffik yang dapat dilayani per herz per kilometer kwadrat. Secara matematis
adalah :

2
. . . R K M BW
A

4.5

2
.. R MK BW
totalkanal

4.6
dimana :

efisiensi spektrum ( Erlang per hertz per kilometer kwadrat)
A volume trafik yang dapat dilayani (Erlang)
BW bandwith (hertz)
M jumlah kluster sel
K jumlah sel per kluster sel
R jari-jari sel (km)
Dari kedua defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk luas area pelayanan
tertentu dan lebar spektrum tertentu, semakin kecil jari-jari sel efisiensi spektrum makin
tinggi..
Efisiensi trunking didefenisikan sebagai banyaknya panggilan yang dapat dilayani
per jam per sel. Secara matematis efisiensi trunking adalah :

h
A
Q
. 60

panggilan per jam per sel 4.7


dimana : Q = efisiensi trunking (panggilan per jam per sel)
A = volume trafik yang dapat dilayani (carried traffic), (Erlang per jam per sel)
h = durasi panggilan rata-rata (menit)
Semakin lebar spektrum yang tersedia dan semakin kecil lebar pita frekunesi kanal
radio semakin tinggi efisiensi trunking. .
Contoh 4.2
Hitung efiseiensi spektrum pada 4.1.b. bila jari-jari sel 35 Km dan GOS 2%. Ulangi untuk
4.1.c.
Contoh 4.3
27
Hitung efisiensi trunking sebuah sel bila carried traffic sel itu adalah 10 E dan durasi
panggilan rata-rata 1,76 menit.
4.1.3 Kategori sel
Berdasarkan ukurannya, sel dapat dikategorikan menjadi makrosel, mikrosel dan
pikosel. Makrosel adalah sel yang berjari-jari 2 40 km. Makrosel ini digunakan pada area
pelayanan yang populasinya jarang, misalnya daerah pedesaan. Untuk sel in, daya pancar
BS dan MS harus tinggi sehingga umur baterei pada MS menjadi pendek. Pada makrosel
handoff, akan dijelaskan pada sub bab berikunya, jarang terjadi karena durasi percakapan
lebih kecil dari lamanya MS berada pada sebah sel. Dengan demikian probabilitas
pemutusan sambungan secara paksa (call dropped rate) karena kegagalan handoff menjadi
rendah.
Mikrosel adalah sel dengan jari-jari 200 m 2 km dirancang pada area pelayanan
yang kerapatan populasinya agak tinggi. Daya pancar pada BS dan MS lebih kecil
sehingga memperpanjang umur baterei pada MS. Handoff agak sering terjadi karena durasi
sebuah percakapan lebih besar dibandingkan dengan lamanya sebuah MS pada sebah sel.
Probabilitas pemutusan sambungan secara paksa bisa agak tinggi bila perencanaan sistem
kurang baik atau karena banyak kanal yang tersedia tidak memadai.
Pikosel berjari-jari lebih kecil dari 200 m dan terdapat pada area pelayanan yang
kerapatan populasinya tinggi. Pada pikosel, daya pancar BS maupun MS sangat kecil
sehingga umur baterei pada MS jauh lebih lama, tetapi handoff lebih sering terjadi. Bila
jumlah kanal yang ersedia tidak memadai atau perencanaan sistem tidak optimum,
probabilitas kegagalan hadoff akan besar dan pemutusan sambungan secara paksa akan
tinggi.
3.2. Strategi Penetapan Kanal Radio
Pada jaringan telepon selluler begerak, spektrum frekuensi BW Hz yang tesedia
dibagi menjadi kanal-kanal radio dengan jarak kanal yang satu dengan lainnya adalah c
B

Hz. Banyak kanal radio yang tersedia adalah :

c
B
B
N
4.8
Kemudian kanal-kanal ini dibagi pada satu sel kluster kemudan diulangi lagi pada
sel-sel kluster lainnya. Banyaknya kanal pada satu sel disesuaikan dengan volume
lalulintas telekomunikasi (teletraffik) pada sel tesebut. Secara umum, pembagian kanal
harus ditujukan pada pencapaian grade of service (GOS) yang ditetapkan.
Selain banyaknya kanal per sel, hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam
penetapan kanal radio pada setiap sel adalah strategi penetapan kanal. Strategi penetapan
kanal ini dapat mengurangi blocking probability pada sebuah sel yang pada akhirnya
meningkatkan GOS. Ada dua strategi penetapan kanal yaitu penetapan kanal tetap (fixed
channel assignment) dan penetapan kanal dinamis (dynamic channel assignment)
Pada penetapan kanal tetap, jumlah kanal yang dialokasikan pada setiap kanal
sudah tertentu. Dengan demikian jumlah transceiver yang sama dengan jumlah kanal pada
setiap BS adalah tetap. Bila karena satu hal, volume lalulintas telekomunikasi meningkat
secara drastis, maka blocking probability juga akan naik secara drastis. Tetapi bila volume
lalulintas telekomunikasi turun pada sebuah sel, maka kemungkinan banyak dari kanal
28
radio yang menganggur (idle). Penetapan tetap ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan
strategi peminjaman kanal (channel borrowing). Bila volume traffik pada satu sel
meningkat melibihi kapasitas kanal yang tersedia pada sel teresebut, maka sel tersebut bisa
menggunakan kanal yang sebelumnya dialokaskan pada sel tetangganya. Ini bisa menjaga
agar blocking probability tidak naik secara drastis.
Pada penetapan kanal dinamis, jumlah kanal yang dialokasikan pada setiap sel
jumlahnya tidak tetap bisa berobah tergantung pada volume lalulintas komunikasi pada
setiap sel. Caranya adalah memasang transceiver dengan jumlah maksimum pada setiap
sel.. Bila volume lalulintas telekomunikasi naik jumlah trnsceiver yang diaktifkan naik
arttinya jumlah kanal pada sel tersebut naik. Dengan demikian blocking probability tidak
naik secara drastis.
4.3. Interferensi
Pada jaringan telepon selluler bergerak ada 3 interferensi yang mungkin terjadi
yaitu cochannel interference, adjacent interference, intermodulation interference dan near-
end-to-far-end ratio interference. Interferferensi ini akan memperkecil
N
S
pada output
recever analog dan mempertingi bit error rate pada output receiver digital.
4.3.1. Cochanel interference
Cochannel interfernce adalah interferensi antara sel- sel yang menggunakan
frekuensi kanal yang sama (cocell), jadi adalah konsekuensi dari penggunaan ulang
frekuensi. Interferensi ini dialami oleh receiver pada BS yang menerima signal radio
transmitter MS dari cocel mupun receiver pada MS yang menerima signal radio dari
tansmitter BS dari cocell.
Perbandingan signal terhadap interferensi pada receiver BS maupun MS adalah:

M
i
i
I
C
I
C
1
4.9
dimana : C = level signal yang diinginkan.
I = level signal interferensi
M = banyaknya sel penginterferensi
Banyaknya sel penginterferensi M tentunya tergantung pada banyaknya cocell pada
sebuah area pelayanan jaringan telepon selluler begerak. Perhatikan gambar 4.3, level
interferensi I yang efektif adalah dari cocel ring pertama yang berjarak D, sedangkan dari
cocel dari ring kedua, ketiga dst yang berjarak 2D, 3D dst dapat diabaikan, dan jumlah
cocel pada ring pertama adalah 6.
Besarnya daya yang diinginkan C akan tergantung pada jarak antara BS dan MS
pada sel terinterferensi dan level daya inteferensi I tergantung pada jarak antara MS pada
sel ternterferensi dengan BS sel-sel penginteferensi. Misalkan jarak antara BS dan MS
pada sel terinterferensi adalah C
L
dan jarak antara MS pada sel terinterferensi dengan BS
29
sel penginterferensi adalah Ii
L
, dan dengan mengunakan salah satu model prediksi
redaman propagasi, perbandingan carrier terhadap inteferensi adalah:

6
1 i
Ii
C
L
L
I
C

4.10
dimana :

= kemiringan redaman propagasi.


Gbr.4.4 Cochannel interference dari 6 sel
Misalkan jarak antara MS pada sel terinterferensi dengan semua BS dari sel-sel
penginterferensi adalah sama yaitu
I
L , maka persamaan 4.10 dapat ditulis menjadi;

I
C
L
L
I
C
6 6

A
4.11
30
dan
C
I
L
L
A
, CIRF (Cointerference Reduction Factor)
Pada jarak
R L
C

dan D L
I
, maka :

1
6
,
_

I
C
R
D
4.12
Untuk C/I = 18 dB seperti pada AMPS generasi pertama dan kemiringan redaman
propagasi
4
, maka persamaan 4-9 dapat ditulis menjadi :
( ) 41 , 4 1 , 63 6
4
1

R
D
4.13
Masukkan 4.11 ke 4.4 diperoleh K = 7. Ini berarti untuk jari-jari sel R, jarak penggunaan
ulang frekuensi D dan perbandingan level signal yang diinginkan terhadap interferensi 18
dB, maka pola penggunaan ulang frekuensi adalah 7.
Untuk jari-jari sel dan sensitivitas receiver tertentu, persamaan 4.13 dapat
digunakan untuk menentukan jarak penggunaan ulang frekuensi. Semakin besar nilai A
pada persamaan 4.11, semakin kecil cochannel interference. Selain memperbesar D,
cochannel interference dapat juga dikurangi dengan sektorisasi sel. Sektorisasi sel
dilakukan dengan cara menggunakan antena direksional pada cel site.
Contoh 4.4
Hitung carrier to interference ratio BS pada gambar 4.4 bila interference dari MS masing-
masing -121 dBm dan level carrier di BS adalah -100 dBm.
4.3.2. Adjacent channel interference
Adjacent channel interference adalah interferensi yang berasal dari kanal yang
berdekatan atau dari kanal yang berjarak beberapa kanal dari sebuah kanal. Interferensi ini
tejadi pada receiver MS maupun BS dan interferensi bisa berasal dari transmitter MS
maupun BS. Pada sistem Frequency Division Duplex (FDD) dimana band frekuensi untuk
pengiriman dan penerimaan berbeda, adjacent interference antara MS dengan MS maupun
BS dengan BS hampir tidak ada karena adanya pemisahan (isolasi) spektrum yang
lumayan besar di antara band frekuensi kirm da terima.
Adjacent channel interference terjadi karena ketidak sempurnaan filter. Perlu
diketahi bawa kanal radio bergerak dibentuk dengan membagi-bagi spektrum yang tersedia
menjadi gelombang carier dengan jarak tereentu, misalnya pada GSM jarak antara darrier
adalah 200 Khz. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan band pass filter. Bila
kemiringan respons frekuensi filter pada band transisi adalah

dB/dec dan jarak antara


frekuensi tengah (frekuensi carrier) ke ujung pass band-nya adalah
f
Hz, maka
redaman (isolasi) pada sebuah frekuensi yang berjarak x
f
Hz adalah :
Redaman (isolasi)
f
f
x

log
3 , 0

dB 4.14
dan bila bandwith filter adalah B Hz, maka pemisahan kanal adalah :
31
Pemisahan kanal
B
f f
x

4.15
Persamaan ini dapat digunakan untuk menetapkan kanal-kanal mana saja yang harus di
pakai pada sebuah sel.
Bila jarak geografis sumber yang diinginkan ke receiver adalah
1
d dan jarak
sumber penginerferensi ke receiver adalah
2
d , maka redaman karena jarak geografis
adalah :
Redaman
1
2
log 40
d
d

dB 4.16
Dengan menggunakan persamaan 4.14 dan 4.16 dan mengabungkan dengan cara
yang dikembangkan pada bagian 4.2.1, maka level interferensi dan
I
C
akibat adjacent
channel interference dapat dihitung.
Dari ketiga persamaan tersebut juga dapat dilihat bahwa adjacent channel
interference dapat dikurangi dengan cara mempertajam respons frekuensi filter dan dengan
memisahkan kanal-kanal berteangga pada sel-sel yang berjauhan. Interferferensi ini juga
dapat dikurangi dengan menggunakan sektorisasi sel.
Contoh 4.5
Pada sebuah jaringan GSm, hitung redaman yang dialami oleh signal tetangga
penginterferensi frekuensi 935,2 MHz(adjacent-channel interference) pada receiver MS
935,1 MHz yang berjarak 35 Km dari BS penginterferensi bila jarak MS ke BS yang
melayani MS tersebut (serving BS) adalah 10 Km dan kemiringan filter yang digunakann
adalah 40 dB/dec. Hitung juga pemisahan kanal.
4.3.3. Intermodulation interference
Intermodulasi terjadi karena proses yang tidak linier, misalnya pada penguat
daya rf di BS maupun di MS. Intermodulasi akan menghasilkan signal output yang
ferkuensinya adalah kelipatan bulat dari frekuensi signal input atau penjumlahan dan
penguangan frekuensi dari signal-signal inputnya. Frekuensi-frekuensi signal output ini
bila berada pada pass band filter kanal-kanl radio bergerak akan menjadi signal interferensi
pada kanal-kanal tersebut.
4.3.4. Near-end to far-end inteference
Karena mobilitas MS, beberapa MS bisa lebih dekat ke BS dibandingkan dengan
MS yang lain pada area cakupan sebuah sel.. Daya signal yang diterina oleh BS akan lebih
kuat dari MS yang lebih dekat dan lebih lemah dari MS yang lebih jauh. Signal yang lebh
kuat akan mengaburkan (masking) signal yang lebih lemah. Akibatnya adalah error
detection pada signal yang lebih lemah.
Ukuran masking oleh signal yang lebih kuat terhadap signal yang lebih rendah
dinyatakan dengan near-end-to-far-end ratio yang besarnya adalah:
Near-end-to-far-end ratio =
1
2
2
1
d
d
P
P

4.17
dimana :
1
d jarak MS yang lebih dekat terhadap BS.

2
d jarak MS yang lebih jauh terhadap BS.
32
Interferensi ini dapat dikurangi dengan pemisahan kanal seperti dikembangkan
pada 3.2.2 dan cara lain adalah dengan menggunakan power control.
4.4. Handoff
Salah satu kelebihan jaringan telepon selluler bergerak dibandingkan dengan
jaringan telepon bergerak konvensional di era 70an adalah kemampuan handoffnya. Pada
jaringan telepon bergerak konvensional, bila seorang pemakai bergerak keluar dar area
cakupan BSnya saat pembicaraan masih berlangsung, maka pembicaraan akan terputus
(force terminated). Bila dia ingin meneruskan pembicaraan dia arus mendial kembali pada
area cakupan BS yang baru dimana dia berada.
Handoff atau handover adalah proses pergantian kanal pembicaraan telepon, tanpa
memutus sambungan telepon Perpindahan kanal ini harus dilakukan bila level daya yang
diterima pada kanal yang sedang dipakai semakin lemah atau bila kualitas kanal yang
sedang dipakai memburuk dan berdasarkan kedua hal tersebut, ada dua jenis handoff yaitu
berdasarkan kuat signal yang diterima dan berdasarkan besarnya C/I.
Pada handoff yang berdasarkan kuat signal yang diterima, location receiver pada
sebuah BS mengukur kuat signal pada semua receiver di BS tersebut. Kuat signal yang
diukur ini termasuk interferensi yang namanya disebut received signal strength (RSS)
yang besarnya adalah :
I C RSS + 3.17
dimana : C = level signal yang diinginkan.
I = level signal interferensi
Selama RSS diatas level threshold apakah itu karena C tinggi atau karena I tinggi maka
handoff tidak terjadi. Bila karena C tinggi, maka handoff benar tidak perlu terjadi. Tetapi
bila karena I tinggi RSS berada diatas threshold akan mengakibatkan C/I rendah dan
sebenarnya kualitas kanal sudah buruk, mestinya handoff terjadi. Kalau level RSS jatuh
dibawah threshold karena C turun atau I turun, maka handoff akan terjadi. Tetapi bila C
tetap, I turun sebenarnya kualitas kanal atau signal masih baik dan tidak perlu terjadi
handoff. Inilah kelemahan dari jenis handoff ini, handoff bisa terjadi walapun tidak
dibutuhkan pada hal proses hadoff sangat membebani jaringan. Juga handoff bisa gagal
bila tidak ada kanal yang tersedia pada sel yang baru dimasuki dan ini bisa menyebabkan
pemutusan hubungan telepon yang tidak diinginkan (forced termination).
Pada jenis hadoff yang kedua, handoff terjadi bila C/I dibawah threshold. C/I bisa
turun dibawah threshold bila level signal C turun karena MS menjauh dari BS, misalnya
berpindah dari satu sel ke sel terdekatnya. Bila I naik dan C tetap atau turun, C/I juga akan
turun dan handoff akan terjadi. Jadi pada jeenis handoff ini,
3.4.1 Strategi handoff
Handoff adalah salah satu proses yang sangat penting pada jaringan telepon selluler
bergerak. Semakin kecil jari-jari sel seperti mikrosel dan pikosel, maka akan semakin
sering terjadi handoff dan sangat membebani jaringan. Semakin sering terjadi handoff,
maka probabilitas gagal handoff semakin besar. Kegagalan handoff harus diminimalkan
karena memaksa putus sambungan atau pebicaraan telepon dan sangat mengganggu
33
pemakai. Ada beberapa strategi yang dapat dipraktekkan untuk mengurangi kegagalan
handoff yaitu delaying handoff, queuing hadoff dan prioritizing handoff.
3.4.1.1. Delaying handoff
Maksud dari handoff yang ditunda adalah memberi peluang yang lebih besar untuk
handoff berhasil bila belum ada kanal yang tersedia atau mengurangi beban jaringan bila
MS kebetulan berada pada sebuah hole. Hole adalah sebuah area kecil pada area cakupan
sebuah sel dimana signal sangat lemah.
Pada handaoff ini, ada dua level handoff yaitu level hadoff yang lebih tinggi dan
rendah. Bila signal yang diukur oleh indikator kuat signal terima (Received Signal-
Strength Indicator atau RSSI) pada BS berada dibawah level handoff yang lebih tinggi,
signal permintaan handoff dibangkitkan. Bila belum ada kanal yang tersedia untuk
menampung pangalihan sambungan atau ada kanal yang tersedia tetapi signal pada kanal
ini tidak lebih kuat dari signal pada kanal yang sedang dipakai, maka handoff akan ditunda
dan pembangkitan signal handoff diulangi setiap perioda waktu tertentu. Sesudah level
signal berada pada level handoff yang lebih rendah dan kanal yang menampung tetap
belum tesedia atau tersedia tetapi level signal pada kanal ini tidak lebih tinggi dari sinal
pada kanal yang dipakai sekarang, maka sambungan telepon akan tetap pada kanal yang
dipakai sekarang sampai signal jatuh dibawah threshold dan kemudian sambungan terputus
(call dropped).
3.4.1.2. Queuing handoff
Pada handoff ini, permintaan akan handoff akan diantri bila belum ada kanal yang
tersedia atau bila level signal pada kanal yag akan menampung pengalihan sambungan
tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kanal yang sedang dipakai. Ini akan memperbesar
peluang handoff akan berhasil karena masih ada tenggang waktu untuk tersedianya kanal
atau signal lebih baik.
3.4.1.3. Prioritizing handoff
Pada handoff ini, panggilan-panggilan yang membutuhkan handoff lebih
diprioritaskan dibandingkan dengan panggilan-panggilan yang dibangkitkan oleh MS
(originating call). Caranya adalah dengan mengalokasikan beberapa kanal pada setiap sel
secacara ekslusif untuk panggilan handoff. Ini akan memperbesar peluang handoff
berhasil.
3.4.2. Intracell, intercell dan intersystem handoff
Intracell handoff adalah handoff yang terjadi pada sebuah sel. Pergantian kanal
pada sebuah sel terjadi karena kualitas kanal pada sel tersebut bisa saja tidak sama karena
adanya selective fading atau interferensi.
Intercell handoff adala handoff diantara dua sel yang bertetangga. Bila sebuah
pembicaraan telepon belum berakhir pada sel dimana pembicaraan itu dimulai sementara
MS bergerak ke sel tetangganya, maka pembicaraan tadi harus dialihkan ke kanal yang ada
pada sel yang baru dimasuki oleh MS.
34
Intersystem handoff adalah handoff yang terjadi antara dua sistem komunikasi
selluler bergerak yang berbeda. Karena perkembangan teknologi dan pertumbuhan
jaringan, sebuah area pelayanan jaringan telepon selluler bergerak bisa menggunakan dua
sistem yang berbeda. Bila sebuah MS memulai percakapan telepon pada area perbatasan
layanan dua sistem yang berbeda ini, maka intersystem handoff mungkin terjadi.
3.5. Struktur Jaringan Telepon Selluler Bergerak
Jaringan telepon selluler bergerak yang menyediakan layanan telekomunikasi bagi
umum disebut Public Land Mobile Network (PLMN) dan strukturnya diperlihatkan oleh
gambar 3.4.
Jaringan telepon selluler bergerak ini terdiri dari Switching Sub System (SS), Base
Station Sub System (BSS), Operation & Maintenance Centre (OMC) dan Mobile Station
(MS).
Switchhing Sub System berfungsi sebagai pusat penyambungan dan terdiri dari
Mobile Switching Center (MSC), Home Location Register (HLR) , Visitor Location
Register (VLR), Equipment Identity Register (EIR), Authentication Center (Auc).
Pada sebuah area pelayanan jaringan telepon selluler bergerak, jumlah MSC bisa
lebih dari satu, tergantung dari banyaknya pelanggan dan kapasitas sebuah MSC. Fungsi
MSC sama dengan fungsi sentral telepon pada jaringan PSTN yaitu menentukan rute
panggilan, membangun dan membubarkan lintasan pembicaraan dan mencatat biaya
pembicaraan.
HLR biasanya hanya ada satu pada sebuah area pelayanan jaringan telepon selluler
bergerak dan selalu terkait dengan sebuah home MSC pada area tersebut . HLR adalah
sebuah data base yang menympan secara permanen informasi mengenai pelanggan.
Informasi menegenai pelangan termasuk identitasnya dan kategori layanan yang
didapatkan
VLR selalu terkait dengan sebuah MSC. VLR ini juga adalah sebuah data base
yang menyimpan informasi semua MS yang aktif pada area pelayanan sebuah MSC
dimana VLR tersebut dihubungkan. Pada VLR inilah sebuah MS mencatatkan
(registration) area lokasi keberadaannya. Dengan demikian bila ada panggilan ke sebuah
MS, sebuah pesan panggilan (paging message) ke MS tersebut tidak perlu disiarkan ke
semua area lokasi, tetapi hanya ke area lokasi dimana MS berada. Ini akan mengefisienkan
penggunaan signal.
EIR hanya ada satu pada sebuah area pelayanan jaringan telepon bergerak dan
terkait dengan home MSC. EIR adalah sebuah data base yang menyimpan nomor identitas
dari MS atau mobile identity number (MIN). MIN ini adalah nomor yang berfungsi
sebagai nomor registerasi sebuak MS dan diberikan oleh operator jaringan. Dengan
demikian, hanya MS yang mempunyai tanda registrasi yang dapat mengakses jaringan dan
MS yang sudah mempunyai tanda registrasi bisa diblokir bila ada permintaan dari pemilik.,
misanya karena hilang.
Auc terkait dengan HLR. Auc berfungsi melakukan proses autentikasi pelanggan
yang akan menggunakan jaringan.
BSS terdiri dari Base Station Controller (BSS) dan Base Station (BS). BSC
berfungsi mengontrol kerja dari beberapa buah BS. BS berfungsi sebagai perangkat
35
antarmuka udara (air interface) jaringan. Pada BS inilah kanal-kanal radio
diimplementasikan yaitu berupa trenceiver radio. Transmitter digunakan oleh jaringan
untuk mengirim signal kontrol (signalling) dan signal suara (speech signal) ke MS dan
receiver digunakan untuk menerima signal dan suara dari MS.
OMC hanya ada satu pada sebuah PLMN dan berfungsi untuk mengelola operasi
jaringan (network management) yang meliputi pengelolaan kesalahan (fault management),
mengelola ruting panggilan (routing management), pengelolaan interferensi (interference
manegement), pemeliharaan (maintenance) dan administrasi pelanggan dan penghasilan
(subscriber and income administration.
MS befungsi sebagai perangkat antarmuka antara user dan jaringan. Melalui MS
inilah user mengakses jaringan serta mengirim dan menerima media informasi (suara, teks
dan data). Agar pelanggan PLMN dapat berkomunikasi dengan pelanggan PSTN, PLMN
dihubungkan ke PSTN melalui transit switching center (TSC).
36
Gbr.3.5 Jaringan telepon selluler begerak
3.5.1 Jenis kanal
Dilihat dari fungsinya, kanal radio jaringan telepon selluler bergerak dibagi
menjadi kanal suara atau traffic channel (TCH) dan kanal kontrol atau control channel
(CCH). TCH berfungsi membawa suara pemakai sedangkan CCH berfungsi membawa
informasi kontrol.
Dilihat dari arah transmissinya, kanal tersebut dikelompokkan menjadi forward
channel atau downlink channel dan reverse channel atau uplink channel . Forward channel
adalah kanal radio yang ditransmisikan dari BS ke MS sedangkan reverse channel adalah
kanal radio yang ditransmisikan dari MS ke BS.
3.5.2 Pemrosesan panggilan
Pemrosesan panggilan dari MS atau ke MS sepenuhnya dikendalikan oleh MSC
termasuk pengalokasian kanal dan routing..
3.5.2.1 Panggilan Dari MS ke pelanggan PSTN
Sebuah MS yang aktif pada sebuah area lokasi, akan memonitor forward control
channel dan mengunci (lock) ke salah satu kanal kontrol yang paling kuat dan melakukan
registasi. Dengan registrasi ini identitas dan posisi MS akan tecatat pada VLR.
Bila seorang pelanggan MS akan menelepon ke seorang pelanggan PSTN, dia akan
mendial nomor pelanggan PSTN dan MS akan mengirim nomor tersebut, identitas
pemanggil (MIN dan nomor pelanggan) ke BS melalui reverse contol channel.
BS menerima informasi ini dan meneruskannya ke MSC melalui BSC. MSC
melakukan verifikasi identitas MS dan pelanggan melalui autentikasi di Auc, untuk
mengetahui apakah pelanggan ini berhak medapatkan pelayanan dan layanan apa yang
akan diinginkan, menganalisis nomor yang dipanggil untuk menentukan rute panggilan
dalam hal ini ke trunk PSTN dan bila rute tersedia, mengalokasikan sebuah TCH.
Kemudian MSC mengirim signal penetapan dan identitas Tch tersebut ke BS melalui BSC.
Sesudah menerima penetapan dan identitas TCH, BS mengaktifkan transmitter
yang terkait dengan TCH tersebut dan mengirim supervisory audio tone (SAT) melalui
TCH tersebut ke BS dan pada saat yang sama mengirim signal ke BS melalui forward
control channel yang membawa informasi mengenai frekuensi dan SAT dari TCH yang
akan digunakan MS, serta identitas dari MS pemanggil.
37
MS menerima informasi tersebut dan menala synthesizernya sesuai dengan
frekuensi TCH yang diterimanya dan memonitor SAT yang telah ditentukan dan dikirim
oleh BS. Sesudah menerima SAT, MS mengaktifkan transmitternya dan mengirim SAT ke
BS.
BS mendeteksi pengiriman SAT oleh BS dan mengirim signal ke MSC melalui
BSC yang membawa informasi bahwa MS sudah mendaptkan kanal radio (TCH). Sesudah
menerima signal ini, MSC menghubungkan trunk PSTN ke trunk Tch dan sentral lokal
PSTN mengirim nada panggil ke pesawat PSTN. Bila diterima, pembicaraan bisa
dilakukan oleh pelanggan.
3.6 Teknik Akses
Spektrum radio sudah menjadi sumber daya yang langka (scarce) dan oleh karena
itu harus digunakan secara efisien. Salah satu cara mengefisienkan penggunaan spetrum
radio adalah melalui teknik akses. Ada dua bagian teknik akses yang dapat digunakan yaitu
random acccess dan multiple access. Random access adalah penggunaan secara bersama-
sama bandwith (bandwith sharing) yang tersedia dengan cara pengalokasian kanal secara
acak (random channel allocation) dan biasanya digunakan utuk data. Multiple access
adalah penggunaan secara bersama-sama bandwith yang tersedia melalui pengalokasian
kanal secara tetap (dedicated channel allocation) selama sambungan dan digunakan untuk
suara maupun video seperti pada jaringan telepon selluler begerak.
Multiple access yang digunakan pada jaringan telepon selluler bergerak adalah
Frequency Division Multiple Access (FDMA), Time Division Multiple Access (TDMA),
Code Division Multiple Access (CDMA) dan Packet Reservation Multiple Access
(PRMA).
Efisiensi sebuah teknik multiple access dinyatakan dengan kapasitas radio yaitu
banyaknya kanal radio per sel.
3.6.1 FDMA
Pada FDMA, spektrum yang tesedia dibagi menjadi kanal kanal radio dengan
bandwith tertentu. Kanal-kanal radio ini adalah gelombang pembawa (carirer) dengan jarak
tertentu. Bila sebuah MS mengakses jaringan, MSC mengalokasikan satu dari kanal radio
yang tersedia pada BS selama panggilan berlangsung. Sesudah panggilan selesai, tersebut
bebas kembali untuk dipakai oleh MS lain. Kapasitas radio FDMA adalah :

( )
I
C
M
K
B
BW
m
c
3
2

kanal per sel 3.18
dimana :
m
kapasitas radio
BW = bandwith yang tesedia

c
B
bandwith kanal radio
M total kanal

I
C
perbandingan carrier ke interferensi minimum yang diperlukan
38
FDMA dapat digunakan untuk sistem analog maupun digital dan operasi duplex
hanya dapat menggunakan Frequency Division Duplex (FDD).
3.6.2 TDMA
Pada TDMA, spektrum radio dengan bandwith B dibagi menjadi kanal-kanal
radio atau carrier yang bandwithnya adalah c
B
. Satu kanal radio atau carrier dapat
digunakan oleh lebih dari satu pemakai berdasarkan pembagian slot waktu (time slot).
Selama satu slot waktu, satu MS menggunakan kanal radio, kemudian oleh MS MS
lainnya dan kembali lagi ke MS yang pertama secara periodik selama satu sambungan
telepon.. Jadi, komunkasi radio antara satu MS dan BS terjadi melalui pengiriman dan
penerimaan gelombang carrier yang terputus-putus yang disebut burst. Bila sambungan
sudah dibubarkan slot waktu yang digunakan tadi bisa digunakn lagi oleh MS lain
Kapasitas radio TDMA adalah :


( )
I
C
MN
m
3
2

, kanal per sel 3.19


dimana : N = banyak slot waktu per carrier.
TDMA hanya bisa digunakan untuk sistem digital dan operasi duplex bisa
menggunakan FDD maupun TDD (Time Division Duplex).
3.6.3 CDMA
Pada CDMA, satu kanal radio digunakan oleh semua MS dan yang membedakan
satu MS dari MS lainnya adalah kode. Setiap MS yang mendapat akses ke jaringan diberi
sebuah kode yang khas. Berdasarkan kode inilah receiver bisa mendeteksi informasi yang
ditujukan kepadanya dari sekian banyak signal yang diterima.Dasar dari CDMA adalah
teknik spreading yaitu spectrum spreading (spread spectrum) dan time spreading (spread
time).
3.6.3.1 Spread time
Time spreading adalah pelebaran waktu pengiriman informasi. Sebuah informasi
dengan kecepatan kirim (data rate) R yang membutuhkan waktu kirim T diperbesar
waktu kirimnya menjadi
s
T
dengan kecepatan kirim
s
R
. Informasi dikirim secara burst
mengikuti sebuah pola pergantian waktu (time hopping). Interval waktu di antara
pengiriman burst dapat berubah, tetapi kecepatan kirim data waktu spreading s
R
selalu
lebih kecil dari kecepatan data aslinya. Bila N adalah banyak burst yang dikirim selama
T , maka :

R
T
t
R
T
T
R
N
n
s
s

,
_


,
_

1
1
3.20
3.6.3.2 Spread spectrum
39
Spread spectrum adalah pelebaran bandwith pengiriman informasi dan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu frequency hopping (FH) dan direct sequence (DS).
3.6.3.2.1 Frequency hopping
Pada metode FH, receiver dilengkapi dengan N buah kanal frekuensi untuk
sebuah hubungan telepon yang digunakan secara bergantian (hopping) mengikuti sebuah
pola yang sudah ditetapkan sebelumnya. Bila bandwith sebuah kanal adalah c
B
Hz maka
bandwith FH adalah
c ss
NB B
Hz 3.21
dan ukuran pelebaran spektrum FH dinyatakan dengan processing gain PG yaitu :

N PG log 10
dB 3.22
Total frekuensi hopping pada FH disebut chips dan hopping dapat dilakukan
secara cepat (fast hopping) , menggunakan dua atau lebih frekuensi secara bergantian
untuk pengiriman satu simbol, atau lambat (slow hopping), mengirim dua atu lebih simbol
untuk setiap frekuensi kirim. Secara umum, kecepatan pengiriman informasi sama dengan
kecepatan pengiriman simbol (symbol rate).
3.6.3.2.2 Direct sequence
Pada metode DS, setiap bit informasi disimbolkan lagi oleh sebuah kode yang
terdiri dari banyak bit yang disebut juga chips. Dengan demikian bandwith kirim menjadi
lebih besar. Bila bandwith informasi adalah B Hz dan bandwith sesudah disimbolkan
oleh kode menjadi ss
B
maka processing gain adalah :

B
B
PG
ss
log 10 dB 3.23
Sistem komunikasi DS diperlihatkan oleh gambar 3.5. Informasi
( ) t x
yang akan
ditransmissikan dengan kecepatan R dikalikan (spreading) dengan kode spreading
( ) t G

sehingga didapatkan signal spreading :

( ) ( ) t x t G S
s

3.24


( ) t X

( ) T t X

40

( ) t G

( ) t
c
cos

( ) T t G


( ) ( ) T t
c
cos

Gbr.3.6 Sistem komunikasi DS.
Kemudian signal ini ditumpangkan ke gelombang pembawa melalui modulator
BPSK yang menghasilkan signal kirim :

( ) ( ) ( ) t f t x t G t S
c t
2 cos
3.25
Di penerima terjadi despreading . Signal yang diterima dengan waktu tunda T adalah :

( ) ( ) ( ) ( ) T t f T t x T t G T t S
c r
2 cos
3.26
Signal ini dilewatkan melalui demodulator BPSK untuk mendapatkan kembali signal
spreading dengan waktu tunda T yaitu:


( ) ( ) ( ) t f S T t x T t G T t S
c r s
2 cos
3.27
Signal spreading ini dilewatkan (despreading) melalui sebuah correlator receiver dengan
estimasi waktu tunda T T

, sehingga signal informasi dengan waktu tunda T diperoleh


kembali yaitu :
( ) ( ) ( ) ( ) T t G T t x T t G T t x

3.28

3.6.3.3 Kapasitas CDMA
Secara teoritis kapasitas DS CDMA tergantung pada banyaknya kode spreading
yang bisa dibangkitkan dari pembangkit kode, tetapi secara praktis dibatasi oleh
interferensi. Pada sistem digital termasuk CDMA,
I
C
sangat terkait erat dengan
o
b
I
E

yaitu:

1
]
1

,
_

c
b
o
b
B
R
I
E
I
C
b
c
o
b
R
B
I
E

3.29
dimana :

b
E
energi per bit

0
I
interferensi per hertz

b
R
kecepatan data bit per detik

c
B
bandwith kanal radio dalam hertz.
Bila jumlah kode dalam sebuah sel adalah N buah, maka setiap kode dalam satu
kanal radio akan diinterferensi oleh N- 1 buah kode dari sel yang sama ditambah
interferensi dari kode-kode lain pada sel yang bebeda. Akibatnya level interferensi selalu
41
lebih tinggi dari level signal dan
I
C
lebih kecil dari 1.
I
C
yang diperlukan dapat
dihitung menggunakan persamaan 3-29 dengan mengetahui terlebih dahulu kecepatan bit,
bandwith kanal dan perbandingan energi per bit terhadap interferensi per hertz.
Sebagai contoh, perhatikan gambar 3.6 dimana sebuah MS diinterferensi oleh N-1
kode dari sel dimana MS berada ditambah interferensi oleh 2N buah kode dari 2 sel
tetangga yang paling dekat ditambah intefeensi 3N kode dari sel yang jaraknya menengah
ditambah intereferensi oleh 6N kode dari 6 sel yang jauh.
Perhitungan
I
C
adalah sbb.
Level carrier
4
R C
Level interferensi dari sel dimana MS berada
1
I ( )
4
1

R N
Level interferensi dari 2 sel yang paling dekat
4
2
. 2 .

R N I
Level interferensi dari 3 sel jarak menengah ( )
4
3
2 3 .

R N I
Level interferensi dari 6 sel yang paling jauh ( )
4
4
633 . 2 6 .

R N I
Perbandingan carrier terhadap intereferensi ;

1 3123 , 3
1

N I
C
2.30
dimana :

konstanta propagassi.
R jari-jari sel.
N jumlah kode ( kanal trafik ) per sel.
Jadi dengan menggunakan persamaan (3.29) dan (3.30), untuk kecepatan bit, energi
per bit, interferensi per hertz dan bandwith tertentu, jumlah kanal traffik dapat dihitung dan
kapasitas radionya adalah N kanal trafik per sel. Sebagai contoh, untuk kecepatan bit

b
R
8 kb/s, perbandingan energi per bit terhadap interferensi per hertz 7
o
b
I
E
dB,
maka
15 032 , 0
I
C
dB dan kapasitas radio adalah 10 N .
42
Gbr.3.7
Interferensi pada CDMA
3.6.3.3.1 Pengendalian daya pada CDMA
Dari pembahasan sebelumnya, sudah diperlihatkan bahwa kapasitas radio CDMA
dibatasi oleh interefernesi yaitu semakin besar interferensi semakin kecil kapsitas radio.
Interferensi dapat dikurangi dengan menggunakan pengendalian daya setiap down link di
setiap sel. Sebagai contoh, bila interferensi dari sel terdekat, jarak menengah dan terjauh
dapat diabaikan karena level daya dikendalikan maka perbandingan carrier terhadap
interferensi adalah :


( ) 1
1
1
4
4

N R N
R
I
C
3.31
Untuk
032 , 0
I
C
, maka kapasitas radio 30 N .
3.6.4 PRMA
PRMA adalah kombinasi dari TDMA dan S-ALOHA. Pada PRMA suara di pecah
menjadi paket-paket. MS yang hendak mengirim paket harus memesan dulu slot waktu
yang bebas, bila berhasil ia dapat menggunakannya selama ada paket yang akan dikirim.
Bila pembicara diam, slot waktu yang dipakai sebelumnya dilepas dan dapat digunakan
oleh MS lain yang mempunyai paket untuk dikirim. Jadi disini tidak ada satu slot waktu
yang digunakan secara khusus oleh satu sambungan telepon atau dengan kata lain satu slot
43
waktu dapat digunakan lebih oleh satu orang selama sambungan telepon. Ini dapat
meningkatkan kapasitas radio secara drastis. PRMA ini sangat cocok digunakan pada
mikrosel dengan itensitas trafik yang sangat tinggi tetapi masih dalam tahap penelitian.
3.7 Teknik Operasi
Untuk mempertahankan kulitas pelayanan yang sudah ditetapkan saat perencanaan
atau untuk memenuhi pertumbuhan trafik atau tuntutan pelanggan, perlu diadakan
penyesuaian parameter atau penambahan sumber daya maupun penataan ulang
komponen-komponen jaringan.
3.7.1 Penyesuaian parameter sisstem
3.7.1.1 Memperluas area cakupan
Ada beberapa pendekatan yang digunakan pada BTS untuk memperluas area
cakupan yaitu:
1.Memperbesar daya transmissi. Secara umum bila daya tranmissi diperbesar maka area
cakupan akan semakin luas. Penambahan luas area cakupan dapat dihitung sbb. Misalkan
jari-jari sel awal adalah
1
r , maka daya terima adalah :


4
1 1

r P P
t r
3.32
Luas area cakupannya adalah
2
1 1
r A
Kemungkinan pertama daya transmissi tidak berubah tetapi daya terima bertambah karena
radius sel lebih kecil. Hubungan daya terima dan jari-jari sel awal dan baru adalah :

4
1
4
2
4
2
4
1
2
1
r
r
r
r
P
P
r
r

3.33
atau :
1
4
1
2
1
2
r
P
P
r
r
r

,
_

3.34
dan luas area cakupan yang baru adalah:

2
2 2
r A
Kemungkinan kedua adalah daya transmissi bertambah tetapi daya terima tetap artinya
jari-jari sel bertambah. Karena
2 1 r r
P P maka :


1
4
1
1
2
2
r
P
P
r
t
t

,
_

3.35
dan luas area cakupan yang baru adalah :

2
2 2
r A
44
Secara umum, hubungan antara jari-jari sel, daya transmissi dan daya terima dapat
ditulis sbb ;

1
4
1
1 2
2 1
2
r
P P
P P
r
t r
t r

,
_

3.36
Atau

2
1
1 2
2 1
2

,
_

t r
t r
P P
P P
A 3.37
2.Menambah tinggi antena BS. Pada area pelayanan yang rata, bila tinggi antena BS
dinaikkan menjadi dua kali lipat, didapatkan gain sebesar 6 dB. Bila area pelayanan tidak
rata, hukum 6 dB/oct tidak berlaku. Pelipatgandaan tinggi anten BS bisa menghasilkan
gain kurang atau lebih dari 6 dB/oct tergantung pada posisi BS dan tinggi antena efektif
harus digunakan.
3.Penggunaan antena penguatan tinggi pada BS. Penguatan dan directivity antena
mempengaruhi jarak propagasi radio. Untuk level daya transmissi tetap, semakin tinggi
penguatan antena semakin jauh jarak propagasi radionya.
4.Mempertinggi sensitivitas recever. Bila sensitivitas receiver tinggi, maka daya terima
bisa lebih rendah. Untuk daya transmissi tetap, semakin tinggi sensitivitas receiver
semaikin jauh posisi receviver untuk bisa menerima siganl artinya area cakupan makin
luas. Penambahan luas area cakupan dengan mempertinggi sensitivitas dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan 3-37. Contoh, bila 1 2 t t
P P
dan
1 2
25 , 0
r r
P P
(sensitivitas dinaikkan 6 dB) artinya level daya terima bisa 6 dB lebih rendah, maka luas
area cakupan yang baru adalah
1 2
2A A
5.Penggunaan receiver noise rendah Pada lingkungan yang dibatasi oleh noise (noise
limited environment) receiver noise rendah (low noise receiver) dapat menerima signal
pada posisi yang lebih jauh dibandingkan receiver noise tinggi untuk daya transmissi tetap.
6.Diversity. Diversity dapat mengurangi multipath fading. Bila fading berkurang, daya
terima bisa lebih tinggi artinya jarak propagasi makin jauh.
7.Pemilihan lokasi BS. Untuk tinggi antena dan daya transmissi BS tertentu, luas area
cakupan bisa lebih luas bila lokasi BS tepat. Secara umum agar area cakupan lebih luas,
lokasi yang lebih tinggi adalh pilihan bila tidak ada risiko interferensi. Ada kalanya perlu
mencakup sebuah area yang penting dalam sebuah area cakupan. Dalam hal seperti ini,
lokasi BS bisa dipindah.
8.Menggunakan repeater dan enhancer untuk memperluas area cakupan.
9.Merekayasa pola radiasi antena. Pola radiasi antena tertentu dapat digunakan untuk
mencakup sebuah area pelayanan yang diinginkan.
3.7.2 Mengurangi interferensi
Secara umum, perluasan area cakupan akan menyebabkan interferensi. Ada
beberapa cara praktis yang dapat digunakan untuk mengurangi iterefernsi sbb.
o Mengelola frekuensi sedemikian sehingga pemisahan diantara kanal radio yang
berdekatan harus menjamin tidak ada interferensi.
45
o Penetapan kanal radio pada sebuah sel atau sel bertetangga harus dilakukan
sedemikian sehingga interferensi cochannel maupun adjacent channel
minimum.
o Pengalokasian kanal bagi MS yang mengakses jaringan harus memperhatikan
kulitas kanal radio yang sedang idle karena tergantung pada situasi sebuah
kanal yang sedang idle bisa berisik (noisy), tidak berisik (noiseles) atau rentan
terhadap interferensi.
o Merancang pola radiasi sesuai dengan kebutuhan. Pada sebuah sel, arah
tertentu mungkin memerlukan signal yang lebih kuat dibandingkan arah
lainnya. Disini diperlukan perancangan pola radiasi antena yang sesuai dengan
kuat signal yang dibutuhkan pada setiap arah cakupan sebuah sel.
o Memiringkan (tilting) arah radiasi antena untuk mengarahkan enersi ke area
cakupan yang sempit.
o Mengurangi tinggi antena karena mengurangi interferensi lebih penting
dibandingkan memperluas area cakupan.
o Mengurangi daya pancar. Mengurangi daya pancar lebih efektif dan lebih
mudah dilakukan daripada mengurangi tinggi antena dalam mengurangi
interferensi.
o Memilih lokasi sel cite dengan menggunakan model prediksi redaman sehingga
interferensi dapat dihitung dan dikurangi.
3.7.3 Meningkatkan kapasitas trafik
Cara-cara berikut ini dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas trafik sebuah
jaringan telepon selluler bergerak.
o Memperkecil jari-jari sel sehingga efisisensi spektrum meningkat.
o Menambah kanal radio.. Bila penambahan kapasitas trafik diperlukan di setiap
sel, maka kanal radio harus ditambah pada setiap sel dan ini memerlkan
penambahan spektrum. Tetapi bila peningkatan trafik hanya dibutuhkan pada
sel-sel tertentu saja dan pada waktu teretentu saja, strategi channel borrowing
dapat diterapkan.
o Mengantri handoff. Dengan mengantri handoff, kanal yang tersedia dapat
digunakan dulu untuk melayani originating call dan probabilitas gagal handoff
bisa diperkecil.
3.8 Mengisi Hole
Hole adalah area- area kecil pada sebuah area pelayanan jaringan telepon selluler
bergerak dimana level signal sangat rendah. Hole bisa terjadi karean permukaan bumi yang
tidak rata atau perubahan lingkungan buatan manusia. Ada beberapa metode untuk mengisi
hole.
3.8.1 Enhancer ( repeater)
Enhancer digunakan mengisi hole yang berada pada area cakupan sebuah sel .
Enhancer berfungsi sebagai pemancar ulang (relay), menguatkan signal yang dipancarkan
oleh BS seperti yang diperlihatkan oleh gambar 3.7. Signal ditransmisikan dari BS forward
46
link dan diterima oleh antena enhancer yang lebih tinggi. Signal ini dikuatkan dan
diradiasikan lagi oleh antena enhancer yang lebih rendah pada forward link dan diterima
oleh MS yang berada disekitar enhancer. MS mengirim signal ke enhancer pada reverce
link dan diterima oleh antena enhancer yang lebih rendah dan dikuatkan. Signal ini
kemudian ditransmisikan pada reverse link oleh antena enhancer yang lebih tinggi dan
diterima oleh BS.
Gbr.3.8 Enhancer
3.8.2 Reflektor pasif
Reflektor pasif dapat digunakan untuk meradiasikan enersi ke arah tertentu untuk
mengisi hole. Reflektor dipasang pada medan jauh antena pengirim maupun penerima.
Pemisahan antara reflektor dan antena adalah :

T
A
d
2
1

1
2A
+ dan



R
A A
d
2 2
1
2
+ 3.38
dimana :
T
A ,
R
A aperture efektif antena pengirim dan penerima.

1
d ,
2
d = jarak reflektor dari an tena pengirim dan penerima.
= panjang gelombang.
Gambar 3.8 memperlihatkan penambahan redaman diatas redaman ruang hampa
sebagi akibat dari penggunaan reflektor.
47



Gbr.3.9 Efek
penggunaan
reflektor pada
redaman untuk d
1
/d
2
= 1
48

Anda mungkin juga menyukai