4-1
pengembangan
perairan/pesisir; 3) merehabilitasi pantai/pulau yang telah terabrasi; 4) mempertahankan dan melestarikan kawasan lindung di daratan pulau dan perairan laut; serta 5) mengendalikan pemanfaatan ruang Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Strategi untuk melaksanakan kebijakan b) meliputi: 1) mengembangkan wisata bahari di pulau peruntukan pariwisata dan di pulau permukiman; 2) memanfaatkan gugusan pulau untuk pengembangan pariwisata terpadu; serta 3) mengembangkan potensi perairan pesisir untuk kegiatan budidaya perikanan. Strategi untuk melaksanakan kebijakan c) meliputi: 1) menata dan mengembangkan pulau permukiman melalui reklamasi di pulau permukiman padat; 2) mengembangkan, mempertahankan dan memelihara RTH di pulau permukiman; serta
4- 2
permukiman. Adapun strategi untuk melaksanakan kebijakan d) meliputi: 1) mengembangkan prasarana dan sarana transportasi yang dapat meningkatkan kapasitas pelayanan angkutan untuk meningkatkan akses menuju kawasan pariwisata; 2) mengembangkan prasarana dan sarana transportasi laut dengan membangun pelabuhan atau dermaga angkutan reguler;3 serta 3) mengembangkan kabel bawah laut dan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk pelayanan dasar dan
B. Kawasan Lindung Yang Terkait Bidang Kelautan dan Perikanan Rencana pola ruang kawasan lindung dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030 dikelompokkan ke dalam 8 (delapan) jenis kawasan lindung.4 Dari kedelapan jenis kawasan lindung tersebut, ada 5 (lima) jenis yang berkaitan erat dengan bidang kelautan dan perikanan, yaitu: kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam, kawasan rawan bencana, dan kawasan lindung geologi. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat antara lain mencakup kawasan: sempadan pantai, sempadan sungai dan kanal, kawasan sekitar
waduk/danau/situ. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan perlindungan setempat dilaksanakan melalui: pengelolaan sempadan pantai dan sempadan sungai pada ruas muara untuk meningkatkan kelancaran aliran air ke laut;
4-3
Pembangunan Menghadap Sungai dan Program Kali Bersih; peningkatan keberadaan badan air yang berfungsi sebagai penampung kelebihan air dan prasarana pengendali daya rusak air; pengelolaan kawasan sekitar danau dan situ untuk menjamin keberlanjutan fungsi danau dan situ sebagai kawasan
tangkapan/penampungan air atau pariwisata; pengelolaan kawasan sekitar waduk untuk memelihara fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan/penampungan air; serta penghijauan kembali kawasan sempadan pantai dan sungai/kanal serta kawasan sekitar danau/waduk/situ. Kawasan Suaka Alam Kawasan suaka alam di Provinsi DKI Jakarta meliputi: kawasan cagar alam di kawasan Cagar Alam Pulau Bokor, kawasan suaka margasatwa Pulau Rambut, dan kawasan suaka margasatwa Muara Angke. Pemanfaatan dan pengelolaan ruang kawasan suaka alam dilaksanakan melalui:
4- 4
4-5
Penanggulangan Bencana yang standar. Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi di Provinsi DKI jakarta, antara lain meliputi: kawasan cagar alam geologi dan kawasan rawan bencana geologi. Kawasan cagar alam geologi ditetapkan dengan ketentuan memiliki keunikan batuan dan fosil, meliputi kawasan terumbu karang dan padang lamun di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Adapun kawasan rawan bencana geologi salah satunya ditetapkan dengan ketentuan merupakan kawasan rawan abrasi yang meliputi wilayah sepanjang pantai Ancol, Tanjung Priok, Muara Kelapa, dan Muara Tawar.
C. Kawasan Budidaya Yang Terkait Bidang Kelautan dan Perikanan Rencana kawasan budidaya dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030 yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan meliputi: kawasan peruntukan perikanan dan kawasan peruntukan pariwisata. Kawasan Perikanan Kawasan perikanan di Provinsi DKI Jakarta merupakan kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan: perikanan tangkap, budidaya, pusat promosi, dan pusat pengolahan hasil perikanan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan perikanan dilakukan berdasarkan arahan sebagai berikut: 1) pelarangan kegiatan yang dapat mengancam keberadaan biota laut yang dilindungi; 2) pengembangan prasarana dan sarana perikanan tangkap dan industri pengolahan hasil perikanan; serta
4- 6
lingkungan hidup. Adapun pengembangan prasarana dan sarana perikanan dilakukan berdasarkan arahan sebagai berikut: 1) pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman; 2) pengembangan pelabuhan pendaratan ikan di Cilincing, Kalibaru, Kamal Muara, dan Muara Angke; 3) pengembangan budidaya, balai benih ikan di Ciganjur, Kalideres, Ujung Menteng, Ciracas dan Pulau Tidung; 4) pengembangan Pusat Promosi perikanan di Cengkareng; serta 5) pengembangan pusat pengolahan hasil perikanan. Di wilayah Kota Administratif Jakarta Utara, pelaksanaan rencana pengembangan kawasan perikanan juga berdasarkan pada parahan berikut: pelarangan kegiatan yang dapat mengancam keberadaan biota laut yang dilindungi pada tiap kecamatan yang berbatasan dan/atau memiliki kawasan perairan laut; pengembangan prasarana budidaya perikanan di Muara Baru dan Muara Angke sesuai dengan klasifikasinya; serta pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian
lingkungan hidup pada tiap kecamatan. Di wilayah Kota Administratif Jakarta Barat, rencana pengembangan kawasan yang terkait bidang perikanan adalah pengembangan Sentra Promosi Ikan Hias Slipi. Di wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, pemanfaatan ruang sebagai kawasan budidaya laut meliputi seluruh wilayah pesisir/perairan laut
4-7
budidaya laut terbatas di dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu hanya dapat dilakukan pada zona-zona sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pemanfaatan kawasan budidaya laut di wilayah perairan/pesisir bentuk hak
Kabupaten Administratif
Kepulauan Seribu
diberikan dalam
pengusahaan perairan pesisir oleh Gubernur DKI jakarta dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan dapat diperpanjang setelah dilakukan evaluasi. Hak Penguasaan Perairan Pesisir tersebut dapat diberikan kepada:
orang perseorangan WNI, badan hukum yang didirikan berdasarkan Badan Hukum Indonesia, dan masyarakat setempat. Kawasan sea farming sebagai bagian kawasan budidaya laut di wilayah perairan/pesisir Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu meliputi perairan laut dangkal, gosong, dan laguna yang terletak di Pulau Semak Daun dan pulau lain di Zona Permukiman Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pemanfaatan kawasan sea farming dilakukan secara integratif mencakup kegiatan: budidaya laut, penangkapan ikan berkelanjutan, wisata bahari, dan konservasi laut. pengelolaan dan pemanfaatan kawasan sea farming diberikan Hak
kepada
masyarakat setempat melalui kelembagaan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Ketentuan lebih lanjut mengeni tata cara pengelolaan dan
pemanfaatan kawasan sea farming ini diatur dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta. Kawasan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Administratif
Kepulauan Seribu meliputi seluruh kawasan pesisir/perairan laut dengan memperhatikan keberadaan kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu dan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini pemanfaatan kawasan perikanan tangkap harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
4- 8
memelihara, dan/atau memanfaatkan rumpon dapat dilakukan melalui Forum Pengelola Rumpon yang dibina oleh Pemerintah Daerah. Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemasangan dan pengelolaan rumpon ini diatur dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta. Kawasan Pariwisata Bahari Berkaitan dengan kebijakan pengembangan pariwisata bahari, maka perlu dilakukan peninjauan terhadap pola ruang dan arahan pengelolaan untuk
4-9
Di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, rencana pengembangan kawasan pariwisata dilaksanakan di pulau-pulau peruntukan pariwisata (Pulau Bidadari, Pulau Cipir, Pulau Onrust, dan Pulau Kelor), serta pemanfaatannya diarahkan untuk usaha pariwisata yang bersifat terbuka untuk umum. Perairan laut dangkal berupa reefflat, gosong, dan laguna dapat dikembangkan menjadi objek wisata laut dengan memperhatikan pelestarian lingkungan dan pelestarian Taman Nasional Kepulauan Seribu sesuai peraturan perundang-undangan. Setidaknya ada 2 (dua) rencana pengembangan sistem prasarana yang dapat mendorong pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, yakni prasarana transportasi dan prasarana sumberdaya air. Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi berupa peningkatan angkutan reguler menuju pulau pariwisata dari Marina Ancol, sedangkan prasarana sumber daya air berupa pengembangan pengolahan air laut menggantikan air tanah sebagai sumber air bersih dengan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan di pulau pariwisata. Usaha pariwisata di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu didukung pula dengan peningkatan kualitas lingkungan daratan pulau dan perairan laut
4- 10
pesisir/perairan laut di seluruh wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, kecuali di Zona Inti dan Zona Perlindungan Taman Nasional Kepulauan Seribu, Cagar Alam Pulau Bokor, dan Suaka Margasatwa Pulau Rambut yang pemanfaatannya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengertian kawasan pariwisata laut di sini adalah tempat rekreasi, wisata, dan olahraga bahari serta budidaya laut sebagai penunjang wisata bahari. 4.2 RPJM DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007 2012 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, secara umum ada 2 (dua) jenis urusan Pemerintahan Daerah, yakni urusan wajib5 dan urusan pilihan6. Menurut RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 2012, dari kedelapan urusan pilihan Pemerintahan Daerah, yang sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan Kota Jakarta adalah: urusan pariwisata, kelautan dan perikanan, serta perdagangan. Dari ketiga urusan pilihan dalam RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 2012 tersebut, yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan adalah: urusan perikanan dan kelautan serta urusan pariwisata (bahari). A. Urusan Perikanan dan Kelautan Permasalahan yang dihadapi di dalam urusan perikanan dan kelautan di Provinsi DKI Jakarta antara lain adalah: 1) Pendapatan nelayan masih relatif rendah; 2) Belum optimalnya diversifikasi pemanfaatan sumber daya laut;
4-11
penangkapan ikan laut dengan teknologi modern; 7) Regulasi dan fasilitasi agar akses nelayan terhadap modal, pasar, teknologi dan manajemen menjadi lebih mudah dalam upaya menjadi nelayan modern;
4- 12
4-13
kepariwisataan
nasional,
memacu percepatan pertumbuhan pariwisata Ibukota Jakarta; 10) Meningkatkan standar kualitas pelayanan kepada masyarakat dan kalangan pelaku industri pariwisata maupun industri pendukung, termasuk standar kualitas pelayanan sarana transportasi wisata, terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan laut, bandara udara,
4- 14
_____________________
4-15
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2030.
2
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 2012.
3
Pengembangan tatanan kepelabuhanan berupa pelabuhan laut sesuai dengan fungsinya, berlokasi di: Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Marunda, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Muara Baru, Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Kepulauan Seribu, dan Pelabuhan Kalibaru.
4
Ke-12 kelompok kawasan lindung di DKI Jakarta adalah: kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya; kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; kawasan rawan bencana alam; kawasan lindung geologi; taman buru; kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ; terumbu karang; kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi; serta kawasan yang sesuai untuk hutan lindung.
5
Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib ini meliputi urusan: pendidikan; kesehatan; lingkungan hidup; pekerjaan umum; penataan ruang; perencanaan pembangunan; perumahan; kepemudaan dan olahraga; penanaman modal; koperasi dan usaha kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil; ketenagakerjaan; ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; perhubungan; komunikasi dan informatika; pertanahan; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; pemberdayaan masyarakat dan desa; sosial; kebudayaan; statistik; kearsipan; serta perpustakaan.
6
Urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan pilihan meliputi: kelautan dan perikanan; pertanian; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; pariwisata; industri; perdagangan; serta ketransmigrasian. Dalam hal ini penentuan urusan pilihan ditetapkan oleh pemerintahan daerah.
4- 16