Oleh
Widi Riani
S 840908127
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
HUBUNGAN PENGUASAAN STRUKTUR BAHASA
DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN
KETERAMPILAN BERBICARA
Disusun oleh
Widi Riani
S 840908127
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia
JUDUL....................................................................................................................i
PENGESAHAN.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah........................................................................4
C. Tujuan Penelitian............................................................................4
D. Manfaat Penelitian..........................................................................5
A. Kajian Teori....................................................................................6
C. Kerangka Berpikir........................................................................25
1. Populasi ..................................................................................30
2. Sampel ....................................................................................30
C. Desain Penelitian..........................................................................31
J. Hipotesis Statistik.........................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
ucapan. Bahasa diucapkan dan didengar, bukan ditulis dan dibaca, hanya pada
masyarakat yang sudah relatif maju, yang sudah menemukan tulisan, bahasa itu
kemudian ditulis dan dibaca, disamping tetap ada yang diucapkan dan
didengarkan. Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan dan ini cukup banyak
berbahasa memiliki peran yang strategis. Nanang Edi Wasono (1997: 7.1)
ide dan gagasan sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan atau
sangat layak untuk dikuasai. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa dengan
baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan.
Di samping itu diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan
kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Dalam
hal ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh pembicara yaitu aspek
tekanan, pilihan kata, pilihan ungkapan, variasi kata, tata bentuk, struktur kalimat,
dan ragam kalimat. Serta aspek nonkebahasaan meliputi keberanian dan motivasi,
bagi setiap individu dalam kehidupan. Namun, perlu disadari bahwa keterampilan
pembelajaran yang sebagian besar merupakan tugas dan tanggung jawab pengajar.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia baik di berbagai jenjang
maupun jenis sekolah, dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi,
dijelaskan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berkomunikasi secara efektif dan
efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
belajar juga diduga menjadi faktor penting dalam keterampilan berbicara. Untuk
dapat berbicara dengan baik diperlukan penguasaan struktur bahasa dan motivasi
Oleh karena itu, untuk memastikan ada tidaknya hubungan yang positif antara
penguasaan struktur bahasa dan motivasi belajar dengan keterampilan berbicara,
B. Perumusan Masalah
keterampilan berbicara?
berbicara?
C. Tujuan Penelitian
berbicara.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi orang tua, sebagai bahan masukan agar orang tua aktif mendorong
A. Kajian Teori
Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus
menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang bersangkutan. Disamping itu
Kemampuan berbicara dalam hal ini dipandang bukan lagi sebagai ilmu
Offiner, 2001; 2). Menurut Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 7),
berbicara tergantung pula pada alat-alat ujar apakah dapat berfungsi dengan
baik ataukah terganggu yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran
berbicara.
tujuan.
alat ucapk, lebih dari itu, berbicara berarti mengekspresikan gagasan dalam
Lambang yang berupa tanda-tanda visual tidak seperti yang dibutuhkan dalam
kegiatan membaca dan menulis tidak diperlukan. Itulah sebabnya orang yang
buta huruf pun dapat melakukan aktivitas berbicara secara baik, misalnya para
namun berbicara secara formal atau dalam situasi yang resmi menimbulkan
gagasan yang akan disampaikan dan mampu memahami lawan bicara, tetapi
juga harus mampu menguasai lafal, struktur, dan kosa kata. Selain itu tujuan
maupun strukturnya.
faktor fisik, psikologis dan neurologist, banyak informasi yang tidak dapat
berusaha untuk menyampaikan gagasan dan idenya kepada orang lain dalam
bentuk bahasa lisan Richard (1983: 226) dalam Nunan (1992: 72) menulis:
pengetahuan skematis Brown dan Yule (1983) dalam Nunan (1992: 79)
menulis:
pembicara, (2) pendengar, (3) tempat, (4) waktu, (5) jenis, (6) topik. Tempat,
dikatakan bahwa inti dari wacana lisan adalah berbicara, sedangkan inti dari
keterampilan berbicara.
dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat.
Dalam hal ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh pembicara.
nonkebahasaan.
kepada orang lain dalam bentuk wacana lisan mutlak diperlukan kegiatan
pembicara dapat mengungkapkan pikiran dari isi hatinya kepada orang lain
persendian; (e) penggunaan nada irama; (f) pilihan kata; (g) variasi kata;
(h) tata bentukan; (i) struktur kalimat dan (j) ragam kalimat.
(b) kelancaran; (c) penyaringan suara; (d) pandangan mata; (e) gerak-
gerik dan mimik; (f) keterbukaan; (g) penalaran dan (h) penguasaan
topik.
menyatakan bahwa setiap bahasa adalah unit dalam kosakata dan kalimat-
makna. Grammar atau tata bahasa mengacu pada analisis bahasa secara
deskriptif yang mencoba menjelaskan prinsip-prinsip struktur bahasa dan
susunan kata-kata. Tata bahasa adalah deskripsi formal dari struktur bahasa
(http://www.susked.gov.sk.ca/docs/ella_gram.html).
nama susunan (atau konstituen di dalamnya) dari kiri ke kanan, yaitu sebagai
menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan kemauan kepada pihak lain dengan
tepat pula.
yang menyatakan bahwa struktur bahasa terdiri dari morfologi dan sintaksis
saja, ada pula yang memasukkan unsur fonologi Verhaar (1996: 12)
yaitu kata dan kalimat, atau dengan kata lain tata bahasa mencakup morfologi
dan sintaksis.
Pendapat lain dinyatakan oleh Chomsky (1964: 16) yang menyatakan bahwa
telah dipaparkan di atas tampak ada perbedaan, namun bila dicermati dengan
seksama pada hakikatnya sama bahwa struktur bahasa terdiri dari morfologi
kekuatan (2001: 707). Kata pemahaman oleh Mackey (1969: 127) diartikan
sebagai masalah penafsiran dan harapan, yaitu penafsiran terhadap apa yang
diperoleh dari proses belajar Clark dan Clark (1977: 43) senada dengan
pertanyaan-pertanyaan kognitif.
kata, frasa, klausa dan sebagianya sesuai dengan sistem bahasa yang berlaku.
“Motivasi merupakan proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang yang
penting, yakni (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi
pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya
adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari
perubahan energi yang pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan
melakukan sesuatu, dan bila ia ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
1) motivasi itu menyangkut segala situasi dan kondisi yang berasal dari dalam
diri individu maupun dari luar diri individu yang mendorong dan
2) motivasi itu muncul apabila ada kebutuhan dari dalam diri individu dan
belajar.
petunjuk-petunjuk.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa belajar itu
dan Simanjtak (1983: 53) mengutip pendapat dari B. Bonton yang membagi
sumber motivasi menjadi 3, yaitu motif intrinsik, motif ekstrinsik, dan motif
karena adanya perangsang dari luar sedangkan motivasi sosial adalah motif-
motif yang aktif karena kemampuan diterima, dihargai, disetujui, rasa aman
dan sebagainya.
1) Perilaku eksternal yakni perilaku yang (a) didorong oleh rangsangan yang
sendiri.
pencipta.
optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin
intensitas usaha belajar bagi para siswa. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus,
waktunya untuk bermain sepeda atau menonton televisi, sebab tidak cocok
dengan tujuan.
suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar
akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
menjadi 3 jenis, yakni: (1) Motif atau kebutuhan organis, (2) Motif-motif
Pembagian motivasi dari Fransen yang dikutip Sardiman: (2001: 85) ada
tiga, yakni:
1) Cognitive Motives
individual. Jenis motif ini sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah
2) Self-expression
kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu
itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang
diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi, dalam hal ini seseorang itu
3) Self-enhancement
menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat
diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak dirik untuk mencapai
suatu prestasi.
Pembagian motivasi yang lain adalah motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
motivasi menjadi 3, yaitu motif instrinsik, motif ekstrinsik, dan motif sosial.
Yang dimaksud motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
karena adanya perangsang dari luar sedangkan motivasi sosial adalah motif-
motif yang aktif karena keinginan untuk diterima, dihargai, disetujui, rasa
belajar adalah dorongan atau rangsangan pada diri individu untuk kegiatan
dilakukan oleh Pregi Wuryaningsih dari PPS Universitas Sebelas Maret Surakarta
dengan judul “Hubungan antara Derajat Ekstrofersi dan Penguasaan Kosakata
terletak pada: (1) variabel bebasnya yaitu kemampuan berbicara; (2) metode
(3) teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi,
baik sederhana maupun ganda; (4) teknik pengambilan sampel yaitu cluster
(2) hipotesisi yang diajukan; (3) tempat, waktu, data, dan sumber data penelitian;
C. Kerangka Berpikir
oleh orang lain apabila media yang digunakan dalam hal ini bahasa mengikuti
kaidah bahasa yang benar. Dengan kata lain, penuangan gagasan secara lisan
yang menggunakan struktur bahasa yang benar akan mudah dipahami oleh
orang lain. Oleh karena itu, keterampilan berbicara seseorang didukung oleh
Dari uraian di atas, maka dapat diduga ada hubungan positif antara
menulis agar dapat berkembang dengan baik perlu latihan atau belajar.
dari itu, diperlukan motivasi dari siswa untuk belajar. Dengan motivasi belajar
yang tinggi akan mengarahkan siswa untuk menguasai berbagai bidang ilmu
runtut, cermat, dan lancar. Agar gagasan yang dituangkan dalam bentuk lisan
tersebut dapat dipahami oleh orang lain maka penuangan gagasan tersebut
harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh orang lain, tidak
gagasan mempunyai struktur tersendiri, maka dari itu struktur bahasa tersebut
harus dikuasai oleh seorang penulis agar hasil tulisannya dapat dipahami oleh
orang lain. Dengan kata lain dengan kemampuan memahami struktur bahasa
ilmu pengetahuan dan informasi yang nantinya dapat dijadikan bahan dalam
1b 3b 2b
Gambar 1. Pola Alur Berpikir
Keterangan
1a. Kemampuan memahami struktur bahasa naik, keterampilan berbicara naik
juga
1b. Kemampuan memahami struktur bahasa turun, keterampilan berbicara turun
juga.
2a. Motivasi belajar naik, keterampilan berbicara naik juga.
2b. Motivasi belajar turun, keterampilan berbicara turun juga.
3a. Kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar naik,
keterampilan berbicara naik juga.
3b. Kemampuan memahmai struktur bahasa dan motivasi belajar turun,
keterampilan berbicara turun juga.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan
berbicara.
3. Ada hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan motivasi belajar
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
B. Waktu Penelitian
Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tahun 2009
No Jenis Kegiatan Mei Juni Juli Agustus Sept Okto
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal x x x x
2. Pengakajian dan x x x x
penyusunan teori
3. Penyusunan x x x
instrumen
4. Uji coba dan analisis x x x x
hasil uji coba
5. Pengumpulan data x x
penelitian
6. Pengolahan dan x x x x
analisis data
7. Penyusunan penelitian x x x
B. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini diambil dari seluruh siswa kelas V SD UPT Dinas
2. Sampel
ratus subyek dalam populasi. Namun demikian dalam penelitian ini ditetapkan
multiple random sampel. Menurut Moh. Nasir (1999 : 332) dengan teknik
sampel ditarik dari kelompok populasi menjadi anggota sampel, dan hanya
2
Motivasi Belajar (X2)
Keterangan :
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu (1) Penguasaan struktur
bahasa (X1) dan (2) Motivasi belajar (X2), dan satu variabel terikat yaitu
a. Keterampilan Berbicara
masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, dan (5) Kemampuan
dikuasai.
c. Motivasi Belajar
berbicara siswa.
3. Angket
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian yang akan diteliti
yaitu :
dengan 4 alternatif jawaban dan kriteria jawabannya jika benar dinilai satu,
terdiri dari item yang bersifat positif dan negatif. Masing-masing butir
1. Validitas instrumen
apa yang seharusnya diukur (Muh. Nasir, 1999 : 281). Untuk menguji validitas
Xi − Xt pi
rbis ( i ) =
St qi
Keterangan :
rbis (i) : Koefisien korelasi antara skor butir soal nomor 1 dengan skor total
nomor i
N ∑ X i − X t − ( ∑ X i )( ∑ X i )
rxixt =
{N ∑ X i
2
− (∑ Xi )
2
}{N ∑ 2
t −( ∑ X t )
2
}
Untuk menguji validitas instrumen keterampilan berbicara tidak ditentukan secara
empiris, tetapi menggunakan validitas isi. Dalam hal ini validitas isi mengukur
2. Reliabilitas instrumen
ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang hendak diukurnya (Muh. Nasir, 1999
berikut :
k ∑ ρ i qi
rii = 1 −
k −1 St
Keterangan :
k ∑ S12
rii = 1 − 2
k −1 S1
Keterangan :
k : cacah butir
instrumen ini tidak berupa sejumlah item soal, tetapi berupa perintah untuk
berpidato.
H. Uji Normalitas
penyajian data. Analisis data secara deskriptif meliputi tendensi dan dan penyajian
data. Tendensi ini mencakup tendensi sentral dan penyebaran data. Sementara itu
menggunakan teknik regresi (sederhana dan ganda). Adapun model atau bentuk
N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑ Y )
rxy =
{ N (∑ X 2
) − (∑ X )
2
} { N (∑ Y 2
) − (∑ X )
2
}
Keterangan :
N : banyaknya responden
X : nilai pertama
Y : nilai kedua
XY : hasil perkalian antara nilai pertama dan kedua
JK (reg )
R=
∑ y2
Keterangan :
J. Hipotesis Statistik
1. H0 : ρy.1 =0
H1 : ρy.1 >0
2. H0 : ρy.2 =0
H1 : ρy.2 >0
3. H0 : ρy.12 =0
H1 : ρy.12 >0
Bingham, Walter V. 1989. Aptitudes and Aptitude Testing. New York : Harper and
Brother.
Chomsky, Noam. 1965. Aspects of the Thoery of Syntax. Cambridge : MIT Press.
Djaali, Puji Mulyono dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta : PPs UNJ
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.