Anda di halaman 1dari 32

DIABETIKUM DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING PERIODE MEI S/D JUNI 2013

OLEH
Rizky Isnanda 110.2007.240

Laporan Kasus
BERKAS PASIEN

Identitas Pasien Nama :Tn. Kotot Jenis Kelamin :Laki-laki Usia :53 tahun Pekerjaan :Supir Taksi Pendidikan : S1 Agama : Kristen Alamat :Jl. Gading Raya D8/24

Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 7 Mei 2013 pukul 10.00 WIB 1. Keluhan Utama: Kontrol diabetes mellitus

2. Keluhan Tambahan: Luka pada jari kaki kiri


yang sukar sembuh

- Pasien menderita DM sejak 10 tahun yang lalu. - Sebulan yang lalu, muncul luka yang sukar sembuh di kaki kiri pasien - seminggu yang lalu, pasien merasa lemas dan sering kesemutan di kakinya

Pasien rutin minum obat, Pasien mengatakan obat yang sebelumnya diberikan oleh dokter yaitu glibenklamid dan metformin.Pasien mengatakan jika pasien lupa minum obat, istri pasien kadang mengingatkannya. Menurut pengakuan pasien,pasien dianjurkan oleh dokter untuk giat berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu, namun pasien tidak dapat mengerjakannya dengan alasan sibuk bekerja dan malas jika hanya berolahraga sendiri. Dokter juga memberitahukan agar pasien menjaga pola makan dengan baik dan dianjurkan untuk konsultasi ke bagian gizi

Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien menderita diabetes mellitus 10 tahun yang lalu Riwayat hipertensi disangkal Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus

Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien tinggal bersama istri. Kebutuhan pasien dan keluarga dicukupi dari profesi pasien sebagai supir taxi dengan penghasilan sebesar kurang lebih Rp. 1.000.000 1.500.000 /bulan dan profesi sang istri sebagai pengasuh dengan penghasilan sebesar kurang lebih Rp 1.500.000,-. Tn. Kotot bekerja mulai dari pukul 6:00 WIB hingga waktu yang tidak tentu, sedangkan Ny. Anida mulai bekerja dari pukul 08:00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.

Riwayat Kebiasaan: kebiasaan makan pasien dalam sehari adalah 4-5 x sehari. Mengkonsumsi makanan yang

Sebelum terdiagnosa diabetes mellitus, riwayat

mengandung kadar gula tinggi seperti minum


teh manis lima hingga tujuh kali sehari dan cita rasa makanan yang seri disajikan cenderung manis diakui oleh pasien. Pasien tidak

Keadaan Umum : Baik

2.

Vital sign

Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15 Tek. Darah : 113/70 mmHg Frek. Nadi : 80 x/menit Frek Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 36,6 C

3.

Status Generalis:

Kepala : Normocephal Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

Thoraks : Cor
Abdomen teraba Ekstremitas Superior :

: BJ I BJ II reguler, murmur (-), gallop (-)


: Datar, simetris, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak

Pulmo : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

: Sianosis (-/-)

Edema (-/-)

Inferior : Edema

(-/-)

Sianosis (-/-) 4. Status Lokalis : et regio plantar pedis sinistra, terdapat luka tak beraturan berbatas tegas, berukuran 3cm x 4cm,

Status neurologis: GCS : E4 M6 V5 = 15 Pupil di tengah bulat isokor, ukuran 3mm/3mm Anggota gerak atas Kekuatan : 5/5 Tonus :(+) / (+) Atrofi : (-) / (-) Refleks fisiologis Biceps :(+) / (+) Triceps : (+)/ (+)

Refleks Patologis Refleks Hoffman : (-) / (-) Refleks Trommer : (-) / (- )

Sensibilitas Taktil

: normal/normal

Refleks fisiologis Patella : (+) / (+) Achilles : (+) / (+)

Refleks Patologis Babinski : (-) / (-) Chaddock : (-) / (-) Gordon : (-) / (-) Oppenheim : (-) / (-) Sensibilitas Taktil Nyeri Suhu Diskriminasi 2 titik Getar

:/ :+/+ : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan gula darah kapiler tanggal 4 Oktober 2012 GDS :300mg/dL

BERKAS KELUARGA A. Profil Keluarga 1. Karakteristik Keluarga a. Identitas Kepala Keluarga: adalah pasien bernama Tn. Sahirin berusia 52 tahun b. Identitas Pasangan: istribernama Ny. Sariah berusia 49 tahun c.Struktur Komposisi Keluarga: Keluarga terdiri atas Tn. Sahirin sebagai kepala keluarga, Ny.Sariah sebagai istri (pasien), Tn. Rian sebagai anak pertama, An. Megasari sebagai anak kedua. Ny. Sariahi tinggal dengan suami dan kedua anaknya.Keluarga terdiri atas suami, istri (pasien), dan dua orang anak kandung pasien. Keluarga pasien termasuk keluarga yang sehat dalam arti setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain. Fungsi adaptasi (adaptation) baik, yaitu pasien merasa senang karena dukungan keluarga yang begitu besar untuk membuat pasien sembuh. Fungsi kemitraan (partnership) baik dimana setiap anggota keluarga berkomunikasi aktif untuk rembuk ataupun untuk mengambil suatu keputusan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pasien dengan anggota keluarga yang lain. Setiap anggota keluarga tidak sibuk dengan aktifitasnya masing. Fungsi pertumbuhan (growth) keluarga terbilang baik dimana tidak ada tekanan untuk menyuarakan pendapat. Setiap anggota keluarga juga dibebaskan memberi pendapat dan melakukan kegiatan yang disukainya.

Fungsi kasih sayang (Affection) dalam keluarga ini harmonis dimana hubungan suami dengan istri dan hubungan orang tua dengan anak anaknya terjalin saling menyayangi, sehingga perhatian tampak di antara anggota keluarga. Bila ada anggota keluarga yang sakit atau memiliki masalah, maka seluruh keluarga akan membahas dan mencari jalan keluar terbaik. Fungsi kebersamaan (resolve) terbilang baik dimana adanya kebersamaan dalam membagi waktu untuk keluarga serta ruang untuk bertukar pikiran juga menjadi salah satu hal yang membuat hubungan dalam keluarga ini harmonis. Dalam satu rumah, tiap anggota keluarga bertemu. Pemahaman keluarga sebagai wahana persemaian nilai nilai agama dan nilai nilai luhur budaya bangsa tercermin dalam kehidupan sehari hari dimana setiap anggota keluarga memeluk satu agama yang sama yaitu agama Islam dan termasuk taat dalam menjalankan ibadah. Budaya dalam keluarga sangat kental dengan adat Jawa yang merupakan suku asal dari pihak suami maupun istri. Logat Jawa yang khas serta bahasa Jawa masih sering digunakan saat bercengkrama oleh setiap anggota keluarga namun tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari hari.

No 1. 2.

Nama Tn. Kotot Ny. Anida

Keduduk an dalam Keluarga Kepala Keluarga Istri

Gender L P

Umur 53 th 44 th

Pendidik an S1 SMP

Pekerjaa n Supir Taksi Pengasuh

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup a. Lingkungan tempat tinggal Luas rumah: 4 x 4 m2 rumah yang kurang memenuhi kriteria rumah sehat, karena luas rumah tidak sesuai dengan jumlah penghuni tidur. Tidak tersedia air bersih dan jamban keluarga.

Keluarga Tn. Kotot dan Ny. Anida mempunyai

Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga: a. Sebutkan jenis tempat berobat :Puskesmas dan obat yang dijual diwarung sekitar rumah. b. Balita : (-) c. Asuransi/Jaminan kesehatan :(-)

Pasien jika sakit berobat ke Puskesmas. Karena biaya yang murah dan jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga dapat ditempuh dengan naik angkot atau naik sepeda motor menuju puskesmas. Dan pasien juga merasa cukup puas dengan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga a. Kebiasaan makan:

Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu


makanan yang biasa dihidangkan Ny.Anida terdiri dari nasi, sayur, dan lauk. Cita rasa daripada makanan yang

paling sering dihidangkan adalah manis, terutama kecap


manis. Hampir setiap makan harus didampingi dengan kecap manis dan kerupuk (bila ada). Sayur yang sering

dimasak cukup bervariasi antara lain sayuran hijau baik


direbus atau ditumis. Lauk yang dihidangkan bervariasi seperti ayam, telur, tahu maupun tempe. Sedangkan untuk buah-buahan jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Pola makan kluarga ini tiga kali sehari, terdiri dari sarapan pagi,

b. Menerapkan pola gizi seimbang: Dalam tiga bulan terakhir, Keluarga Ny.Sariah kurang memperhatikan pola gizi seimbang dari menu yang mereka konsumsi, misalnya penggunaan gula yang masih cukup tinggi dalam hidangan makanannya dan porsinya lebih banyak daripada buah dan sayur, konsumsi buah juga jarang sekali. Hal ini mungkin dikarenakan pengetahuan dan minat yang kurang mengenai pentingnya pola makan gizi seimbang terkait dengan penyakit yang diderita pasien.

Pola Dukungan Keluarga a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:

Fasilitas yang telah tersedia cukup memudahkan keluarga Tn. Kotot dan Ny. Anida
untuk melaksanakan pola hidup sehat dan membantu menyelesaikan masalah kesehatan Tn. Kotot (pasien). Kepemilikan sarana transportasi memudahkan pasien untuk menjangkau Puskesmas dan instansi pelayanan kesehatan terdekat. Ny. Anida selaku istri pasien, mendukung segala usaha untuk kesehatan pasien, mengingatkan akan pola makan pasien dan obat pasien.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga: Pola konsumsi keluarga Tn. Kotot kurang baik, dikarenakan Tn. Kotot masih sering mengkonsumsi makan makanan yang manis seperti teh manis. Terlepas dari penyakitnya, Tn. Kotot jarang berolah raga.

Genogram Bentuk keluarga : Bentuk keluarga ini adalah keluarga inti (nuclear family). Keluarga terdiri dari Tn. Kotot sebagai kepala keluarga, Ny. Anida adalah seorang istri.

2.

Tahapan siklus keluarga:

Tahapan siklus keluarga Tn. Kotot dan Ny. Anida termasuk ke dalam beberapa tahap diantaranya : Tahap keluarga dengan anak-anak usia sekolah (Family with children in school) Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers)

Tn. M. Kotot (pasien) adalah sebagai kepala keluarga yang menikah dengan Ny. Anida, tidak mempunyai anak, namun Tn. Kotot memiliki seorang anak dari pernikahan yang sebelumnya, yaitu Reza, saat ini sedang menempuh pendidikan di bangku SMP.

Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga

Masalah dalam organisasi keluarga : Dalam struktur keluarga kepala keluarga yang

masih aktif bekerja sebagai supir taksi dan istri pasien juga bekerja sebagai pengasuh
dan lebih fokus terhadap pekerjaannya. Masalah dalam fungsi biologis: Pasien memiliki riwayat penyakit keluarga diabetes mellitus, yaitu ibu kandung. Saat ini pasien menderita penyakit diabetes melitus. Jari-

jari kaki pasien juga mulai sering kesemutan. Terkadang tubuh pasien juga terasa
lemas. Dan sudah terdapat luka pada kaki kiri pasien. Masalah dalam fungsi psikologis: Pasien adalah seorang suami yang sibuk bekerja dan berpenghasilan cukup. Istri pasien, selain menjadi ibu rumah tangga, juga berprofesi

sebagai pengasuh. Namun pola pikir pasien yang merasa hidupnya tidak lama lagi,
seakan-akan mengurangi semangat pasien dalam menjalani terapi.

Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Sumber penghasilan utama pada keluarga adalah dari pasien sendiri yang berasal dari profesi sebagai supir taksi, yang dibantu dari sang istri. Untuk biaya kesehatan, pasien masih dengan biaya sendiri. Masalah lingkungan : Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan cukup padat penduduk dengan letak rumah yang berdekatan satu sama lainnya. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah pun terjaga dengan baik. Tingkat pencemaran udara di lingkunagn rumah pasien cukup tinggi karena terletak di pinggir jalan yang ramai dilewati kendaraan bermotor. Masalah perilaku kesehatan : Keluarga kurang mengerti akan

pentingnya kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Pasien juga tidak


memilki motivasi yang kuat untuk sembuh, sehingga pasien jarang datang ke Puskesmas untuk kontrol penyakitnya. Selain itu usaha pasien dalam merubah pola makan dan gaya hidup masih kurang.

Diagnosis Holistik (Multiaksial) 1. Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran) Pasien datang ke Puskesmas karena ingin kontrol gula darah. Kedatangan ini atas kemauannya sendiri. Pasien merasa sejak sekitar satu minggu terakhir sering kesemutan di kedua kaki dan juga merasa lemas dan sering mengantuk dan luka yng timbul di kaki kirinya, hal itu cukup mengganggunya dalam bekerja. Jarak yang dekat serta biaya yg murah serta kualitas pelayanan kesehatan yang dirasakan cukup memuaskan menjadi salah satu faktor pendukung kedatangan pasien Puskesmas. Namun jika pasien merasakan hanya sakit ringan, pasien hanya membeli obat di warung tanpa ada keinginan untuk berobat ke dokter. Pasien datang kontrol dengan harapan mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya dan mengetahui perkembangan gula darahnya.

2.

Aspek klinik: (diagnosis kerja dan diagnosis banding)

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis Diabetes Mellitus tipe II yang

tidak terkontrol dengan komplikasi neuropati diabetik dan ulkus diabetik.

3. pasien)

Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan

Keluarga pasien ada yang memiliki riwayat diabetes mellitus, yaitu ibu kandung pasien. Pasien sering lupa untuk minum obat dan malas untuk kontrol gula darahnya. Pasien juga masih sulit mengontrol dan membantasi mengkonsumsi makan-makanan dengan kadar gula tinggi (tidak menjaga pola makan sesuai diet penderita diabetes mellitus). Di samping itu, pasien juga malas berolahraga, karena ia beranggapan pekerjaannya sebagai pedagang makanan sudah cukup menguras tenaga dan keringatnya dan sama saja seperti berolah raga.

4. Aspek psikososial keluarga: (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien) Sang istri selalu mendukung Tn. Kotot untuk menjalani terapi penyakitnya. 5. Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas seharihari baik di dalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental) Tn. Kotot dapat sendiri aktivitas menjalankan fungsi sosial dalam kehidupannya. Namun pasien mengaku kadangkala terganggu dengan diabetes mellitus yang dideritanya terutama ketika tangan atau kakinya

mulai terasa kesemutan dan badan terasa lemas.

Aspek

Kegiatan

Sasaran

Waktu

Hasil diharapkan

Keterangan

Aspek personal

Edukasi dan motivasi pasien akan pentingnya kontrol, berolah raga, menjaga pola makan, dan kepatuhan minum obat

Pasien

Saat pasien berobat ke Puskesmas dan saat kunjungan ke rumah pasien sebanyak 2 kali

Sadar akan pentingnya untuk kontrol gula darah, berobat dan fungsi dan pola makan yang baik

Biaya kunjungan Rp 20.000,-

Memberikan obat kencing manis (Diabetes Mellitus), menjelaskan fungsi obat dan cara konsumsinya Aspek klinik

Pasien

Pada saat kunjungan ke puskesmas

DM terkontrol, mencegah komplikasi

Perlu, biaya berobat, Rp.2.000,-

Aspek risiko internal

Membantu pasien merubah pola makan yang rendah gula (sesuai diet Diabetes Melitus) dengan memberitahukan makanan apa yg boleh dimakan sesuai kebutuhan kalori pasien, menurunkan berat badan, menganjurkan untuk latihan jasmani minimal 30 menit tiap kali, sebanyak 34x/minggu

Pasien dan keluarga

Pada saat di puskesmas dan saat kunjungan ke rumah

Pasien mampu mengelola dan paham pola makan yang baik bagi penyandang diabetes mellitus

Biaya kunjungan Rp 20.000,-

Aspek psikososial keluarga

Menganjurkan keluarga memberi dukungan kepada pasien agar selalu menjaga kesehatannya dan selalu mengingatkan pasien untuk minum obat dan kontrol gula darah, dan mendukung pola diet pasien. Menganjur-kan kepada keluarga pasien untuk meningkat-kan komunikasi yang baik dengan pasien Menyarankan pasien untuk latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti :jalan kaki, bersepeda santai, joging dan berenang.

Pasien dan keluarga

Pada saat kunjungan ke rumah

Keluarga memberi perhatian dan dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh

Biaya kunjungan Rp 20.000,-

Aspek fungsional

Pasien dan keluarga

Pada saat kunjungan ke rumah

Kondisi tubuh Biaya kunjungan pasien lebih sehat Rp 20.000,dan kuat

Prognosis 1. Ad vitam : dubia ad bonam 2. Ad sanasionam : dubia 3. Ad fungsionam : dubia ad bonam

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai