Anda di halaman 1dari 157

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM ARAB PETELUR DI TRIAS FARM KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI

LINAWATI H34076090

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN LINAWATI. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI). Salah satu jenis telur ayam buras yang memiliki prospek pasar yang cukup menjanjikan adalah telur ayam arab. Hal ini disebabkan karena produktivitas ayam arab petelur cukup tinggi dibandingkan dengan ayam buras petelur lainnya. Ayam arab umumnya memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit. Telur ayam arab memiliki rasa yang lebih gurih dan kadar keamisannya lebih rendah. Selain itu, telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Peternakan Trias Farm merupakan perusahaan peternakan yang menyuplai telur ayam arab untuk wilayah Bogor dan sekitarnya. Peternakan Trias Farm terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Krisis ekonomi yang berkepanjangan saat ini berdampak terhadap semua sektor pembangunan di Indonesia, tidak terkecuali sektor peternakan saat ini. Kenaikan harga bahan baku pakan dan obat-obatan menyebabkan biaya produksi usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm juga mengalami peningkatan yang tidak seiring dengan peningkatan harga telur ayam arab. Permasalahan yang dihadapi peternakan Trias Farm adalah belum mampu memenuhi permintaan konsumen. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki keterbatasan modal untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Permasalahan lain yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm adalah persaingan dengan perusahaan sejenis (pesaing industri). Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengindentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm, 2) Merumuskan alternatif strategi bagi peternakan Trias Farm berdasarkan faktor eksternal dan internal perusahaan. 3) Menentukan prioritas strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh peternakan Trias Farm dalam mengembangkan usahanya. Pengumpulan data dimulai pada bulan Mei hingga Agustus 2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal peternakan Trias Farm, matriks IFE untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal peternakan Trias Fam, matriks IE untuk mendapatkan strategi-strategi dari hasil matriks IFE dan matriks EFE, matriks SWOT untuk menentukan strategi-strategi yang didapatkan dari identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan, dan QSPM untuk memprioritaskan strategi-strategi yang didapat dari analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan matriks IFE menunjukkan bahwa kemampuan internal perusahaan Trias Farm adalah berada diatas rata-rata (3,0636), yang mengindikasikan perusahaan memiliki posisi internal yang kuat. Hal ini dikarenakan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki. Kekuatan utama yang dimiliki oleh peternakan Trias Farm adalah menghasilkan produk yang berkualitas. Kelemahan utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen.

ii

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal serta matriks EFE menunjukkan bahwa kemampuan dari peternakan Trias Farm berada di atas ratarata (2,5860) yang mengindikasikan bahwa perusahaan dalam merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada. Dimana peluang terbesar berasal dari pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Ancaman utama yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm adalah kenaikan tingkat inflasi. Analisis matriks IE menempatkan perusahaan berada dalam kuadran IV, Strategi terbaik yang dapat diterapkan adalah strategi tumbuh dan bina. Salah satu strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan adalah integrasi ke depan (mempererat kerjasama dengan pemasok bahan baku) dan integrasi ke belakang (mempererat kerjasama dengan distributor/pelanggan), selain itu strategi pengembangan produk. Hasil analisis SWOT, strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan adalah: 1) mempertahankan kualitas produk, 2) mempertahankan loyalitas pelanggan, 3) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta, 4) meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan, 5) meningkatkan kapasitas produksi, 6) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada, 7) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik, dan 8) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Hasil dari pengolahan QSPM, strategi yang menjadi prioritas untuk dapat diterapkan oleh Trias Farm adalah 1) mempertahankan kualitas produk (STAS = 5,777), 2) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta (STAS = 5,723), 3) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir (STAS = 5,652), 4) mempertahankan loyalitas pelanggan (STAS = 5,580), 5) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik (STAS = 5,570), 6) meningkatkan kapasitas produksi (STAS = 5,491), 7) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada STAS = 5,273), dan 8) meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan (STAS = 4,397).

iii

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM ARAB PETELUR DI TRIAS FARM KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

LINAWATI H34076090

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

iv

Judul

: Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama NIM

: Linawati : H34076090

Disetujui, Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM NIP 19670211 1992 03 2002

Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2009

Linawati H34076090

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 18 April 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Satimin dan Ibu Misri. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 46 Mahakarya, Pasaman Barat dan lulus tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMP Negeri 2 Pasaman, Pendidikan menengah atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Pasaman, Sumatra Barat. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Diploma Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Penulis juga sering mengikuti seminar dan pelatihan yang berhubungan dengan program studi penulis. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan kembali studinya pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya halangan yang berarti, skripsi dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini adalah prasyarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan berawal dari sini penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Oleh karena itu kritik dan saran, sangat penulis harapkan demi keberhasilan bersama.

Bogor, Oktober 2009

Linawati H34076090

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan petunjuk-Nya pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Atas izin Allah, penulis dipertemukan dengan orang-orang yang sangat luar biasa dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orang tua, Kakak dan Adik tercinta yang senantiasa memberikan doa dan menjadi motivator serta pendukung secara moril dan materil, dan selalu sabar menjadi pendengar yang baik atas keluh kesah penulis. 2. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing, atas segala masukan dan bimbingan yang telah ibu berikan. Ditengah kesibukan yang luar biasa, ibu selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis. 3. Bapak Rahmat Januar Sp, Msi selaku dosen evaluator, yang telah memberikan kritik dan saran pada saat penulis kolokium. 4. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Febriantina Dewi. SE, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan, atas masukan dan sarannya. 5. Bapak Budi dan Bapak Agus dan seluruh karyawan peternakan Trias Farm, yang telah memberikan izin kepada penulis dan memberikan informasi serta bantuan selama penulis melakukan penelitian. 6. Bapak Bambang krista sebagai pemilik peternakan Citra Lestari Farm, yang telah memberikan informasi serta bantuan selama penulis melakukan penelitian. 7. Bapak Ade M. Zulkarnaen sebagai ketua Himpuli dan Kepraks, yang telah memberikan informasi serta bantuan selama penulis melakukan penelitian. 8. Bapak Sofyan selaku ketua Balai Penelitian Ternak (Balitnak), atas segala bantuan dan informasinya. 9. Sekretariat Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, atas pelayanan yang diberikan kepada penulis. Mba Rahmi, Mba Liesca, Mba

ix

Maya, Mba Nur, Mas Aji, dan Mas Agus terimakasih banyak, maaf apabila ada kata dan perilaku penulis yang kurang berkenan. 10. Kepada Da is dan Pakde yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini. 11. Teman-teman: Ibeth, Fitri, Wati, Laras, Rahma, Ana, Rissa, Yati, Hilda, dedi, Mila, Sekar, Devi atas motovasi, kritik, bantuan, dan saran selama ini yang telah diberikan kepada penulis. 12. Teman-teman AGB dan MAB dan semua teman-teman, terima kasih banyak atas bantuan, motivasi dan dukungannya. 13. Semua pihak, keluarga, teman, dan kerabat yang tidak tercantum penulis ucapkan permintaan maaf dan terimakasih untuk segalanya.

Bogor, Oktober 2009

Linawati

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 4 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 6 1.4 Kegunaan .................................................................................................. 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 7 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ayam Arab Petelur .............................................................. 8 2.2 Penelitian Terdahalu .............................................................................. 10
KARANGKA PEMIKIRAN

II

III

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 13 3.1.1 Konsep Pengembangan ..................................................................... 13 3.1.2 Konsep Strategi ................................................................................. 13 3.1.3 Konsep Manajemen Strategis ............................................................ 14 3.1.4 Proses Manajemen Strategis ............................................................. 16 3.1.5 Formulasi Strategi ............................................................................. 17 3.1.6 Aspek Lingkungan Bisnis ................................................................. 18 3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal .................................................... 18 3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................................................. 20 3.1.7 Matriks IFE dan Matriks EFE ......................................................... 26 3.1.8 Matriks IE ....................................................................................... 27 3.1.9 Analisis SWOT ............................................................................... 31 3.1.10 Analisis QSPM ................................................................................ 31 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 32 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Tempat Penelitian ................................................................ 34 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 34 4.3 Metode Pengumpulan data ...................................................................... 34 4.4 Meode Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................ 35 4.4.1 Analisis Deskriptif ........................................................................... 36 4.4.2 Analisis Tiga tahap Formulasi Strategi ............................................. 36 4.4.2.1 Analisis IFE dan EFE .................................................................. 36 4.4.2.2 Analisis Matriks SWOT .............................................................. 41 4.4.2.3 Analisis QSPM ............................................................................ 44

xi

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Peternakan Trias Farm ................................ 47 5.2 Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm ........................................ 47 5.3 Keadaaan umum Perusahaan................................................................... 49 5.4 Visi, Misi, dan tujuan Perusahaan ........................................................... 50

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1 Analisis Lingkungan Internal .................................................................. 51 6.1.1 Manajemen ..................................................................................... 51 6.1.2 Keuangan ....................................................................................... 53 6.1.3 Pemasaran ...................................................................................... 53 6.1.4 Produksi dan Operasi ..................................................................... 58 6.1.4.1 Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm ............... 59 6.1.4.2 Proses Produksi Telur di Peternakan Trias Farm ............... 63 6.1.5 Sumberdaya Manusia ..................................................................... 66 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ............................................................... 67 6.2.1 Faktor Ekonomi .............................................................................. 68 6.2.2 Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan ..................... 72 6.2.3 Lingkungan Politik, Hukum, dan Pemerintahan ............................ 75 6.2.4 Lingkungan Teknologi ................................................................... 76 6.2.5 Analisis Lingkungan Industri ......................................................... 78 6.2.5.1 Persaingan dengan Perusahaan Sejenis .............................. 79 6.2.5.2 Masuknya Pendatang baru ................................................. 80 6.2.5.3 Persaingan dengan Produk Subsitusi ................................. 82 6.2.5.4 Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok ................................. 83 6.2.5.5 Kekuatan tawar-Menawar Pembeli .................................... 84 VII FORMULASI STRATEGI 7.1 Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan .... 86 7.2 Identifikasi Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan ......... 91 7.3 Analisis Matriks IFE ......................................................................... 95 7.4 Analisis Matriks EFE ........................................................................ 97 7.5 Analisis Matriks IE ........................................................................... 99 7.6 Analisis SWOT ............................................................................... 100 7.7 Analisis QSPM ................................................................................ 104 7.8 Pengkajian Kesesuaian Antara Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Trias Farm ............... 105

VIII KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 109 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 111 LAMPIRAN ........................................................................................................ 113


xii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas Nasional (Ayam Buras, Ayam Ras, dan itik) Tahun 2004-2008 .............................................. 1 2. Tingkat Produktivitas Telur Ayam Buras ....................................... 2

3. Kandungan Zat Telur Ayam Arab dan Telur Ayam Ras Dalam Setiap 100 Gram Bahan yang Dapat Dimakan .............................................. 3 4. Rasio Perbandingan Kenaikan Harga Pakan dan Harga Telur di Peternakan Trias Farm ..................................................................

5. Perusahaan Pesaing dari Peternakan Trias Farm di Jawa Barat pada Tahun 2009 .................................................................................. 5 6. Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 12

7. Matriks EFE ......................................................................................... 37 8. Matriks IFE .......................................................................................... 38 9. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan ...................................... 38 10. Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan ......................................... 39 11. QSPM .................................................................................................... 44 12. Pendistribusian Telur Ayam Arab di peternakan Trias Farm ......... 13. Tahap Perlakuan pada Penetasan Telur dengan Alat Tetas ............. 14. Acuan Pemberian Pakan di Peternakan Trias Farm .......................... 15. Program Vaksinasi yang Digunakan Peternakan Trias Farm ............. 16. Proses Kegiatan Kandang Layer di Peternakan Trias Farm................ 17. Besarnya Gaji bagi Karyawan setiap Bulan di Trias Farm ................. 55 62 63 64 65 67

18. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Tahun 2005- 2008 ................................................................................ 68 19. Tingkat Konsumsi Telur di Jawa Barat pada Tahun 2003-2007 ................................................................................. 69 20. Produksi Telur Ayam Buras di Jawa Barat Tahun 2004-2008 ............ 70 21. Inflasi di Indonesia pada Tahun 2005-2008 ......................................... 70 22. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 ................ 23. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2005-200 ....................... 72 73

xiii

24. Harga Rata-Rata Telur Ayam Buras dan Ayam Ras di Tingkat Pedagang Pengecer di Jawa Barat pada Tahun 2004-2008 .................. 82 25. Jenis Bahan Baku dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku di Peternakan Trias Farm ........................................................................ 83 26. Analisis Matriks IFE pada Peternakan Trias Farm ............................... 96 27. Analisis Matriks EFE pada Usaha Peternakan Trias Farm .................. 98 28. Prioritas Alternatif Strategi pada Usaha Peternakan Trias Farm ......... 105 29. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Dapat Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh PeternakanTrias Farm ................................................................. 107

xiv

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman

1. Model Komprenhensif Proses Manajemen Strategis .................... 15 2. Model Lima Kekuatan Porter ........................................................ 26 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ..................................... 33 4. Matriks IE ..................................................................................... 40 5. Matriks SWOT .............................................................................. 43 6. Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm .............................. 49 7. Saluran Distribusi Produk di Peternakan Trias Farm.................... 56 8. Proses Pemeliharaan Ayam Arab Petelur di Trias Farm.............. 63 9. Perkembangan Harga Rata-Rata Pakan Konsentrat ...................... 71 10. Analisis Matriks IE pada Peternakan Trias Farm ......................... 99 11. Analisis Matriks SWOT ............................................................... 103

xv

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman

1. Lampiran Kuesioner Penelitian .................................................... 113 2. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Internal........................... 128 3. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Eksternal ................ 131 4. Matriks IFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Internal) ........... 134 5. Matriks EFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Eksternal) ....... 135 6. Matriks QSP ................................................................................... 136 7. Contoh produk yang di hasilkan oleh Peternakan Trias Farm ..... 139 8. Tahapan dalam Produksi DOC di Peternakan Trias Farm ........... 140 9. Tahapan dalam Proses Produksi Telur di Peternakan Trias Farm.141

xvi

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Telur ayam mempunyai prospek pasar yang sangat baik untuk dikembangkan. Hal ini karena didukung oleh harga telur yang murah dibandingkan dengan produk peternakan lainnya serta akses yang mudah diperoleh. Produk telur juga merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional. Salah satu produk telur ayam yang memiliki prospek pasar yang cerah adalah telur ayam buras. Produksi telur ayam buras secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat diartikan sebagai gejala

peningkatan produksi sekaligus peningkatan permintaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Telur Unggas Nasional (Ayam Buras, Ayam Ras, dan Itik) Tahun 2004-2008 Tahun Produksi Telur (000) Ayam Buras Ayam Ras Itik 172.147 762.04 173.22 175.428 681.10 195.00 193.953 816.83 193.63 230.472 944.13 207.53 239.314 1,027.51 38.90 : Direktorat Jenderal Peternakan : *) Angka sementara Konsumsi Telur Unggas (Ayam Buras, Ayam Ras, dan Itik) dalam (000) 1107.407 1051.528 1204.413 1382.132 1305.724

2004 2005 2006 2007 2008*) Sumber Keterangan

Dari Tabel 1 terlihat bahwa telah terjadi peningkatan produksi telur ayam buras setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan konsumsi telur unggas nasional yang terus meningkat. Peningkatan konsumsi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya peningkatan kesadaran akan pentingnya protein hewani, peningkatan pendapatan, peningkatan tingkat pendidikan, peningkatan jumlah penduduk Indonesia, dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang lebih menyukai mengkonsumsi makanan alami. Salah satu jenis telur ayam buras yang memiliki prospek pasar adalah ayam arab petelur. Hal ini disebabkan karena produktivitas ayam arab petelur

cukup tinggi dibandingkan dengan ayam buras petelur

lainnya. Untuk

mengetahui mengenai produktivitas telur ayam buras dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Produktivitas Telur Ayam Buras Jenis Ayam Ayam Arab Ayam Kampung Ayam Kedu Hitam Ayam Merawang Ayam Wareng Ayam Nunukan Sumber : Sartika. 2008 Produksi Telur / Tahun 230-250 butir 140-150 butir 215 butir 164 butir 150 butir 140 butir

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa ayam arab petelur memiliki produktivitas telur paling tinggi dibandingkan dengan jenis ayam buras yang lainnya yaitu sekitar 230-250 butir /tahun. Ayam kampung memiliki produktivitas telur sebesar 140-150 butir/tahun, ayam kedu hitam 215 butir/tahun, ayam merawang 164 butir/tahun, ayam wareng 150 butir/tahun, dan ayam nunukan 140 butir/tahun. Oleh karena itu, ayam arab memiliki produksi telur yang paling tinggi sedangkan ayam buras lainnya umumnya memiliki produksi telur yang lebih rendah. Ayam arab umumnya memiliki ketahanan tubuh yang kuat terhadap penyakit. Penggunaan obat-obat kimia untuk ayam arab petelur juga relatif lebih sedikit. Hal ini yang menyebabkan banyak orang yang mengkonsumsi telur ayam arab karena lebih alami. Telur ayam arab memiliki rasa yang lebih gurih dan kadar keamisannya lebih rendah. Oleh karena itu, telur ayam arab tidak hanya dikonsumsi matang, tetapi sering juga dikonsumsi mentah sebagai campuran madu, susu, atau jamu dengan dalil untuk menambah vitalitas atau kebugaran tubuh. Telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Untuk mengetahui mengenai kandungan gizi telur ayam arab dan telur ayam ras dalam setiap 100 gram bahan yang bisa dimakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Gizi Telur Ayam Arab dan Telur Ayam Ras Dalam Setiap 100 Gram Bahan yang dapat Dimakan. Jenis Zat Bahan yang dapat dimakan (%) Energi (Kal) Energi (KJ) Air (gram) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Mineral (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Vitamin A (retinol) (mcg) Vitamin B1 (tiamin) (mg) Vitamin C (asam askobat) (mg) Besi (mg) Telur Ayam Arab (%) 90.0 15.08 667.0 70,72 20,05 7,81 2,33 1.0 54.0 180.0 270.00 0.10 0.00 2.7 Telur Ayam Ras (%) 90,0 15,08 667,0 74,0 12,8 11,5 0,7 1,0 54.0 180,0 270.00 1,10 2,7 2,7

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa telur ayam arab lebih baik dibandingkan telur ayam ras karena mengandung asam amino yang lebih tinggi. Hal ini yang menyebabkan semua kandungan gizi pada telur ayam arab bisa diserap tubuh dengan lebih baik. Telur ayam arab juga memiliki kandungan kolesterol lebih rendah dibandingkan dengan telur ayam ras. Telur ayam arab memiliki kandungan kolesterol sebesar 100-120 miligram, sementara telur ayam ras memiliki kandungan kolesterol sebesar 200 miligram. Peranan ayam arab juga dapat dimanfaatkan sebagai perbaikan bibit ayam buras. Sifat genetisnya sebagai petelur unggul diharapkan dapat memperbaiki mutu genetis ayam buras yang rata-rata belum seragam, lambat tumbuh, dan rendah produksi telurnya. Salah satu perusahaan ayam arab petelur yang sedang berkembang adalah peternakan Trias Farm. Peternakan Trias Farm merupakan perusahaan peternakan yang menyuplai telur ayam arab untuk wilayah Bogor dan sekitarnya.

1.2 Perumusan Masalah Peternakan Trias Farm terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Pemilik peternakan Trias Farm berharap pasar memberikan keuntungan dalam menjalankan usahanya. Keuntungan merupakan kekuatan yang mendorong peternak untuk berproduksi. Peternakan Trias Farm dapat digolongkan sebagai peternak mandiri karena modal dan kepemilikan peternak dikelola sendiri. Krisis ekonomi yang berkepanjangan saat ini berdampak terhadap semua sektor pembangunan di Indonesia, tidak terkecuali sektor peternakan saat ini. Kenaikan harga bahan baku pakan dan obat-obatan menyebabkan biaya produksi usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm juga mengalami peningkatan yang tidak seiring dengan peningkatan harga telur ayam arab. Mengingat pakan dan obat-obatan tidak diproduksi sendiri tetapi diperoleh dari pemasok (perusahaan pakan dari PT Global). Hal ini berdampak langsung terhadap usaha yang dijalankan oleh peternakan Trias Farm, dimana keuntungan perusahaan mengalami penurunan. Untuk mengetahui peningkatan harga pakan yang tidak seiring dengan peningkatan harga telur di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rasio Perbandingan kenaikan Harga Pakan dan Harga Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm. No 1 2 Tahun 2007 2008 Rasio kenaikan Harga Pakan/Kg 2.300 3.600 56,52 Harga Telur/Butir 700 1.150 39,13

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa rasio kenaikan harga pakan pada tahun 2007-2008 sebesar 56,52 persen, sementara kenaikan harga telur pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 39,13 persen. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan harga pakan tidak sebanding dengan peningkatan harga telur ayam arab. Sehingga menyebabkan keuntungan yang diperoleh oleh peternakan Trias Farm mengalami penurunan dan membuat peternakan Trias Farm harus memiliki strategi bisnis yang tepat untuk menjalankan usahanya.

Permasalahan yang dihadapi peternakan Trias Farm adalah belum mampu memenuhi permintaan konsumen sebanyak 12.000 butir/minggu atau sekitar 1.700 butir/hari. Skala usaha peternakan Trias Farm adalah memiliki ayam arab sebanyak 30.000 ekor, dimana 25.000 ekor untuk ayam arab budidaya dan 5.000 ekor untuk ayam arab pembibitan. Peternakan Trias Farm dapat memproduksi telur rata-rata 8.500 butir setiap hari, dan semuanya terserap oleh pelanggan (pedagang pengumpul). Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi

permintaan pembeli telur yang berasal dari Jakarta dan Bandung. Pembeli telur yang berasal dari Bandung tersebut menginginkan telur sebanyak 12.000 butir setiap minggu, tetapi perusahaan hanya dapat memenuhi 10.000 butir setiap minggu. Pembeli telur dari Jakarta menginginkan telur sebanyak 20.000 butir setiap minggu, tetapi peternakan Trias Farm hanya dapat memenuhi permintaah telur sebanyak 10.000 butir. Permasalahan lain yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm adalah

persaingan dengan perusahaan sejenis (pesaing industri). Pesaing dari peternakan Trias Farm adalah sesama perusahaan yang bergerak dalam usaha ayam arab petelur. Untuk mengetahui pesaing-pesaing dari peternakan Trias Farm pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Skala Usaha Beberapa Perusahaan Peternakan Ayam Arab Petelur di Jawa Barat Pada Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 Nama Pesaing Adika Agro Farm Alam Lestari Farm Sayap Klurik Budis Farm Trias Farm Skala Usaha (Ekor) 35.000 50.000 60.000 30.000 25.000

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa persaingan dengan perusahaan sejenis tersebut terjadi karena adanya persaingan usaha dari perusahaan-perusahaan swasta lainnya yang memiliki skala usaha yang lebih besar dalam hal ketersediaan modal. Adanya modal, perusahaan sejenis tersebut mampu meningkatkan produksinya. Kapasitas produksi berkorelasi dengan biaya produksi per unit. Produksi pada kapasitas tinggi dapat mengefisiensikan biaya per unit, sehingga
5

pesaing sejenis tersebut dapat menyuplai permintaan pasar dengan menjual telur ayam arab yang lebih rendah dibandingkan dengan peternakan Trias Farm. Oleh karena itu, peternakan Trias Farm harus memiliki keunggulan strategi usaha yang tepat sehingga mampu mengatasi persaingan yang sedang dihadapi. Strategi itu sendiri merupakan suatu perencanaan strategi yang berguna untuk mengatasi berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Dalam menentukan dan menerapkan suatu strategi tertentu,

peternakan Trias Farm perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak tersebut, baik faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Oleh karena itu, proses formulasi strategi sangat diperlukan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm, maka menarik untuk di kaji, adalah: 1. Apa saja faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (kekuatan dan ancaman) yang mempengaruhi peternakan Trias Farm dalam mengembangkan usahanya? 2. Bagaimana alternatif strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm? 3. Apa strategi yang diprioritaskan untuk diimplementasikan oleh peternakan Trias Farm?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk : 1. Mengindentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm. 2. Merumuskan alternatif strategi bagi peternakan Trias Farm berdasarkan faktor eksternal dan internal perusahaan. 3. Menentukan prioritas strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha.

1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi ; 1. Peternakan Trias Farm sebagai informasi dan bahan pertimbangan manfaat untuk menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat sehingga dapat bertahan dan berkembang. 2. Pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan

pengembangan agribisnis ayam buras petelur. 3. Kepentingan umum terutama kalangan akademis yang dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai hal yang sama.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari pengkajian kondisi internal dan eksternal di peternakan Trias Farm, identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi perusahaan, serta formulasi alternatif strategi dalam pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm. Hasil

penelitian merupakan suatu evaluasi, sedangkan penerapannya diserahkan sepenuhnya kepada pihak perusahaan yang bersangkutan.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ayam Arab Petelur


Menurut Setiawan dan Sujionohadi (2009), Ayam buras merupakan seluruh ayam bukan ras atau selain ayam negeri pedaging dan petelur. Jenis ayam buras petelur adalah ayam arab, ayam kampung, ayam kedu, ayam nunukan, dan ayam wereng. Iskandar dan Sartika (2008), Ada dua jenis ayam arab, silver (braekel kriel silver) dan golden (braekel kriel gold). Dalam perkembangannya di masyarakat, ayam arab silver lebih banyak dikenal dan dibudidayakan dibandingkan ayam arab golden. Kedua jenis ayam ini dibedakan pada warna bulunya. Ayam arab silver termasuk ayam lokal petelur. Ayam ini awalnya dikembangkan oleh seorang peternak di Batu, Malang, Jawa Timur. Bentuk badannya segi empat mirip kotak, jenggernya berbentuk wilah (tunggal), dan berwarna merah. Bulu badannya tebal dengan variasi warna bulu dari leher sampai kepala putih sedikit bertotol-totol hitam. Badan sampai ekor bertotol-totol hitam dengan garis-garis agak hitam. Warna lingkar mata hitam, warna kulit, kaki dan paruh kehitaman. Ayam arab silver memiliki sifat lincah dan riang, berkokok nyaring, mudah ribut, dan lari beterbangan jika ketenangan terganggu. Ayam arab silver mulai bertelur umur 18 minggu. Ayam arab silver mempunyai kelebihan sebagai penghasil telur. Bobot betina dewasa mencapai 1.4 kg, sedangkan bobot jantan dewasa mencapai 1,7 kg. Ayam arab silver dapat memproduksi telur cukup tinggi yaitu sebesar 230-250 butir/ekor/tahun. Bobot telurnya yaitu sebesar 35 gram. Ayam arab golden mempunyai ciri spesifik warna bulu merah lurik kehitaman dan keemasan, bulu leher kuning kemerahan, warna lingkar mata hitam, warna kulit, kaki paruh hitam, Ayam arab golden tidak mempunyai sifat mengeram. Bobot ayam jantan dapat mencapai 1,8 kg dan betina dewasanya sebesar 1,3 kg. Ayam arab golden juga merupakan penghasil telur yang dapat mencapai 187 butir/ekor/tahun, dengan bobot telur yang dihasilkan yaitu sebesar 35 kg/butir. Ayam arab golden mulai bertelur yaitu umur 18 bulan. Ayam arab merupakan ayam lokal pendatang, kurang lebih baru12 tahun masuk ke Indonesia yang asalnya adalah ayam lokal Eropa. Konon, ayam arab
8

pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Suwarno yang pulang beribadah haji di Arab Saudi, membawa delapan butir telur tetas yang kemudian ditetaskan dan dikembangkan di Batu, Malang, Jawa timur. Ayam arab ini kemudian berkembang cepat di Surabaya dan terakhir di Jakarta, tetapi strain aslinya (parent stock) sudah tidak ada. Ayam arab yang ada sekarang adalah hasil kawin silang dengan ayam lokal. Menurut beberapa sumber, nama ayam arab muncul karena ayam ini tampak seperti sedang memakai jilbab. Sementara itu, sumber lain menyebutkan bahwa ayam ini berasal dari Arab Saudi. Menurut Pambudhi (2003), pemilihan atau seleksi telur dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan telur yang berkualitas. Telur berdasarkan kegunaannya terbagi dua yaitu telur konsumsi dan telur tetas. Pemilihan telur konsumsi

berkualitas dilakukan agar telur yang dipasarkan hanya telur-telur yang baik. Pemilihan telur tetas berkualitas dilakukan agar telur-telur yang akan ditetaskan memiliki daya tetas tinggi dan DOC yang dihasilkan berkualitas. Karakteristik telur konsumsi yang baik adalah tidak berbau busuk dan telur yang disimpan tidak lebih dari 14 hari, karena telur yang disimpan lebih dari 14 hari maka kualitasnya akan menurun. Penyimpanan telur konsumsi bertujuan untuk mempertahankan kualitas telur. Suhu ideal untuk menyimpan telur berkisar 10-15 derajat celcius. Cara meletakkan telur di tempat penyimpanan adalah bagian ujung telur yang tumpul berada diatas, hal ini bertujuan agar ruang udara akan lebih terjaga sehingga kuning telur menjadi tidak mudah rusak. Kandungan gizi yang terdapat dalam kuning telur adalah: energi/kalori berguna untuk membuat tubuh bertenaga dan kuat. Folat menjaga fungsi otak, membentuk sel darah merah, dan DNA. Kolin memperkuat memori otak dan menghambat penyakit pikun. Lechitin berfungsi untuk mempercepat produksi sel otak. Zat besi membentuk hemoglobin darah dan mencegah anemia. Lipid sebagian besar merupakan lemak tidak jenuh yang mudah dicerna tubuh yang sangat penting untuk kesehatan dan keseburan. Vitamin A berguna untuk melindungi mata. Antioksidan untuk mencegah kanker. Kandungan gizi yang terdapat dalam putih telur adalah mengandung

protein dengan kandungan asam amino esensial yang sangat penting untuk pertumbuhan tubuh dan membentuk kecerdasan. Riboflavin mambentuk antibodi
9

dan mencegah katarak. Niacin mencegah penyakit palagra. Magnesium penting bagi jantung, saraf, ginjal, otot, tulang dan gigi. Kalium mencegah pengeroposan tulang dan batu ginjal. Natrium penting untuk transportasi darah, transmisi saraf, aktifitas jantung dan metabolisme tubuh.

2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Lazuardi (2008) dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Restoran Macaroni Panggang (MP) Bogor Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor eksternal dan internal yang dihadapi oleh restoran Macaroni Panggang (MP), menganalisis alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat serta dapat diterapkan bagi MP dalam mengembangkan usaha restoran berbasis modern. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dalam matriks EFE sejauh ini restoran MP memiliki kemampuan yang cukup baik. Hasil analisis matriks IFE menunjukkan bahwa kemampuan internal perusahaan berada dalam kondisi menengah yang mengindikasikan posisi internal perusahaan yang kuat. Analisis matriks IE menempatkan perusahaan berada dalam kuadran V, kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan ini berada dalam posisi pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Simamora (2008) dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler Purnama Farm Depok, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis struktur biaya dan pendapatan usaha ayam broiler di Purnama Farm, (2) menganalisis saluran pemasaran ayam broiler di Purnama Farm, (3) menganalisis faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan, (4) menganalisis strategi yang tepat bagi usaha peternakan Purnama Farm untuk meningkatkan usahanya. Pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani, analisis saluran pemasaran, analisis matriks EFE, analisis matriks IFE, analisis matriks IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM.

10

Hasil matriks IE menunjukkan Purnama Farm berada pada kondisi internal lemah. Strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan adalah: mempertahankan tingkat produksi yang ada, mempertahankan hubungan yang baik dengan pemasok dan masyarakat, peningkatan kualitas dan peningkatan kapasitas dan sumberdaya manusia, serta meningkatkan pangsa pasar untuk produk daging ayam broiler. Ramdhiani (2008) dengan judul Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan Telur Ayam Buras di Propinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal Demand System dengan Data Susenas 2005 tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis pola konsumsi telur ayam ras dan ayam buras, 2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras, 3) menganalisis besarnya permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras pada tahun 2005-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi telur tertinggi oleh kelas pendapatan rendah, diikuti pendapatan sedang, dan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras di DKI Jakarta yaitu harga telur ayam ras, telur ayam buras, dan jumlah anggota rumah tangga. Hasil perhitungan proyeksi permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras dengan menggunakan rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) DKI Jakarta dari tahun 2002-2005 sebesar 4,9 persen dan rata-rata laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta tahun 2002-2005 sebesar 0,54 persen. Hal ini diproyeksikan semakin meningkat setiap tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan konsumsi per tahun untuk telur ayam ras sebesar 11,36 persen dan telur ayam buras sebesar 11,76 persen. Penelitian ini menggunakan konsep penelitian dan alat analisis yang sama dengan penelitian terdahulu. Penelitian mengenai strategi pengembangan bisnis belum pernah dilakukan di peternakan Trias Farm. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian mengenai strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi perusahaan dalam membuat perencanaan jangka panjang yang menyeluruh terkait dengan pengembangan usaha di masa-masa yang akan datang sehingga perusahaan mampu bertahan dalam menghadapi persaingan.
11

Tabel 6. Ringkasan Penelitian Terdahulu


Nama Alam Lazuardi Tahun 2008 Judul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Restoran Macaroni panggang (MP) Bogor Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler Pernama Farm, Depok, Jawa Barat Masalah Perkembangan restoran di kota Bogor yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan persaingan semakin ketat dalam hal mendapatkan bahan baku, persaingan teknologi, dan dalam mendapatkan konsumen. Dengan banyaknya produsen yang bergerak di bidang peternakan ayam broiler menyebabkan persaingan semakin ketat diantara produsen. Sehingga perusahaan harus menetapkan strategi yang tepat. Tujuan 1) Mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang dihadapi MP. 2) Menganalisis alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan usaha bagi MP. 1. Menganalisis struktur biaya dan pendapatan usaha ayam broiler. 2. Menganalisis saluran pemasaran. 3. Menanalisis faktor internal dan eksternal perusahaan. 4. Menganalisis strategi yang tepat bagi perusahaan. 1. 2. 3. 4. 5. Alat Analisis Matriks IFE Matriks EFE Matriks IE Matriks SWOT QSPM

Oktaviera I. Simamora

2008

1. Analisis pendapatan usahatani 2. Analisis saluran pemasaran 3. Matriks EFE dan IFE 4. Matriks IE dan SWOT 5. QSPM

Hilma Ramdhiani

2008

Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan Telur Ayam Buras di Propinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal Demand System dengan Data Susenas 2005

Terjadinya penurunan konsumsi telur ayam ras dan ayam buras di wilayah DKI Jakarta.

1) Menganalisis pola konsumsi telur ayam ras dan ayam buras. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras. 3) Menganalisis besarnya permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras pada tahun 2005-2010.

Analisis Almost Ideal Demand system (AIDS) dan analisis penduga/proyeksi .

12

III KERANGKA PEMIKIRAN


1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

1.1.1 Konsep Pengembangan Usaha Pengembangan usaha bagi wirausahawan merupakan bukan hanya sebagai tujuan, tetapi lebih merupakan strategi dalam rangka melaksanakan fungsi dan perannya dalam mengembangkan peradapan manusia yang berakhlak luhur dan manusiawi, sejahtera dalam suasana damai penuh cinta kasih. Bagi wirausahawan sejati, pengembangan usaha mempunyai makna yang luhur dan tidak hanya sekedar mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya (motif ekonomi), tetapi juga dilakukan untuk keuntungan sosial (motif sosial). Pengembangan usaha merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan usaha yang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kapasitas produksi, pendirian pabrik baru (investasi baru), ekspansi horizontal, ekspansi vertikal dan ekspansi pada sektor usaha baru1.

3.1.2 Konsep Strategi Strategi adalah rencana yang disatukan, luas, dan terintegrasi yang

menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Strategi tidak

hanya berfungsi sebagai suatu rencana. Strategi juga merupakan rencana yang menyatukan, luas, dan terpadu. Rencana yang menyatukan artinya strategi

menjadi alat yang menyatukan dan mengikat keseluruhan organisasi menjadi satu. Strategi bersifat luas artinya strategi meliputi seluruh aspek penting dalam organisasi. Strategi merupakan rencana yang saling berkaitan satu dengan yang lain berarti strategi memiliki sifat terpadu (Jauch dan Glueck,1991). Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar (David, 2006). Strategi juga merupakan suatu alat untuk mencapai

sasaran atau tujuan yang bersifat jangka panjang. Sasaran merupakan hal yang ingin dicapai oleh organisasi dan strategi merupakan rencana organisasi dalam

http://www.google.co.id/pengertian pengembangan usaha. diakes:15 Agustus 2009.20:30

mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Strategi yang dilakukan dalam

organisasi dapat berupa ekspansi geografis, diversifikasi, pengembangan produk, divestasi, likuidasi, akuisisi, dan joint venture. Strategi sangat menentukan bagaimana perkembangan dan kemajuan sebuah perusahaan dalam jangka panjang. Karena itu, para penyusun strategi merupakan individu yang paling menentukan kemajuan sebuah organisasi.

3.1.3 Konsep Manajemen Strategis Manajemen strategis penting dalam kemajuan suatu perusahaan baik besar maupun kecil, karena proses manajemen strategis secara signifikan dapat memperkuat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Menurut David (2006), manajemen strategis merupakan seni dan pengetahuan untuk menformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Proses manajemen strategis merupakan jalan yang dilalui oleh para pengambil keputusan strategi untuk menentukan sasaran organisasi dan membuat kesimpulan strategi yang berkesinambungan. Manajemen strategis merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Hunger dan Wheelen, 2003). Menurut Jauch dan Glueck (1991), manajemen strategis merupakan sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategis akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan peluang di masa yang akan datang, sehingga memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah. Manajemen strategis juga menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa depan perusahaan, sehingga perusahaan yang mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem ini. Fokus dalam manajemen strategis adalah mengintegrasikan manajemen pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi untuk mencapai keberhasilan dalam organisasi. Manajemen

14

strategis dibutuhkan oleh organisasi agar dapat menang dalam persaingan yang semakin ketat. Manajemen strategis menghasilkan rencana dari pilihan berbagai alternatif yang baik. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk

mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk di masa yang datang (David, 2006). Menurut David (2006), manajemen strategis merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Perubahan komponen utama dalam model manajemen strategis dapat mengakibatkan perubahan dalam semua komponen lain dalam model manajemen strategis. Aplikasi manajemen strategis berbeda untuk setiap organisasi. Langkah formal dalam manajemen strategis biasanya diterapkan

dalam organisasi yang besar, memiliki banyak divisi, pasar, maupun produk. Berikut model komprehensif manajemen strategis menurut David (2006).

Menjalankan audit eksternal

Mengembang kan pertanyataan visi dan misi

Menetapkan tujuan jangka

Merumuskan , evaluasi, dan memilih

Implementasi strategi- isu manajemen

panjang

strategi

Implementa si strategiisu-isu pemasaran keuangan, akuntasi, RAD, Sistem informasi

Mengukur dan mengevaluasi kinerja

Menjalankan audit internal

Formulasi

Implementasi

Evaluasi

Gambar 1. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis Sumber : David (2006)

15

3.1.4 Proses Manajemen Strategis Proses manajemen strategis merupakan alur dimana penyusun strategis menentukan sasaran dan menyusun strategi. Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1. Formulasi strategi Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,

mengindentifikasikan peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Setiap organisasi memiliki sumberdaya yang terbatas, oleh karena itu penyusunan strategi harus memilih strategi yang dapat memberikan keuntungan terbanyak. Keputusan formulasi strategi mengikat organisasi terhadap produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi yang spesifik untuk periode waktu yang panjang. Strategi menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Manajer tingkat atas memiliki sudut pandang terbaik dalam mengerti secara penuh pengaruh keputusan formulasi strategi. Manajer memiliki wewenang untuk menempatkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk implementasi. 2. Implementasi strategi (Strategy implementation) Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi sering kali disebut dengan tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk menetapkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Tahapan implementasi strategis merupakan tahap yang relatif paling rumit karena dalam implementasi strategi melibatkan seluruh individu dalam organisasi. Tahapan ini membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan setiap individu yang terlibat. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan. Strategi yang telah diformulasikan tetapi tidak diimplementasikan dengan baik tidak memiliki arti apa pun. kemampuan interpersonal sangat dibutuhkan dalam tahap implementasi strategi ini. Aktivitas

16

implementasi strategi mempengaruhi semua karyawan dan manajer dalam organisasi. 3. Evaluasi strategi Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga aktivitas dasar dalam evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja atau prestasi, dan mengambil tindakan korektif. Evaluasi strategi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di masa yang akan datang.

3.1.5 Formulasi Strategi David (2006), pernyataan visi dan misi memegang peranan yang penting dalam memformulasikan, implementasi, dan evaluasi strategi. Pernyataan visi dan misi yang jelas akan menghindarkan perusahaan dari tindakan jangka pendek yang dapat membahayakan kepentingan jangka panjang. Organisasi biasanya mengevaluasi pernyataan visi dan misi setiap tahun. Pernyataan visi menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Pernyataan visi sebaiknya dibuat terlebih dahulu karena pernyataan visi yang jelas berdampak dalam perumusan visi yang komperhensif. Pernyataan visi seharusnya dibuat dalam kalimat yang singkat. Masukan dari semua manajer sangat diperlukan dalam mengembangkan pernyataan visi. Pernyataan misi menggambarkan pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pernyataan misi yang jelas menggambarkan nilai dan prioritas dari suatu organisasi. Pernyataan misi secara kasar menggambarkan arah masa depan suatu organisasi. Pernyataan misi yang baik harus menjelaskan tujuan dasar dari organisasi, pelanggan, produk atau jasa, pasar, filosofi, dan dasar teknologi. Pernyataan visi dan misi memberikan dampak yang positif bagi kinerja dalam organisasi. Pernyataan visi dan misi secara tidak langsung berdampak positif pada kinerja keuangan organisasi. Tingkat keterlibatan manajer dan karyawan dalam mengembangkan pernyataan visi dan misi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi.

17

Tujuan merupakan titik sentral semua kegiatan perusahaan yang dapat dipakai menjadi alat untuk penilaian prestasi, pengendalian, koordinasi, dan juga untuk keputusaan strategi. Tujuan perusahaan atau suatu organisasi akan mempunyai banyak manfaat pada proses perumusan dan implementasi strategi jika manajemen puncak dapat dengan baik merumuskan, melembagakan, mengkomunikasikan, dan menguatkan tujuan tersebut melalui perusahaan. Tujuan harus menantang, terukur, konsisten, masuk akal, dan jelas.

3.1.6 Aspek Lingkungan Bisnis Menurut Umar (2008), lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan

eksternal dibagi menjadi dua kategori yaitu: lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di perusahaan.

3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal Menurut Jauch dan Glueck (1991), analisis lingkungan internal adalah proses dimana perencanaan strategi mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi, sumberdaya dan karyawan perusahaan-perusahaan, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan dimana kekuatan dan kelemahan perusahaan. Menurut Hunger dan Wheelen (2003), lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada dalam organisasi tetapi tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Kekuatan merupakan faktor-faktor yang merupakan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh organisasi di pasar sasaran. Kelemahan merupakan faktor-faktor yang menjadi kelemahan organisasi dibandingkan dengan pesaingnya dalam pasar. Menurut Kotler (2005), setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda, karena itu penting bagi sebuah organisasi untuk mengetahui dengan jelas apa kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi agar dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada di luar organisasi. Selain itu juga, mengetahui peluang yang menarik dilingkungannya, organisasi perlu juga memiliki keahlian tertentu supaya berhasil memanfaatkan

18

peluang tersebut.

Menurut

David

(2006), adapun lingkungan-lingkungan

internal perusahaan, adalah: 1. Faktor Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut David (2006) terdapat lima fungsi manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. 2. Faktor Keuangan dan Akuntansi Keuangan dan akuntansi merupakan dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:

kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelola keuangan, struktur modal kerja, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal. 3. Faktor Produksi dan Operasi David (2006), fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri dari semua aktifitas yang mengubah bahan baku menjadi barang/jasa. Manajemen produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Manajemen produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi yaitu : proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. Fungsi dasar dari manajemen produksi/operasi, adalah: a) Proses Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik. Keputusan spesifik mencakup pilihan teknologi yang digunakan dalam proses produksi, pendayagunaan sumberdaya manusia dan peralatan, dan layout fasilitas. b) Kapasitas Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang optimal untuk organisasi. Tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal. Keputusan spesifik mencakup peramalan, perencanaan fasilitas, perencanaan agregat, pedjadwalan, dan perencanaan kapasitas.

19

c) Persediaan Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi. Keputusan spesifik mencakup apa yang harus dipesan, kapan harus memesan, berapa banyak yang harus dipesan, dan penanganan bahan baku. d) Tenaga Kerja Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan yang terampil dan tidak terampil. Keputusan spesifik berhubungan dengan desain pekerjaan, standar kerja, dan teknik motivasi. e) Kualitas Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi berkualitas tinggi. Keputusan spesifik berhubungan dengan pengendalian kualitas dan pengendalian biaya. 4. Faktor Pemasaran David (2006), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses

mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (2005), terdapat empat macam bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. 5. Faktor Sumberdaya Manusia Manusia merupakan sumberdaya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam aspek sumberdaya manusia adalah langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen sumberdaya manusia, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan (Umar, 2008).

3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan suatu proses yang dilakukan oleh perencanaan strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Menurut David (2006), kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu: kekuatan ekonomi, kekuatan sosial,

20

budaya, dan demografi, kekuatan politik, hukum, dan pemerintahan, kekuatan teknologi, dan kekuatan kompetitif. 1. Faktor Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk juga iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama mempertahankan dan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah: ketersediaan kredit, inflasi, suku bunga, tingkat produktivitas tenaga kerja, dan fruktuasi harga. Jauch dan Glueck (1991), mengatakan bahwa perekonomian pada waktu sekarang dan dimasa yang akan datang dapat mempengaruhi keuntungan dan strategi perusahaan. Faktor-faktor ekonomi spesifik yang dianalisis dan

diagnostik kebanyakan perusahaan termasuk : (1) tahapan siklus bisnis yang terjadi, (2) gejala inflasi dan deflasi yang terjadi, (3) kebijakan keuangan, suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing, (4) kebijakan fiskal, dan (5) neraca perdagangan, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. 2. Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan David (2006), perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Variabel utama dalam sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, adalah: perilaku konsumsi, pertumbuhan penduduk, kepedulian terhadap etika, dan rata-rata tingkat pendidikan. 3. Faktor Teknologi Umar (2008), organisasi harus terus mengikuti perubahan teknologi yang mempengaruhi industrinya agar dapat terus mendorong inovasi dalam organisasi. Teknologi dapat menciptakan peluang bagi organisasi agar dapat berproduksi dengan lebih efisien dan efektif. Kemajuan dalam teknologi berdampak pada produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan. Kemajuan teknologi

21

mampu menciptakan pasar baru dengan penciptakan produk baru dan produk yang disempurnakan serta merubah posisi biaya kompetitif dalam suatu industri. Kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih baik bagi perusahaan. 4. Faktor Politik, Hukum dan Pemerintah Tindakan pemerintah dapat memperbesar peluang dan hambatan terhadap usaha yang dijalankan, maupun memperkecil keduanya. Tindakan pemerintah tersebut meliputi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan umumnya

berhubungan dengan faktor ekonomi dan politik. Oleh sebab itu, perusahaan harus meneliti lingkungan, mencoba mempengaruhi kebijakan pemerintah, dan mencoba memanfaatkan peluang serta meredakan ancaman yang ditimbulkan kebijakan pemerintah. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha dalam berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, demikian juga sebaliknya. Beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dari faktor politik agar bisnis dapat berkembang dengan baik, adalah: undang-undang tentang perburuhan dan lingkungan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintah, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan. 5. Faktor Kompetitif Bagian yang penting dalam audit eksternal adalah mengidentifikasikan perubahan pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, tujuan, dan strategi. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing merupakan hal yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi. Identifikasi pesaing utama tidak selalu mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi yang berkompetitif dalam industri yang berbeda (David, 2006). (Limbong, 2008) menyatakan bahwa persaingan mencakup semua tawaran dari pesaing serta barang pengganti yang aktual dan potensial yang mungkin dipertimbangkan oleh seseorang pembeli. Berdasarkan tingkat kemampuan produk untuk menggantikan, ada empat tingkat persaingan, adalah:

22

1. Persaingan merek dimana sebuah perusahaan memandang perusahaan lain yang menawarkan produk atau jasa serupa, dengan melayani pelanggan yang sama dan harga yang sama dengan pesaing. 2. Pesaing industri dimana perusahaan memandang sebuah perusahaan yang menghasilkan jenis produk yang sama dengan pesaing. 3. Pesaing bentuk dimana sebuah perusahaan memandang semua perusahaan penghasil produk yang memasok jasa yang sama sebagai pesaing. 4. Pesaing generik dimana perusahaan melihat semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan konsumen yang sama. Umar (2008), menyatakan bahwa aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti peluang-ancaman dan kekuatan-kelemahan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Analisis ini dapat menentukan seberapa menarik suatu industri untuk dimasuki dan untuk melihat faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan pada industri tersebut. Analisis ini juga untuk mencari gambaran tentang peluang dan ancaman bisnis yang diakibatkan oleh strategi dan perilaku bisnis sekelompok perusahaan yang saling bersaing. Model lima kekuatan Porter mengenai analisis persaingan merupakan pendekatan yang dipakai untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Intensitas persaingan diantara perusahaan yang sama bervariasi tergantung pada industri. Menurut Porter (2007), sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan : 1) Persaingan diantara pesaing yang ada Persaingan diantara pesaing yang ada biasanya yang paling berpengaruh diantara lima kekuatan. Persaingan diantara pesaing akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja yang dijalankan perusahaan. Strategi ini dapat berhasil hanya jika strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Menurut Porter (2007), tingkat persaingan itu dipengaruhi beberapa faktor, adalah:

23

a. Jumlah kompetitor atau pesaing mempengaruhi tingkat persaingan. Kompetitor harus dilihat dari beberapa sisi seperti jumlah, ukuran, dan kekuatannya. b. Tingkat pertumbuhan industri yang besar biasanya menyediakan sejumlah peluang bagi perusahaan untuk tumbuh bersama industrinya.

Pertumbuhan industri yang lambat sebaiknya tidak direspon dengan ekspansi pasar kecuali perusahaan mampu mengambil pangsa pasar pesaing. Kondisi ini dapat menimbulkan tren terjadinya perang harga. c. Karakteristik produk. Produk hendaknya tidak sekedar menyediakan kebutuhan dasar, tetapi juga memiliki suatu perbedaan (diferensiasi) atau nilai tambah. d. Biaya tetap yang besar. pada jenis industri yang mempunyai total biaya tetap yang besar, perusahaan yang beroperasi pada skala ekonomi yang tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan menjual produk di bawah biaya produksi. e. Kapasitas selalu berkorelasi dengan biaya produksi per unit. Produksi pada kapasitas tinggi diperlukan untuk menjaga efisiensi biaya per unit. Penambahan fasilitas produksi dapat dilakukan apabila perusahaan mampu berproduksi pada tingkat yang maksimal. f. Hambatan keluar menyebabkan perusahaan untuk tidak keluar dari industri 2) Masuknya pendatang baru David (2006), ketika perusahaan baru masuk dengan mudah ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk masuk dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetian pelanggan, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif/pajak, kurangnya akses terhadap bahan baku, lokasi yang kurang menguntungkan, dan serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan. penurunan harga atau

24

Perusahaan baru kadang-kadang memasuki bisnis dengan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih murah, dan sumberdaya pemasaran yang besar. Dengan demikian, tugas penyusun strategi adalah untuk mengidentifikasikan perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar, untuk memonitor strategi pesaing baru, untuk menyiapkan serangan balasan apabila dibutuhkan, serta untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada saat ini. 3) Ancaman produk pengganti (subsitusi) Adanya produk pengganti menempatkan batas atas dari harga yang dapat ditetapkan sebelum konsumen akan pindah ke produk pengganti. Tekanan persaingan dari produk meningkat jika harga relatif dari produk pengganti turun dan jika biaya konsumen untuk pindah menurun. Kekuatan persaingan dari produk pengganti paling baik jika diukur dengan pangsa pasar yang didapat oleh produk tersebut, disamping memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar. 4) Kekuatan tawar-menawar pembeli Jika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah yang banyak, kekuatan tawar-menawar pembeli merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan tawar-menawar konsumen akan lebih besar jika produk yang dibeli standar atau tidak berbeda, sehingga konsumen sering dapat melakukan negosiasi harga, jaminan, dan kemasan sampai tingkat tertentu. 5) Kekuatan tawar-menawar pemasok Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka menaikan harga atau pengurangan kualitas produk. Pemasok menjadi kuat apabila beberapa kondisi terpenuhi, yaitu: jumlah pemasok sedikit, produk yang dihasilkan unik, tidak tersedia produk subsitusi dan pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mampu mengolah produk menjadi produk yang sama dengan yang dihasilkan perusahaan. Perusahaan mungkin

menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk memperoleh kendali atau kepemilikan pemasok. Strategi ini efektif terutama jika pemasok tidak dapat diandalkan, biaya terlalu tinggi, atau ketidakmampuan memenuhi keperluan perusahaan secara konsisten.

25

Keberhasilan dalam formulasi strategi dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing. Porter

(2007), menyatakan bahwa hakikat persaingan dalam industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Potensi Pengembangan Produk Subsitusi

Kekuatan TawarMenawar Konsumen

Persaingan Antar Perusahaan Sejenis

Kekuatan TawarMenawar Pemasok

Kemungkinan Masuk Pesaing Baru Gambar 2. Model lima Kekuatan Porter Sumber : Porter (2007)

3.1.7 Matriks IFE dan Matriks EFE Menurut David (2006), menyatakan bahwa matriks IFE (Internal Factor Evaluation) meliputi faktor-faktor internal organisasi sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan organisasi yang merupakan petunjuk dasar dalam menentukan posisi perusahaan. Hal yang sama juga berlaku pada matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) yang merupakan ringkasan dari ancaman dan peluang yang dihadapi organisasi. Matriks IFE dan EFE terdiri dari kolom bobot, rating, dan total nilai yang merupakan hasil kali dari bobot dan rating. Untuk kolom bobot dan rating diisi sesuai dengan nilainya yang merupakan hasil dari pengelompokan faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan tingkat kepentingannya. Matriks IFE merupakan alat formulasi strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis dan

26

juga memberikan dasar untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2006). Matriks IFE dapat diketahui kemampuan organisasi dalam menghadapi lingkungan internalnya dan mengetahui faktorfaktor internal yang penting. Menurut Umar (2008), menyatakan bahwa matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Data dan informasi aspek internal perusahaan terdiri dari aspek sumberdaya manusia, pemasaran, produksi dan operasi, keuangan dan akuntasi dan sistem informasi. Menurut Umar faktor-faktor eksternal (2008), matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk

menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, politik dan pemerintahan, sosial budaya, teknologi, lingkungan, demografi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal perusahaan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.

3.1.8 Matriks IE Matriks internal-eksternal merupakan matriks yang meringkas hasil evaluasi faktor eksternal dan internal yang menempatkan perusahaan pada salah satu kondisi di dalam sembilan sel, dimana setiap sel merupakan kondisi langkah yang harus ditempuh perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu X dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu Y (David, 2006). Menurut David (2006), menyatakan bahwa strategi alternatif yang dapat diambil oleh perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian dan 14 tindakan yaitu : 1. Strategi Integrasi (Integration Strategy) Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan para pesaing baik melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. Tipe strategi integrasi terdiri dari, yaitu :

27

a. Strategi integrasi ke depan (forward integration strategy) merupakan strategi yang menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor atau para pengecer, dan bila perlu memilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian barang/jasa, sehingga mengganggu stabilitas produksi, padahal, perusahaan mampu untuk mengelola pendistribusian dengan sumberdaya yang dimiliki. Selain itu, bisnis di sektor pendistribusian memiliki prospek yang baik untuk dimasuki. b. Strategi integrasi ke belakang (backward integration strategy) merupakan strategi perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku dapat lebih ditingkatkan, apalagi para pemasok sudah dinilai tidak lagi menguntungkan perusahaan, seperti keterlambatan dalam pengadaaan bahan baku, kualitas bahan menurun, biaya yang meningkat sehingga tidak dapat lagi diandalkan oleh perusahaan. Tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian bagi para pemasok. Hal ini dilakukan jika pemasok sedikit padahal pesaingnya banyak, pasokan selama ini berjalan lancar, harga produk stabil, dan pemasok memiliki marjin keuntungan yang tinggi serta perusahaan memiliki modal dan sumberdaya yang berkualitas. c. Strategi integrasi horizontal (horizontal integration strategy) merupakan strategi perusahaan untuk meningkatkan pengawasan terhadap para pesaing perusahaan walaupun dengan harus memilikinya. Tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian para pesaing. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan memiliki posisi monopoli dengan seizin pemerintah, bersaing di industri yang berkembang, skala ekonomi meningkat, serta modal dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan mampu meningkatkan ekspansi. 2. Strategi Intensif (Intensive Strategy) Strategi intensif membutuhkan usaha yang intensif agar posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini membaik. Tipe strategi intensif terdiri dari : a. Strategi penetrasi pasar (market penetration strategy) yaitu strategi perusahaan yang berusaha untuk meningkatkan penjualan suatu produk/jasa melalui

28

usaha-usaha pemasaran yang lebih besar. Tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun, korelasi yang positif antara biaya 4P (produck, price, place, and promotion) pemasaran dan kemampuan untuk bersaing yang meningkat. b. Strategi pengembangan pasar (market development strategy) yaitu strategi perusahaan yang bertujuan untuk memperkenalkan produk/jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Selain itu, stategi ini bertujuan untuk memperbesar pangsa pasar. Hal ini dapat dilakukan jika memiliki jaringan distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, pendapatan laba sesuai dengan harapan, serta adanya pasar baru atau pasar yang belum jenuh. c. Strategi pengembangan produk (product development strategy) merupakan strategi perusahaan yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara memodifikasikan produk/jasa yang ada sekarang. Strategi ini biasanya memerlukan penelitian yang luas dan tajam serta membutuhkan biaya yang besar. Hal ini dapat dilakukan, jika produk sudah berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan produk sejenis yang lebih baik dengan harga yang lebih murah, memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh. 3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy) Strategi ini dilakukan dengan cara mendiversifikasikan aktivitas bisnis. Tipe strategi diversifikasi terdiri dari : a. Strategi diversifikasi konsentrik (concentric diversification strategy) dapat dilaksanakan dengan menambah produk atau jasa baru, namun masih berkaitan. Tujuan strategi ini adalah membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada industri yang pertumbuhannya lambat. b. Strategi diversifikasi horizontal (horizontal diversification strategy) dapat dilakukan dengan menambah produk atau jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak saling berkaitan untuk ditawarkan pada para pelanggan yang sudah ada. Hal ini dapat dilakukan jika produk baru dapat mendukung produk lama,

29

persaingan pada produk lama berjalan ketat, distribusi produk baru ke pelanggan lancar dan pada tingkat yang lebih dalam bahwa musim penjualan dari kedua produk relatif berbeda. c. Strategi diversifikasi konglomerat (conglomerate diversification strategy) merupakan strategi yang dilakukan dengan menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan. Hal ini dilakukan, jika industri di sektor ini telah mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan dan masih berkembang baik, serta memiliki sumberdaya untuk memasuki industri baru tersebut. 4. Strategi Defensif (Devensive Strategy) a. Strategi joint venture merupakan strategi perusahaan dimana terjadi saat dua atau lebih perusahaan membentuk suatu perusahaan temporer untuk tujuan kapitalisme modal. Strategi ini dapat dipertimbangkan dalam hal perusahaan bertahan untuk tidak mau memikul beban usahanya sendirian. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menggabungkan beberapa perusahaan dalam bentuk perusahaan baru yang terpisah dari induk-induknya. Hal ini dapat dilakukan, jika perusahaan merasa tidak mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain. b. Retrenchment Strategy merupakan strategi perusahaan yang dilaksanakan melalui reduksi biaya dan asset perusahaan. Hal ini dilakukan karena terjadi penurunan penjualan dan laba perusahaan, dirancang agar perusahaan mampu bertahan pada pasar pesaingnya, perusahaan bekerja dengan sumberdaya yang terbatas dan biasanya menghadapi tekanan-tekanan dari para pemegang saham, pekerja, dan media massa. Strategi ini juga dilakukan dengan cara menjual aktiva seperti tanah dan bangunan dalam rangka mendapatkan uang tunai yang diperlukan, penutupan pabrik yang produknya dianggap kuno, pengurangan jumlah karyawan, dan pembuatan sistem pengendalian biaya yang ketat. Tujuan strategi ini adalah untuk menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian asset perusahaan. c. Strategi divestasi (divestiture strategy) dilaksanakan dengan menjual suatu divisi atau bagian dari perusahaan. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau

30

investasi strategi lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan jika suatu unit bisnis sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya, misalnya terus merugi dan berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. d. Strategi likuidasi (liquidation strategy) merupakan strategi yang menjual asset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai dengan nilai nyata asset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Hal ini dilakukan apabila perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan lagi keberadaaannya.

3.1.9 Analisis SWOT SWOT adalah singkatan dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam lingkungan suatu organisasi. Analisis SWOT adalah alat untuk mencocokkan yang penting untuk membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi yaitu: SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatanancaman), dan WT (kelemahan-ancaman). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi perusahaan (David, 2006). David (2006), analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada : 1. Fokus mendasar pertama adalah peluang yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan serta ancaman yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan perusahaan. 2. Fokus mendasar kedua adalah identifikasi terhadap kekuatan internal perusahaan yaitu sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani perusahaan, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan.

3.1.10 Matriks Quantitative Strategies Planning (QSPM) QSPM merupakan teknik yang dipakai pada tahap pengambilan keputusan (decision stage) dari kerangka kerja analisis formulasi strategi. Teknik ini menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM

31

menggunakan input dari analisis pada tahap input (input stage) dan pada tahap pencocokan yang memberikan informasi untuk analisis selanjutnya melalui QSPM di tahap pengambilan keputusan. QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal dan eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Tahapan kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini diawali dengan melakukan identifikasi mengenai kondisi keseluruhan perusahaan, sejarah, perkembangan dan keadaaan peternakan Trias Farm. Identifikasi ini dimulai

dengan mempelajari visi dan misi perusahaan. Identifikasi visi dilakukan untuk memprediksi kondisi perusahaan yang diharapkan di masa depan, mengetahui kesenjangan kondisi sekarang dengan kondisi yang diharapkan di masa depan. Setelah itu, dilakukan identifikasi masalah yang terjadi dalam perusahaan. Peternakan Trias Farm memiliki masalah mengenai tingginya tingkat persaingan diantara perusahaan sejenis, tingginya biaya produksi, dan belum mampu memenuhi permintaan konsumen. Langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara dengan pihak internal dan eksternal perusahaan untuk mengidentifikasikan lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi. Kemudian melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh faktor- faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, kemudian melakukan wawancara kembali kepada pihak internal dan eksternal perusahaan untuk penentuan pembobotan dan peringkat. Langkah selanjutnya, yang dilakukan adalah wawancara dengan pihak internal perusahaan untuk menentukan alternatif strategi yang tepat untuk ditetapkan oleh perusahaan. Kemudian setelah mendapatkan alternatif beberapa startegi melakukan wawancara kembali dengan pihak internal perusahaan dalam

32

hal ini dengan menajer dan bagian produksi untuk menetukan alternatif prioritas strategi yang tepat bagi perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka alur pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Trias Farm

Permasalahan yang dihadapi : 1. 2.


3.

Persaingan antar perusahaan sejenis Peningkatan biaya produksi Belum mampu memenuhi permintaan konsumen

Analisis lingkungan perusahaan

Analisis Faktor Internal : 1. Sumberdaya manusia 2. Produksi dan operasi 3. Keuangan 4. Pemasaran 5. Manajemen

Analisis Faktor Eksternal : Politik, Hukum, dan Pemerintahan, Ekonomi, Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan, dan Teknologi Analisis Lingkungan Industri : masuknya pendatang baru, persaingan dalam industri, ancaman produk subsitusi, kekuatan tawarmenawar pemasok, dan kekuatan tawar menawar pelanggan Matriks EFE

Matriks IFE

Alternatif Strategi yang Tepat (Matriks IE dan SWOT)

Alternatif Strategi

Alternatif dan Prioritas Strategi (Matriks QSP)

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Peternakan Trias Farm, Bogor, Jawa Barat

33

IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Trias Farm yang berada di Kampung Kandang Sapi Desa Leuwimekar Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan peternakan Trias Farm merupakan perusahaan peternakan ayam arab petelur, Selain itu kesediaan manajemen perusahaan dan ketersediaan data dari perusahaan untuk dijadikan objek penelitian. Pengumpulan data dimulai pada bulan Mei hingga Agustus 2009.

4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang didapatkan dari dalam maupun luar perusahaan. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (observasi) dan melalui wawancara. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pihak internal dan eksternal perusahaan. Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui studi literatur maupun studi pustaka. Data sekunder bersumber dari perusahaan; surat kabar; situs internet; jurnal yang terkait; buku teks manajemen strategis, Balai Penelitian Ternak (BALITNAK), Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Pusat Stratistik, dan penelitian sebelumnya.

4.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik pengamatan langsung, wawancara, kuisioner, maupun browsing internet. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur. Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban secara spontan, jujur, serta merepresentasikan keadaaan yang sebenarnya. Wawancara dengan pihak internal perusahaan adalah dengan manajer perusahaan, bagian produksi dan bagian pemasaran. Hal ini dilakukakan karena pihak internal tersebut paling mengetahui kondisi riil yang terjadi di perusahaan.

Wawancara dengan pihak eksternal perusahaan dilakukan dengan ketua KEPRAKS (Kelompok Tani Ayam Kampung Sukabumi) dan ketua Himpuli (Himpunan Ayam Lokal Indonesia) dan pesaing perusahaan sejenis yaitu peternakan Citra Lestari Farm. Untuk pemilihan responden kepada ketua KEPRAKS didasarkan karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik dalam usaha ayam arab petelur. Responden dari peternakan Citra Lestari Farm dijadikan sebagai responden yang mewakili pesaing bagi peternakan Trias Farm. Hal ini karena pesaing ini juga melakukan usaha yang sama yaitu usaha ayam arab petelur, selain itu pesaing ini juga memiliki pengalaman dan pendidikan yang baik dalam bidang peternakan.

4.4 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari data deskriptif dan analisis tiga tahap formulas strategi. Alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor internal (matriks IFE) dan matriks faktor eksternal (matriks EFE), matriks IE, matriks SWOT dan QSPM. Adapun tahapan dalam pengolahan data ini adalah: 1. Melakukan wawancara dengan pihak eksternal perusahaan. 2. Melakukan wawancara dengan pihak internal perusahaan. 3. Melakukan Cross check faktor-faktor internal dan eksternal kepada pihak perusahaan. 4. Pemberian kuisioner kepada pihak internal dan eksternal perusahaan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal di peternakan Trias Farm. 5. Pemberian kuisioner kepadapihak internal untuk pemberian bobot dan peringkat dalam analisis IFE. 6. Pemberian kuisioner kepada pihal eksternal perusahaan untuk pemberian bobot dan peringkat dalam analisis EFE. 7. Pemberian kuisioner kepada kedua pakar yang mengetahui tentang seluk beluk perusahaan (manajer perusahaan dan bagian produksi) untuk pemberian bobot dalam analisis QSPM. Pemilihan responden ini didasarkan karena responden ini memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan mengenai strategi yang akan dilakukan peternakan Trias Farm.

35

8. Melakukan analisis data dan pengolahan data untuk mendapatkan alternatif strategi dan prioritas alternatif strategi.

4.4.1

Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui lingkungan internal dan diantaranya manusia, untuk

eksternal perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan perusahaan, perusahaan. kegiatan Analisis pemasaran, lingkungan manajemen, internal sumberdaya

mendefinisikan visi, misi dan tujuan perusahaan, sejarah dan perkembangan produksi/operasi, keuangan dan akuntansi, serta teknologi yang digunakan perusahaan bertujuan menggambarkan kondisi riil perusahaan.

4.4.2

Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi Proses perumusan strategi pada kerangka tiga tahap formulasi strategi

yang terdiri dari tahap masukan (input), tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Analisis tiga tahap formulasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis lingkungan eksternal dan internal (EFE dan IFE), analisis IE, analisis SWOT dan analisis QSPM.

4.4.2.1

Analisis EFE dan IFE Data yang diperoleh dari setiap tahap input dianalisis secara deskriptif

untuk mendefinisikan visi, misi dan tujuan perusahaan, data lingkungan eksternal dan internal perusahaan, serta kondisi umum perusahaan untuk mempresentasikan kedudukan perusahaan dalam industri. Data yang ada kemudian diklasifikasikan secara kuantitatif menurut analisis lingkungan eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang datang dari kekuatan dan kelemahan yang ada pada perusahaan. Daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang ada dievaluasi dan dibuat dalam bentuk matriks EFE dan IFE. Untuk mengetahui mengenai daftar matriks eksternal dapat dilihat pada Tabel 7.

36

Tabel 7. Matrik EFE Faktor Eksternal Peluang Ancaman Total Sumber : David (2006) Bobot Peringkat Bobot x Peringkat

Matriks EFE merupakan sebuah daftar yang membuat serangkaian faktor strategis eksternal yang terdiri atas peluang dan ancaman. Kelebihan dari alat analisis matriks EFE adalah agar para penyusun strategi dapat merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, demografi, lingkungan dan budaya, politik, hukum dan pemerintahan, serta teknologi dan lingkungan industri (David, 2006). Matriks EFE menerapkan nilai bobot dan peringkat (rating) dari masingmasing faktor eksternal perusahaan yang ada didalamnya. Rating mengindikasikan seberapa efektif perusahaan merespon peluang dan ancaman yang ada. Penilaian rating untuk peluang tersebut adalah : rating 4 = respon sangat superior, rating 3 = respon diatas rata-rata, rating 2 = respon rata-rata dan rating 1 = respon dibawah rata-rata. Untuk ancamannya adalah rating 4 = respon dibawah rata-rata, rating 3 = respon rata-rata, rating 2 = respon diatas rata-rata dan rating 1 = respon sangat superior. Matriks IFE (Tabel 8) memuat serangkaian faktor strategis internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Matriks IFE menempatkan nilai bobot dan peringkat dari masingmasing faktor strategis internal didalamnya. Matriks faktor internal yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa idealnya kinerja yang telah dilakukan. Rating untuk kekuatan adalah rating 1 = sangat lemah, rating 2 = lemah, rating 3 = kuat dan rating 4 = sangat kuat. Kelemahan adalah 1 = sangat kuat, rating 2 = kuat, rating 3 = lemah dan rating 4 = sangat lemah.

37

Tabel 8. Matrik IFE Faktor Internal Peluang Ancaman Total Sumber : David (2006) Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen dengan menggunakan metode paired comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode paired comparison tersebut digunakan untuk membandingkan setiap variabel pada baris (horizontal) dengan variabel pada kolom (vertikal). Penentuan bobot pada setiap variabel digunakan skala 1,2,3. Penilaian untuk setiap skala dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10 berikut ini. Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan Faktor Eksternal A A B C Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991) B C Total Bobot Peringkat Bobot x Peringkat

Matriks perbandingan berganda memuat serangkaian faktor strategis eksternal dan internal perusahaan. Tiap-tiap faktor dibandingkan satu sama lain

38

untuk mengetahui bobot suatu faktor relatif terhadap faktor yang lain, dimana nilai bobot total dari faktor keseluruhan adalah 1. Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan Faktor Internal A B A B C Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991). C Total

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus : ai = Xi xi Keterangan : ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3, n = Jumlah variabel Tahap selanjutnya adalah memberikan rating/peringkat satu sampai empat pada kolom ketiga, kedalam matriks EFE dan IFE. Kemudian mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot. Selanjutnya skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot. Total skor terbobot berada antara satu sampai empat. Nilai satu sampai dua pada matriks EFE berarti perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman, sedangkan nilai dua sampai tiga berarti perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata, nilai tiga sampai empat berarti perusahaan mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dengan baik. Untuk matriks faktor internal perusahaan yang bernilai satu sampai dua menggambarkan kondisi internal perusahaan yang sangat buruk. Nilai dua sampai tiga menggambarkan situasi internal perusahaan yang berada di rata-rata. Nilai tiga sampai empat menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada tingkat diatas rata-rata atau kondisi internal perusahaan yang baik.

39

Tahap kedua adalah tahap pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan matriks EFE dan IFE kedalam matriks IE. Hal ini bertujuan untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Matriks IE mempunyai sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga sel strategi utama (David, 2006), yaitu: 1. Growth and Build (tumbuh dan bina) berada dalam sel I, II, dan IV. Strategi yang cocok adalah intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal). 2. Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara) dilakukan untuk sel III, V, dan VII. Strategi umum yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar. 3. Harvest or Divest ( panen atau divestasi) dipakai untuk sel VI, VIII, dan IX. Strategi umum yang dipakai adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.

Kuat 4.0 I Tinggi Total Skor Menengah EFE 2.0 Rendah 1.0

Total Skor IFE Rata-rata 3.0 II

Lemah 2.0 III 1.0

3.0

IV

VI

VII

VIII

IX

Gambar 4. Matriks IE Sumber : David, 2006

40

4.4.2.2 Analisis Matriks SWOT Menurut David (2006), Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT Matrix) adalah alat untuk mencocokan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO (kekuatanpeluang/ strength-opportunities), strategi WO (kelemahan-peluang/weaknessesopportunities), strategi ST (kekuatan-ancaman/strength-threats), dan strategi WT (kelemahan-ancaman/weaknesses-threats). Mencocokan faktor eksternal dan internal kunci adalah bagian yang sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada pencocokan yang terbaik. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk

memanfaatkan peluang eksternal, dimana kekuatan internal dapat memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi ancaman utama, akan berusaha menghindari untuk berkonsentrasi pada peluang. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat peluang eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman dilingkungan eksternalnya secara langsung. Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman. Kenyataannya, perusahaan seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.

41

Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel yaitu empat sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel yang selalu dikosongkan (sel di kiri atas). Empat sel strategi diberi nama SO, WO, ST, dan WT dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci yang diberi nama S, W, O, dan T. Ada delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT, adalah: 1. Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan. 2. Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan. 3. Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan. 4. Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan. 5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan. 6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan. 7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan. Tujuan dari masing-masing alat pencocokan di Tahap 2 adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang tepat, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk implementasi. Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada Gambar 5.

42

Faktor Internal

Kekuatan (Strengths- Kelemahan (WeaknessW) S) 1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan kekuatan 6. 7. 8. 9. 10. Strategi SO 1. 2. 3. Gunakan kekuatan 4. dengan 5. memanfaatkan 6. peluang 7. 8. 9. 10. Strategi ST 1. 2. 3. Gunakan 4. kekuatan untuk 5. menghindari 6. ancaman 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan kelemahan 6. 7. 8. 9. 10. Strategi WO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Faktor Eksternal

Peluang (OpportunitiesO) 1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan peluang 6. 7. 8. 9. 10. Ancaman (Threats-T) 1. 2. 3. 4. 5. Tuliskan ancaman 6. 7. 8. 9. 10.

Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Strategi WT 1. 2. 3. Minimalkan 4. kelemahan dan 5. hindari ancaman 6. 7. 8. 9. 10.

Gambar 5. Matriks SWOT Sumber: David, 2006.

43

4.4.2.3 Analisis QSPM Menurut David (2006), Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM) adalah teknik analisis yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang tepat. Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik, dengan menggunakan input dari analisis Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap 2 untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Format dasar dari QSPM diilustrasikan dalam Tabel 11. Alat pencocokan ini bisa menghasilkan alternatif yang mirip, tetapi tidak semua strategi yang disarankan oleh teknik pencocokan harus dievaluasi dalam QSPM. Tabel 11. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM) Faktor Kunci Bobot Faktor eksternal .......................... Faktor internal ........................ Total Nilai Daya Tarik Sumber: David, 2006. Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS

1.0

Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan eksternal dan internal. Terdapat enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM: 1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum 10 faktor keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM. 2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE. Bobot

44

disajikan dalam kolom persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. 3. Mengevaluasi matriks Tahap 2 (pencocokan) dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Mencatat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang independen jika memungkinkan. 4. Menentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) strategi dengan untuk mengevaluasi masing-masing faktor internal atau eksternal kunci. Nilai Daya Tarik harus diberikan untuk masing-masing mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik. 5. Menghitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Score-TAS) didefinisikan sebagai hasil dari pengalian bobot (langkah 2) dengan Nilai Daya Tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut (dengan hanya mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci terdekat). 6. Menghitung penjumlahan Total Nilai Daya Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Keunggulan QSPM adalah bahwa set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama, tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi. Misalnya strategi tingkat korporasi dapat dievaluasi terlebih dahulu, diikuti dengan strategi tingkat divisi, dan kemudian strategi tingkat fungsional. Mengembangkan QSPM, kecil kemungkinan suatu faktor kunci akan terabaikan atau diberi bobot yang tidak sesuai. Akan tetapi membutuhkan sejumlah keputusan subjektif dalam membuat keputusan kecil disepanjang proses memperbesar kemungkinan bahwa keputusan strategis yang final adalah yang

45

terbaik bagi organisasi. QSPM dapat diadaptasikan untuk organisasi kecil, besar, berorientasi laba maupun nirlaba dan dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Keterbatasan QSPM, yaitu selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang berdasar. Peringkat dan nilai daya tarik membutuhkan keputusan yang penuh pertimbangan, walaupun selalu didasarkan pada informasi yang objektif. Keterbatasan lain dari QSPM adalah hanya sebagai informasi pendahuluan dan analisi pencocokan yang mendasari penyusunannya.

46

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Peternakan Trias Farm Peternakan Trias Farm merupakan perusahaan peternakan dan pembibitan ayam arab petelur. Perusahaan Trias Farm didirikan oleh Bapak Letnan Jenderal Purwadi pada tahun 2001. Peternakan Trias Farm pada awal usaha adalah membudidayakan ayam arab sejumlah 4000 ekor di daerah Leuwiliang untuk menghasilkan telur, Kabupaten Bogor. Pada tahun 2006, usaha mulai berkembang dengan melakukan diversifikasi produk yaitu melakukan pembibitan ayam arab. Saat ini, kapasitas produksi ayam arab di perusahaan sebanyak 30.000ekor, dimana untuk telur ayam arab budidaya adalah sebanyak 25.000 ribu ekor, dan kapasitas produksi untuk pembibitan sebanyak 5.000 ekor.

5.2 Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm Organisasi memiliki struktur yang menetapkan pihak yang bertanggung jawab, pihak yang menjadi pusat pertanggungjawaban dan cara pembagian tugas. Struktur organisasi di peternakan Trias Farm menganut sistem sentralisasi yaitu dalam pengambilan keputusan melalui manajer. Manajer membawahi tiga bagian yaitu bagian produksi, bagian pemasaran, dan administrasi. Trias Farm terdiri dari satu orang manajer, satu orang bagian produksi, tiga orang bagian pemasaran, 11 anak kandang (karyawan A), dua orang driver (karyawan B), dan dua orang yang bertugas mengambil telur (karyawan C). Pembagian tugas dan tanggungjawab karyawan di peternakan Trias Farm, adalah: 1. Manajer Perusahaan Manajer bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kegiatan yang ada di peternakan Trias Farm yaitu menentukan besarnya gaji yang dibayarkan kepada karyawan, penetapan harga jual produk, menentukan jumlah kapasitas produksi telur dan pembibitan DOC, dan lain-lain. 2. Bagian Produksi Tugas bagian produksi adalah bertanggungjawab secara keseluruhan terhadap kegiatan proses produksi di peternakan Trias Farm. Tugas dari bagian produksi, diantaranya melakukan mengawasan terhadap aktivitas anak kandang,

berkoordinasi kepada manajer dalam penetapan harga jual produk, memelihara ayam arab petelur, membuat perencanaan dan menentukan siklus produksi. 3. Bagian Pemasaran Bagian Pemasaran bertanggungjawab terhadap kegiatan pemasaran produk. Tugasnya adalah melakukan pencatatan transaksi penjualan dan pembelian produk kepada konsumen, melakukan sortasi dan pengemasan produk dan mengirim produk kepada konsumen serta menagih uang langsung kepada konsumen. 4. Bagian Administrasi Bagian administrasi bertanggungjawab dalam melakukan pencacatan

transaksi keuangan. Tugasnya adalah melakukan pencatatan transaksi penjualan dan pembelian, serta membuat pembukuan keuangan bulanan dan tahunan. 5. Karyawan A Karyawan A merupakan anak kandang. Tugas anak kandang yaitu melakukan kegiatan proses produksi secara keseluruhan mulai dari persiapan kandang sampai pascapanen. 6. Karyawan B Karyawan B adalah karyawan yang bertugas dan bertanggungjawab mengambil telur. Tugas rutin dari karyawan B adalah mengambil telur dari kandang menuju gudang, serta melakukan sortasi dan pengemasan telur dan DOC. 7. Karyawan C Karyawan C merupakan driver. Tugas dari Driver adalah melakukan pengiriman produk diantara mengirim telur kepada pelanggan dan mengirim DOC kepada peternak ayam arab. Untuk mengetahui mengenai struktur organisasi di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Gambar 6.

48

Pemilik Trias Farm

Manajer

Administrasi

Bagian Produksi

BagianPemasaran

KaryawanA

KaryawanB

KaryawanC

Gambar 6. Struktur Organisasi di Peternakan Trias Farm

5.3 Keadaan Umum Wilayah Perusahaan Peternakan Trias Farm terletak di Kampung Kandang Sapi Desa Leuwimekar Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan Trias Farm memiliki lokasi usaha yang strategis. Hal ini dikarenakan secara geografis kota Bogor terletak dekat ibukota negara yang merupakan potensi yang strategis untuk memasarkan produknya, akses yang mudah dalam mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan dan lokasi usaha yang tenang dan sejuk cocok untuk budidaya ayam arab petelur. Lokasi usaha juga jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar kandang. Kabupaten Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut dan dengan keadaan cuaca dan udara yang sejuk. Suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 derajat celcius dan kelembapan udara kurang lebih 70 persen. Iklim kandang yang cocok untuk usaha beternak ayam petelur adalah persyaratan temperatur berkisar antara 32,235 derajat celcius, kelembapan berkisar antara 60-70 persen, tata letak kandang mendapatkan sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik. Sehingga lokasi kandang di peternakan Trias Farm sudah tepat untuk budidaya ayam petelur.

49

5.4 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Pada dasarnya, peternakan Trias Farm belum memiliki pernyataan secara tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Akan tetapi, secara umum ketiga hal tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan pihak peternakan Trias Farm. Visi merupakan apa yang ingin kita capai, apa yang ingin kita peroleh, dan ingin menjadi apa di masa yang akan datang. Misi menyatakan langkah apa yang harus dilakukan atau dikerjakan. Visi yang dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan tujuan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan maka pernyataan visi dari peternakan Trias Farm adalah mempertahankan keanekaragaman dan kelangsungan ayam arab sebagai ayam lokal (buras). Misi dari peternakan Trias Farm adalah menghasilkan telur yang bekualitas, 2) menghasilkan DOC yang berkualitas. Tujuan peternakan Trias Farm adalah meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi dan melakukan diversifikasi produk telur ayam arab.

50

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan

internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri.

6.I Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal perusahaan memiliki kemampuan untuk merubah suatu perusahaan menjadi apa yang dicita-citakan oleh manajemen. Lingkungan internal merupakan proses pengidentifikasian terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Proses internal perusahaan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan fungsional yaitu analisis yang dilakukan oleh masing-masing fungsi dalam perusahaan dengan mengkaji manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, dan sumberdaya manusia.

6.1.1

Manajemen Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha di peternakan Trias Farm,

terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, yaitu aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian. 1. Perencanaan Usaha di peternakan Trias Farm belum memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya peryataan visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dirumuskan secara tertulis, jelas, dan spesifik. Kondisi ini tidak mempengaruhi usahanya. Hal ini terlihat dari produksi telur maupun DOC yang habis terjual setiap hari, bahkan belum mampu memenuhi permintaan pembeli telur dari daerah Bandung dan Jakarta. 2. Pengorganisasian Struktur organisasi peternakan Trias Farm adalah sentralisasi. Hal ini terlihat dalam menjalankan operasional perusahaan. Manajer perusahaan menerapkan pendekatan Top Down, dimana seluruh komando dilakukan langsung
51

oleh manajer, kemudian unit-unit di bawahnya hanya melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan oleh manajer. 3. Pemberian Motivasi Pendekatan yang dilakukan oleh manajer perusahaan lebih bersifat top down dalam operasionalisasi perusahaan, akan tetapi pihak manajer tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan rekan kerja. Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan manajer untuk meningkatkan motivasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri manajer perusahaan dalam proses produksi untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang usaha ayam arab petelur. Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut tetap merasa nyaman selama bekerja. 4. Pengelolaan Staf Pengelolaan staf dalam suatu sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau iklim kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja dalam kumpulan nilai, harapan, serta kebiasaaan masing-masing orang yang ada di perusahaan tersebut pada umumnya tetap dipertahankan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya kerja yang terjadi di peternakan Trias Farm bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan manajer perusahaan kepada karyawan tidak bersifat kaku sehingga kondisi seperti ini memudahkan manajer perusahaan dalam memberikan tugas kepada karyawan dan sebaliknya, jika karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada manajer perusahaan yang terkait dengan masalah kerja. 5. Pengendalian Peternakan Trias Farm melakukan pengendalian dalam proses prosuksi ayam arab. Khususnya dalam pengadaaan bahan baku pakan dan obat-obatan serta budidaya ayam arab petelur. Pengendalian bahan baku pakan dan obat-obatan yang dilakukan perusahaan adalah di dalam gudang harus selalu tersedia pasokan bahan baku pakan dan obat-obatan. Pengendalian budidaya ayam arab, hal yang dilakukan perusahaan adalah selalu mengutamakan kualitas pakan konsentrat,

52

sanitasi dan kebersihan kandang. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko kegagalan yang lebih besar dalam usaha ayam arab.

6.1.2

Keuangan Pendirian sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal tidak

hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat yang digunakan dalam proses produksi. Peternakan Trias Farm dalam mengusahakan ayam arab petelur menggunakan modal sendiri. Saat ini, perusahaan dalam menggunakan modal kerja untuk biaya operasional perusahaan sedikit menghadapi kendala. Kendala yang terjadi adalah masih memiliki tanggungan terhadap perusahaan pemasok pakan yaitu PT Global. Aset tetap yang digunakan dalam usaha ayam arab di peternakan Trias Farm adalah milik sendiri. Aset tetap yang dimiliki tersebut diantaranya lokasi usaha, bangunan kandang, kantor, mesin tetas, dan lain-lain. Peternakan Trias Farm sudah menerapkan sistem pencatatan data keuangan dengan baik, misalnya pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan komputerisasi. Sistem pencatatan keuangan ini dilakukan oleh bagian Administrasi. Penggunaan sistem pencatatan keuangan tersebut dapat menghemat waktu dan risiko kesalahan dalam proses pencatatan.

6.1.3

Pemasaran Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,

menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran di peternakan Trias Farm, adalah: 1. Produk Produk yang dihasilkan oleh peternakan Trias Farm adalah telur ayam arab dan DOC ayam arab. Karakteristik telur yang dihasilkan perusahaan yaitu memiliki ukuran telur yang ideal (rata-rata 35 gram), memiliki kerabang telur berwarna putih, bersih, mengkilap, dan warna kuning telur orange cerah. Karakteristik telur seperti itu yang banyak diminati oleh konsumen. Produk telur
53

yang dihasilkan perusahaan memiliki kualitas yang sangat baik dalam hal kandungan gizi. Dimana kandungan gizi telur yang dihasilkan peternakan Trias Farm rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Telur yang rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi tersebut sudah teruji, dimana perusahaan sudah melakukan uji kandungan gizi di laboratorium kesehatan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Dinas Kesehatan, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan Trias Farm juga menghasilkan DOC yang berkualitas. Hal ini dikarenakan DOC yang dihasilkan perusahaan sudah menerapkan sistem proses produksi secara modern seperti memenuhi DOC yang unggul dan sistem sanitasi yang baik. Karakteristik DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm adalah memiliki bentuk yang seragam, lincah, kaki tidak kering, bulu tidak rontok, ratarata bobot badan 50 gram, pantat tidak basah, dan perut tidak kembung. Produk DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm dapat dibedakan antara jantan dan betina. Hal inilah yang membedakan dengan perusahaan pembibitan lainnya yang belum mampu membedakan antara DOC jantan dan betina. Salah satu hal

terpenting yang dilakukan oleh peternakan Trias Farm untuk membangun loyalitas pelanggan adalah dengan membangun citra/image baik perusahaan melalui mengutamakan kualitas telur maupun DOC. DOC yang dikirim di luar pulau Jawa Barat, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, adalah: a. Surat keterangan bebas flu burung dari Dinas Kesehatan Hewan. b. DOC sudah divaksin mareks dan dikemas dalam box yang telah diberi label nama perusahaan. Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik. Dalam

kemasan tersebut perusahaan mencantumkan label yang berisi kandungan gizi yang terkandung dalam telur ayam arab yang dihasilkan perusahaan dan mencantumkan tanggal kadaluarsa produk. Pelabelan kandungan gizi tersebut yang membedakan telur yang dijual peternakan Trias Farm dengan telur-telur yang dijual dipasaran. Pencantuman tanggal kadaluarsa produk dalam kemasan bertujuan untuk melindungi konsumen dan memberikan informasi tentang jangka

54

waktu telur aman dikonsumsi. Untuk mengetahui mengenai produk telur yang dihasilkan peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Lampiran 7. 2. Harga Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer peternakan Trias Farm, maka penetapan harga pada produk perusahaan didasarkan atas pendekatan persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk telur maupun DOC yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak perusahaan dengan mengikuti harga produk telur dan DOC yang ada di pasaran. Saat ini, penetapan harga telur di peternakan Trias Farm berkisar antara Rp 1050-1150 per butir. Penetapan harga yang diberikan kepada pelanggan (pedagang pengumpul) adalah sama, dan yang membedakan adalah biaya ongkos kirim. Besarnya biaya ongkos kirim yang ditetapkan perusahaan tergantung dekat atau jauhnya perusahaan mengirim produk tersebut. Saat ini, penetapan harga DOC di peternakan Trias Farm adalah berkisar antara Rp 5000/ekor. Biasanya harga yang diterima pembeli yang berasal dari luar Jawa Barat, lebih mahal dari pembeli dari Jawa Barat. Misalnya untuk harga yang diterima pembeli yang berasal dari Sumatera Barat adalah Rp 7000/ ekor. Hal ini dikarenakan adanya biaya tambahan untuk biaya pengiriman dan biaya administrasi lainnya. 3. Distribusi Pendistribusian telur ayam arab di peternakan Trias Farm adalah langsung kepada pedagang pengumpul. Untuk mengetahui pendistribusian telur ayam arab di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pendistribusian Telur Ayam Arab di peternakan Trias Farm No 1 2 3 4 5 6 7 Daerah Penjualan Telur Bogor Jakarta dan Cibubur Cibinong Bogor Jakarta Cilidong dan Depok Bandung Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Jumlah (Butir) 5.000-6.000 10.000-12.000 4.000-5.000 4.000-5.000 10.000-12.000 3.000-4.000 10.000-13.000
55

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa pendistribusian telur ayam arab di peternakan Trias Farm dipasarkan di daerah Bogor, Parung, Cibinong, Depok, Bandung dan Jakarta. Pemasaran DOCnya adalah kepada peternak ayam arab di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Pekan Baru, Sumatera Barat dan Kalimantan. Untuk wilayah Kalimantan dan Sumatera Barat. pengiriman DOC dengan menggunakan pesawat terbang. Untuk mengetahui mengenai saluran

distribusi di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Gambar 7. Trias Farm

Telur Ayam

DOC

Peternak/konsumen Pedagang Pengumpul Konsumen

Konsumen

Gambar 7. Saluran Distribusi Produk di Peternakan Trias Farm

Dari Gambar 7 dapat diketahui bahwa saluran distribusi produk di peternakan Trias Farm terdiri dari dua pola saluran. Pola saluran pertama adalah peternakan Trias Farm menyalurkan telur ayam arab kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menyalurkan kepada konsumen. Selain itu juga, peternakan Trias Farm menyalurkan langsung kepada konsumen. Pola saluran kedua adalah peternakan Trias Farm menyalurkan DOC langsung kepada peternak/konsumen. 4. Promosi Dalam memasarkan produknya perusahaan melakukan promosi. Untuk memasarkan telur ayam arab perusahaan melakukan promosi, dengan cara melalui brosur-brosur, pameran, stiker, dan dari mulut ke mulut. Untuk memasarkan DOC
56

perusahaan melakukan promosi dengan cara melalui internet, brosur-brosur, pameran, dan dari mulut ke mulut. Penyebaran brosur-brosur bertujuan untuk memperkenalkan nama perusahaan kepada masyarakat. Promosi melalui pameran bertujuan agar terinformasikannya produk yang dijual oleh perusahaan. Salah satu maanfaat yang diperoleh dari perkembangan teknologi informasi adalah adanya internet. Internet bagi perusahaan dapat mempromosikan produknya, sehingga produknya tidak hanya dikenal sekitar Jawa Barat, tetapi juga di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan. Peternakan Trias Farm memiliki web sendiri dengan nama www.trias-farm.webs.com dan memiliki email:farm.trias@gmail.com. Tujuan perusahaan melakukan promosi melalui internet adalah untuk memperluas pasar produknya khususnya DOC. Sehingga dengan adanya perkembangan informasi dapat menjadi peluang bagi perusahaan. Peternakan Trias Farm mendapat bantuan promosi secara tidak langsung melalui media elektonik maupun media cetak. Dimana ada beberapa wartawan yang datang ke peternakan Trias Farm untuk meliput dan mewawancari manajer perusahaan tentang usaha ayam arab yang kemudian dimuat dalam majalah dan di salah satu media elektronik yaitu dalam stasiun Trans 7 program laptop si Unyil. Peternakan Trias Farm dianggap mempunyai pengalaman dan reputasi yang cukup baik dalam bidang usaha ayam arab sehingga apa yang disampaikan perusahaan menjadi perhatian masyarakat luas. Peternakan Trias Farm bergabung dalam himpunan peternak unggas lokal Indonesia (HIMPULI). Himpuli adalah organisasi indenpenden yang merupakan wadah untuk menghimpun, mengelola, dan meningkatkan kualitas hidup seluruh peternak unggas lokal/buras Indonesia serta tidak terkait pada lembaga pemerintah, organisasi politik atau organisasi manapun. Himpuli memiliki

anggota sekitar 180 peternak ayam lokal/buras di seluruh Indonesia. Program kerja dari Himpuli, salah satunya dalah melakukan pameranpameran unggas dan melakukan pertemuan-pertemuan dengan peternak unggas seluruh Indonesia untuk membahas permasalah-permasalahan dalam dunia perunggasan lokal. Himpuli juga sering mengadakan pameran tetang ayam lokal. Program kerja Himpuli tersebut menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm untuk memperkenalkan produknya ke peternak-peternak unggas lokal tersebut.
57

Manfaat langsung yang diperoleh peternakan Trias Farm setelah bergabung dengan Himpuli adalah karena Himpuli sering mengadakan pertemuan dengan peternak-peternak unggas lokal seluruh Indonesia. Hal tersebut dapat dijadikan media bagi peternak-peternak untuk mempromosikan produknya masing-masing. Keuntungan yang diperoleh peternakan Trias Farm dengan adanya pertemuan tersebut adalah pembeli produk (DOC) di peternakan Trias Farm tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga pembeli yang berasal dari luar pulau Jawa, diantaranya Sumatera Barat, Riau, Kalimantan, dan Pelembang.

6.1.4

Produksi dan Operasi di Peternakan Trias Farm Peternakan Trias Farm mempunyai dua unit bisnis yaitu produksi telur

ayam arab dan pembibitan ayam arab. Kegiatan produksi pada ayam arab petelur dilakukan oleh bagian produksi dan karyawan perusahaan pada bagian kandang atau anak kandang. Proses kegiatan produksi di peternakan Trias Farm ada dua yaitu kegiatan produksi DOC dan kegiatan produksi telur. Tahapan dalam proses produksi ayam arab di peternakan Trias Farm, adalah : 1. Pembersihan kandang Pembersihan kandang dimulai dari pembersihan kotoran ayam yang dilakukan oleh karyawan. Selain itu, dilakukan juga pembersihan peralatan

kandang yang telah dipakai hingga bersih, kemudian dilakukan penyikatan kandang. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran dan pakan yang menempel pada bagian-bagian kandang tertentu di kandang yang apabila tidak dibersihkan akan menjadi media berkembangnya bakteri. Setelah kandang disikat, maka selanjutnya dilakukan pengapuran dan penyemprotan dengan larutan kapur dicampur dengan formalin. Hal ini bertujuan untuk membunuh bakteribakteri yang masih hidup. Kandang yang sudah disucihamakan dikosongkan selama dua minggu. Setelah dua minggu kandang mulai dipersiapkan untuk menerima DOC baru, pada saat itu, semua peralatan kandang berupa tempat pakan, tempat minum, layar, dan sekat harus sudah dibersihkan dan dipersiapkan. Sebelum DOC

dimasukkan kedalam kandang, alas kandang ditutup dengan karung bekas dan ditaburi sekam hingga mencapai ketebalan 2-3 cm. Pemberian sekam ini tidak
58

dilakukan secara langsung menutupi semua alas kandang, tetapi dilakukan secara bertahap, sekam yang sudah ditaburkan kemudian disucihamakan dengan penyemprotan larutan disenfektan dan formalin. Dua jam sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang, pemanas sudah mulai dinyalakan, tujuan supaya kondisi udara di dalam kandang menjadi hangat dan sesuai dengan suhu udara DOC. 2. Pemanasan Kegiatan dalam proses pemanasan dilakukan pada saat umur DOC sampai berumur tiga bulan. Pemanasan dilakukan di kandang Brooding hause. Setelah berumur tiga bulan tidak dilakukan pemanasan, kemudian dilakukan pemisahan antara layer dan breeder. 3. Pemisahan antara ayam arab petelur (layer) dan ayam pembibitan (breeder) Ayam arab petelur (layer) dimasukkan kedalam kandang baterai. Penggunakan kandang baterai adalah agar ayam tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga karena terlalu banyak bergerak. Dengan demikian, energinya dimanfaatkan untuk memproduksi telur. Selain itu, sistem kandang juga dapat memudahkan dalam pemeliharaan, seperti pemberian pakan, pemberian minum, pembersihan kandang dan pengambilan telur. Ayam arab yang digunakan untuk pembibitan dimasukkan kedalam kandang sangkar. Kandang sangkar digunakan untuk induk penghasil telur tetas. Kandang sangkar tersebut terdiri dari bilik-bilik, dimana setiap bilik tersebut berisi satu ayam jantan dan enam sampai sepuluh ayam betina.

6.1.4.1 Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm Tahapan proses penetasan telur ayam arab untuk menghasilkan DOC yang berkualitas di peternakan Trias Farm adalah: 1. Memilih telur tetas Karekteristik telur tetas yang baik untuk bisa dijadikan bibit, adalah: a. Kulit telur tampak bersih dan tidak cacat. b. Kulit telur tidak tampak terlalu tipis. c. Bentuk oval (bulat lonjong) dengan perbandingan lebar dan panjang sekitar 3:4. Telur yang terlalu lonjong atau bulat memiliki daya tetas yang rendah.
59

d. Ukuran seragam ( normal, tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil). Bobot normalnya antara 35-40 gram. Jika bobotnya kurang dari 35 gram, bibit yang dihasilkan terlalu kecil dan lambat pertumbuhannya. Telur yang bobotnya lebih dari 40 gram, daya tetasnya rendah karena bibit sering mati sebelum keluar dari cangkang. e. Pada bagian dalam bulatan telur yang tumpul terdapat ruang udara yang masih utuh seperti awal dikeluarkan dari induknya. Ruang udara itu dapat dilihat dengan menyorotkan lampu senter. f. Telur berasal dari induk betina yang dikawinkan oleh pejantan yang sehat. g. Telur tidak disimpan lebih dari 6 hari. Penyimpanan sebaiknya dilakukan pada tempat yang bersuhu sedang dan tidak terlalu lembab. 2. Menetaskan telur Peternakan Trias Farm menggunakan mesin tetas yang berkapasitas 6500 butir telur. Prinsip kerja alat tetas adalah mengganti panas yang ditimbulkan oleh eraman badan induk ayam dengan alat pemanas buatan. Sumber panasnya menggunakan listrik. Untuk mengetahui tahapan proses produksi DOC dapat dilihat pada Lampiran 8. Hal yang harus diperhatikan dalam penetasan telur, adalah: a. Air dan kelembapan Air dibutuhkan dalam proses penetasan untuk mengatur kelembapan. Kelembapan yang ideal adalah 60-70 persen. Jika kelembapannya terlalu tinggi atau terlalu rendah, akan mematikan embrio. Untuk mempertahankan embrio perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Mempertahankan temperatur dalam alat tetas. Mengatur ventilasi tempat tetas. Menambah air dalam nampan jika volume menyusut. Memberi sehelai kain atau kapas yang ditata merata pada dasar nampan air agar kelembapan merata. Untuk mengetahui persentase kelembapan, digunakan hidrometer untuk diletakkan dalam alat tetas.

60

b. Temperatur Temperatur dalam alat tetas diusahakan berkisar 38,3-40,6 derajat celcius. Oleh karena itu, alat tetas perlu dilengkapi dengan termometer untuk mengetahui temperatur dalam ruangan alat tetas. Alat tetas harus dalam keadaan tertutup untuk menjaga pengaruh temperatur luar. Upayakan yang terbuka hanya ventilasi agar pergantian udara segar tetap terjaga. Jika ventilasi tidak ada, gas karbondioksida akan tertumpuk dan bisa membahayakan penetasan. c. Pemutar telur Peletakan telur dalam rak alat tetas dibuat miring (sudut kemiringan 40 derajat) dengan posisi ujung tumpul (bagian yang lebih besar) berada di sebelah atas. Untuk memudahkan pemutaran, kedua bidang putar sebaiknya diberi tanda misalnya A dan B. Pemutaran telur dilakukan secara rutin, minimal tiga kali sehari. Mulai diputar pada hari keempat dan diberhentikan pada hari kesembilan belas. Arah putaran telur adalah horizontal dengan ujung tumpul telur tetap berada di sebelah atasnya. Setelah pemutaran, bagian A yang semula berada di sebelah bawah pindah menjadi sebelah atas dan bagian B di sebelah bawahnya, atau sebaliknya. d. Pendinginan telur Pendinginan telur dimulai pada hari keempat dilakukan pada siang hari, dan dihentikan pada hari kesembilan belas. Pendinginan telur membutuhkan waktu sekitar 15 menit dan dilakukan bersamaan dengan pemutaran telur pada pagi hari. e. Peneropongan telur Peneropongan telur dilakukan dua kali selama penetasan yaitu pada hari keempat belas dan kedelapan belas. Bila terdapat telur yang mati (embrio mati) sebaiknya dikeluarkan, sebab telur yang embrionya mati akan banyak mengeluarkan gas karbondioksida dan amoniak yang menggangu perkembangan embrio hidup di sekitarnya. Pada saat diteropong, telur yang embrionya hidup akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Titik di tengah kuning telur berwarna merah dan dikelilingi gambaran rambutrambut berwarna merah. Tampak denyutan jantung dari luar.
61

Sebaliknya, telur yang embrionya mati. Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Titik di tengah kuning telur berwarna hitam dan dalam telur tampak bening. Titik di tengah kuning telur dikelilingi warna hitam. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tahapan perlakuan pada penetasan telur dengan menggunakan alat tetas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tahap-Tahap Perlakuan pada Penetasan Telur dengan Alat Tetas.
Hari Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Suhu Celsius 38,3 38,3 38,3 38,3 38,3 38,3 38,3 38,9 38,9 38,9 38,9 38,9 38,9 38,9 39,5 39,5 39,5 40 40 40,6 40,6 40,6 Ventilasi Tertutup Tertutup Tertutup Buka Buka 1/3 Buka Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Buka penuh Tertutup Tertutup Telur telah menetas Jika bulu DOC telah kering, DOC dimasukkan kedalam kandang khusus DOC Pemutaran Telur (WIB) Belum Belum Belum 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 07.00, 12.00, 17.00 Tidak Tidak Pendinginan Telur (WIB) Belum Belum Belum 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 07.00 Tidak Tidak Peneropongan Telur Belum Belum Belum Belum Belum Belum Belum Belum Belum Belum Belum Belum Belum Sudah Belum Belum Belum Sudah Tidak Tidak

62

6.1.4.2 Proses Produksi Telur Ayam Arab Petelur (Layer) Proses produksi telur ayam arab di peternakan Trias Farm yaitu pemeliharaan DOC hingga pullet atau peremajaan dan pemeliharaan layer atau ayam produktif. Pemeliharaan ayam arab petelur dapat dilihat pada Gambar 8. Pemeliharaan

Pemeliharaan DOC-Pullet

Pemeliharaan Layer

Pemberian pakan dan minum

Pemberian pakan dan minum

-Program pengobatan dan vaksinasi -Pembersihan tempat pakan dan minum

-Pemberian vitamin pada minuman -Pembersihan tempat pakan dan minum - Pengambilan telur

Gambar 8. Proses Pemeliharaan Ayam Arab Petelur di Peternakan Trias Farm Pemeliharaan DOC hingga pullet dilakukan di kandang sangkar, sedangkan pemeliharaan layer dilakukan di kandang baterai. Pemeliharaan ayam pada masa peremajaan dilakukan saat DOC berumur satu hari hingga umur 120133 hari. Kegiatan kandang di masa peremajaan ini dilakukan sepenuhnya oleh anak kandang dengan arahan bagian produksi. Kegiatan rutin sehari-hari pada pemeliharaan peremajaan diantaranya adalah pemberian pakan, minum, pencucian gallon minum, dan pengawasan pada kondisi ayam. Untuk mengetahui mengenai acuan pemberian pakan di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Acuan Pemberian Pakan di Peternakan Trias Farm Umur/Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 dst.

Rata-Rata/(gram/ekor) 6 9 13 20 25 29 34 40

Kumulatif (gram/ekor) 42 105 196 336 511 714 952 1232


63

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa dalam pemberian jumlah pakan ayam arab di peternakan Trias Farm berdasarkan umur ayam arab. Anak kandang juga melakukan program pengobatan dan vaksin. Program vaksinasi yang digunakan peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Program Vaksinasi yang Digunakan Peternakan Trias Farm No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Catatan: Umur Jenis Vaksin Cara 4 Hari ND-IB Tetes Mata 8 Hari GUMBORO Tetes Mulut 10 Hari AI Injeksi S.C 22 Hari ND-IB Air Minum 28 Hari GUMBORO Air Minum 42 Hari CORYZA Injeksi I.M 56 Hari ND-IB Air Minum 63 Hari AI Injeksi I.M 105 Hari ND-IB dan ND-EDS Air Minum dan Injeksi I.M 112 Hari CORYZA Injeksi I.M 119 Hari AI Injeksi I.M a. Sebelum dan sesudah vaksinasi dilaksanakan diberi obat anti stress b. Program pemberian obat cacing dilakukan dengan interval 35-40 hari. Pemberian pertama pada umur 35 hari.

Kegiatan kandang ayam produktif atau layer dilakukan setelah ayam pullet siap produktif yaitu mulai berumur sekitar empat bulan yang dipindah kandangkan dari kandang sangkar ke kandang baterai hingga ayam berumur 18-20 bulan atau afkir. Aktivitas kegiatan kandang dimulai sejak pukul 08.00 sampai pukul 16.30 WIB setiap harinya. Pemberian pakan dilakukan dua kali setiap harinya yaitu pukul 08.00 dan pukul 13.00, dan pengambilan telur dilakukan dua kali yaitu pada pukul 09.00 dan pukul 14.00. Pakan yang digunakan untuk ayam layer adalah pakan jadi. Proses kegiatan kandang layer setiap harinya dapat dilihat pada Tabel 16.

64

Tabel 16. Proses Kegiatan Kandang Layer di Peternakan Trias Farm Waktu ( Pukul) 08.00 09.00 Kegiatan a. Pembersihan kandang b. Pemberian pakan dan minum I a. Pengambilan telur I b. Seleksi telur c. Pencatatan hasil, penimbangan d. Sortasi dan pengemasan Istirahat a. Pembersihan kandang b. Pemberian pakan dan minum II a. Pengambilan telur II b. Seleksi telur c. Pencatatan hasil, penimbangan d. Sortasi dan pengemasan Pembersihan kandang Pulang

12.00 13.00 14.00

16.00 16.30

Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen. Skala usaha peternakan Trias Farm adalah memiliki ayam arab petelur sebanyak 30.000 ekor. Peternakan Trias Farm dapat memproduksi telur rata-rata 8.500 butir setiap hari, dan semuanya terserap oleh pelanggan (pedagang pengumpul). Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan pembeli telur yang berasal dari daerah Jakarta dan Bandung. Pembeli telur yang berasal dari daerah Bandung tersebut menginginkan telur sebanyak 12.000 butir setiap minggu, tetapi perusahaan hanya dapat memenuhi 10.000 butir setiap minggu. Pembeli telur dari Jakarta menginginkan telur sebanyak 20.000 butir setiap minggu, tetapi peternakan Trias Farm hanya dapat memenuhi permintaan telur sebanyak 10.000 butir. Selain itu, ada Supermarket dari Jakarta yang menginginkan telur ayam arab dari peternakan Trias Farm yang harus dikirim setiap hari secara kontiniu dengan jumlah telur sebanyak 500 butir, tetapi perusahaan belum mampu memenuhi permintaan Supermarket tersebut. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi semua permintaan konsumen menjadi kelemahan bagi perusahaan. Untuk mengetahui proses produksi telur di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Lampiran 9.

65

6.1.5

Sumberdaya Manusia Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk menjaga loyalitas karyawan sebab secara tidak langsung berperan dalam menentukan pertumbuhan perusahaan. Latar belakang karyawan yang ada di peternakan Trias Farm berbedabeda. Bagian manajer pendidikan terakhir adalah sarjana peternakan Universitas Brawijaya dan sudah memiliki pengalaman dalam dunia peternakan diantaranya: 1) pada tahun 1986-1997 bekerja di pembibitan ayam ras pada PT Amro Agro, 2) pada tahun 1998-2002 berwiraswasta di bidang budidaya sapi pedaging dan kambing. 3) pada tahun 2002 hingga sekarang sebagai manajer di peternakan Trias Farm. Bagian Produksi pendidikan terakhir adalah sarjana peternakan Universitas Jenderal Sudirman dan sudah memiliki pengalaman dalam dunia peternakan diantaranya : 1) pada tahun 1985-1999 bekerja di pembibitan ayam ras di Jawa Timur, 2) pada tahun 2000-2002 bekerja di budidaya telur ayam ras di Purwokerto, 3) pada tahun 2002-2004 bekerja di budidaya dan trading di Jawa Timur, 4) pada tahun 2004-sekarang bekerja di peternakan Trias Farm. Bagian pemasaran lulusan SMA. Bagian administrasi adalah lulusan SMK Komputer. Bagian anak kandang, bagian pengangkutan, bagian pemasaran, bagian pengambil telur, umumnya mereka lulusan SMA dan SLTP. Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang lama dari manajer perusahaan dan bagian produksi tersebut mampu mengasah keterampilan dalam usaha peternakan ayam arab, sehingga hal ini dapat mengetahui lebih jauh mengenai seluk-beluk dalam peternakan ayam arab. Selain itu, manajer perusahaan dan bagian produksi memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan, sehingga karyawan menjadi terampil dan berpengalaman dalam peternakan ayam arab. Dengan memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk kemajuan perusahaan. Untuk mengatahui besarnya gaji yang diterima karyawan di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 17.

66

Tabel 17. Besarnya Gaji bagi Karyawan setiap Bulan di Peternakan Trias Farm No 1 2 3 4 5 6 Jabatan Bagian Produksi Bagian Pemasaran Anak Kandang Bagian Pengiriman dan Pengangkutan Barang Bagian Pengambil Telur Bagian Administrasi Gaji/Bulan (Rp) 3.000.000 2.000.000 900.000 900.000 900.000 1.000.000 Hal ini

Loyalitas karyawan di peternakan Trias Farm sangat tinggi.

terlihat dari masa kerja para karyawan yang rata-rata dari awal perusahaan berdiri hingga saat ini masih bekerja di peternakan Trias Farm. Loyalitas karyawan terbangun karena para karyawan merasakan nyaman bekerja di peternakan Trias Farm. Salah satu faktor utama adalah suasana dan semangat kekeluargaan yang tercipta dalam perusahaan. Tidak ada batas pemisah antara pemilik perusahaan, manajer, maupun karyawan. Hal ini menjadi modal penting bagi perusahaan untuk tetap berkembang. Perusahaan juga memiliki loyalitas yang tinggi terhadap karyawan. Hal ini dapat dilihat dimana perusahaan memberikan kompensasi bagi karyawan. Peternakan Trias Farm memberikan bonus gaji bagi karyawan yang dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik dan memberikan kompensasi dalam kesehatan bagi karyawanya, berupa biaya pengobatan bagi karyawan yang mengalami sakit. Peternakan Trias Farm memberikan fasilitas-fasilitas bagi karyawannya diantaranya menyedikan fasilitas tempat tinggal yang nyaman, indah, dan bersih di sekitar lokasi kandang. Bagi karyawan yang rumahnya tidak jauh dari kandang disedikan kendaraan bermotor untuk mobilitas karyawan.

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Dalam analisis lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang menjadi peluang dan ancaman yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan dalam menentukan strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat memberikan variabel-variabel kunci apa saja yang memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi di peternakan Trias Farm, serta mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel kunci tersebut berpengaruh dalam
67

menunjang keberhasilan perusahaan. Dengan demikian peternakan Trias Farm diharapkan mampu mengidentifikasikan serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam penyusunan strategi perusahaan. Faktor-faktor eksternal yang

akan dianalisis meliputi faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, politik, hukum, dan pemerintahan, teknologi, dan lingkungan industri.

6.2.1

Faktor Ekonomi Umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung

terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan

pertumbuhan kearah yang positif maka kondisi tersebut mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Jika perekonomian cenderung menunjukkan kearah yang negatif maka akan terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Beberapa kekuatan ekonomi yang mempengaruhi suatu bangsa adalah pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tinggi. 1) Daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan. Terus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya pada perekonomian domestik selama triwulan pertama tahun 2009. Hal tersebut mengakibatkan perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lambat dari perkiraan. Perlambatan tersebut disebabkan oleh kinerja ekspor yang turun, juga dikarenakan mulai melemahnya daya beli masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat di lihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Tahun 20052008 Tahun 2005 2006 2007 2008 Sumber : Badan Pusat Statistik (2008) Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,68 5,51 6,32 6.10
68

Dari Tabel 18 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi

Indonesia

selama tahun 2008 melambat yaitu hanya sebesar 6,1 persen dan konsumsi masyarakat hanya tumbuh sebesar 5,3 persen. Hal ini dikarenakan para pelaku usaha terpuruk akibat barang dan jasa tidak terserap oleh konsumen karena daya beli yang rendah. Daya beli masyarakat yang rendah berdampak juga terhadap sektor perunggasan. Dimana daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur unggas di Jawa Barat pada tahun 2007 tidak mengalami pertumbuhan . Untuk mengetahui lebih jelas mengenai konsumsi telur dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Tingkat Konsumsi Telur di Jawa Barat pada Tahun 2003-2007 Tahun Tingkat Konsumsi (Ton) 2003 107.734 2004 114.937 2005 118.373 2006 134.583 2007 134.583 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2008)

Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi telur unggas di Jawa Barat dari tahun 2006 ke tahun 2007 tidak mengalami pertumbuhan. Melemahnya daya beli menyebabkan konsumsi telur di Jawa Barat pada tahun 2006-2007 tidak mengalami pertumbuhan. Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu usaha yang terkena dampak yang dialami oleh rendahnya daya beli masyarakat. Posisi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) akan semakin terpuruk karena mereka membutuhkan perputaran modal yang cepat dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini juga dialami oleh usaha ayam lokal/buras di Jawa Barat, dimana produksi telur ayam buras mengalami perkembangan yang fruktuatif. Untuk mengetahui produksi telur ayam buras di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 20.

69

Tabel 20. Produksi Telur Ayam Buras di Jawa Barat pada Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2008) Produksi (Ton) 18.876,00 19.005,56 17.980,97 17.042,72 17.042,72

Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa produksi telur ayam buras di daerah Jawa Barat mengalami fruktuasi bahkan mengalami penurunan. Dari tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 19.005,56 ton, tetapi produksi telur ayam buras pada tahun 2005 hingga tahun 2007 selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2007 ke tahun 2008, produksi telur ayam buras di Jawa Barat tidak mengalami pertumbuhan. Keadaaan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang rendah, salah satunya disebabkan oleh melemahnya daya beli. Hal ini menyebabkan pertumbuhan produksi telur ayam buras yang berfruktuasi bahkan mengalami penurunan. 2) Tingkat Inflasi Melemahnya nilai rupiah menyebabkan harga barang-barang impor menjadi naik. Kenaikan harga barang-barang impor tersebut salah satunya disebabkan oleh inflasi yang berfruktuasi setiap tahun. Peningkatan inflasi yang sampai 68,44 persen pada tahun 2008 masih terasa dampaknya sampai sekarang. Peningkatan inflasi ini merupakan ancaman bagi perusahaan. Untuk mengetahui mengenai perkembangan inflasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Inflasi di Indonesia pada Tahun 2005-2008 Tahun Inflasi (%) 2005 17,11 2006 6,60 2007 6,59 2008 11,10 Sumber: Badan Pusat Statistik (2008) Laju Pertumbuhan (%) -61,43 -0,15 68,44

70

Dari Tabel 21 da apat diketah hui bahwa pa ada tahun 20 008, inflasi mengalami m peningkatan n sebesar 11 1,10 persen d dibandingka an pada tahu un 2006 dan 2007 yang hanya meng galami infla asi sebesar 6,60 persen dan d 6,59 per rsen. Walau upun inflasi pada tahun 2008 tidak sebesar pada a tahun 2005 5 yaitu sebes sar 17,11 persen, tetapi sektor pete ernakan un nggas terken na dampak langsung dari situasi tersebut. Dampak ya ang dirasaka an dengan adanya a kena aikan inflasi tersebut ad dalah harga bahan baku u pakan men ngalami peni ingkatan. Hal H ini disebabkan karen na sebagian besar baha an baku pak kan tersebut t masih im mpor. Sehing gga dengan terjadinya kenaikan inflasi menjadi ancama an bagi pelaku usaha yang berge erak dalam an. Untuk mengetahui mengenai perkemban ngan harga peternakan perunggasa sentrat di Jaw wa Barat dap pat dilihat pa ada Gambar 9. pakan kons

mbar 9. Per rkembangan Harga Rata-Rata Pakan n Konsentrat Gam Sum mber : Dinas s Perindustrian dan Perda agangan, 2008 Dari Gambar 9 dapat diket tahui bahwa a terjadi kecenderungan n kenaikan h harga pakan n konsentra at di daerah h Jawa Bar rat. Kondi isi ini tentu unya dapat

m mengurangi keuntungan n bagi pelaku u usaha yang g bergerak d dalam usaha peternakan u unggas. Ha al ini disebab bkan kerana pakan meru upakan biaya a terbesar da alam usaha p peternakan perunggasan p n yaitu sekita ar 60-70 pers sen biaya pro oduksi.

71

6.2.2

Faktor Lingkungan Sosial, Budaya, demografi dan Lingkungan Lingkungan sosial, budaya, dan demografi merupakan kekuatan luar yang

mempengaruhi suatu perusahaan. Perilaku sekelompok masyarakat dalam suatu komunitas dapat merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, tetapi di sisi lain dapat berupa ancaman yang harus dihindari. Keadaan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan suatu daerah, diantaranya pertumbuhan penduduk, perilaku konsumsi, merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia, serta pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli dapat menjadi variabel yang mempengaruhi usaha di peternakan unggas. 1) Pertumbuhan Jumlah Penduduk Salah satu faktor yang berpotensi untuk meningkatkan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

terbanyak di dunia. Untuk mengetahui mengenai laju pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang mengalami peningkatan setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 Tahun Penduduk (000 jiwa) 2005 218.868 2006 222.747 2007 225.642 2008 228.523 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2008) Laju Pertumbuhan (%) 1,77 1,30 1,28

Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2007 hingga tahun 2008 adalah sebesar 1,28 persen. Peningkatan jumlah penduduk tersebut menyebabkan peningkatan konsumsi khususnya konsumsi pangan. Salah satu wilayah di Indonesia yang terjadi peningkatan jumlah penduduk adalah Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 23.
72

Tabel 23. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2005-2008 No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 2005 3.700.207 2 2006 4.215.436 3 2007 4.251.838 4 2008* 4.301.202 Sumber : Dinas Kependudukan, Cacatan Sipil dan Keluarga Berencana, 2008

Dari Tabel 23 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha peternakan perunggasan untuk memasarkan produknya. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan. Telur ayam arab merupakan salah satu produk makanan yang bergizi dan diminati. Hal ini terlihat dari permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh peternakan Trias Farm. 2) Perilaku Konsumsi Gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini cenderung mengarah ke sifat alamiah (back to nature). Hal ini dikarenakan ayam arab umumnya memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit. Dengan demikian, penggunaan obat-obat kimia untuk ayam arab petelur juga relatif lebih sedikit. Hal ini yang menyebabkan konsumen yang mengkonsumsi telur ayam arab

karena lebih alami. Oleh karena itu, telur ayam arab tidak hanya dikonsumsi matang, tetapi sering juga dikonsumsi mentah sebagai campuran madu, susu, atau jamu dengan dalil untuk menambah vitalitas atau kebugaran tubuh. Selain itu, telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Sehingga dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature) menjadi peluang bagi pelaku usaha ayam arab petelur untuk mengembangkan usahanya. 3) Merebaknya Penyakit Flu Burung di Beberapa Daerah di Indonesia Sejak tahun 2003 usaha peternakan unggas terkendala dengan masalah yang sangat serius yaitu merebaknya penyakit Avian Influenza (flu burung) di beberapa daerah di Indonesia. Merebaknya penyakit flu burung telah menimbulkan banyak kerugian baik materil maupun non materil.
73

Dampak flu burung yang disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI) subtipe H5N1 adalah munculnya penyakit flu burung bagi manusia yang dapat

menimbulkan kematian. Selain itu, penyakit flu burung juga dapat menimbulkan kerugian bagi industri peternakan unggas yang menyebabkan hilangnya keuntungan milyaran rupiah yang dialami peternak maupun bagi pemerintah. Bagi pemerintah adalah telah menghabiskan milyaran rupiah untuk penelitian dan persiapan untuk penanganan penyakit flu burung ini. Sehingga dengan adanya penyakit flu burung menjadi ancaman bagi pelaku usaha peternakan unggas. 4) Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli Himpuli adalah organisasi indenpenden yang merupakan wadah untuk menghimpun, mengelola, dan meningkatkan kualitas hidup seluruh peternak unggas lokal/buras Indonesia serta tidak terkait pada lembaga pemerintah, organisasi politik atau organisasi manapun. Himpuli memiliki anggota sekitar 180 peternak ayam lokal/buras di seluruh Indonesia. Tujuan dari Himpuli, adalah: 1. Menghimpun dan menggalang kesatuan peternak unggas lokal dalam rangka mensejahterakan secara seimbang dan serasi tujuan umum pembangunan. 2. Mengembangkan potensi peternakan unggas lokal; ayam dan itik Indonesia. 3. Menjaga kelestarian plasma nutfah unggas lokal sebagai bagian kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. 4. Meningkatkan kualitas genetik sumberdaya plasma nutfah unggas lokal serta mendorong penerapan teknologi budidaya ternak unggas lokal guna memperbaiki kapasitas produksi, produktivitas, dan kualitas produk ternak secara bertahap dan berkesinambungan. 5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, kemampuan manajerial, mengembangankan akses peternak terhadap informasi guna memperbaiki kesejahteraan sosial ekonomi peternak unggas lokal. Peternakan Trias Farm termasuk salah satu anggota dari Himpuli. Sehingga dengan adanya pendidikan dan pelatihan tentang ayam buras/lokal yang diselenggarakan Himpuli menjadi keuntungan bagi peternak yang menjadi anggota dari Himpuli.

74

6.2.3

Lingkungan Politik, Hukum, dan Pemerintahan Politik dan hukum yang terdiri dari undang-undang, kebijakan pemerintah,

lembaga pemerintah dan kelompok berpengaruh pada keputusan penyusun strategi perusahaan. Di negara berkembang seperti Indonesia, lingkungan politik memiliki pengaruh riil terhadap keberhasilan dan kegagalan melalui peluang dan ancaman bisnis yang ditimbulkan. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia, adalah: 1) Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Usaha Ayam Buras/Lokal yaitu Adanya Pemberian Kredit dan Hibah Kebijakan pemerintah tentang Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (UKMK). Dimana dengan diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah diberi kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk pengembangan usaha. Dengan adanya otonomi daerah, maka peluang untuk mengembangkan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka. Oleh karena itu, pemerintah melalui pemerintah daerah berupaya untuk menumbuhkan iklim usaha yang baik bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2008 yang didalamnya memuat pasal-pasal tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, maka Dinas KUKM memiliki tanggungjawab terhadap penumbuhan iklim usaha yang kondusif. Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKMK) terhadap sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 maka pemerintah daerah bersama Dinas KUKM akan memberikan kemudahan dan memfasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan, menumbuhkan, mengembangkan, dan

memperluas jangkauan pinjaman kredit dan hibah. Kebijakan pemerintah melalui pemerintah daerah saat ini menggalakan usaha berbasis agribisnis sebagai peluang. Salah satunya adalah kebijakan

pemerintah memberikan bantuan kepada sektor peternakan berupa hibah dan kredit. Bentuk bantuannya adalah memberikan hibah kepada setiap kelompok tani sebesar Rp 100-250 juta. Bantuan hibah tersebut diberikan kepada setiap peternak
75

yang sudah membudidayakan ayam buras termasuk ayam arab petelur. Pihak yang mendapatkan bantuan hibah adalah peternak yang mengalami kendala keterbatasan modal untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah menetapkan program ini yang intinya pengembangan usaha budidaya unggas di pemukiman (Village Poultry Farming). Bantuan hibah yang diberikan kepada peternak melalui kelompok tani juga dilaksanakan oleh Himpuli. Dimana Himpuli difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk mewadahi atau menjebatani pemberian hibah dan kredit kepada peternak. Saat ini, peternakan Trias Farm bergabung dalam himpunan peternak unggas lokal Indonesia (Himpuli). Sehingga dengan bergabung dengan Himpuli memudahkan peternakan Trias Farm dalam memperoleh bantuan hibah maupun kredit untuk mengembangkan usahanya. 2) Kebijakan Pemerintah Untuk Mencegah Penyakit Flu Burung Sejak tahun 2003 dukungan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya usaha budidaya ayam buras/ lokal terkendala dengan masalah yang sangat serius yaitu merebaknya penyakit Avian Influenza (flu burung) di beberapa daerah di Indonesia. Merebaknya penyakit flu burung tersebut sebagai ancaman bagi peternakan unggas di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyakit flu burung telah menimbulkan banyak kerugian baik materil maupun non materil bagi pengusaha peternakan unggas. Untuk mencegah menyakit flu burung tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor

50/Permetan/OT.140/10/2006 pada tanggal 17 Oktober 2006, tentang pedoman pemeliharaan unggas di pemukiman. Tujuan ditetapkan pedoman ini adalah agar dapat dihindari kemungkinan terjadinya penyakit Avian Influenza (flu burung) pada unggas yang dipelihara di pemukiman. Sehingga dengan adanya pedoman dalam menghindari adanya penyakit flu burung dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha yang bergerak dalam peternakan unggas.

6.2.4

Lingkungan Teknologi Peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap bidang usaha cukup

penting. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tuntutan dari


76

setiap manusia untuk mengefisienkan setiap pekerjaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang telah menggunakan teknologi modern. Namun, di lain pihak setiap bidang usaha telah turut merasakan dampak perkembangan teknologi tersebut. Peranan perkembangan IPTEK hanya dapat dirasakan jika bidang usaha tersebut dapat mengadopsinya. Adopsi yang tinggi terhadap perubahan teknologi akan membantu perkembangan suatu usaha. Salah satu peran perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah dalam bidang peternakan. Penelitian-penelitian di bidang peternakan telah banyak membantu pelaku usaha ternak di Indonesia. Penelitian bidang peternakan ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja sektor peternakan melalui peningkatan posisi tawar-menawar produk peternakan. Adapun perkembangan teknologi yang menunjang dalam pengambangan usaha peternakan unggas, yaitu: 1) Perkembangan Teknologi Dalam Proses Produksi Perkembangan teknologi yang dapat diterapkan dalam bidang peternakan unggas adalah teknik budidaya ayam buras petelur secara intensif baik untuk menghasilkan telur maupun DOC, dengan beternak secara intensif produktivitas telur yang dihasilkan tinggi yaitu antara 70-80 persen, sedangkan menurut pihak perusahaan apabila dalam teknik budidaya ayam buras secara ekstensif telur yang dihasilkan hanya 50-60 persen. Adanya perkembangan teknologi dalam proses produksi adalah adanya vaksin pencegah penyakit, dengan pemberian vaksin pencegahan penyakit tersebut dapat mencegah ayam sakit dan mati. Sehingga hal ini bagi pelaku usaha peternakan unggas dapat mencegah kerugian yang lebih besar akibat ayam sakit atau mati. Pemanfaatan perkembangan teknologi dalam proses produksi adalah adanya alat-alat yang dapat mendukung usaha ayam buras/lokal, misalnya mesin tetas. Mesin tetas merupakan alat yang digunakan untuk menetaskan telur untuk tujuan menghasilkan DOC. Adanya mesin tetas dapat menghasilkan DOC dengan daya tetas antara 80-90 persen, sementara menurut pihak peternakan Trias Farm, apabila tidak menggunakan mesin tetas dapat menghasilkan telur dengan daya tetas 60-75 persen. Saat ini, banyak jenis-jenis mesin tetas dengan berbagai macam kapasitas telur, diantaranya ada mesin tetas dengan kapasitas telur 1.000
77

butir, 3.000 butir. 5.000 butir, 6.500 butir, 10.000 butir dan 12.000 butir. Harga dari mesin tetas tersebut berbeda-beda tergantung dari besarnya kapasitas. Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka dalam proses produksi akan mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak. Untuk mendukung proses produksi dalam usaha budidaya ayam arab petelur, saat ini peternakan Trias Farm telah melaksanakan teknik budidaya secara intensif dan telah menggunakan mesin tetas dengan kapasitas 6.500 butir. 2) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, informasi, dan transportasi. Adanya perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi, seperti adanya telepon dan hand phone maka mempermudah komunikasi antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Perkembangan teknologi dalam bidang informasi seperti adanya internet. Adanya internet dapat memudahkan pelaku usaha untuk memperkenalkan dan mempromosikan produknya secara lebih luas. Perkembangan teknologi dalam bidang transportasi seperti adanya pesawat terbang dapat mempercepat pendistribusian produk dari produsen hingga konsumen. Untuk mendukung

pemasaran produknya, peternakan Trias Farm telah memanfaatkan perkembangan teknologi dalam bidang telekomunikasi, informasi, dan transportasi.

6.2.5

Analisis Lingkungan Industri Definisi dari lingkungan industri adalah sebagai kumpulan atau kelompok

perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang dapat saling menggantikan. Ada lima kekuatan yang berasal dari lingkungan industri menurut Porter yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk subsitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli, dan intensitas anggota industri.

78

1. Persaingan dengan Perusahaan Sejenis Pesaing dapat diartikan sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama dan memiliki hasil produksi yang sama, sehingga membuat suatu perusahaan merasa tersaingi dengan adanya perusahaan baru tersebut. Pesaing utama dari peternakan Trias Farm adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha ayam arab petelur. Persaingan dengan perusahaan sejenis terjadi karena perusahaan pesaing memiliki skala usaha yang lebih besar dalam hal ketersediaan modal. Adanya modal tersebut, perusahaan pesaing tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Kapasitas produksi berkorelasi dengan biaya produksi setiap unit. Sehingga produksi pada kapasitas tinggi dapat mengefisiensikan biaya per unit. Sehingga perusahaan pesaing tersebut dapat menyuplai permintaan pasar dengan menjual telur ayam arab yang lebih rendah dibandingkan dengan peternakan Trias Farm. Pesaing dari peternakan Trias Farm tidak hanya dari wilayah Jawa Barat, tetapi juga dari daerah Blitar. Menurut pihak perusahaan, pemerintah dalam menetapkan harga telur ayam arab secara nasional mengacu pada harga telur ayam arab yang ada di daerah Blitar. Hal ini disebabkan karena Blitar merupakan pusat produksi telur ayam arab. Pesaing dari Blitar tersebut umumnya menyuplai telurnya ke wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pesaing tersebut menjual telurnya lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan. Hal ini dikarenakan karena pesaing dari Blitar tersebut memiliki usaha yang lebih besar dan terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir. Permasalahan dalam dunia peternakan ayam arab petelur adalah keterbatasan DOC, tetapi pesaing yang ada di Blitar tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan DOC karena pesaing tersebut juga mengusahakan pembibitan ayam arab petelur. Permasalahan lain yang dihadapi dalam dunia peternakan ayam arab petelur adalah mahalnya harga pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya ayam arab petelur yaitu sebesar 60-70 persen. Pesaing di Blitar tersebut dapat meminimalkan biaya pakan tersebut, salah satu caranya adalah dengan menanam jagung sendiri. Jagung merupakan salah pakan ayam yang komposisinya untuk pakan ayam arab sekitar 40-50 persen. Dengan demikian,
79

pesaing dari Blitar tersebut dapat meminimalkan biaya pakan sedangkan pihak peternakan Trias Farm belum dapat meminimalkan biaya pakan. Pihak

peternakan Trias Farm belum dapat meminimalkan biaya pakan, hal ini dikarenakan karena perusahaan memiliki keterbatan sumberdaya. Oleh karena itu, pesaing di Blitar tersebut dapat menjual telur lebih murah dibandingkan dengan peternakan Trias Farm. Besarnya hambatan untuk keluar dalam usaha ayam arab petelur. Hal ini disebabkan karena pada awal usaha membutuhkan investasi yang besar, diantaranya adalah lahan, bangunan, kandang, biaya pembelian DOC, dan biaya operasional selama 18 minggu. Selama 18 minggu perusahaan tidak memperoleh penerimaan tetapi selalu mengeluarkan biaya operasional. Hal ini yang menyebabkan besarnya hambatan untuk keluar dalam usaha ayam arab.

2. Masuknya Pendatang Baru Masuknya pendatang baru dalam suatu industri menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang ada, yaitu perebutan pasar, perebutan sumberdaya produksi dan peningkatan kapasitas. Ancaman pendatang baru sangat tergantung pada hambatan dalam memasuki status industri yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses saluran distribusi, dan peraturan pemerintah. 1) Hambatan Masuk ke Dalam Industri Peternakan Ayam Arab Menurut pihak perusahaan dalam memasuki usaha ayam arab masalah yang dihadapi adalah sulitnya mendapatkan DOC ayam arab. Menurut manajer perusahaan sulitnya mendapatkan DOC ayam arab disebabkan karena perusahaan pembibitan masih sedikit yang mengusahakan pembibitan DOC ayam arab. Umumnya perusahaan pembibitan ayam lebih banyak mengusahakan DOC ayam ras. Hal ini disebabkan karena DOC ayam ras lebih mudah dipasarkan dibandingkan dengan pemasaran DOC ayam arab, sementara peternakan Trias

Farm dapat memproduksi DOC sendiri. Sehingga tidak menjadi hambatan bagi perusahaan dalam mendapatkan DOC yang berkualitas.

80

2) Kebutuhan Modal Pendirian usaha peternakan ayam arab tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan untuk membuka usaha peternakan ayam arab cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari biaya investasi yang besar untuk kandang dan lahan, harga DOC yang mahal yaitu Rp 5000/ekor dan biaya untuk pembelian pakan dan obat-obatan, sementara penerimaan baru diperoleh selama kurang lebih lima bulan. Menurut peternakan Trias Farm modal awal yang dibutuhkan untuk usaha ayam arab sebanyak 1.000 ekor adalah sekitar 100 juta, dimana modal tersebut digunakan untuk membeli DOC sebesar Rp 5.000.000, pembuatan kandang sekitar Rp.45.000.000. sewa lahan sekitar Rp 5.000.000, dan pembelian pakan sekitar Rp 45.000.000. 3) Akses dalam Saluran Distribusi Usaha peternakan ayam arab petelur, umumnya perusahaan-perusahaan yang telah mapan dan biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri dalam memasarkan produknya. Pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. Hal ini disebabkan karena peternak yang mengusahakan ayam arab telah terlebih dahulu memiliki jaringan saluran distribusi dan bersifat langganan permanen. Sehingga dengan kesulitan dalam akses terhadap saluran pendistribusian membuat pendatang baru sulit untuk memasuki usaha peternakan ayam arab. 4) Skala Ekonomis Pendirian usaha ayam arab harus beroperasi pada skala usaha yang besar. Hal ini disebabkan karena dalam usaha ayam arab dengan skala usaha yang besar berkorelasi dengan biaya per unit yang lebih rendah, sehingga perusahaan dapat menjual harga telur yang lebih rendah. Misalnya untuk peternakan Trias Farm memiliki kapasitas ayam arab sebanyak 30.000 ekor dapat menetapkan batas bawah harga telur (break event point) Rp 900/butir. Peternakan Citra Lestari Farm yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha ayam arab petelur memiliki skala usaha sebanyak 18.000 ekor ayam arab, dapat menetapkan batas bawah harga telur (break event point) sebesar Rp 1.000/butir.

81

5) Persaingan dengan Produk Subsitusi Produk subsitusi merupakan produk pengganti atau dapat dikatakan produk yang berbeda, tetapi sifatnya menggantikan dengan apa yang dibuat dan dipasarkan oleh anggota industri serta dapat memenuhi kebutuhan. Keberadaan produk subsitusi ini akan membatasi potensi suatu perusahaan. Jika perusahaan tidak mampu meningkatkan daya saing, maka laba dan pertumbuhan perusahaan dapat terancam. Produk subsitusi ini juga menjadi pilihan bagi konsumen. Produk subsitusi dari telur ayam arab adalah telur ayam ras. Telur ayam ras tidak menjadi pesaing bagi telur ayam arab, walaupun harga telur ayam arab lebih mahal dibandingkan telur ayam ras. Untuk mengetahui perkembangan harga telur ayam buras dan telur ayam ras dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Tahun 2004 2005 2006 2007 2008*

Harga Rata-Rata Telur Ayam Buras dan Ayam Ras di Tingkat Pedagang Pengecer di Jawa Barat pada Tahun 2004-2008 Harga Telur Ayam Buras (Rp/Kg) Harga Telur Ayam Ras (Rp/Kg) 7.850 7.920 8.820 11.200 16.800 5.502 8.134 8.239 9.550 12.519

Sumber : Departemen Perdagangan diolah Pusat Data dan Informasi Pertanian Katerangan : Data hingga bulan Agustus 2009. Dari Tabel 24 menunjukkan bahwa perkembangan harga telur ayam buras dari tahun ke tahun selalu lebih tinggi dibandingkan dengan harga telur ayam ras. Hal ini disebabkan karena antara telur ayam buras (telur ayam arab) dengan telur ayam ras memiliki segmentasi pasar yang berbeda. Segmentasi pasar untuk telur ayam buras khususnya telur ayam arab adalah kalangan menengah keatas, dimana umumnya mereka tidak mempermasalahkan harga tetapi lebih memperhatikan kualitas. Segmentasi pasar untuk telur ayam ras adalah semua kalangan masyarakat. Sehingga dengan adanya produk subsitusi tidak menjadi ancaman bagi peternakan Trias Farm.

82

6) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Pemasok memegang peranan penting dalam suatu kegiatan produksi, maka kehadiran pemasok sangat diperlukan dalam kegiatan proses produksi. Pemasok merupakan pihak yang menyediakan segala kebutuhan bahan baku dalam kegiatan proses produksi ayam arab. Para pemasok bahan baku yang dibutuhkan dalam usaha ayam arab dapat berada pada posisi tawar-menawar yang kuat. Dalam arti mereka dapat menaikan harga bahan baku yang dipasoknya atau menurunkan kualitas bahan yang diperlukan oleh para pelanggan. Para pemasok bahan baku tersebut dapat

dikatakan kuat jika pemasok mengusai bahan baku tertentu dan pembeli bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok. Para pemasok yang kuat akan sangat merugikan pelaku usaha ayam arab. Bagi peternakan Trias Farm, keberadaan pemasok bahan baku seperti pakan, obat-obatan, vitamin dan disenfektan memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena itu, peternakan Trias Farm menjalin kerjasama dalam bentuk kontrak dengan perusahaan pemasok bahan baku tersebut. Menurut manajer perusahaan, harga yang diberikan pemasok sebanding dengan kualitas produk dan pelayanan yang diberikan. Penyerahan produk yang dipesan umumnya diantar tepat waktu oleh para pemasok bahan baku tersebut. Selain itu, kemudahan hubungan dengan para pemasok bahan baku tersebut yang dirasakan perusahaan selama ini menjadikan perusahaan tidak mencari alternatif pemasok pihak lain. Untuk mengetahui mengenai beberapa pemasok bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi di peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Jenis Bahan Baku dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku di Peternakan Trias Farm No Jenis Bahan Baku Perusahaan Pemasok 1 Pakan Konsentrat PT Global 2 Obat-obatan Medion, Swadesi, dan Romindo 3 Vitamin Medion dan Romindo 4 Disenfektan Swadesi, Medion, dan Romindo Dari Tabel 25 menunjukkan bahwa PT Global merupakan perusahaan pemasok pakan konsentrat untuk peternakan Trias Fam. Perusahaan pemasok
83

pakan kosentrat tersebut yang mengendalikan harga pakan dan peternakan Trias Farm belum mampu untuk mengendalikan harga pakan tersebut. Selain itu, posisi tawar-menawar peternakan Trias Farm terhadap PT Global dikatakan rendah karena peternakan Trias Farm memiliki tanggungan atau hutang terhadap PT Global dan peternakan Trias Farm belum mampu untuk memproduksi pakan konsentrat sendiri. Menurut pihak perusahaan ada beberapa pemasok pakan konsentrat di Jawa Barat diantara Charon Pophan, tetapi umumnya perusahaan pemasok pakan konsentrat tersebut merupakan perusahaan besar dan umumnya dalam menetapkan harga adalah pihak perusahaan pemasok pakan tersebut, dan pihak perusahaan Trias Farm tidak dapat menetapkan harga yang ditetapkan oleh semua perusahaan pakan. Hal ini menyebabkan walaupun peternakan Trias Farm beralih untuk membeli pakan dari perusahaan pemasok pakan yang lain harga yang ditetapkan relatif sama. Berdasarkan penjelasan diatas, kekuatan-tawar menawar pemasok terhadap peternakan Trias Farm dapat dikatakan kuat.

7) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Pelanggan dapat diartikan sebagai pembeli yang potensial yang dapat memberikan satu keuntungan bagi perusahaan. pelayanan yang diberikan harus lebih baik agar pelanggan menjadi nyaman dan loyal terhadap perusahaan. Hubungan perusahaan dengan kedua belah pihak harus selalu terjaga agar komunikasi yang telah dibangun tidak terputus. Pelanggan-pelanggan yang membeli telur di peternakan Trias Farm adalah pedagang pengumpul telur ayam arab yang ada di daerah Bogor,Cibinong, Depok, Jakarta, dan Bandung. Umumnya hubungan yang terjalin antara peternakan Trias Farm dengan pelanggan tersebut sangat baik. Selain itu, perusahaan memiliki kepercayaan kepada pelanggan tersebut. Hal ini terlihat dimana pelanggan tersebut umumnya membeli telur dengan cara pembayaran dilakukan setelah pemesanan produk selanjutnya. Menurut manajer perusahaan, walaupun ada pembeli baru yang membeli telur lebih mahal dibandingkan dengan pelanggan, perusahaan tidak beralih untuk menjual telurnya ke pembeli baru. Demikian juga dengan pihak pelanggan, walaupun ada produsen telur yang menawarkan harga
84

telur lebih murah dibandingkan dengan peternakan Trias Farm, pelanggan tersebut tidak beralih untuk membeli telur dari produsen baru tersebut. Selain itu, apabila menjual produk ke pembeli baru, belum tentu pembeli baru tersebut akan membeli secara kontiniu. Demikian juga dengan pihak pelanggan, apabila membeli telur dari produsen baru belum tentu mampu memasok telur dengan kualitas dan kontinuitas yang dinginkan. Menurut pihak perusahaan, hal ini dilakukan karena adanya sistem kepercayaan antara pihak perusahaan dengan pelanggan akan kualitas dan kontinuitas produk. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa pelanggan memiliki loyalitas terhadap peternakan Trias Farm.

85

VII FORMULASI STRATEGI

7.1 Identifikasi Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategis internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha di peternakan Trias Farm. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi peternakan Trias Farm adalah sebagai berikut: 1) Lokasi perusahaan yang strategis Peternakan Trias Farm terletak di Kampung Kandang Sapi Desa Leuwimekar Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan Trias Farm memiliki lokasi usaha yang strategis. Hal ini disebabkan karena secara geografis kota Bogor terletak dekat ibukota negara yang merupakan potensi yang strategis untuk memasarkan produknya, akses yang mudah dalam mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan dan lokasi usaha yang tenang dan sejuk cocok untuk budidaya ayam arab petelur. Selain itu, lokasi usaha jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar kandang. 2) Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan Suasana kerja di peternakan Trias Farm lebih bersifat kekeluargaan, sehingga komunikasi yang terjadi antara pemilik, manajer, dan karyawan tidak bersifat kaku. Tidak ada batas pemisah antara pemilik, manajer, maupun karyawan. Kondisi ini dapat membuat karyawan merasa nyaman dan senang bekerja di perusahaan, sehingga hal ini dapat menciptakan loyalitas karyawan terhadap peternakan Trias Farm. Karyawan memiliki loyalitas terhadap peternakan Trias Farm, hal ini terlihat dari masa kerja para karyawan yang ratarata dari awal perusahaan berdiri hingga saat ini masih bekerja di Trias Farm. 3) Menghasilkan produk yang berkualitas baik Produk yang dihasilkan oleh peternakan Trias Farm adalah telur ayam arab dan DOC ayam arab. Karakteristik telur yang dihasilkan perusahaan yaitu memiliki ukuran telur yang ideal (rata-rata 35 gram), memiliki kerabang telur berwarna putih, bersih, dan mengkilap, dan warna kuning telur orange cerah. Karekteristik telur seperti itu yang banyak diminati oleh konsumen. Selain itu,

Produk telur yang dihasilkan perusahaan memiliki kualitas yang sangat baik dalam hal kandungan gizi. Dimana kandungan gizi telur yang dihasilkan peternakan Trias Farm rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi. Telur yang rendah lemak dan memiliki kandungan protein yang tinggi tersebut sudah teruji sebab perusahaan sudah melakukan uji kandungan gizi di laboratorium kesehatan Institut pertanian Bogor (IPB) dan Dinas Kesehatan, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan perusahaan melakukan uji kesehatan telur adalah bentuk perlindungan konsumen. Hal inilah yang membedakan telur yang diproduksi perusahaan dengan telur yang dihasilkan oleh peternak yang lain. Pesaing utama dari peternakan Trias Farm umumnya adalah produsen telur yang berasal dari Blitar. Menurut manajer perusahaan, umumnya telur dari daerah Blitar dikirim ke Jakarta kurang berkualitas sebab telurnya sudah lama yaitu lebih dari satu minggu. Hal ini menyebabkan kualitas telur mengalami penurunan, sementara telur yang berasal dari peternakan Trias Farm masih segar, sehat, dan higeinis dalam arti telur yang diproduksi pagi hari dan sore hari sudah berada di pedagang pengumpul. Selain itu, telur yang dihasilkan perusahaan Trias Farm memiliki bentuk dan ukuran yang seragam sebab perusahaan sudah melakukan sortasi, sementara telur yang berasal dari Blitar umumnya memiliki bentuk dan ukuran yang tidak seragam sebab mengirim dalam jumlah yang banyak. Hal ini menyebabkan telur yang dihasilkan peternakan Trias Farm memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan telur yang berasal dari Blitar. Peternakan Trias Farm juga menghasilkan DOC yang berkualitas. Hal ini dikarenakan sudah menerapkan proses produksi secara modern atau prosedur penetasan mengikuti standar penetasan ayam ras seperti menggunakan DOC yang unggul dan menerapkan sistem sanitasi dengan baik. Perusahaan mengikuti

prosedur penetasan ayam ras sehingga DOC yang dihasilkan perusahaan sudah dapat dibedakan antara jantan dan betina. Karakteristik DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm adalah memiliki ketahanan tubuh yang baik, bentuk yang seragam, lincah, kaki tidak kering, bulu tidak rontok, rata-rata bobot badan 50 gram, pantat tidak basah, dan perut tidak kembung. Dan yang paling penting DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm dapat dibedakan antara jantan dan betina. Hal inilah yang membedakan dengan perusahaan pembibitan lainnya yang

87

belum mampu membedakan dengan DOC jantan dan betina. Sehingga dengan produk yang berkualitas menjadi kekuatan bagi perusahaan. Pesaing dari peternakan Trias Farm dalam pembibitan adalah peternak dari Blitar. Menurut pihak perusahaan, umumnya perusahaan pembibitan dari Blitar belum melakukan sistem proses produksi secara modern tetapi masih bersifat tradisional dan semi modern dalam arti peternak tersebut kurang memperhatikan sistem sanitasi yang baik. Seperti dalam penggunaan kemasan DOC. Peternakan Trias Farm menggunakan box yang baru, dimana sanitasi masih bagus sehingga daya tahan tubuh DOC baik dan sehat (bebas dari penyakit), sementara pesaing umumnya menggunakan box bekas, dimana sanitasi kurang bagus sehingga daya tahan tubuh DOC kurang baik dan kemungkinan bisa terserang penyakit. Hal itulah yang menyebabkan pesaing tidak mencantumkan label nama perusahaan, sementara peternakan Trias Farm mencantumkan label nama perusahaan. Sehingga DOC yang dihasilkan perusahaan lebih berkualitas. 4) Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Peternakan Trias Farm dalam mendistribusikan telur langsung ke pedagang pengumpul (pelanggan) dan untuk mendistribusikan DOC langsung kepada peternak. Menurut pihak perusahaan, dalam mendistribusikan telur

kepada pedagang pengumpul itu lebih efisien dibandingkan apabila perusahaan memasarkan telurnya langsung kepada konsumen akhir. Hal ini karena perusahaan dalam mendistribusikan telur ke pedagang pengumpul (pelanggan) dilakukan secara rutin (kontinuitas) dan sudah jelas tempat pengiriman. Menurut manajer perusahaan dalam pendistribusian DOC langsung kepada peternak itu bersifat efisien, hal ini dikarenakan yang menanggung biaya pengiriman adalah pihak peternak. Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien karena dapat menghemat biaya dan waktu pengiriman dan tidak perlu susah payah dalam memasarkan produknya. 5) Peternakan Trias Farm menerapkan sistem pencatatan data dan keuangan yang sudah baik. Peternakan Trias Farm sudah menerapkan sistem pencatatan keuangan dengan baik, misalnya dengan pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan

88

komputerisasi. Sistem pencatatan keuangan ini semua dilakukan oleh bagian administrasi. Penggunaan sistem pencatatan keuangan tersebut dapat menghemat waktu dan risiko kesalahan dalam proses pencatatan. 6) Peternakan Trias Farm memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. Latar belakang pendidikan dan pengalaman yang lama dari manajer perusahaan dan bagian produksi tersebut mampu mengasah keterampilan dalam usaha peternakan ayam arab, sehingga hal ini dapat mengetahui lebih jauh mengenai seluk-beluk dalam peternakan ayam arab. Selain itu, manajer perusahaan dan bagian produksi memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan, sehingga karyawan menjadi terampil dan berpengalaman dalam peternakan ayam arab. Adanya karyawan yang terampil dan berpengalaman menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk kemajuan perusahaan. 7) Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik. Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik. Dalam kemasan telur tersebut, perusahaan menggunakan label, dimana label tersebut mencantumkan kandungan gizi dan mencantumkan tanggal kadaluarsa produk. Pelabelan tersebut yang membedakan telur yang dijual peternakan Trias Farm dengan telur-telur yang dijual dipasaran. Produk DOCnya, perusahaan menggunakan box yang baru dan juga mencantumkan label nama perusahaan di boxnya, sementara perusahaan pembibitan menggunakan box bekas tidak mencantumkan label nama perusahaan di kemasannya. Hal inilah yang

membedakan dengan perusahaan pembibitan lainnya. Tujuan perusahaan mencantumkan label di boxnya adalah mempromosikan produknya dan menjamin bahwa produknya berkualitas. Sehingga dengan mencantumkan label pada kemasan menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk menarik konsumen untuk membeli produknya. 8) Produk yang telah mendapat izin dari dinas kesehatan hewan dan telah di uji di Laboratorium IPB. Produk DOC yang dihasilkan peternakan Trias Farm sudah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Hewan. DOC yang dihasilkan perusahaan bebas dari penyakit flu burung. Selain itu, produk telur yang dihasilkan perusahaan telah dilakukan pengujian secara periodik di laboratorium IPB, dimana dilakukan

89

pengujian mengenai kandungan gizi telur. Tujuan perusahaan melakukan pengujian produknya adalah untuk menilai bahwa produk yang dihasilkannya berkualitas. Sedangkan faktor-faktor strategis internal yang menjadi kelemahan bagi peternakan Trias Farm adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan modal sendiri. Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh suatu usaha yang bergerak pada skala kecil dan menengah. Kondisi ini juga terjadi pada peternakan Trias Farm, dimana keterbatasan modal ini menghambat pihak perusahaan untuk memperluas kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan konsumen yang belum dapat dipenuhi. Selain itu, dengan modal terbatas tersebut membuat peternakan Trias Farm memiliki tanggunan/kewajiban hutang kepada perusahaan pakan (PT Global). 2. Perusahaan belum mampu memenuhi semua kebutuhan konsumen. Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen. Peternakan Trias Farm dapat memproduksi telur rata-rata 8.500 butir setiap hari, dan semuanya terserap oleh pelanggan (pedagang pengumpul). Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi permintaan pembeli telur yang berasal dari Jakarta dan Bandung. Selain itu, ada Supermarket dari Jakarta yang menginginkan telur ayam arab dari peternakan Trias Farm yang harus dikirim setiap hari secara kontiniu dengan jumlah telur sebanyak 500 butir, tetapi perusahaan belum mampu memenuhi permintaan Supermarket tersebut. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi semua permintaan konsumen menjadi kelemahan bagi perusahaan. 3. Pelaksaaan tugas karyawan di perusahaaan belum terlaksana dengan baik. Pelaksanaan tugas di perusahaan belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat, dimana bagian produksi selain melakukan tugas sebagai bagian teknik dalam hal proses produksi ayam arab juga merangkap bagian pemasaran diantaranya dalam sortasi dan pengemasan DOC, dan memberikan pelayanan kepada peternak yang membeli DOC dari perusahaan. Selain itu, anak kandang selain bertugas dalam proses produksi di dalam kandang juga bertugas dalam sortasi dan pengemasan.

90

7.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Bagi Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman bagi peternakan Trias Farm. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm, adalah: 1. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan konsumsi khususnya konsumsi pangan. Salah satu wilayah di Indonesia yang terjadi peningkatan jumlah penduduk adalah Kabupaten Bogor. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha peternakan perunggasan untuk memasarkan produknya. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan termasuk telur. Telur ayam arab merupakan salah satu produk makanan yang bergizi dan diminati oleh konsumen, dimana telur ayam arab ini tidak hanya digunakan untuk campuran jamu atau madu, tetapi juga digunakan untuk dikonsumsi matang. Hal ini terlihat dari permintaan telur yang belum dapat dipenuhi oleh peternakan Trias Farm. 2. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature). Gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini cenderung mengarah ke sifat alamiah (back to nature). Hal ini dikarenakan ayam arab umumnya memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit. Dengan demikian, penggunaan obat-obat kimia untuk ayam arab petelur juga relatif lebih sedikit. Hal ini yang menyebabkan banyak orang yang mengkonsumsi telur ayam arab karena lebih alami. Oleh karena itu, telur ayam arab tidak hanya dikonsumsi matang, tetapi sering juga dikonsumsi mentah sebagai campuran madu, susu, atau jamu dengan dalil untuk menambah vitalitas atau kebugaran tubuh. Selain itu, telur ayam arab juga banyak digunakan sebagai obat dan kosmetik. Sehingga dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature) menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm untuk mengembangkan usahanya

91

3. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli. Himpuli adalah organisasi indenpenden yang merupakan wadah untuk menghimpun, mengelola, dan meningkatkan kualitas hidup seluruh peternak unggas lokal/buras Indonesia serta tidak terkait pada lembaga pemerintah, organisasi politik atau organisasi manapun. Himpuli memiliki anggota sekitar 180 peternak ayam lokal/buras di seluruh Indonesia. Peternakan Trias Farm termasuk salah satu anggota dari Himpuli. Adanya pendidikan dan pelatihan tentang ayam buras/lokal yang diselenggarakan Himpuli menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm. 4. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta adanya kebijakan untuk mencegah flu burung. Untuk mencegah flu burung, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permetan/OT.140/10/2006 pada tanggal 17 Oktober 2006, tentang pedoman pemeliharaan unggas di pemukiman. Dengan adanya kebijakan tersebut menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm karena dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mencegah penyakit flu burung. Kebijakan pemerintah saat ini menggalakan usaha berbasis agribisnis sebagai peluang. Kebijakan pemerintah memberikan bantuan kepada sektor dengan

peternakan berupa hibah dan kredit kepada setiap kelompok tani, bergabung dengan

Himpuli memudahkan peternakan Trias Farm dalam Sehingga dengan adanya kebijakan

memperoleh bantuan hibah dan kredit.

pemerintah tersebut menjadi peluang bagi peternakan Trias Farm. 5. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran. Perkembangan teknologi yang cepat merupakan peluang yang sangat besar bagi peternakan Trias Farm. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi ini dapat mendukung kelancaran usaha baik pada aspek produksi maupun pemasaran. 6. Memasuki usaha peternakan ayam arab membutuhkan modal awal yang besar Memasuki industri peternakan ayam arab membutuhkan modal awal yang cukup besar dan kesulitan dalam mencari akses terhadap saluran distribusi. Sehingga menyebabkan hambatan masuk yang besar dalam usaha peternakan ayam arab. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk memperluas pangsa pasar.

92

7. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Hubungan yang terjalin antara peternakan Trias Farm dengan pelanggan terjalin baik. Selain itu, perusahaan memiliki kepercayaan terhadap pelanggan akan hutang yang ditanggung pelanggan dan pelanggan memiliki kepercayaan terhadap perusahaan akan kualitas dan kontinuitas produk. Hal ini menciptakan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Loyalitas pelanggan merupakan peluang bagi perternakan Trias Farm. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi peternakan Trias Farm, adalah: 1. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan. Keadaaan ekonomi Indonesia selama tahun 2008 melambat yaitu hanya sebesar 6,1 persen dan konsumsi masyarakat hanya tumbuh sebesar 5,3 persen. Hal ini dikarenakan para pelaku usaha terpuruk akibat barang dan jasa tidak terserap oleh konsumen karena daya beli yang rendah. Pertumbuhan ekonomi yang rendah yang disebabkan oleh daya beli yang mengalami penurunan juga terjadi dalam sektor perunggasan. Dimana daya beli yang rendah menyebabkan penurunan konsumsi beberapa komoditas telur unggas. Telur ayam arab termasuk kedalam golongan telur ayam lokal/buras sehingga penurunan konsumsi telur ayam arab juga terkena dampak dari penurunan daya beli. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah menyebabkan ancaman bagi pelaku usaha ayam arab petelur termasuk bagi peternakan Trias Farm. 2. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi. Pada tahun 2008, inflasi mengalami peningkatan sebesar 11,10 persen dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya mengalami inflasi sebesar 6,59 persen. Dampak yang dirasakan dengan terjadinya kenaikan inflasi adalah harga bahan baku pakan konsentrat mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena bahan baku pakan konsentrat tersebut sebagian besar tersebut masih impor. Naiknya harga bahan baku pakan tersebut menyebabkan harga pakan konsentrat yang di beli peternakan Trias Farm juga mengalami peningkatan. Sehingga dengan

terjadinya kenaikan inflasi menjadi ancaman bagi peternakan Trias Farm.

93

3. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia. Dampak flu burung yang disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI) subtipe H5N1 adalah munculnya penyakit flu burung bagi manusia yang dapat

menimbulkan kematian. Selain itu, penyakit flu burung juga dapat menimbulkan kerugian bagi industri peternakan yang menyebabkan hilangnya keuntungan milyaran rupiah yang dialami peternak maupun bagi pemerintah. Bagi pemerintah adalah telah menghabiskan milyaran rupiah untuk penelitian dan persiapan untuk penangan penyakit flu burung ini. Sehingga dengan adanya penyakit flu burung menjadi ancaman bagi peternakan Trias Farm. 4. Persaingan dengan perusahaan sejenis. Pesaing utama dari peternakan Trias Farm adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha ayam arab petelur dan yang umumnya memiliki skala usaha yang lebih besar. Persaingan dengan perusahaan sejenis terjadi karena perusahaan pesaing memiliki skala usaha yang lebih besar dalam hal ketersediaan modal. Adanya modal tersebut, perusahaan pesaing tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Kapasitas produksi berkorelasi dengan biaya produksi setiap unit. Sehingga produksi pada kapasitas tinggi dapat mengefisiensikan biaya per unit. Sehingga perusahaan pesaing tersebut dapat menyuplai permintaan pasar dengan menjual telur ayam arab dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan peternakan Trias Farm. Sehingga dengan adanya perusahaan sejenis dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. 5. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan kuat. Kekuatan tawar-menawar pemasok pakan konsentrat terhadap peternakan Trias Farm kuat. Hal ini disebabkan karena yang mengendalikan harga produk adalah pemasok pakan konsentrat. Selain itu, untuk saat ini perusahaan belum mampu untuk memproduksi pakan sendiri. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Sehingga dengan adanya posisi tawar-menawar pemasok pakan kuat menjadi ancaman bagi perusahaan.

94

7.3 Analisis Matriks IFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha peternakan Trias Farm yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner kepada lima responden, yaitu manajer perusahaan, bagian produksi, bagian pemasaran, kepada pemilik peternakan Citra Lestari Farm yang merupakan salah satu pesaing dari peternakan Trias Farm, dan ketua Himpuli (Himpunan Unggas Lokal Indonesia). Pengisian kuesioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal perusahaan, tetapi juga melibatkan pihak eksternal perusahaan. Hal ini dilakukan agar hasil pengisian kuesioner ini lebih bersifat objektif. Kuesiner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan paired comparison matrix, Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masingmasing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkatan pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 2. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masingmasing responden, dilanjutkan pencarian rata-rata hasil pembobotan dan peringkat dari seluruh responden. Dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai ratarata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada peternakan Trias Farm dapat dapat dilahat pada Lampiran 4. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari setiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan

perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks pada peternakan Trias Farm (Tabel 26).

95

Tabel 26. Analisis Matriks IFE pada Peternakan Trias Farm


Faktor Stategi Internal Bobot RataRata Rating RataRata 4 3,66 3 4 3 3,33 3 3 2 1,33 2 Nilai Tertimbang

KEKUATAN Lokasi perusahaan yang strategis 0,1105 Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya 0,1045 Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan 0,0955 Menghasilkan produk yang berkualitas baik 0,1197 Peternakan Trias Farm menerapkan sistem pencatatan data dan keuangan yang sudah baik 0,1015 Peternakan Trias Farm memiliki tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman 0,1075 Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik 0,0575 Produk telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan hewan dan telah di uji di laboratorium IPB 0,0772 KELEMAHAN Keterbatasan modal 0,0909 Belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen 0,0696 Pelaksanaan tugas karyawan belum terlaksana dengan baik 0,0651 Total

0,4422 0,3834 0,2865 0,4789 0,3045 0,3584 0,1727 0,2318 0,1818 0,0928 0,1303 3,0636

Dari Tabel 26 dapat diketahui faktor strategis yang menjadi kekuatan bagi peternakan Trias Farm adalah menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan nilai tertimbang 0,4789. Kelemahan utama yang dihadapi oleh Peternakan Trias Farm adalah belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen dengan nilai tertimbang 0,0928. Hasil analisis matriks IFE untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh total nilai tertimbang berada pada rata-rata sebesar 3,0636 yang mengindikasikan posisi internal peternakan Trias Farm berada di atas rata-rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Hal ini dapat dikatakan bahwa peternakan Trias Farm

memiliki posisi internal yang kuat, karena mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki.

96

7.4 Analisis Matriks EFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha peternakan Trias Farm yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner kepada ketiga responden yaitu manajer perusahaan, pemilik peternakan Citra Lestari Farm, dan ketua himpuli. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman juga menggunakan paired comparison matrixs. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan peringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil penbobotan dan peringkat dari seluruh hasil responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkat seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel peluang dan ancaman pada peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Lampiran 5. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata pada setiap variabel, dapat diketahui skor rata-rata dari setiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobor rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada usaha peternakan Trias Farm (Tabel 27).

97

Tabel 27. Analisis Matriks Usaha Peternakan Trias Farm


Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot RataRata Rating RataRata Nilai Tertimbang

PELUANG Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature) Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah flu burung Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran Memasuki usaha ayam arab membutuhkan modal awal yang besar Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan ANCAMAN Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan Terjadinya kenaikan tingkat inflasi Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia Persaingan dengan perusahaan sejenis Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tinggi

0,0645 0,0859 0,0631 0,0695 0,0923 0,0645 0,1150 0,0620 0,1075 0,0948 0,1075 0,0733 1,000

2 3 1,67 2 3 2 3 4 2 2,67 2,67 3

0,1290 0,2577 0,1054 0,1390 0,2769 0,1290 0,3450 0,2480 0,2150 0,2531 0,2870 0,2199 2,5860

Tabel 27 menunjukkan faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi peternakan Trias Farm. Peluang utama bagi peternakan Trias Farm adalah pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan dengan nilai tertimbang 0,3450. Ancaman utama yang dihadapi peternakan Trias Farm adalah terjadinya kenaikan tingkat inflasi dengan nilai tertimbang 2,150. Hasil analisis matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total nilai tertimbang sebesar 2,5860. Hal ini menunjukkan peternakan Trias Farm berada di atas rata-rata (2,50). Total nilai tertimbang 2,5860 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, perusahaan mampu mengatasi ancaman dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki perusahaan.

98

7.5 Analisis Matriks IE Setelah diperoleh total nilai tertimbang dari matriks IFE (3,0751) dan matriks EFE (2,5860), kemudian hasil tersebut digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut merupakan hasil matriks IE pada usaha peternakan Trias Farm (Gambar 10).

Kuat 4.0 I Tinggi Total Skor Menengah EFE 2.0 Rendah 1.0 VII 3.0

Total Skor IFE Rata-rata 3.0 II

Lemah 2.0 III 1.0

IV 3.0636 2.5860

VI

VIII

IX

Gambar 10. Analisis Matriks IE pada Peternakan Trias Farm Sumber : Data Primer

Gambar 10 menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kuadran IV. Strategi yang dapat dilakukan oleh peternakan Trias Farm adalah strategi tumbuh dan bina. Staregi yang bisa dikembangkan oleh perusahaan adalah integrasi baik integrasi ke depan maupun integrasi ke belakang. Salah satu strategi integrasi ke depan adalah mempererat kerjasama dengan pemasok bahan baku, dan strategi integrasi ke belakang adalah mempererat kerjasama dengan subsistem hilir yaitu distributor atau pelanggan. Strategi lain yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah pengembangan produk. Strategi pengembangan produk merupakan strategi perusahaan yang

bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara memodifikasikan produk/jasa yang ada sekarang. Hal yang bisa dilakukan untuk pengembangan produk adalah untuk produk telur perusahaan dapat menggunakan

99

kemasan yang lebih menarik untuk meningkatkan nilai jual, seperti saat ini perusahaan menggunkan kemasan bika/plastik untuk produk telur, perusahaan dapat mengembangkan produk dengan menggunakan kemasan keranjang agar lebih menarik.

7.6 Analisis Matriks SWOT Berdasarkan analisis matriks SWOT maka alternatif atau pilihan strategi yang dapat diberikan untuk mengembangkan peternakan Trias Farm adalah sebagai berikut: 1) Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang. Berikut alternatif strategi yang dapat ditawarkan

untuk mengembangkan usaha di peternakan Trias Farm : a) Mempertahankan kualitas produk Adanya peluang yang terbuka lebar untuk usaha ayam arab, diantaranya pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature), peternakan Trias Farm dapat menetapkan strategi yang tepat dengan mempertahankan kualitas produk. Hal ini dapat dilakukan oleh perusahaan, sebab perusahaan memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman serta memiliki lokasi usaha yang strategis. b) Mempertahankan loyalitas pelanggan Menghadapi persaingan usaha dalam usaha ayam arab, peternakan Trias Farm harus mempertahankan loyalitas pelanggan. Hal ini sangat penting karena dengan memiliki pelanggan yang loyal, perusahaan dapat menjamin produk yang dihasilkan dapat terjual. dengan adanya persaingan yang semakin ketat, perusahaan tidak perlu khawatir akan produknya tidak terjual. Saat ini, perusahaan memiliki pelanggan yang loyal. Hal ini dapat diketahui dari hubungan yang terjalin baik antara perusahaan dengan pelanggan, dimana pelanggan tidak beralih untuk membeli produk yang lebih murah dari perusahaan, demikian juga perusahaan tidak menjual telur ke konsumen lain dengan harga yang lebih mahal. Hal yang bisa

100

dilakukan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan adalah memberikan pelayanan yang lebih baik dalam hal pengiriman barang yang tepat waktu, tidak mengengecewakan pelanggan dengan menjaga kualitas produk, dan memberikan potongan harga yang membeli dalam jumlah banyak, sehingga hal ini dapat mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. 2) Strategi W-O a) Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta Saat ini perusahaan menghadapi masalah keterbatasan modal, sementara perusahaan belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen. Hal yang bisa dilakakukan perusahaan untuk dapat memenuhi semua permintaan konsumen adalah meningkatkan kapasitas produksi. Dalam meningkatkan kapasitas produksi membutuhkan modal. Oleh karena itu, perusahaan dapat meningkatkan modal yaitu bekerjasama dengan pihak pemerintah ataupun dengan pihak swasta (Bank). b) Meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan Perusahaaan saat ini menghadapi masalah dalam pelaksanaan tugas karyawan di perusahaan belum terlaksana dengan baik. Hal yang bisa dilakukan oleh manajer perusahaan adalah meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan mengenai budidaya ayam arab petelur sehingga tidak terjadi lagi adanya pelaksanaan tugas di perusahaan belum terlaksana dengan baik. c) Meningkatkan kapasitas produksi Peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen untuk produk telurnya. Oleh karena itu, peternakan Trias Farm harus meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan konsumen yang belum terpenuhi. Perusahaan belum mampu memenuhi permintaan konsumen untuk wilayah Jakarta dan Bandung. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kapasitas produksi, hal yang bisa dilakukan adalah meminjam kredit ataupun dengan cara mencari bantuan hibah dari

101

Himpuli atau meminjam kredit dari Bank. Perusahaan dalam meminjam kredit dari Bank relatif mudah, hal ini dikarenakan karena perusahaan memiliki jaminan yang besar untuk syarat meminjam kredit dari Bank, diantaranya, lahan seluas 10 Ha, bangunan kantor, dan kandang dengan skala ayam arab sebanyak 30.000 ekor. 3) Strategi S-T a) Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang ada. Ancaman yang dihadapai peternakan Trias Farm, salah satunya adalah adanya persaingan dengan perusahaan sejenis yang memiliki skala usaha yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk. Hal yang harus dilakukan dalam melakukan modifikasi produk, diantaranya adalah sebelumnya perusahaan menggunakan kemasan telur dengan

menggunakan bika/plastik. Perusahaan dapat melakukan kemasan telur yang menarik dengan menggunakan keranjang bambu untuk menarik konsumen dan meningkatkan harga jual produk. 4) Strategi W-T a) Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik Dalam usaha ayam arab petelur ini ada masa produktif dan ada masa kurang produktif. Pada saat masa produktif, telur yang dihasilkan relatif banyak dibandingkan dengan masa kurang produktif. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan menjaga kontinuitas produk, perusahaan melakukan perencanaan untuk mengatur manajemen produksi dengan cara mengatur siklus produksi. b) Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dan adanya kekuatan tawar-menawar perusahaan terhadap pemasok bahan baku rendah. Hal yang bisa dilakukan perusahaan adalah mempertahankan

bahkan meningkatkan kerjasama dengan lebih baik pada subsistem hulu (pemasok bahan baku) maupun dengan subsistem hilir ( konsumen). Adapun hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 11.

102

Kekuatan (Strenghts) 1. 2. I nternal 3. Lokasi perusahaan yang strategis Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan Menghasilkan produk yang berkualitas baik Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman Menggunakan kemasan yang menarik Produk telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan hewan dan diuji di Laboratorium IPB StrategiS O 1. 2.

Kelemahan (Weakness) Keterbatasan modal Belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen Pelaksanaan tugas karyawan di perusahaan belum terlaksana dengan baik

3.

4. 5. 6. Eksternal 7. 8.

Peluang (Opportunity) 1. 2. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature) Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah flu burung Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal yang besar Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan Ancaman (Threats) Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan Terjadinya kenaikan tingkat inflasi Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia Persaingan dengan perusahaan sejenis Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tinggi

StrategiWO

Mempertahankan kualitas produk (S1,S2, S3,S4,S5,S6,S7 S8, O1,O2,O3,O4,O5,O6,O7) Mempertahankan loyalitas pelanggan (S1,S2, S4, S6, S7, S8 dan O4,O6,O7, O8)

3. 4.

Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta (W1, W2, dan O1,O2,O3,O4,O5,O6,O7) Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan (W1, W3 dan O7) Meningkatkan kapasitas produksi (W2 dan O1,O2,O3, O4, O5, O6, O7)

5. 6. 7.

StrategiS T

StrategiWT

1.

2. 3. 4. 5.

pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada (S1,S4, S6, dan T1,T2,T4,T5)

Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik (W1,W2, dan T1,T2,T4,T5) Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir ( W1, W2, dan T1,T2, T3, T4, T5)

Gambar 11. Analisis Matriks SWOT

7.7 Analisis QSPM Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahapan

pencocokan, yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan adalah

103

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil pencocokan dari analisis tahap pemanduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masingmasing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada kedua responden yaitu manajer perusahaan dan bagian produksi. Nilai TAS ( Total Attractiveness Score) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil perkalian bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum total Attractiveness Scores) dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masing-masing faktor internal dan eksternal perusahaan. Adapun perhitungan QSPM dari masing-masing

responden dapat dilihat pada Lampiran 6. Selanjutnya, setelah diperoleh nilai STAS dari masing-masing responden kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh responden dengan cara membagi hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden dengan junlah responden. Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata untuk melihat prioritas startegi pada usaha peternakan Trias Farm dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Prioritas Alternatif Strategi pada Usaha Peternakan Trias Farm Keterangan Responden 1 STAS 1 5,614 STAS 2 5,224 STAS 3 5,266 STAS 4 4,015 STAS 5 5,564 STAS 6 5,328 STAS 7 5,465 STAS 8 5,825 Keterangan : Responden II 5,940 5,936 6,180 4,779 5,418 5,219 5,676 5,480 STAS Rata-Rata 5,777 5,580 5,723 4,397 5,491 5,273 5,570 5,652 Peringkat 1 4 2 8 6 7 5 3

Responden 1 : Ir. Budi Santoso Responden 2 : Ir. Agustinus Subianto

104

Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 28, maka prioritas strategi terbaik yang dapat dilakukan saat ini adalah mempertahankan kualitas produk dengan STAS rata-rata tertinggi sebesar 5,777. Adapun prioritas strategi untuk pengembangan usaha peternakan Trias Farm adalah sebagai berikut: 1. Mempertahankan kualitas produk (STAS = 5,777). 2. Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta (STAS = 5,723). 3. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir (STAS = 5,652). 4. Mempertahankan loyalitas pelanggan (STAS = 5,580). 5. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik (STAS = 5,570). 6. Meningkatkan kapasitas produksi (STAS = 5,491). 7. pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada STAS = 5,273). 8. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan usaha (STAS = 4,397).

7.8 Pengkajian Kesesuaian Antara Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Peternakan Trias Farm Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak peternakan Trias Farm, maka dapat diidentifikasikan beberapa strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan, yaitu: 1) Mempertahankan kualitas produk Adanya peluang yang terbuka lebar untuk usaha ayam arab, diantaranya pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (back to nature) dan adanya pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan, peternakan Trias Farm dapat menetapkan strategi yang tepat dengan mempertahankan kualitas produk. Hal ini dapat dilakukan oleh perusahaan, agar pelanggan tidak beralih untuk membeli produk dari produsen yang lain atau untuk mempertahankan pelanggan yang ada, serta untuk meningkatkan pangsa pasar yang baru.

105

2) Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir Dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dan adanya kekuatan tawar-menawar perusahaan terhadap pemasok bahan baku rendah. Hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan salah satunya adalah mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Hal ini penting dilakukan oleh perusahaan karena kelancaran kegiatan usaha ayam arab di perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran ditentukan oleh pemasok bahan baku maupun konsumen (pedangan pengumpul). 3) Mempertahankan loyalitas pelanggan Untuk menghadapi persaingan usaha dalam usaha ayam arab, peternakan Trias Farm telah menjalankan strategi dengan mempertahankan loyalitas pelanggan. Hal ini penting dijalankan karena dengan memiliki pelanggan yang loyal, perusahaan dapat menjamin produk yang dihasilkan dapat terjual. Sehingga dengan adanya persaingan yang semakin ketat, perusahaan tidak perlu khawatir akan produknya tidak terjual. 4) Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik Untuk mempertahankan kontinuitas produk yang dihasilkan, peternakan Trias Farm telah menjalankan strategi dengan mengatur sistem manajemen produksi dengan cara mengatur siklus produksi. Hal ini penting dilakukan karena umumnya konsumen menginginkan produk dapat dikirim secara rutin baik jumlah maupun waktu pengiriman. Sehingga dengan perusahaan telah memenuhi keinginan konsumen tersebut dapat menimbulkan kepercayan konsumen terhadap produk dari perusahaan. 5) Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang ada Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam usaha ayam arab petelur, perusahaan telah melakukan pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada. Modifikasi produk yang telah dijalankan oleh perusahaan adalah: untuk pembibitan, perusahaan telah dapat membedakan antara DOC jantan dan betina. Hal itulah yang membedakan perusahaan dengan perusahaan pembibitan lainnya. Untuk produk telurnya, perusahaan dapat

menggunakan kemasan yang menarik, dimana dalam kemasan tersebut telah mencantumkan label yang berisi kandungan gizi dan kadaluarsa telur untuk

106

dikonsumsi. Hal inilah yang membedakan telur yang dijual perusahaan dengan perusahaan lainnya. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai alternatif strategi yang dapat diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh peternakan Trias Farm (Tabel 29).

Tabel 29. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Dapat Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Peternakan Trias Farm Strategi yang Telah Dijalankan Peternakan Trias Farm Mempertahankan kualitas produk Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Mempertahankan loyalitas pelanggan. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik. Melakukan pengembangan produk dengan memodifikasi produk yang telah ada. Alternatif Strategi yang Diberikan kepada Peternakan Trias Farm Mempertahankan kualitas produk. Mempertahankan loyalitas pelanggan. Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. Meningkatkan kapasitas produksi. Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir.

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3.

4. 5. 6.

7. 8.

Tabel 29 menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara strategi yang telah dijalankan oleh peternakan Trias Farm dengan alternatif strategi yang dapat diberikan kepada perusahaan peternakan Trias Farm. Diantaranya adalah mempertahankan kualitas produk, mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir, melakukan pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada, mempertahankan loyalitas pelanggan, dan mengatur sistem manajemen produksi dengan baik. Strategi-strategi tersebut masih

dipandang perlu untuk dilaksanakan oleh peternakan Trias Farm karena alternatif strategi tersebut masih relevan untuk mengatasi permasalahan perusahaan saat ini yang pada akhirnya mampu mempertahankan pasar yang sudah ada.

107

Selain kelima alternatif strategi yang telah dijalankan oleh peternakan Trias Farm, masih ada tiga alternatif strategi lain yang belum dilaksanakan oleh peternakan Trias Farm, yaitu meningkatkan kapasitas produksi, memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta, dan meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. Meskipun ketiga alternatif strategi tersebut belum pernah diterapkan oleh perusahaan, secara umum dapat dikatakan bahwa alternatif strategi yang diberikan mampu mengatasi

permasalahan yang ada saat ini. Hal ini pada dasarnya alternatif-alternatif strategi tersebut dibuat dengan melihat kondisi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm. Jadi dapat disimpulkan

bahwa terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh peternakan Trias Farm. Formulasi strategi yang telah diberikan kepada peternakan Trias Farm diharapkan dapat menjadi pelengkap strategi yang telah ada sebelumnya dan mampu untuk mengatasi permasalahan internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.

108

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan 1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan, yang menjadi kekuatan bagi perusahaan adalah menghasilkan produk yang berkualitas. Kelemahan yang dimiliki perusahaan adalah belum mampu memenuhi semua keinginan konsumen. Peluang bagi perusahaan adalah memiliki pelanggan yang loyal. Ancaman bagi perusahaan adalah terjadinya tingkat inflasi. 2) Berdasarkan analisis matriks IE, perusahaan pada kuadran IV, strategi yang bisa diterapkan perusahaan adalah tumbuh dan bina. Startegi yang bisa dikembangkan adalah intergasi ke depan dan ke belakang, selain itu strategi pengembangan produk. Hasil analisis SWOT, strategi yang bisa diterapkan oleh perusahaan adalah: 1) mempertahankan kualitas produk, 2) mempertahankan loyalitas pelanggan, 3) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta, 4) meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan, 5) meningkatkan kapasitas produksi, 6) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada, 7) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik, dan 8) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. 3) Hasil dari pengolahan QSPM, strategi yang menjadi prioritas untuk dapat diterapkan oleh Trias Farm adalah 1) mempertahankan kualitas produk (STAS = 5,777), 2) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta (STAS = 5,723), 3) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir (STAS = 5,652), 4) mempertahankan loyalitas pelanggan (STAS = 5,580), 5) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik (STAS = 5,570), 6) meningkatkan kapasitas produksi (STAS = 5,491), 7) pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada STAS = 5,273), dan 8) meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan (STAS = 4,397).

8.2 Saran Persaingan dalam usaha peternakan ayam arab yang semakin ketat, sehingga para perusahaan peternakan harus dapat menerapkan strategistrategi untuk dapat menghadapi pesaingnya. Peternakan Trias Farm harus dapat membaca ke mana arah para pesaingnya, agar dapat mengantisipasi strategi yang dilakukan oleh para pesaingnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis menyarankan: 1. Peternakan Trias Farm sebaiknya mempertahankan kualitas produk yang agar

telah dihasilkan. Hal ini penting untuk dilakukan untuk menjaga loyalitas pelanggan menjadi lebih baik terhadap perusahaan.

2. Peternakan Trias Farm sebaiknya melaksanakan strategi meningkatkan kapasitas produksi . Hal ini penting dilakukan karena peternakan Trias Farm belum mampu memenuhi semua keinginan konsumen khususnya yang

berasal dari Jakarta dan Bandung.

110

DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Reni Dewi. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pada Ciapus Nurseri, Desa Taman Sari Bogor, Jawa Barat. Skripsi : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik. 2008. Laporan Perekonomian Indonesia 2008. Jakarta : CV Rioma. David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis. Ed ke-10. Budi, Ichsan Setiyo, Penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2008. Laporan Tahunan 2008. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. Jawa Barat. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Pedoman Umum Restrukturisasi Perunggasan Melalui Penataan Pemeliharaan Unggas di Pemukiman. Jakarta : CV Prajuri Jaya. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Edisi 2008. Jakarta : CV Prajuri Jaya. Hunger, J. D. dan T. L. Wheleen. 2003. Manajemen Strategis. Edisi kedua. Terjemahan. Andi. Yogyakarta. Jauch, L. C. dan I. R. dan Glueck, W. F. 1991. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga. Kinnear, T. C. dan I. R. Taylor. 1991. Marketing Research and Applied Aproach. Mc Graw Hill International Edition. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Pengendalian. Terjemahan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. dan

Lazuardi, Alam. 2008. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Restoran Macaroni Panggang (MP) Bogor. Skripsi : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pambudhi, Widharto. 2003. Beternak Ayam Arab Merah. Jakarta : Agromedia Pustaka. Porter, M. 2007. Strategi Bersaing (Competitive Strategy). Terjemahan. Jakarta : Karisma Publishing Group.

111

Ramdhiani, Hilma. 2008. Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan Ayam Buras di Propinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal Demand System dengan Data Susenas 2005. Skripsi : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rasyaf, Muhammad. 2002. Enam Kunci Sukses Beternak Ayam Kampung. Jakarta : Penebar Swadaya. Sartika, Tike dan Iskandar, Sofjan. 2008. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Sukabumi : KEPRAKS. Sarwono. 2002. Ayam Arab Petelur Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya. Simamora, 1. Oktavera. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Ayam Broiler Purnama Farm Depok, Jawa Barat. Skripsi : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sujionohadi, Kliwon dan Setiawan, Ade Iwan. 2009. Ayam Kampung Petelur. Jakarta : Penebar swadaya. Susenas Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Pertanian Jakarta : CV Prajuri Jaya. 2008. Edisi 2008.

Umar, Husain. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

112

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kuesioner Strategi Formulasi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur, di Peternakan Trias Farm Bogor, Jawa Barat

Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada program sarjana Manajemen Agribisnis (S1) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Berikut ini adalah kuisioner dari penelitian yang saya lakukan di peternakan Trias Farm, yang berhubungan dengan analisis strategi pengembangan usaha ayam arab petelur. Bapak dapat melakukan pengisian kuisioner dengan petunjuk pengisian yang tertera di awal lembaran isian yang tersedia. Saya berharap melalui kuisioner ini dapat memperoleh masukan yang berarti untuk penulisan tugas akhir (Skripsi) dari penelitian yang saya akan lakukan. Atas segala bantuan, masukan, dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Linawati H34076090

114

Gambaran Umum Peternakan Trias Farm 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bagaimana sejarah dan perkembangan dari Peternakan Trias Farm? Bagaimana keadaan umum wilayah perusahaan? Bagaimana struktur organisasi perusahaan? Bagaimana proses produksi telur ayam arab di peternakan Trias Farm? Bagaimana proses produksi DOC di peternakan Trias Farm? Apakah visi, misi, dan tujuan perusahaan?

Analisis Lingkungan Internal Perusahaan a. Faktor Sumberdaya Manusia 1. Berapa banyak jumlah karyawan yang ada di peternakan Trias Farm? 2. Berapa upah/gaji yang dibayarkan oleh perusahaan? 3. Bagaimana wewenang dan kewajiban dari karyawan di peternakan Trias Farm? 4. Apakah pemilik perusahaan dapat mendelegasikan wewenang dan kewajiban karyawan dengan baik? 5. Apakah struktur organisasi yang ada saat ini telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan? 6. Apakah karyawan memiliki moral yang baik untuk bekerja? 7. Kualifikasi karyawan seperti apa yang dibutuhkan oleh perusahaan? 8. Bagaimana latar belakang pendidikan karyawan di perusahaan? 9. Bagaimana kinerja karyawan yang di peternakan Trias Farm? 10. Apakah ada kompensasi bagi karyawan? 11. Kompensasi seperti apa yang diberikan perusahaan? 12. Apakah perusahaan menerapkan penilaian prestasi kerja kepada karyawan 13. Apakah ada pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan keahlian dan pengalaman karyawan? 14. Seberapa besar intensitas karyawan yang keluar dan masuk perusahaan. b. Faktor Keuangan dan Akuntansi 1. Bagaimana perusahaan mendapatkan modal untuk budidaya ayam arab petelur? 2. Apakah perusahaan memiliki modal kerja yang mencukupi? 3. Apakah perusahaan memiliki hubungan baik dengan pihak pemberi pinjaman? 4. Apakah pemilik perusahaan berpengalaman dan mendapatkan pelatihan yang baik dalam bidang keuangan? 5. Apakah perusahaan membeli atau menyewa asset tetap yang digunakan dalam usaha ayam arab petelur? 6. Bagaimana keadaan keuangan perusahaan saat ini?
115

7. Apakah perusahaan sudah menerapkan sistem pencatatan keuangan dengan baik, misalnya dengan pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan komputerisasi? c. Faktor Produksi dan Operasi 1. Apa saja yang menjadi produk dari peternakan Trias Farm? 2. Bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli? 3. Bagaimana layout proses produksi dalam budidaya ayam arab petelur yang dijalankan perusahaan? 4. Apakah fasilitas, peralatan, mesin, dan kantor dalam kondisi yang baik? 5. Kendala-kendala apa yang dihadapi perusahaan dalam proses produksi? 6. Bagaimana perusahaan mengatasi kendala-kendala tersebut? 7. Bagaimana keadaan lokasi yang digunakan dalam usaha ayam arab petelur? 8. Berapa banyak rata-rata produksi telur yang dihasilkan dalam sehari? 9. Apa saja bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi ayam arab petelur? 10. Apakah pasokan bahan baku yang diperlukan tersebut dapat diandalkan oleh perusahaan? 11. Teknologi apa saja yang diterapkan oleh perusahaan dalam proses produksi dan operasi? 12. Apa keuntungan dan kerugian menggunakan teknologi tersebut? 13. Apakah setiap hari perusahaan menerapkan sistem pencatatan, diantaranya catatan tugas rutin, catatan penggunaan makanan, catatan penggunaan obatobatan, catatan penjualan telur, dan lain-lain? 14. Berapa banyak tenaga kerja yang bekerja di bagian proses produksi ayam arab petelur? 15. Keterampilan apa saja yang dibutuhkan perusahaan dalam proses produksi? 16. Bagaimana kualitas bibit yang digunakan di Trias Farm? 17. Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan oleh peternakan Trias Farm? d. Faktor Pemasaran 1. Apa saja yang menjadi produk dari peternakan Trias Farm? 2. Citra produk yang bagaimana yang hendak dipertahankan oleh perusahaan? 3. Apa saja keinginan konsumen yang perlu dipenuhi pada produk yang diproduksi perusahaan? 4. Perubahan-perubahan apa yang diperkirakan terjadi terhadap selera konsumen? 5. Apakah perusahaan mampu bersaing dari sisi harga? 6. Apakah perusahaan bersedia memberikan potongan harga kepada pembeli? 7. Apakah perusahaan menghadapi hambatan dalam penentuan harga pokok produk?
116

8. Apakah ada konsekuensi yang harus dihadapi apabila harga jual ditetapkan tinggi, sedang, dan rendah? 9. Cakupan pasar bagaimana yang harus dijangkau? 10. Apakah pemasaran diarahkan pada suatu wilayah geografis tertentu? 11. Bagaimana saluran distribusi yang dijalankan perusahaan? 12. Saluran distribusi apa yang perlu digarap dan dimanfatkan oleh perusahaan? 13. Apakah bagian pemasaran perlu mengkaji ulang jalur pemasaran yang selama ini dijalankan oleh perusahaan? 14. Promosi seperti apa yang dijalankan perusahaan? 15. Apakah bagian pemasaran memiliki pengalaman dan pelatihan yang baik?

117

Nama Responden Pendidikan Pengalaman

: : : PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL

Tujuan : Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm Bogor, Jawa Barat yang dilakukan oleh para responden. Petunjuk Pengisian : 1. Berikan tanda (V) pada kolom peluang, apabila faktor-faktor tersebut menjadi peluang dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm. 2. Berikan (V) pada kolom ancaman, apabila faktor-faktor tersebut menjadi ancaman dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm.

1. Aspek Ekonomi No Deskriptor 1 Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan 2 Terjadinya kenaikan tingkat inflasi 3 Harga BBM yang saat ini mengalami penurunan Peluang Ancaman

2. Aspek Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan No 1 2 3 4 Deskriptor Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature) Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli Peluang Ancaman

118

3. Aspek Politik, Hukum, dan Pemerintahan No Deskriptor 1 Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah. 2 Kebijakan pemerintah untuk mencegah penyakit flu burung 4. Aspek Teknologi No Deskriptor 1 Adanya perkembangan teknologi dalam proses produksi 2 Adanya kemajuan teknologi dalam bidang pemasaran 5. Aspek Lingkungan Industri 5.1 Persaingan dengan Perusahaan Sejenis No Deskriptor 1 Persaingan dengan perusahaan sejenis 2 Kualitas produk yang dihasilkan pesaing lebih baik dibandingkan yang dihasilkan perusahaan 3 Tingkat pertumbuhan industri usaha ayam arab yang relatif lambat. 4 Besarnya hambatan untuk keluar dalam usaha ayam arab petelur 5.2 Ancaman Pendatang Baru No Deskriptor 1 Hambatan masuk ke dalam usaha peternakan ayam arab 2 Akses dalam saluran distribusi 3 Kebutuhan modal awal yang cukup besar 4 Skala ekonomis 5.3 Ancaman Produk Subsitusi No Deskriptor 1 Persaingan dengan produk subsitusi ayam arab petelur 2 Harga produk pengganti lebih murah dari harga telur ayam arab Peluang Ancaman Peluang Ancaman Peluang Ancaman Peluang Ancaman Peluang Ancaman

119

5.4 Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli No Deskriptor Peluang 1 Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan 2 Hubungan yang baik dengan pelanggan 3 Pembeli memiliki banyak pilihan untuk membeli jenis produk yang sama 4 Perusahaan menghasilkan produk yang berkualitas 5.5 Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok No 1 2 3 4 Deskriptor Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi Hubungan baik dengan pemasok Jumlah pemasok bahan baku relatif sedikit Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku yang dibutuhkan perusahaan Peluang Ancaman Ancaman

Nama Responden Pendidikan Pengalaman

: : : PENENTUAN FAKTOR INTERNAL

Tujuan : Menentukan faktor-faktor strategi yang akan dimasukkan kedalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di Trias Farm yang berada di Bogor, Jawa Barat yang dilakukan oleh responden.

Petunjuk Pengisian : 1. Berikan tanda (V) pada kolom kekuatan, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm. 2. Berikan tanda (V) pada kolom kelemahan, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam strategi pengembangan usaha ayam arab petelur di peternakan Trias Farm.

120

No Faktor-Faktor Strategis Internal Lokasi perusahaan yang strategis 1 Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
sehingga menghemat waktu dan biaya Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan Menghasilkan produk yang berkualitas baik Peternakan Trias Farm menerapkan sistem pencatatan data dan keuangan yang sudah baik Peternakan Trias Farm memiliki tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman Peternakan Trias Farm menggunakan labelisasi yang menarik Produk telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Keterbatasan modal Belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen Pelaksanaan tugas karyawan belum terlaksana dengan baik

Kekuatan

Kelemahan

Nama : Pendidikan : Pengalaman : 1. Penilaian Bobot Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel dengan menggunakan skala 1,2,3 Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K L Total Keterangan: A B C D E F G H I J K L Total

121

Peluang : A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature) C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta adanya kebijakan mencegah penyakit flu burung E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab membutuhkan modal awal yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan Ancaman : Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur di jawa Barat tidak mengalami perkembangan Terjadinya kenaikan tingkat inflasi Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia Persaingan dengan perusahaan sejenis Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tinggi

H. I. J. K. L.

1. Pemberian Peringkat terhadap Faktor Eksternal Perusahaan (Peluang dan Ancaman) 2.1 Pemberian Peringkat terhadap Peluang Perusahaan Petunjuk Pengisian a. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan usaha dalam meraih peluang yang ada berikut ini dengan memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini: Skala 1 : sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut kurang Skala 2 : rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut rata-rata Skala 3 : tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut diatas rata-rata Skala4 : sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut superior.

122

Menurut Bapak, bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi peluang tersebut : No Peluang 1 1 Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat 2 Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah ke sifat alamiah (Back to Nature) 3 Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli 4 Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu adanya pemberian kredit dan hibah, serta adanya kebijakan mencegah menyakit flu burung 5 Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran 6 Memasuki usaha ayam arab membutuhkan modal awal yang besar 7 Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan 2.2 Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Perusahaan Petunjuk pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada besarnya ancaman usaha dalam mempengaruhi usaha dimasa yang datang dengan cara memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak. 2 3 4

Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini: Skala 1 = sangat tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut superior Skala 2 = tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut diatas rata-rata Skala 3 = rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata Skala 4 = sangat rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut kurang Menurut Bapak, bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi ancaman tersebut: No 1 2 3 4 5 Ancaman 1 Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur di Jawa Barat tidak mengalami perkembangan Terjadinya kenaikan tingkat inflasi Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah di Indonesia Persaingan dengan perusahaan sejenis Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tinggi 2 3 4

123

PENENTUAN FAKTOR INTERNAL

1. Penilaian Bobot terhadap Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel dengan menggunakan skala 1,2,3 Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Catatan : cara membaca perbandingan dimulai pada variabel pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten.

Faktor Internal A B C D E F G H I J K Total

Total

Keterangan: Kekuatan : A. Lokasi perusahaan yang strategis B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga menghemat waktu dan biaya C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman G. Menggunakan kemasan yang menarik H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan dan telah di uji di Laboratorium IPB
124

Kelemahan: I. Keterbatasan modal J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen K. Pelaksanaa tugas karyawan belum terlaksana dengan baik

2. Pemberian Peringkat terhadap Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan) 2.1 Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Perusahaan Petunjuk Pengisian a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing Menurut Bapak, bagaimana kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing atau industri yang memproduksi produk sejenis dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut :

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Kekuatan 1 Lokasi perusahaan yang strategis Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga menghemat waktu dan biaya Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik, manajer, dan karyawan Menghasilkan produk yang berkualitas baik Peternakan Trias Farm menerapkan sistem pencatatan data dan keuangan yang sudah baik Peternakan Trias Farm memiliki tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman Peternakan Trias Farm menggunakan kemasan yang menarik Produk telah memiliki izin kesehatan dari Dinas kesehatan hewan dan telah di uji dalam laboratorium IPB

125

2.2 Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan kelemahan tanda (V) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut lemah terhadap pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut kuat terhadap pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat kuat terhadap pesaing Menurut Bapak, bagaimana kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing yang memproduksi produk sejenis dalam hal ini faktor-faktor kelemahan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut: No Kelemahan 1 1 Keterbatasan modal 2 Belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen 3 Pelaksanaa tugas karyawan belum terlaksana dengan baik Nama Responden : Pendidikan : Pengalaman : Penentuan Alternatif Strategi dengan QSPM Tujuan: Untuk menunjukan kemenarikan relatif dan alternatif-alternatif yang dihasilkan dari matriks SWOT, guna menetapkan strategi mana yang paling tepat untuk dihasilkan terlebih dahulu oleh peternakan Trias Farm di Bogor, Jawa Barat. 2 3 4

Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT 1. Mempertahankan kualitas produk. 2. Mempertahankan loyalitas pelanggan. 3. Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta. 4. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. 5. Meningkatkan kapasitas produksi. 6. Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada.
126

7. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik. 8. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Petunjuk Pengisian: Mengajukan pertanyaan, apakah faktor sukses kritis berpengaruh pada alternatif strategi yang ada. Jika jawabannya tidak maka kolom AS tidak perlu diisi, jika jawabannya ya maka kolom AS diisi dengan: 4 = jika alternatif strategi sangat menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain. 3 = jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain. 2 = jika alternatif strategi agak menarik dibandingkan dengan relatif terhadap alternatif lain. 1 = jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan dengan relatif terhadap alternatif lain.

127

Lampiran 2. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Internal

Responden 1 : Manajer Perusahaan Faktor A B C D E F G H I J K Internal A 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 B 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 C 1 2 1 2 1 3 2 3 3 3 D 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 E 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 F 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 G 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 H 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 I 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 J 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 K 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 Total Keterangan Kekuatan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan dan telah di uji di Laboratorium IPB. Total 23 21 21 27 19 25 16 19 18 14 17 220 Bobot 0,1045 0,0955 0,0955 0,1228 0,0863 0,1136 0,0727 0,0864 0,0818 0,0636 0,0773 1 Rating 4 4 3 4 3 4 3 3 2 1 2 Nilai Tertimbang 0,418 0,286 0,287 0,491 0,258 0,454 0,218 0,259 0,164 0,064 0,155 3,054

Kelemahan : I. Keterbatasan modal. J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik

128

Responden 2 : Bagian Produksi Faktor Internal A B C D E F G H I J K Total Keterangan A B 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 C 3 3 3 2 2 1 1 2 1 1 D 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 E 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 F 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 G 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 H 2 2 3 3 3 3 1 3 2 2 I 3 2 2 3 2 2 1 1 2 1 J 3 3 3 3 3 2 1 2 2 2 K 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 Total 25 24 21 26 24 23 11 16 21 16 13 220 Bobot 0,1136 0,1091 0,0955 0,1182 0,1091 0,1045 0,0500 0,0727 0,0955 0,0727 0,0591 1 Rating 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 Nilai Tertimbang 0,4544 0,4364 0,2865 0,4728 0,3273 0,3135 0,1500 0,2181 0,1910 0,0727 0,1182 3,0409

Kekuatan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan dan telah di uji di Laboratorium IPB.

Kelemahan : I. Keterbatasan modal. J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik

129

Responden 3 : Bagian Pemasaran Faktor Internal A B C D E F G H I J K Total Keterangan A B 3 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 C 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 D 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 E 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 F 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 G 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 H 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 I 2 3 2 3 2 2 1 1 1 1 J 2 2 2 3 3 3 1 1 3 2 K 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 Total 26 21 16 26 19 24 15 15 22 18 18 220 Bobot 0,1182 0,0954 0,0727 0,1182 0,0864 0,1091 0,0682 0,0682 0,1000 0,0819 0,0819 1 Rating 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 Nilai Tertimbang 0,4728 0,3816 0,2181 0,3546 0,2592 0,3273 0,2046 0,2046 0,3000 0,1638 0,1638 3.1136

Kekuatan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan dan telah di uji di Laboratorium IPB.

Kelemahan : I. Keterbatasan modal. J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik

130

Lampiran 3. Matriks Pembobotan Faktor-Faktor Strategis Eksternal Responden 1 : Manajer Perusahaan Faktor Eksternal A B C D A 1 3 2 B 3 3 3 C 1 1 1 D 2 1 3 E 3 2 3 3 F 2 2 2 2 G 3 3 3 3 H 1 1 3 2 I 3 3 3 3 J 3 2 3 3 K 3 3 3 3 L 2 1 2 2 Total Keterangan :
Peluang : A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Ke sifat alamiah (Back to nature) C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan 131

E 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1

F 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2

G 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1

H 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 2

I 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1

J 1 2 1 1 2 1 2 1 3

K 1 1 1 1 2 1 3 1 2 1

3 2 1

L 2 3 2 1 3 2 3 2 3 2 3

Total 18 23 13 16 28 17 30 16 30 25 29 17 262

Bobot 0,0687 0,0878 0,0496 0,0611 0,1068 0,0649 0,1145 0,0611 0,1145 0,0954 0,1107 0,0649 1,000

Peringkat 2 3 1 2 3 2 3 4 2 3 3 3

Nilai Tertimbang 0,1374 0,2634 0,0496 0,1222 0,3204 0,1298 0,3435 0,2444 0,1222 0,2862 0,3321 0,1947 2,5459

Ancaman : H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras Jawa Barat tidak mengalami perkembangan I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah K. Persaingan dengan perusahaan sejenis L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi

Responden 2 : Pesaing Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K L Total Keterangan :


Peluang :

A B 1 3 1 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2

C D E F 3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2

G 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1

H 1 2 1 2 3 2 3 3 2 3 2

I 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2

J 1 1 1 2 1 1 3 2 3

K 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1

3 3 1

L 1 2 1 2 3 2 3 2 2 1 3

Total 15 17 14 19 24 19 31 20 29 23 31 22 264

Bobot 0,0568 0,0644 0,0530 0,0720 0,0909 0,0720 0,1174 0,0758 0,1098 0,0871 0,1174 0,0833 1,000

Peringkat 2 3 1 2 3 2 3 4 2 3 3 3

Nilai Tertimbang 0,1136 0,1932 0,0530 0,1440 0,2727 0,1440 0,3522 0,3032 0,2196 0,2613 0,3522 0,2499 2,6580

Ancaman : H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras Jawa Barat tidak mengalami perkembangan I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah K. Persaingan dengan perusahaan sejenis L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi

A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Ke sifat alamiah (Back to nature) C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan

132

Responden 3 : Ketua Himpuli dan Kepraks Faktor Eksternal A B C D E F A 1 1 2 2 2 B 3 2 2 3 3 C 3 2 2 3 2 D 2 2 2 2 3 E 2 1 1 2 3 F 2 1 2 1 1 G 3 3 3 3 3 3 H 1 1 1 1 1 2 I 3 2 2 3 2 3 J 3 1 3 3 2 3 K 2 1 2 3 2 3 L 3 1 2 2 2 2 Total Keterangan :


Peluang :

G 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1

H 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2

I 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2

J 1 3 1 1 2 1 2 1 2

K 2 3 2 1 2 1 2 1 2 2

2 1 1

L 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3

Total 18 28 23 20 21 15 30 13 26 27 25 19 265

Bobot 0,0679 0,1057 0,0868 0,0754 0,0792 0,0566 0,1132 0,0490 0,0981 0,1019 0,0943 0,0717 1

Peringkat 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 3

Nilai Tertimbang 0,1358 0,3171 0,2604 0,1508 0,2376 0,1132 0,3396 0,1960 0,1962 0,2038 0,1886 0,2151 2,5554

Ancaman : H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras Jawa Barat tidak mengalami perkembangan I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah K. Persaingan dengan perusahaan sejenis L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi

A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Ke sifat alamiah (Back to nature) C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan

133

Lampiran 4. Matriks IFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Internal) Ket Responden 1 0,1045 0,0955 0,0955 0,1228 0,0863 0,1136 0,0727 0,0864 0,0818 0,0636 0,0773 Bobot Responden 2 0,1136 0,1091 0,0955 0,1182 0,1091 0,1045 0,0500 0,0727 0,0955 0,0727 0,0591 Rataan Responden 3 0,1136 0,1091 0,0955 0,1182 0,1091 0.1045 0,0500 0,0727 0,0955 0,0727 0,0591 Responden 1 4 3 3 4 3 4 3 3 2 1 2 Rating Responden 2 4 4 3 4 3 3 3 3 2 1 2 Rataan Responden 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 Skor (Bobot xRating) 0,4422 0,3834 0,2865 0,4789 0,3045 0,3584 0,1727 0,2318 0,1818 0,0928 0,1303 3,0636

A B C D E F G H I J K

0,1105 0,1045 0,0955 0,1197 0,1015 0,1075 0,0575 0,0772 0,0909 0,0696 0,0651 Total

4 3,66 3 4 3 3,33 3 3 2 1,33 2

Kekuatan : A. Lokasi perusahaan yang strategis. B. Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efesien sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. C. Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan. D. Menghasilkan produk yang berkualitas baik. E. Menerapkan sistem pencacatan data keuangan dengan baik. F. Memiliki karyawan yang terampil dan berpengalaman. G. Menggunakan kemasan yang menarik. H. Produk yang telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Hewan dan telah di uji di Laboratorium IPB.

Kelemahan : I. Keterbatasan modal. J. Belum mampu memenuhi permintaan konsumen K. Pelaksanaan tugas belum terlaksana dengan baik

134

Lampiran 5. Matriks EFE (Pembobotan Rata-Rata Lingkungan Eksternal) Ket Bobot Rataan Rating Responden Responden Responden Responden Responden 1 2 3 1 2 A 0,0687 0,0568 0,0679 0,0645 2 2 B 0,0878 0,0644 0,1057 0,0859 3 3 C 0,0496 0,0530 0,0868 0,0631 1 1 D 0,0611 0,0720 0,0754 0,0695 2 2 E 0,1068 0,0909 0,0792 0,0923 3 3 F 0,0649 0,0720 0,0566 0,0645 2 2 G 0,1145 0,1174 0,1132 0,1150 3 3 H 0,0611 0,0758 0,0490 0,0620 4 4 I 0,1145 0,1098 0,0981 0,1075 2 2 J 0,0954 0,0871 0,1019 0,0948 3 3 K 0,1107 0,1174 0,0943 0,1075 3 3 L 0,0649 0,0833 0,0717 0,0733 3 3 Total
Keterangan : Peluang : A. Meningkatnya pertumbuhan penduduk khususnya Jawa Barat B. Kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan yang mengarah Ke sifat alamiah (Back to nature) C. Pembinaan dan pelatihan tentang usaha ayam buras oleh Himpuli D. Kebijakan pemerintah yang mendukung yaitu pemberian kredit dan hibah, serta kebijakan mencegah penyakit flu burung E. Perkembangan kemajuan dalam teknologi produksi dan pemasaran F. Memasuki usaha ayam arab petelur membutuhkan modal awal yang besar G. Pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan

Rataan Responden 3 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 3

Skor (Bobot xRating) 0,1290 0,2577 0,1054 0,1390 0,2769 0,1290 0,3450 0,2480 0,2150 0,2531 0,2870 0,2199 2,5860

2 3 1,67 2 3 2 3 4 2 2,67 2,67 3

Ancaman: H. Daya beli yang rendah menyebabkan konsumsi telur ayam buras Jawa Barat tidak mengalami perkembangan I. Terjadinya kenaikan tingkat inflasi J. Merebaknya penyakit flu burung di beberapa daerah K. Persaingan dengan perusahaan sejenis L. Kekuatan tawar-menawar pemasok tinggi

135

Lampiran 6. Matriks QSP Responden 1


Keterangan Kekuatan A Kekuatan B Kekuatan C Kekuatan D Kekuatan E Kekuatan F Kekuatan G Kekuatan H Kelemahan I Kelemahan J Kelemahan K Peluang A Peluang B Peluang C Peluang D Peluang E Peluang F Peluang G Ancaman H Ancaman I Ancaman J Ancaman K Ancaman L Total Bobot 0.112 0.100 0.087 0.119 0.093 0.109 0.063 0.075 0.092 0.072 0.072 0.064 0.085 0.063 0.069 0.092 0.064 0.115 0.062 0.107 0.094 0.107 0.073 1.999 AS 3 3 2 4 1 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 1 4 3 TAS 0.336 0.300 0.176 0.479 0.094 0.436 0.191 0.227 0.185 0.218 0.146 0.194 0.258 0.126 0.209 0.185 0.258 0.345 0.186 0.323 0.095 0.430 0.220 5.614 AS 2 3 1 3 1 3 3 3 3 3 1 3 2 1 2 3 3 4 3 3 2 4 3 TAS 0.224 0.300 0.087 0.359 0.093 0.320 0.190 0.227 0.277 0.218 0.072 0.193 0.171 0.063 0.139 0.276 0.193 0.460 0.186 0.322 0.189 0.430 0.219 5.224 AS 3 2 2 4 3 2 2 2 4 4 1 3 2 1 4 3 3 2 2 3 1 3 4 TAS 0.336 0.200 0.175 0.478 0.281 0.218 0.127 0.151 0.369 0.290 0.072 0.193 0.171 0.063 0.278 0.276 0.193 0.230 0.124 0.322 0.094 0.322 0.293 5.266 AS 3 3 2 2 2 1 1 1 1 2 4 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 TAS 0.336 0.300 0.175 0.239 0.187 0.109 0.063 0.075 0.092 0.145 0.291 0.129 0.171 0.063 0.139 0.184 0.129 0.230 0.186 0.215 0.189 0.215 0.146 4.015 AS 3 3 2 4 2 4 3 2 2 3 1 3 3 1 3 3 3 4 2 3 2 3 3 TAS 0.336 0.300 0.175 0.478 0.187 0.436 0.190 0.151 0.184 0.218 0.072 0.193 0.257 0.063 0.208 0.276 0.193 0.460 0.124 0.322 0.189 0.322 0.219 5.564 AS 2 3 3 3 1 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 4 2 TAS 0.224 0.300 0.263 0.359 0.090 0.430 0.190 0.227 0.184 0.218 0.218 0.193 0.257 0.126 0.208 0.270 0.193 0.345 0.124 0.215 0.094 0.430 0.146 5.328 AS 4 2 3 4 2 4 2 2 3 4 1 2 2 1 2 3 3 3 2 3 2 4 2 TAS 0.448 0.200 0.263 0.478 0.187 0.436 0.127 0.151 0.277 0.290 0.072 0.129 0.171 0.063 0.139 0.276 0.193 0.345 0.124 0.322 0.189 0.430 0.146 5.465 AS 3 4 2 3 2 2 3 3 4 4 2 2 2 1 4 3 3 3 2 4 2 4 4 TAS 0.336 0.400 0.175 0.359 0.187 0.218 0.190 0.227 0.369 0.290 0.145 0.129 0.171 0.063 0.278 0.276 0.193 0.345 0.124 0.430 0.189 0.430 0.293 5.825

136

Responden 2
Keterangan Kekuatan A Kekuatan B Kekuatan C Kekuatan D Kekuatan E Kekuatan F Kekuatan G Kekuatan H Kelemahan I Kelemahan J Kelemahan K Peluang A Peluang B Peluang C Peluang D Peluang E Peluang F Peluang G Ancaman H Ancaman I Ancaman J Ancaman K Ancaman L Total Bobot 0.112 0.100 0.087 0.119 0.093 0.109 0.063 0.075 0.092 0.072 0.072 0.064 0.0859 0.063 0.069 0.092 0.064 0.115 0.062 0.107 0.094 0.107 0.073 1.999 AS 4 3 2 4 2 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2 4 3 TAS 0.448 0.300 0.176 0.479 0.188 0.436 0.191 0.227 0.185 0.218 0.146 0.194 0.258 0.126 0.209 0.277 0.129 0.345 0.248 0.323 0.190 0.430 0.220 5.940 AS 3 3 2 4 2 4 3 3 4 3 2 3 2 1 3 3 3 4 4 3 2 3 3 TAS 0.336 0.300 0.175 0.478 0.187 0.43 0.190 0.227 0.369 0.218 0.145 0.193 0.171 0.063 0.200 0.276 0.193 0.460 0.248 0.322 0.189 0.322 0.219 5.936 AS 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 4 3 3 3 2 4 2 4 3 TAS 0.448 0.300 0.175 0.359 0.281 0.327 0.190 0.227 0.369 0.290 0.145 0.193 0.257 0.126 0.278 0.276 0.193 0.345 0.124 0.430 0.189 0.430 0.219 6.180 AS 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 4 2 2 1 2 2 2 3 2 3 1 3 3 TAS 0.224 0.200 0.263 0.359 0.187 0.327 0.127 0.151 0.184 0.218 0.291 0.129 0.171 0.063 0.139 0.184 0.129 0.345 0.124 0.322 0.094 0.322 0.219 4.779 AS 4 3 3 4 2 4 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2 1 3 1 2 2 TAS 0.448 0.300 0.263 0.478 0.187 0.436 0.190 0.227 0.184 0.290 0.145 0.193 0.257 0.126 0.208 0.276 0.129 0.230 0.062 0.322 0.094 0.215 0.146 5.416 AS 2 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 4 2 TAS 0.224 0.300 0.263 0.359 0.093 0.327 0.190 0.227 0.184 0.218 0.218 0.193 0.257 0.126 0.208 0.276 0.193 0.345 0.124 0.215 0.094 0.430 0.146 5.219 AS 3 2 2 4 2 3 2 2 3 4 2 3 3 1 2 4 3 4 4 3 2 3 3 TAS 0.336 0.200 0.175 0.478 0.187 0.327 0.127 0.151 0.277 0.290 0.145 0.193 0.257 0.063 0.139 0.369 0.193 0.460 0.248 0.322 0.189 0.322 0.219 5.676 AS 3 3 2 3 2 2 3 3 4 4 1 2 2 1 4 3 2 3 2 3 2 4 4 TAS 0.336 0.300 0.175 0.359 0.187 0.218 0.190 0.227 0.369 0.290 0.072 0.129 0.171 0.063 0.278 0.276 0.129 0.345 0.124 0.322 0.189 0.430 0.293 5.480

137

Alternatif strategi : 1. Meningkatkan kualitas produk. 2. Mempertahankan loyalitas pelanggan. 3. Memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta. 4. Meningkatkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. 5. Meningkatkan kapasitas produksi. 6. Pengembangan produk dengan melakukan modifikasi produk yang telah ada. 7. Mengatur sistem manajemen produksi dengan baik. 8. Mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir.

138

Lampiran 7. Contoh Produk Telur yang Dihasilkan oleh Peternakan Trias Farm

Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm

Telur Ayam Arab di peternakan Trias Farm

Telur Ayam Kampung

139

Lampiran 8. Tahapan dalam Proses Produksi DOC di Peternakan Trias Farm

Tahap Bumigasi Telur

Timbangan Telur

Mesin Tetas

Telur yang disortasi

Mesin Tetas

Telur Tetas

140

Lampiran 9. Proses Produksi Telur Ayam Arab di Peternakan Trias Farm

Ayam berumur 1-21hari

Ayam berumur 21- 120 hari

Ayam berumur 4-20 bulan

141

Anda mungkin juga menyukai