Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KASUS

1. Apa interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus? Dari pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan Laseque (+). Pemeriksaan laseque positif menunjukkan adanya iskialgia dan iritasi saraf iskiadikus.

2. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada kasus ini? Kasus Nyeri punggung +, menjalar sampai ke ujung jempol kaki Spondilolithesis +, menjalar sesuai dermatome HNP lumbal + menjalar sesuai dermatome (biasanya L2S1) + + Adanya penyempitan discus intervertbralis Spondilolisis +, menjalar sesuai dermatome Spondilitis TB +, menjalar sesuai dermatome (biasanya T8-L3), nyeri interkostalis -

Riwayat trauma Degeneratif Tes Laseque X-ray

+ +/+ Terjadi pergeseran susunan vertebra

+ + + Defek pada pars interartikularis vertebrae

+ Pergeseran Destruksi vertebra L5vertebrae, S1, fraktur fraktur avulsi L4, kompresi, penyempitan bayangan discus L5-S1 abses, Dari anamnesis, ditemukan bahwa pasien mengalami nyeri punggung yang menjalar ke jempol kaki. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri radikuler yang mungkin berasal dari diskus L5-S1 dan merupakan tanda-tanda nyeri pungung bawah (LBP). Riwayat trauma dapat merupakan faktor resiko terjadinya spondilolithesis ataupun spondilosis. Adanya riwayat trauma dapat menyingkirkan diagnosis spondilitis TB pada pasien ini. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan pergeseran vertbra L5-S1 yang merupakan tanda dari spondilolithesis. Selain itu, ditemukan adanya penyempitan diskus intervetebralis L5-S1 yang merupakan tanda dari hernia nucleus pulposus. Adanya fraktur avulsi yang ditemukan pada pemeriksaan rontgen juga dapat mempengaruhi nyeri yang dirasakan oleh pasien pada kasus ini. Akan tetapi, untuk menegakkan diagnosis HNP membutuhkan pemeriksaan radiologis lebih lanjut, yaitu MRI yang akan menunjukkan adanya penonjolan dari discus intervertebralis. Oleh karena itu, diagnosis pada pasien ini adalah LBP e.c. spondilolithesis + fraktur avulsi + suspek HNP.

Fraktur avulsi spondilolithesis Penyempitan diskus intervertebralis

3. Bagaimana tatalaksana rehabilitasi medik untuk pasien ini? Tatalaksana rehabilitasi medik pada pasien ini meliputi fisoterapi berupa infrared, short wave diatermi dan stimulasi listrik, dari segi terapi ortotik prostetik. Efek fisiologis dari inframerah adalah peningkatan proses metabolism, pembuluh darah, pigmentasi, pengaruh terhadap saraf dan jaringan otot agar berelaksasi. Efek yang diharapkan dari inframerah adalah mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, meningkatkan suplai darah, relaksasi otot. Oleh karena pada pasien ini belum dipasang pen untuk tatalaksana fraktur, maka terapi panas untuk jaringan yang lebih dalam dapat digunakan seperti short wave diatermi. Dari terapi SWD, efek yang diharapkan adalah dapat meningkatkan aliran darah, mengurangi rasa nyeri, relaksasi otot. Dari terapi TENS, efek yang diharapjan hampir sama dengan SWD dan infrared diantaranya meningkatkan aliran darah dan relaksasi otot. Dari segi terapi ortotik prostetik, pasien disarankan untuk memakai korset LSO (Lumbal Sacral Orthose). Fungsinya untuk mengontrol posturspinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut, menghindarkan gerakan yangberbahaya bagi spinal.

4. Bagaimana tatalaksana kasus pada pasien ini? Tatalaksana kasus pada pasien ini adalah dengan medikamentosa dan operatif. Medikamentosa diberikan obat penghilang nyeri berupa natrium diclofenac 50 mg 3xsehari dan diberikan vitamin B1, B6 dan B12. Edukasi kepada pasien untuk membatasi tindakan mengangkat barang serta untuk menggunakan mekanika tubuh dengan benar dan menggunakan korset lumbal. Pasien ini diterapi operatif apabila dari terapi konservatif tidak dapat mengurangi gejala yang timbul. Terapi operatif yang dilakukan yaitu berupa disectomy dan laminectomy.

Anda mungkin juga menyukai