Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kendaraan membutuhkan kopling karena mesin dihidupkan, dapur picu ini
akan terus bekerja tanpa henti, tenaga yang dikeluarkan mesin berasal dari
perubahan energi mekanik, yaitu ledakan campuran bahan bakar udara diruang
bakar (combustion camber) dari pergerakan piston inilah dihasilkan tenaga,
kemudian kopling memiliki peranan sebagai pemutus dan penyambung tenaga
dari mesin ke transmisi, dan selanjutnya dialirkan ke roda.
Adanya kopling motor bisa berhenti dan bergerak bila pedal kopling
diinjak sesuai dengan keinginan pengemudi tanpa membuat mesin menjadi
mati,kondisi ini sering memang terjadi pada saat lampu merah. Adanya koping
memungkinkan penyaluran tenaga mesin sesuai kebutuhan, apakah itu cepat atau
lambat. Bila tak ada kopling bias dipastikan pengemudi akan susah
mengemudikan tenaga mesin yang kekuatannya bisa mencapai ratusan tenaga
kuda.
Bentuk dari kopling tidak terlalu besar terdiri dari beberapa komponen
yaitu: pressure plate (matahari), studs, throw-out, bearings, cluet hoursing,
realease fork, dan ben hoursing. Dan yang paling popular adalah plat gesek yang
sering rusak akibat prilaku panas pengemudi yang kurang baik.
Dari referensi diatas penulis memilki ketertarikan untuk merancang ulang
kopling Yamaha Jupiter MX. Berdasarkan lama pemakaian kopling efisiensi dan
umur plat gesek. Dalam perencanaan ini juga memperhatikan akan factor
ekonomis namun tidak terlepas dari kualitas kopling itu sendiri.
1
1.2 Tujuan
Perencanaan yang penulis lakukan bertujuan untuk merancang ulang
kopling Yamaha Jupiter MX juga untuk memahami fungsi dan kegunaanya dari
bagian-bagian komponennya.
1.3 Batasan Masalah
Dengan batasan masalah yang dihadapi yaitu bagaimana cara kerja kopling
dan komponennya:
1. Perhitungan poros
2. Perhitungan spline
3. Perhitungan plat gesek
4. Perencanaan pegas
Dengan daya maksimum N=12,14 dan Ps= 8500 rpm.
1.4 Metodologi Perencanaan
Untuk merancang ujung kopling ini penulis melakukan beberapa hal yaitu:
1.Mensurfei dari beberapa pengguna pengendara tentang fungsi dan
kegunaan.
2. Memahami kelemahan kopling Yamaha Jupiter MX.
3. Memahami kelebihan koping Yamaha Jupiter MX.
4. Membandingkan dengan jenis kopling yang lain.
5. Membongkar ulang pada komponen kopling untuk mengukur beberapa
koponen penting didalamnya, kemudian digambar sebagai spesimen.
2
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang penulisan lakukan adalah:
BAB I : Pendahuluan; berisi uraian singkat tentang latar belakang, tujuan,
batasan masalah, metodologi perencanaan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan teori; berisi uraian singkat tentang kopling dan
komponen utamanya serta persamaan-persamaan yang
langsung berkaitan dengan kopling.
BAB III : Cara kerja kopling; berisi uraian singkat tentang cara kerja
kopling lengkap dengan gambar dan keterangan gambar.
BAB IV : Analisa perhitungan; berisi uraian singkat tentang uraian dan
perhitungan dari komponen-komponen utama kopling.
BAB V : Kesimpulan; berisi uraian singkat tentang uraian pernyataan
singkat dan tepat yang dijabarkan dan analisa perhitungan dan
saran.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Tentang Kopling
Kopling adalah suatu elemen yang merupakan suatu sambungan yang
berpungsi sebagai penerus putaran dan daya suatu poros penggerak keporos yang
digerakkan. Maksud dan tujuan dari system sambungan dengan menggunakan
kopling adalah:
1. Untuk memindahkan daya dan putaran dari suatu mesin.
2. Dapat menghentikan putaran dari poros yang digerakkan tanpa
menghentikan putaran dari poros utama
3. Dalam suatu konstruksi untuk memperoleh poros yang sesuai dan
system dalam pengunaanya.
Ditinjau dari system kerjanya kopling dapat dibedakan menjadi:
1. Kopling tetap
2. Kopling tidak tetap
2.2 Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu system penggabungan antar dan poros yang
sifatnya tetap, dimana kopling ini dapat diputuskan dan disambung apabila poros
penggeraknya dihentikan.
4
2.2.1 Kopling Kaku
Kopling kaku ini dipergunakan untuk kedua poros harus dihubungkan
dengan dengan sumbu yang segaris, kopling ini dipakai poros mesin dan transmisi
dalam suatu pabrik-pabrik.
2.2.2 Kopling Flens Kaku
Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling bus yang mana yang satu
masuk kerumah pengikat, gunanya sewaktu kopling ini berputar antara rumah
pengikat, gunanya sewaktu kopling ini berputar antara rumah yang satu dengan
yang lain dapat berputar dengan serentak dan baut pengikatnya tidak begitu besar
menerima beban geser.

Gambar 2.1 Kopling flens kaku
2.2.3 Kopling Flens Tempa
Kopling ini prinsipnya sama dengan kopling flens kaku hanya saja antara
poros dengan pengikat ditempa menjadi satu.
5
Gambar 2.2 Kopling Flens Tempa
2.2.4 Kopling Bus
Kontruksi dari kopling ini dimana poros penggerak dengan poros yang
digerakan diikat dengan satu tabung pengikatnya tidak mengalami gesekan atau
poros dapat berputar dengan baik tanpa menjadi kejutan sewaktu awal berputar
antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan, pada kopling ini perlu
diberi baut pengikat pasak.
Gambar 2.3 Kopling Bus
6
2.2.5 Kopling Flens Luwes
Bentuk rumahnya sama dengan kopling kaku pada rumah kopling yang
satu dengan pengikat yaitu dengan baut dan dipasang bus aret atau kulit, sebagai
penghubung antara baut dengan dinding Flens yang lain. Fungsi dipasang bus
karet atau kulit pada penghubung adalah agar sewaktu berputar baut pengikat
tidak terjadi kejutan yang besar dengan kata dapat mengurangi sedikit kejutan.
Gambar 2.4 Kopling Flens Luwes
2.2.6 Kopling Karet Ban
Kopling ini sebagai penghubung antara poros penggerak dengan poros
yang digerakkan dipasang karet dan pada saat berputar kejutan sangat kecil sekali.
Gambar 2.5 Kopling Karet Ban
7
2.2.7 Kopling Karet Bintang
Kopling ini sebagai untuk masing-masing poros, dipasang karet ban dan
pada kopling karet ban ini kejutan sewaktu berputar tetap kecil.

Gambar 2.6 Kopling Karet Bintang
2.2.8 Kopling Universal Hook
Kopling ini dipasang kepala silang untuk menghubungkan masing-masing
poros.
Gambar 2.7 Kopling Universal Hook
8
2.3 Kopling Tidak Tetap
Kopling tidak tetap adalah suatu system penyambungan antara sua poros
yang sifatnya tidak tetap, dimana kopling dapat diputuskan dan disambung tanpa
menghentikan poros penggerak.Sifat-sifat kopling tidak tetap antara lain adalah:
1. Poros kedua relatif bergerak terhadap poros utama
2. Pemutusan dapat dilakukan pada saat poros berputar maupun pada saat
poros tidak berputar.
2.3.1 Kopling Cakar Persegi
Kopling ini dapat meneruskan dalam dua arah putaran tetapi tidak dapat
dihubungkan dalam keadaan berputar. Dengan demikian tidak dapat sepenuhnya
berfungsi sebagai kopling tidak tetap yang sebenarnya
Gambar 2.8 Kopling Cakar Persegi
2.3.2 Kopling Cakar Spiral
Kopling cakar spiral ini dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tetapi
hanya dapat untuk datu arah putaran tertentu daja, namun jika demikian karena
9
timbulnya tumbukan yang besar jika dihunungkan dalam keadaan berputar, maka
cara menghubungkan semacam ini hanya boleh dilakukan jika poros penggerak
mempunyai putaran kurang dari 50 rpm.
Gambar 2.9 Kopling Cakar Spiral
2.3.3 Kopling Pelat
Pada kopling ini dalam kerjanya untuk memutuskan daya (momen) dengan
perantaraan gesekan, adanya hal demikian bila terjadi pembebanan yang
berlebihan pada poros penggerak pada saat dihubungkan dapat dihindari selain itu
juga dapat dihindari terjadi skip dan juga kopling ini sekaligus berfungsi sebagai
pembatas.
Menurut kondisinya kering, apabila saat bekerja kopling tersebut plat-plat
gesek bekerja dalam keadaan kering. Kondisi basah tersebut apabila plat gesek
bekerja dalam keadaan berendam atau dilunasi dengan minyak.
Gambar 2.10 Kopling Pelat
10
2.3.4 Kopling Kerucut
Kopling ini menggunakan bidang gesek berbentuk kerucut, kopling
kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan mempunyai
keuntungan, dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan momen
yang besar.

Gambar 2.11 Kopling kerucut
2.3.5 Kopling Freewhell
Kopling ini hanya dapat digunakan untuk meneruskan momen (putaran)
dalam satu arah putaran, sehingga putaran yang berlawanan arahnya akan dicegah
atau tak dapat diteruskan. Cara kerjanya dapat berdasarkan atas efek dari bola
voul.

Gambar 2.12 Kopling Freewhell (Sularso, 1997)
11
2.4 Pemilihan Jenis Kopling
Dalam perencanaan kopling yang dipilih adalah kopling pelat (kopling
gesek). Dimana kopling ini meneruskan momen (putaran) dengan perantara
gesekan. konstruksi cukup sederhana dan dapat melepaskan hubungan dengan
poros baik dalam keadaan diam (tidak berputar) maupun dalam keadaan berputar.
12
BAB III
CARA KERJA KOPLING
3.1 Asembling Kopling dan Keterangannya
Gambar 3.1 Asembling Kopling
Keterangan :
1. Plat penekan
2. Washer of spline
3. Washer of latter
4. Poros
13
5. Pusat kopling
6. Rumah kopling
7. Plat geset baja
8. Plat geset asbes
9. Ring
10. Baut pengikat pegas
11. Pin penekan
12. Pegas
13. Penutup kopling
14. Baut pengikat pusat koping
3.2 Cara Kerja Kopling
Langkah awal dari kerja kopling ini adalah berasal dari poros engkol dan
akan diteruskan kerumah kopling melalui sistem roda gigi. Rumah kopling
merupakan dudukan plat gesek asbes. Plat penekan tidak berhubungan langsung
dengan rumah kopling, plat penekan merupakan dudukan plat gesek baja.
Rumah kopling dan plat penekan akan berhubungan apabila plat gesek
baja dan plat gesek asbes dipasang berselang-seling, dan merapat karena ditarik
pegas yang ditutup oleh rumah bantalan.
Apabila pin penekan ditekan kedalam maka pegas akan meregang
sehingga akibat tekanan ini, maka pusat kopling dan pusat penekan akan bergerak
sesuai dengan tekanan pin penekan maka terjadi sentuhan yang rapat antara plat
gesek baja dengan plat gesek asbes sehingga putaran terputus antara poros engkol
dan sumbu roda gigi.Apabila plat penekan dilepas maka rumah kopling dan plat
penekan akan merapat kembali dan putaran poros engkol dan poros roda gigi akan
berhubungan kembali.
14
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan Poros
Poros sebagai komponen pemindah daya dan putaran harus diperhatikan
jenis bahan yang digunakan, besarnya bahan poros dibual dari baja yang
mempunyai sifat tahan terhadap beban lentur mempunyai elastisitas yang baik dan
tidak mudah patah.
Pada perencanaan ini daya yang ditransmisikan P(kW) dan putaran n(rpm)
dengan :
Daya (N) = 12,14 Ps
Putaran (n) = 8500 rpm
1PS = 0,736 kW
Daya yang ditransmisikan:

Ps 1
0,736
12,14Ps P
= 8,93504 kW
Faktor koreksi daya yang ditransmisikan fc = 1,0
Daya rencana :
Pd = fc x P
Pd = 1,0 x 8,93504 kW = 8,93504 kW
15
Momen puntir :
T=9,74x 10
5
n
Pd
.............(Sularso,1997;7)
rpm
kW
T
8500
93504 , 8
74 , 9
T =1023,850 kg.mm
Bahan poros : S35C
Maka kekuatan tarik dari bahan poros S35C yang diperlakukan panas
adalah
B
= 52 kg/mm
2
(terlihat di tabel 4.1)
Tabel 4.1 Baja Karbon Kontruksi Mesin (Sularso,1997;13)
Jenis Baja Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik
( kg/mm
2
)
Baja karbon
Kontruksi
Mesin
JISG 4501
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
Penormalan
48
52
55
58
62
64
16
Faktor keamanan :
1.Untuk bahan S-C ---
1
Sf =6,0
2.Akibat adanya alur pasak
2
Sf = 1,3 s/d 3,0 maka diambil 2,0
Tegangan geser yang diijinkan (
a

) :
2 1
Sf Sf
B
a

0 , 2 0 , 6
/ 52
2

mm kg
a

= 4,33 kg/mm
2

Faktor koreksi yang disarankan ASME dipilih Kt = 1,0 s/d 1,5 dipilih Kt 1,5
Faktor koreksi akibat kelenturan Cb = 1,2 s/d 2,3 maka diambil 2,0 karena
adanya pembebenan lentur.
Diameter poros :
) (
1 , 5
3 / 1
mm T Cb Kt ds
a
1
]
1

) ( 850 , 1023 0 , 2 5 , 1
33 , 4
1 , 5
3 / 1
mm ds
1
]
1


) ( 760 , 3617
3 / 1
mm ds
ds = 15,35 mm
17
Jadi standard diameter poros dapat diambil = 16 mm sesuai dengan tabel
diameter poros.
Tabel 4.2 Diameter Poros (Sularso,1997;19)
4
4,5
5
*5,6
6
*6,3
7
*7,1
8
10
11
*11,2
12
12,5
14
(15)
16
(17)
18
19
20
22
*22,4
24
25
28
30
*31,5
32
35
*35,5
38
40
42
45
48
50
55
56
60
63
65
70
71
75
80
85
100
(105)
110
*112
120
125
130
140
150
160
170
180
190
200
220
*224
240
250
260
280
300
*315
320
340
*355
360
380
400
420
440
450
560
480
500
530
560
600
630
18
9 90
95
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih
dari bilangan standar.
2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana
akan dipasang bantalan gelinding.
Jika diameter poros adalah 16 mm maka tegangan geser yang terjadi pada
poros adalah :

3
1 , 5
ds
T


3
16
850 , 1023 1 , 5


4096
635 , 5221

= 1,274kg/mm
2

Dalam hal ini diperoleh
a

>

( 4,33 kg/mm
2
>1,274 kg/mm
2
). Berarti
poros dalam keadaan aman maka bahan S35C yang dapat dipakai.
4.2 Perhitungan Spline
Spline berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran tanpa terjadi slip dari
poros ke transmisi. Adapun perhitungan spline yang dirancang adalah sebagai
berikut:
Lebar spline :
b = 0,25 x ds
= 0,25 x 16
19
= 4 mm
Panjang spline :
L = 0,75 x ds
= 0,75 x 16
= 12 mm
Tinggi spline :
h = 5 mm
Diameter spline :
D = 0,8

8 , 0
D
ds

D =
8 , 0
16
D = 20 mm

Gaya tangensial ( Ft ) :
Ft =
ds
T 2

mm
mm kg
16
/ 850 , 1023 2

20
=127,981 kg
Bahan spline direncanakan S35C dengan
b

= 52 kg/mm
2
. Dengan faktor
keamanan Sf
1
= 6,0 (diambil), pengaruh masa baja paduan faktor keamanan Sf
2 = 2,0 (diambil)
Maka tegangan geser izin (
a

) :

2 1
Sf Sf
B
a


0 , 2 0 , 6
/ 52
2

mm kg
a

= 4,33 kg/mm
2

Tegangan geser yang terjadi :

L b
Ft



mm mm
kg
12 4
981 , 127

=2,66 kg/mm
2
Jadi

a >

atau ( 4,33 kg/mm


2
> 2.66 kg/mm
2
).Berdasarkan
perhitungan yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa spline aman
terhadap beban geser.
21
4.3 Perhitungan Naaf
Lebar gigi dalam naf (Wn
1
) :
Wn
1
=
n
b n ds ) (
Wn
1
=
6
4 ) 6 16 ( 14 , 3 x
Wn
1
= 20,93 mm
Tegangan puntir (
p

):
p

=
) (
16
4 4
ds D
xTxD

) 16 20 ( 14 , 3
20 850 , 1023 16
4 4

= 1,104 kg/
2
mm
Jadi perbandingan tegangan geser dengan tegangan puntir (

a = 4,33
kg/mm
2
>

p = 1,104 kg/mm
2
, maka naf dalam keadaan aman terhadap dudukan
baut.

4.4 Perhitungan Plat Gesek
Plat gesek adalah suatu elemen yang terdapat pada kopling berfungsi
untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak dengan poros yang
digerakkan,juga berfungsi untuk memindahkan daya dari poros penggerak kopling
melalui fly wheel dalam bentuk gesekan.
22
4.4.1 Langkah Kerja Plat Gesek
Ada 4 tingkat mekanisme kerja yang dilakukan plat gesek adalah :
1. Permukaan kerja dari kopling didorong dan ditekan plat gesek,maka
poros yang digerakkan dipercepat sampai pada putararan poros yang
menggerakkan.
2. Kopling ini dipergunakan selama putaran input dan putaran output
berputar pada putaran yang sama.
3. Kopling tidak berfungsi bila permukaan kerja digerakkan, maka poros
yang digerakkan putarannya menurun dan kemudian akan berhenti.
4. Pada keadaan tidak bekerja,diantara dua permukaan kerja dipisahkan
oleh sebuah jarak dimana poros yang digerakan berhenti walaupun
poros berputar.
Tabel 4.3 Bahan Plat Gesek
Bahan permukaan
Kontak
Pa
Kering Dilumasi
Besi cor
Besi cor dan perunggu
Besi cor dan asbes
Besi cor dan serat
Besi cor dan kayu
0,10 0,20
0,10 0,20
0,35 0,65
0,05 0.10
-
0,08 0,12
0,10 0,20
-
0,05 0,15
0,10 0,35
0,09 0,17
0,05 0,08
0,007 - 0,07
0,005 - 0,03
0,02 0,03
23
Perhitungan ukuran plat gesek:

( )
( ) Pa x D x D x F
Pa x D D x F
2
2
2
1
2
1
2
2
4
4


Nilai untuk D1 / D2 > 0,5 tidak boleh kecil dari 0,5
Dimana :
F = Gaya tekan
Pa = Tekan rata-rata pada bidang gesek dengan nilai 0,02 0,03 dipilih
0,02 kg/mm
2
Maka :
( )
( )
kg D
kg x D x
kg x D D x F
2
2
2
2
2
2
2
2
1
011775 , 0
02 , 0 . 5 , 0 1
4
02 , 0 . 1
4

Jari-Jari Rata-Rata:
( )
2
2
2 1
375 , 0
4
. 1 5 , 0
4
D
D
D x D
rm


Untuk mencari diameter luar plat gesek dapat dirumuskan:
rm F T
...(Sularso,1987;62)
Dimana :
T : Torsi yang direncanakan =1023,850 kg.mm
: Koefisien gesek (0,35 0,65) dipilih 0,35 untuk gesek kering

rm F T
24

2
2
2
375 , 0 011775 , 0 35 , 0 850 , 1023 D D

2
2
3
10 5454 , 1 850 , 1023 D



2
2
3
3
2
10 5454 , 1
850 , 1023
D
D

559 , 662514
3
2
D

3
2
559 , 662514 D
=87,1 mm
=8,71cm
Maka jari-jari rata-rata (rm):

2
375 , 0 D rm

1 , 87 375 , 0
mm

66 , 32
mm

Gaya yang ditimbulkan tekanan plat gesek (F) dapat dicari:

( )
( )
kg F
kg F
D kg F
32 , 89
1 , 87 011775 , 0
011775 , 0
2
2
2




Lebar bidang gesek (b):
25
5 , 0 4 , 0
rm
b
Diambil 0,4 maka:
66 , 32 4 , 0
06 , 13 mm
Diameter dalam plat gesek (D
1
):
b rm D 2
1

06 , 13 66 , 32 2

26 , 52
mm
226 , 5
1
D cm
4.5 Klasifikasi Bantalan
Fungsi bantalan adalah untuk menumpu poros, sehingga putaran dan gesek
bolak-balik dapat berlangsung secara halus,aman dan poros akan tahan lebih lama.
Bantalan secara umum dibagi 2 macam yaitu :
1. Menurut arah dan gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur (Selding contact bearing)
b. Bantalan gelinding (Rolling contact bearing)
2. Menurut arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial : arah beban yang diterima tegak lurus terhadap
sumbu utama
b. Bantalan aksial : arah beban yang diterima sejajar dengan
sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus : arah beban yang diterima adalah
aksial dan radial.
26
4.5.1 Perhitungan Bantalan Radial
Kekuatan bantalan poros terhadap gaya radial dinamis :
Frd = X . Fr + Y . Fa.(kg)
Dimana :
X = Koefisien beban radial = 0,56
Fr = Gaya radial = 1
Y = Koefisien beban aksial = 0
Fa = gaya radial pada pegas tekan = 43,12 kg
Maka :

12 , 43 1 56 , 0 + Frd

68 , 43
kg
Kapasitas normal dinamis sfesifikasi (C):

Fn
d x Fh
C
Dimana :
Fh = Faktor lama pemakaian
Fn = Faktor kecepatan
Lh = Lama pemakaian kopling (direncanakan kendaraan jarang dipakai
5000 15000 jam dipilih 10000)

3
500
Lh
Fh
27

3
500
10000

71 , 2 jam

3
3 , 33
n
Fn

15 , 0
8500
3 , 33
3

Kapasitas nominal dinamis spesifik (c):


Fn
Frd Fh
C

15 , 0
68 , 43 71 , 2
C
15 , 789 C kg
Dengan melihat harga kapasitas normal dinamis spesifik (C) = 789,15 kg
didapat nomor bantalan 6004 ZZ..(Sularso 1987 : 143) (Tabel 4.4)
diperoleh ukuran lengkap.
D = Diameter minimum ukuran lengkap bantalan = 20 mm
D = Diameter luar bantalan = 42 mm
B = Tebal bantalan = 12 mm
R = Jari-jari bantalan = 1 mm
Co = kapasitas nominal statis spesifikasi = 465 mm
28
C = kapasitas nominal dinamis spesifikasi = 735 mm
Tabel 4.4 Bantalan
Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas
nominal
dinamis
spesifikasi C
(kg)
Kapasitas
nominal
statis
spesifik Co
(kg)
Jenis
terbuka
Dua sekat
Dua sekat
tanpa kotak
D D B R
6000
6001
6002
6003
6004
6005
6006
6007
6008
6009
6010
6001 ZZ
6002 ZZ
6003 ZZ
6004 ZZ
6005 ZZ
6006 ZZ
6007 ZZ
6008 ZZ
6009 ZZ
6010 ZZ
6001VV
6002 VV
6003 VV
6004 VV
6005 VV
6006 VV
6007 VV
6008 VV
6009 VV
6010 VV
10
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50
26
28
32
35
42
47
55
62
68
75
80
8
8
9
10
12
12
13
14
15
16
16
0,5
0,5
0,5
0,5
1
1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
360
400
440
470
735
790
1030
1250
1310
1640
1710
196
229
263
296
465
530
740
915
1010
1320
1430
6200
6201
6202
6203
6200 ZZ
6201 ZZ
6202 ZZ
6203 ZZ
6200 VV
6201 VV
6202 VV
6203 VV
10
12
15
17
30
32
35
40
9
10
11
12
1
1
1
1
1,5
400
535
600
750
1000
236
305
360
460
635
29
6204
6205
6206
6207
6208
6209
6210
6204 ZZ
6205 ZZ
6206 ZZ
6207 ZZ
6208 ZZ
6209 ZZ
6210 ZZ
6204 VV
6205 VV
6206 VV
6207 VV
6208 VV
6209 VV
6210 VV
20
25
30
35
40
45
50
47
52
62
72
80
85
90
14
15
16
17
18
19
20
1,5
1,5
2
2
2
2
1100
1530
2010
2380
2570
2750
730
1050
1430
1650
1880
2100
6300
6301
6302
6303
6304
6305
6306
6307
6308
6309
6310
6300 ZZ
6301 ZZ
6302 ZZ
6303 ZZ
6304 ZZ
6305 ZZ
6306 ZZ
6307 ZZ
6308 ZZ
6309 ZZ
6310 ZZ
6300 VV
6301 VV
6302 VV
6303 VV
6304 VV
6305 VV
6306 VV
6307 VV
6308 VV
6309 VV
6310 VV
10
12
15
17
20
25
30
35
40
45
50
35
37
42
47
52
62
72
80
90
100
110
11
12
13
14
15
17
19
20
23
25
27
1
1,5
1,5
1,5
2
2
2
2,5
2,5
2,5
3
635
760
895
1070
1250
1610
2090
2620
3200
4150
4850
365
450
545
660
785
1080
1440
1840
2300
3100
3650
4.5.2 Perhitungan Bantalan Aksial
30
Fungsi bantalan aksial adalah untuk menekan pegas tekan, disaat bantalan
ditekan oleh tuas, Clerence antara poros dengan peluncur (C
1
) dan kelonggaran
antara bantalan dengan peluncur C
11
direncanakan
Tebal peluncur:
(t) = 2 mm (direncanakan)
C
1
= 0,4 mm (direncanakan)
C
11
= 0,2 mm (direncanakan)
Diameter dalam peluncur (di):

1
C ds di +

4 , 0 16 +


mm 4 , 16
Diameter luar peluncur (dl):
t di dl + 4

2 4 4 , 16 +

mm 8 , 40
4.5.3 Perencanaan Bantalan Aksial
31
Diameter bantalan (d):

11
C dl dl +

2 , 0 8 , 40 +
mm 41
Pemeriksaan bantalan terhadap bantalan aksial statis :
Frd = X . Fr + Fa
Dimana :
Fr = Gaya radial = 1 (karna bantalan yang direncanakan bantalan
(aksial)
Fa = Gaya aksial pada pegas tekan =12,99
Y = Koefisien beban aksial 1,00 2,30 (direncanakan 2,0)
Sehingga:
kg
x x Frd
98 , 25
99 , 12 0 , 2 1 0

+
Kapasitas nominal statis spesifik (Co):
Fn
Frd Fh
Co


15 , 0
98 , 25 71 , 2

kg 37 , 469
Dimana :
32
Fh = Faktor lama pemakaian 2,71 jam
Fn = Faktor kecepatan 0,15

Dengan memperoleh kapasitas nominal statis = 469,37 kg, maka jenis
bantalan yang harus digunakan dengan nomor bantalan 6004 ZZ.dengan
data sebagai berikut :
d = Diameter minimum ukuran lengkap bantalan = 20 mm
D = Diameter luar bantalan = 42 mm
B = Tebal bantalan = 12 mm
r = Jari-jari bantalan = 1 mm
C = Kapasitas nominal dinamis spesifikasi = 735 mm
Co = Kapasitas nominal statis spesifikasi = 465 mm
4.6 Perhitungan Pegas Kejut
Pegas kejut adalah pegas yang berfungsi sebagai peredam kejutan atau
getaran Pada saat plat menyatu dengan fly wheel. Jenis ini tergolong pada jenis
pegas tekan yang terpasang pada rangka naaf dan dudukan pegas kejut.
Gaya keliling yang bekerja pada pegas (Fk):

R
Mtd
Fk
Dimana :
33
Mtd = Momen torsi yang direncanakan 1023,850 kg.mm
R = Jarak antara sumbu poros kepegas kejut direncanakan 20 mm

20
850 , 1023
FK 19 , 51
kg

Pegas kejut direncanakan 6 buah mendapat peredam yang seimbang:

6
1
FK
FK

6
19 , 51
FK kg

53 , 8
kg
Diameter pegas kejut dibuat dari Jis 4314 dengan bahan Sus 302 WPA
dengan kekuatan tarik (
b

) = 120 145 kg/mm


2
(lihat table 4.5) dipilih = 120
kg/mm
2
Tegangan geser izin (g):
b g
8 , 0

2
/ 96
120 8 , 0
mm kg

Diameter kawat pegas (d):
34

g
FK C
T

1
8
Dimana :
C = D/d : Indeks pegas dipilih C = 9 ......(Literatur EMS;316)

g
FK C
d

1 2
8

96 14 , 3
53 , 8 9 8

03 , 2
2
d

42 , 1 d
mm
Tabel 4.5 Diameter pegas
35
Diamet
er
kawat
(mm)
Kekuatan tarik (kg/mm
2
) Diamet
er
kawat
(mm)
Kekuatan tarik (kg/mm
2
)
SUS302WPA
SUS304WPA
SUS316WPA
SUS302WPB
SUS304WPB
SUS631WPC SUS302WP
A
SUS304WP
A
SUS316WP
A
SUS302WPB
SUS304WPB
SUS631WP
C
0,08
0,09
0,10
0,12
0,14
0,16
0,18
0,20
0,23
0,26
0,29
0,32
0,35
0,40
0,45
0,50
0,55
0,60
0,65
0,70
0,80
0,90
165 - 190
165 - 190
165 - 190
165 - 190
165 - 190
165 - 190
165 - 190
165 - 190
160 - 185
160 - 185
160 - 185
160 -185
160 - 185
160 - 185
160 - 185
160 - 185
160 - 185
160 - 185
160 - 185
160 - 185
150 - 175
150 - 175
220 245
220 - 245
220 - 245
220 - 245
220 - 245
220 - 245
220 - 245
220 - 245
210 - 235
210 - 235
210 - 235
210 - 235
210 - 235
210 - 234
200 - 225
200 - 225
200 - 225
200 - 225
200 - 225
200 - 225
190 - 215
190 215
-
-
200 - 225
200 - 225
200 - 225
200 - 225
200 - 225
200 - 225
200 - 225
195 - 220
195 - 220
195 - 220
195 - 220
195 - 220
185 - 210
185 - 210
180 - 210
185 - 210
185 - 210
185 - 210
180 - 205
180 205
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2,30
2,60
2,90
3,20
3,50
4,00
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
8,00
9,00
10,00
12,00
150 - 175
140 - 165
140 - 165
135 - 160
135 - 160
135 - 165
130 - 155
120 - 145
120 - 145
120 - 145
120 - 145
110 - 135
110 - 135
110 - 135
110 - 135
110 - 135
100 - 125
100 - 125
100 - 125
-
-
-
190 - 215
180 - 205
180 - 205
170 - 195
170 - 195
170 - 195
160 - 185
160 185
150 - 175
150 - 175
150 - 175
150 - 175
140 - 165
140 - 165
140 - 165
140 - 165
130 - 155
130 - 155
130 - 155
115 - 140
100 - 125
90 - 115
180 - 205
170 - 195
170 - 195
160 - 185
160 - 185
160 - 185
150 - 175
150 - 175
140 - 165
140 - 165
140 - 165
140 - 165
130 - 155
130 - 155
130 - 155
130 - 155
-
-
-
-
-
-
Diambil diameter kawat pegas 3 mm:
Diameter lilitan (D)
36
mm
x
d x D
12
3 4
4

Defleksi yang terjadi pada pegas ():



( ) 318 : 1987 ..... .......... .......... .......... ..........
8
2
4
1
3
Sularso mm
G x d
Fk x D x n

Dimana :
n = Jumlah lilitan aktif 3 dipilih 4..(Sularso 1987 : 137)
G = Modulus geser dengan bahan kawat distemper dengan minyak,
dengan nilai 8 x 10
3
kg/mm.......(Lihat tabel 4.6)

3 4
3
4
1
3
10 8 ) 42 , 1 (
53 , 8 ) 12 ( 4 8
8

G d
FK D n

5 , 14
mm
Tabel 4.6 Bahan pegas
37
Bahan
Lambang
Harga G (kg/mm)
Baja pegas
Kawat baja keras
Kawat piano
Kawat distemper dengan minyak
Kawat baja tahan karat (SUS 27 ; 32 ; 40)
Kawat kuningan
Kawat perak nikel
Kawat perunggu pospor
Kawat tembaga birilium
SUP
SW
SWP
-
SUS
BSW
NSWS
PBW
BeCuW
8 x 10
3
8 x 10
3
8 x 10
3
8 x 10
3
7.5 x 10
3
4 x 10
3
4 x 10
3
4,.5 x 10
3
5 x 10
3

Jumlah lilitan (N):

buah
n N
6
4 2
) ( 2

+
+
Jarak antara pegas (P):

mm
D
P
4
3
12
3

Panjang pegas sebelum menerima gaya (Lo):



d p n Lo 2
38
42 , 1 2 4 4 +
5 , 25 mm
Panjang pegas saat kopling bekerja (L):
Lo L

5 , 14 5 , 25

11 mm
Momen tahan Puntir yang terjadi (g):

3
1
8
d
FK D


2
3
/ 08 , 91
) 42 , 1 ( 14 , 3
53 , 8 12 8
mm kg


Tegangan geser (g) > momen tahan punter (g) 96 kg/mm
2
>91,08 kg/mm
2
4.7 Perhitungan Pegas Tekan
39
Pegas tekan berfungsi memberi gaya aktual terhadap plat penekan, agar
penyambungan dan pemutaran daya antara poros penggerak keporos yang
digerakkan dapat terlaksana.
Direncanakan jumlah pegas tekan 8 buah. Gaya yang diterima plat gesek
pada saat penekanan F = 433,62 kg dan tekanan permukaan direncanakan 0,02
kg/mm
2

Maka : Fa = 433,62x 0,02 = 8,67kg
Besar gaya yang diterima setiap pegas (Fni):

Kg
F
Fni
202 , 54
8
62 , 433
8

Diameter Pegas Kawat Pegas Tekan (d):



2
8
d x
Fni x C x
Td

Dimana :
Td = ( Kukuatan tarik ) dari pegas baja yang dipakai adalah SPU 4
dengan Tb = 115 kg / mm
2
( dari tabel 4.7 )
Tabel 4.7 Sifat Mekanis
40
Lambang
Perlakuan panas ( C ) Batas mulur
(Regangan
Permanen
0,2%)
Kg/mm
Kekuatan
Tarik
( Kg/mm
2
)
Kekerasan
( HB )
Celup
Dingin
Tampar
SUP 4
830 860
Pendinginan
Minyak
450 500 110 115 352 415
SUP 6 480 530 110 125 363 429
SUP 7 490 540 110 125 363 429
SUP 9 460 510 110 125 363 429
SUP 10 470 540 110 125 363 429
SUP 11 460 510 110 125 363 429

Tb = 0,8

Tb
= 0,8

115
= 92 Kg/mm
2
Faktor Tegangan ( K ) dengan Indeks pegas dipilih 8:

5
615 , 0
4 4
1 4
+

C
C
K
..( Sularso, 1987 ; 316 )

23 , 1
5
615 , 0
4 8 . 4
1 8 . 4



2
8
d
K Fni C
Td


2
42 , 1 14 , 3
23 , 1 202 , 54 8 8

41
89 , 673

95 , 25
mm
d C D
42 , 1 8
36 , 11 mm
Defleksi Pada Pegas:

g d
Fni D n

4
3
8

Dimana :
n = Jumlah lilitan aktif = 4
g = Modus geser = 8 x 10
3

g d
Fni D n

4
3
8


3 4
3
10 8 42 , 1
202 , 54 ) 36 , 11 ( 4 8

17 , 78 mm
Jumlah seluruh lilitan ( N ):
N = 2 + n
= 2 + 4
42
= 6 lilitan
Jarak antara lilitan ( P ):

3
D
P

3
36 , 11


78 , 3
mm
Panjang pegas sebelum menerima gaya ( Lo ):

) 2 ( ) ( d P n Lo +

42 , 1 2 78 , 3 4 +

96 , 17
mm
Panjang pegas saat menerima gaya maksimal:
L min = Lo ( +
1
)
Dimana :
= tegangan antara plat gesek dengan plat penekanan diperkirakan 0,1
L min = 17,96 ( 14,5 + 0,1 )
= 3,36 mm
Besar gaya untuk melepas plat gesek:

4
4
1
8 D n
g d
Ft


43

4
3 4
) 36 , 11 ( 4 8
10 ) 42 , 1 ( 1 , 0

0007 , 0 kg
Gaya maksimum yang diterima pegas (F max):
F max = Fni + Ft
= 54,202 + 0,0007
= 54,2027 kg
4.8 Perhitungan Baut
Jumlah baut yang direncanakan untuk mengikat poros penggerak ini
adalah sebanyak 4 buah.

R
Mtd
F
Dimana :
F = Gaya keliling
Mtd = Momen torsi design 1023,850 kg.mm
R = Jarak garis sumbu = ( direncanakan 20 mm )
n = Jumlah baut

20
. 850 , 1023 mm kg
F

kg 19 , 51
44
Gaya keliling yang diambil setiap baut (F1):

4
1
F
F

4
19 , 51 kg

kg 79 , 12
Bahan yang dipilih dari bahan poros dengan Fly whell yaitu Jis G 3101 SS
55 dengan C 30%.........................................................................( Sularso 1987 :
339 )
Dimana :
Kekuatan tarik (
b

) = 55 Kg/mm
2
Faktor Keamanan (V) = 8 10 (direncanakan 9)
Maka :
V
Ttr
b


2
/ 11 , 6
9
55
mm kg

Tegangan Geser Izin (g):


g = 0,8 x Ttr
= 0,8 x 6,11
45
= 4,888 Kg/mm
2

Diameter luar (dl):

11 , 6
79 , 12 2
2
1

dl
Ttr
F
dl

18 , 4 dl
mm

dl = 4,5 diambil
Pemeriksaan baut terhadap tegangan geser (
g

):

g

=
A
F
1
Dimana :
A =
4
14 , 3
x dl
2

2
18 , 4
4
14 , 3


76 , 10
mm

g

A
F
1

2
/ 18 , 1
76 , 10
79 , 12
mm kg


46
Jadi
g

= 5,872 1,18 kg / mm
2
Setelah memperoleh diameter baut (dl = 4,5 mm) maka dari tabel
( Sularso, 1987 : 289 )
Dengan ulir M4,5 diperoleh data data sebagai berikut :
P = Jarak bagi = 0,75
H1 = Tinggi kaitan = 0,406
d = Diameter luar = 4,500
d1 = Diameter dalam = 3,688
lp = Tabel yang dijepit =12 mm ( Direncanakan )
ls = Tambah panjang = 2-10 mm ( Diambil 4mm)
H = Tebal jepit = 4,5 mm
Tingkat kepala baut (H):
H =
4
3
x dl
=
4
3
x 4,5
= 3,3
Panjang baut ekivalen (L):
L = lp + H + Ls
= 12 + 4,5 + 4
= 20,5 mm
47
Diameter kepala baut (dk):
Dk = 2 x dl
= 2 x 4,5
= 9 mm
Tabel 4.8 Diameter Baut
Ulir
Jarak
bagi p
Tinggi
kaitan H
1
Ulir dalam
2 3
Diameter
luar D
Diameter
efektif D
2
Diameter
dalam D
1
48
Ulir luar
Diameter
luar d
Diameter
efektif d
2
Diameter
inti d
1
M 0,25
M 0,3
M 0,4
M 0,5
M 0,6
M 0,8
M 1
M 1,2
M 1,4
M 1,7
M 2
M 2,3
M 2,6
M 3X0,5
M 0,35
M 0,45
M 0,55
M 0,7
M 0,9
0,075
0,08
0,09
0,1
0,1
0,125
0,125
0,15
0,175
0,2
0,225
0,25
0,25
0,3
0,35
0,4
0,4
0,45
0,5
0,041
0,043
0,049
0,054
0,054
0,068
0,068
0,081
0,095
0,108
0,122
0,135
0,135
0,162
0,189
0,217
0,217
0,244
0,271
0,250
0,300
0,350
0,400
0,450
0,500
0,550
0,600
0,700
0,800
0,900
1,000
1,200
1,400
1,700
2,000
2,300
2,600
3,000
0,201
0,248
0,292
0,335
0,385
0,419
0,469
0,503
0,586
0,670
0,754
0,838
1,038
1,205
1,473
1,740
2,040
2,308
2,675
0,169
0,213
0,253
0,292
0,342
O,365
0,415
0,438
0,511
0,583
0,656
0,729
0,929
1,075
1,321
1,567
1,867
2,113
2,459
49
M 4X0,7
M 5X0,8
M 3,5
M 4,5
0,6
0,6
0,7
0,75
0,75
0,8
0.9
0,9
0,325
0,325
0,379
0,406
0,406
0,433
0,487
0,487
3,000
3,500
4,000
4,000
4,500
5,000
5,000
5,500
2,610
3,110
3,515
3,513
4,013
4,480
4,415
4,915
2,350
2,850
3,242
3,188
3,688
4,134
4,026
4,526
4.9 Perhitungan Paku Keling
Jumlah paku keling yang digerakkan pada plat gesek digunakan sebanyak
4 buah paku keling Maka gaya pada paku.
rm
Mtd
P
Dimana :
Mtd = 1023,850 kg.mm
rm = 32,66

66 , 32
850 , 1023
P

= 31,34 kg

50
Gaya yang terjadi tiap paku keeling:

4
P
pl


4
34 , 31

= 7,8 kg
Bahan Paku keling diambil FC 25 dengan kekuatan tarik (
b

) = 25 kg /
mm
2
faktor keamanan 8 : 10 (direncanakan 10) jadi tegangan tarik izin adalah:

v
Ttr
b


10
25

= 2,5 kg / mm
2
Tegangan geser izin:
g

= 0,8 x Ttr
= 0,8 x 2,5
= 2 kg / mm
2
Diameter paku keeling:

g
d n P


2
4
2
2
4
14 , 3
4 2
2
P d

4
14 , 3
2

g
n
P


4
14 , 3
2 4 2
34 , 31
2

d
= 2,4 mm
51
Diameter kepala paku keeling:
D = 2,9 x d
= 2,9 x 2,4
= 6,9 mm
Tinggi kepala paku (K):
K = 0,6 x d
= 0,6 x 2,4
= 1,4 mm
Pemeriksaan paku keling terhadap tegangan geser.
Tegangan geser izin yang terjadi (g):

2
4
d
pl
g



2
) 4 , 2 ( 785 , 0
8 , 7


7 , 1
2
/ mm kg
Sehingga diperoleh g g ( 2 kg / mm
2
1,7 kg / mm
2
)
Konstruksi yang dinyatakan aman.
4.10 Perhitungan Pelumasan
Pelumasan bertujuan untuk mengurangi gesekan dan keausan antara
elemen gelinding dan sangkar membawa keluar panas yang terjadi antara elemen
gelinding dan sangkar yang terjadi, mencegah korasidan menghindari masuknya
debu cara pelumasan ada dua macam yaitu:
1. pelumasan dengan gemuk
2. pelumasan dengan minyak
52
4.10.1 Pelumasan Gemuk
Pelumasan gemuk lebih banyak disukai karena penyekatnya lebih
sedehana dan rata-rata gemuk yang berkualitas baik sehingga dapat memberi
umur panjang. Cara yang paling umum digunakan ubtuk penggemukan adalah
dengan mengisi bagian dalam bantalan dengan gemuk sebanyak mungkin.
4.10.2 Pelumasan Minyak
Pelumasan merupakan cara yang berguna untuk kecepatan tinggi, yang
paling popular dari pelumasan minyak ini diantaranya adalah pelumasan celup,
pada cara ini dengan poros mendatar, minyak harus diisikan sampai tengah
elemen gelinging yang terendah, adalah suatu keharusan bahwa temperatur
minyak dijaga tetap. Untuk maksud ini dapat dipakai pipa pendingin, atau
sirkulasi air untuk poros tegak.Maka dari sistem pelumasan yang ada, pelumasan
gemuk dan pelumasan minyak pelumasan yang dipakai atau yang sesuai pada
sistem kopling gesek adalah pelumasan minyak dan standart pelumasan adalah
SAE 30 s/d 40.
4.10.3 Temepratur Kerja ( Tw )
Untuk mengetahui temperatur kerja kita terlebih dahulu harus mengetahui
temperatur kamarnya, untuk temperatur kamar biasanya berkisar :
Tk = 27C s/d 30C
= 28C...( yang direncanakan )
Maka temperatur kerja ( Tw )
Tw = Ts + Tk
Dimana :
Ts = Temperatur Slip = 28,09C
53
Tk = Temperatur Kamar = 28C
Maka :
Tw = Ts + Tk
= 28,09C + 28C
= 56,09C
54
Tabel 4.9 Grafik Viscositas Absolute Vs Temperature
55
Viskositi kinematik ( Z ) diperoleh dari persamaan :
Z =
,
_

S
S x
180
22 , 0
Centi Pois
Dimana :
Z = Viskositi Kinematik
S = Sayblok Viskositi diambil ( 185 Second )
Maka :

,
_

,
_


185
180
185 22 , 0
180
22 , 0
x
S
S x Z
= 39,727 centi pois
= 40 centi pois
Tabel 4.10 Formula Konversi Viskositi
Viskositi ( S ) Viskositi Dinamis
(10
-6
m/s ) ( Cp )
Say bolt Universal 0,220 S - ( 180 / S )
Say bolt Furel 2,04 S - ( 160 / S )
Red Wood No. 1 0,26 S - ( 171,5 / S )
Red Wood No. 2 2,70 S - ( 1120 / S )
Englar 0,147 S - ( 374 / S )
56
Maka minyak pelumasan yang ada rancangan ini adalah jenis SAE 60.
Dimana temperatur kerja ( Tw ) = 56,09C, dan Viskositas kinematik (z) = 40
Centi Pois
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN.
Kopling adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam bidang
permesinan , dengan adanya kopling daya dan putaran dapat diteruskan atau
ditransimisikan .
Perencanaan kopling di pengaruhi beberapa hal antara lain :
a. Bahan yang dapat dipakai untuk komponen perlu diperhatikan, bahan
yang digunakan haruslah mempunyai kekuatan tarik yang terjadi, jadi
pemilihan bahan merupakan hal yang terpenting dalam perencanaan.
b. Factor keamanan juga harus diperhatikan dalam perencanaan suatu
elemen mesin pemilihan faktor keamanan dipengaruhi oleh dua hal
yang menjadi pertimbangan yaitu bila faktor keamanan kecil maka
elemen itu akan rusak dengan mudah tetapi faktor keamanan itu besar
keefesieananya. Elemen mesin itu menjadi mahal.
c. Fly wheel sangat berguna untuk menyimpan energi berlebih dan akan
mengeluarkan energi pada saat kekurangan energi, sedangkan fly
wheel itu sendiri dibuat dari bahan yang sama dengan bahan paras
karena fly wheel paras diikat dengan baut menjadi satu dan bergerak
terus selama mesin beroperasi.
58
Dari daya dan putaran yang direncanakan, dimana:
Daya = 12,14 Ps
Putaran = 8500 rpm
Didapat perhitungan perhitungan sebagai berikut :
5.1.1 Perencanaan Paros
1. Momen torsi (mf) = 1023,850 kg.mm
2. Bahan poros = S35C
3. Diameter poros = 16 mm
4. Tegangan geser (
a

) = 4,33
2
/ mm kg
5.1.2 Perencanaan Splain Dan Naaf
1. Diameter spline ( d ) = 20 mm
2. Lebar spline ( b ) = 4 mm
3. Panjang spline ( L ) =12mm
4. Tegangan puntir naaf (
p

) =1,104
2
/ mm kg
5.1.3 Perencanaan Plat Gesek
1. Bahan plak gesek = Besi cor dan asbes
2. Jari jari, rata rata = 32,66 mm
3. Diameter luar (D
2
) = 87,1 mm
4. Diameter dalam (D
1
) = 52,26 mm
5. Lebar bidang gesek (b) = 13,06 mm
59
5.1.4 Perencanaan Bantalan
1. Bantalan radial (Fr) = 0,56 kg
2. Bantalan aksial (Fa) = 43,68 kg
5.1.5 Perencanaan Pegas
1. Gaya keliling pegas = 51,19 kg
2. Diameter kawat pegas (d) = 1,42 mm
3. Diameter kawat lilitan (D) = 12 mm
4. Defleksi pada pegas (

) = 14,5 mm
5. Besar gaya tiap pegas (Fni) = 54,202 mm
6. Diameter kawat pegas tekan (d) = 25,95 mm
7. Gaya maxsimum pegas (F max) = 54,2027 mm
5.1.6 Baut
1. Gaya keliling (F) = 51,19 kg
2. Gaya keliling tiap baut (F
1
) = 12,79 kg
3. Tegangan geser izin (g) = 4,888 kg / mm
2
4. Tegangan geser (g) = 1,18 kg / mm
2
5.1.7 Paku Keling
1. Gaya pada paku keling = 31,34 kg
2. Gaya yang terjadi pada tiap paku keling = 7,8 kg
3. Tegangan geser izin (g) = 2 kg / mm
2
4. Tegangan geser (g) = 1,7 kg / mm
60
5.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan kekurangan yang
terdapat dalam laporan rancangan kopling Yamaha Jupiter Mx ini salah satu
penyebabnya adalah keterbatasan buku diperpustakaan untuk itu penulis berharap
untuk melengkapi kekurangan tersebut, karna itu adalah untuk kemajuan
mahasiswa INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN.
Kiranya dihari yang akan datang kita harus dapat memperaktekannya
secara langsung di laboratorium agar lebih memahami yang telah dipelajari dalam
teori sebelumnya. Atas bimbingan penulis lebih dahulu mengucapkan banyak
terimak kasih kepada bapak IR. NASRI PILLY.
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Dariayanto, Drs. Dasar dasar Teknik Mesin , PT. Trineka Cipta
Jakarta.1986
2. Jhoseph. E. Shigley, Laryd, Mitchell, Ghandi Harahap, Perencanaan
Teknik Mesin, Edisi keempat jilid 1, Erlangga, Jakarta 1991.
3. Khurmi and Gupta, Theory of Machine Elements, Prentice Hall, New
Delhi.1982
4. Khurmi, R.S., Machine design, S. Chand and Co. Ltd. Ram Nagar,
New Delhi.1982.
5. Nieman, G., Machine Element, Design and Calculation, Vol. I and II
Springer Verlag.1982.
6. Sukrisno Umar. 1984, Bagian-bagian mesin dan merencana,
Erlangga, Jakarta.
7. Sularso, dan Suga, K, 1997, Dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin, Edisi ke sembilan, PT. Pradya Pramita, Jakarta
8. Zainun Achmad, Ir. MSc, Elemen Mesin I PT. Refika Adi
Farma,1999
62

Anda mungkin juga menyukai