Anda di halaman 1dari 4

Pemanasan global, kerusakan hutan yang kian meluas, pencemaran alam dan protes yang terus bergulir dari

masyarakat adalah sedikit contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi akibat pertumbuhan industri dan perekonomian dunia. Semakin banyak manusia didunia ini maka demand akan natural resources semakin meningkat begitu pula dengan pengerukan segala macam sumber daya yang ada di bumi ini tanpa ampun lagi. Akan tetapi apakah sekarang ini para pengusaha akan tutup mata dengan segala macam bentuk permasalahan lingkungan hidup yang terjadi? Ketidakpedulian terhadap lingkungan sesuatu yang dulu dianggap sepele bisa menjadi boomerang terhadap kelangsungan roda bisnis sebuah perusahaan. Di negara-negara maju, peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup amatlah ketat sehingga mau tidak mau perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya tetap menjalankan kegiatan usaha disaat yang sama membantu perekonomian warga juga ramah lingkungan serta melakukan recovery terhadap alam. Lalu bagaimana dengan di Indonesia sendiri? CSR merupakan sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan secara sukarela (European Commision, 2011). Di Indonesia sendiri, kewajiban melakukan tanggung jawab sosial perusahaan telah diwajibkan oleh pemerintah dan tertera didalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. CSR yang ditujukan kepada lingkungan atau yang dikenal dengan nama Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 74 UU No. 40/2007 tentang perseroan Terbatas merupakan kepatuhan perusahaan kepada peraturan sektoral yang sudah ada. Mengutip dari pedoman CSR di lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup RI dinyatakan bahwa TJSL bersifat wajib dimana dalam pelaksanaanya, perusaah harus mengacu kepada semua peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup, antara lain UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH); UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, PP No. 82/2001 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Melalui Undang-Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15(b) dan pasal 16 (d) tentang Penanaman Modal (UU PM), setiap perseroan atau penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan. Kebijakan ini juga mengatur sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan kewajiban tersebut.

Meskipun pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan telah ditulis di UndangUndang, namun pelaksanaan nya sejauh ini masih kurang dan setengah-setengah dijalankan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dalam laporan Indonesia Business Links (2011), dengan judul Corporate Social Responsibility (CSR) in Indonesia hasil Focuss Group Discussion (FGD) dengan 20 CEO (Chief Executive Officer) di perusahaan Indonesia, mengenai usulan kewajiban melakukan tanggung jawab sosial perusahaan yang disertakan kedalam hukum perusahaan (corporate law) menyatakan bahawa: mayoritas dari mereka tidak benar-benar percaya bahwa kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dicantumkan kedalam hukum perusahaan akan membantu dan menjamin bahwa kegiatan tersebut saling menguntungkan bagi perusahaan dan masyarakat lokal. Selain itu, Antara News (2007) lewat artikel Kurang dari 50 Persen Perusahaan Laksanakan CSR menyebutkan bahwa: pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia sejauh ini masih sangat kurang, karena kurang dari 50% perusahaan di Indonesia yang memperhatikan dan melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan terlebih khususnya dalam kegiatan di bidang lingkungan. Melihat dari masih kurangnya keinginan perusahaan di Indonesia untuk melakukan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan menjadi topik yang menarik untuk dibahas di artikel ini. Dimulai dari definisi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan, keuntungan nyata bagi perusahaan dan lingkungan, serta halhal seperti apa yang dapat di implementasikan oleh perusahaan untuk dapat melakukakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan. Dalam pedoman yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup tersebut, tercantum beberapa hal diantaranya mekanisme pelaksanaan kegiatan CSR dan alternative pilihan kegiatan CSR antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Produksi bersih. Kantor ramah lingkungan. Konservasi energy dan sumber daya alam. Pengelolaan sampah melalui 3R Energi terbarukan. Adaptasi perubahan iklim Pendidikan lingkungan hidup

Kemampuan perusahaan untuk menutupi implikasi lingkungan yang berasal dari; produk operasi dan fasilitas, menghilangkan limbah dan emisi, memaksimalkan efisiensi dan produktivitas sumber daya alam dan meminimalkan praktek-praktek yang buruk dapat mempengaruhi kenikmatan sumber daya alam suatu negara bagi generasi mendatang (Mazurkiewicz, 2011 di dalam paper: Corporate Environmental Responsibility: Is a Common CSR Framework Possible?). Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan untuk dapat mengatur, mengolah dan mempergunakan lingkungan sebaik-baiknya untuk tidak hanya menguntungkan dan meningkatan efisiensi bisnis setiap perusahaan, namun juga bagi lingkungan dan dampak sosial di masa yang akan datang. Kegitan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan akan sangat menguntungkan bagi perusahaan yang melakukannya. Setidaknya ada 4 keuntungan bagi perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan: a) Pengembangan reputasi atau citra perusahaan di mata konsumen dan investor. Dapat dikonfirmasi, bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan akan menciptakan reputasi yang baik atau good brand image kepada berbagai elemen bisnis. Bagi konsumen, perusahaan yang melakukan kegiatan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, dinilai sebagai perusahaan yang dapat dengan baik mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dalam menguntungkan konsumen dan juga perusahaan. Bagi investor, perusahaan-perusahaan yang yang peduli terhadap masalah lingkungan dinilai sebagai perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang rendah (low risk business) dan sangat menguntungkan bagi investor-investor yang mempertimbangkan untuk investasi jangka panjang (long-term investment) kepada sebuah perusahaan. Dan otomatis, perusahaan-perusahaan yang mempedulikan masalah lingkungan akan menciptakan reputasi yang baik dan pada akhirnya memiliki harga saham yang baik dipasaran. b) Mengeliminasi konflik lingkungan dan sosial disekitar perusahaan. Nampaknya sudah banyak kasus-kasus atau berita yang selama ini kita dengar dan lihat seputar perusahaan dengan kasus miss-conduct nya terhadap lingkungan disekitar area usaha bisnis mereka. Kejadian tersebut ada baiknya dijadikan pelajaran berharga bagi setiap perusahaanperusahaan di Indonesia yang mungkin terlebih khusus nya ditujukan kepada perusahaanperusahaan yang bergerak pada industri pertambangan, perminyakan hingga tekstil untuk

selalu dapat dengan cerdas dan bijak mengelola alam yang menjadi sumber pamasukan sebuah perusahaan sehingga menipiskan kemungkinan untuk mereka merusak lingkungan yang akan sangat berdapampak negatif bagi para warga ataupun komunitas yang menetap/bertempat tinggal di sekitar area lingkungan tersebut. c) Meningkatkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan. Dalam implementasi CSR perusahaan tentunya tidak dapat bergerak dan bekerja sendiri tanpa bantuan pemangku kepentingan seperti, masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Dengan mengajak pemangku kepentingan dalam melakukan konservasi lingkungan, maka perusahaan dapat dengan mudah menciptakan sebuah relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut. d) Membedakan perusahaan dengan para pesaingnya. Jika kegiatan CSR terhadap lingkungan dilakukan oleh sebuah perusahaan, perusahaan tersebut akan memiliki kemampuan dan kesempatan dalam menonjolkan keunggulan komparatifnya (comparative advantage) sehingga dengan mudah dapat memberikan nilai plus yang berbeda dengan para pesaingnya yang tidak melakukan kegiatan sosial terhadap lingkungan.

Salah satu ciri perusahaan berumur panjang adalah perusahaan yang sensitif terhadap lingkungan, selaras dan adaptif terhadap dinamika masyarakat sekitarnya. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu instrumen inovatif yang dapat membantu perusahaan untuk peka dan adaptif terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya salah satu agenda penting adalah bagaimana mengarusutamakan isu lingkungan serta pembangunan berkelanjutan ke dalam pelaksanaan CSR perusahaan, dengan terjalinnya sinergi dan kemitraan yang baik antara perusahaan, LSM, Pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat lainnya, sehingga bisa berkontribusi pada upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Apakah perusahaan anda sudah melakukan CSR lingkungan secara berkesinambungan?

Anda mungkin juga menyukai