=
o c
t c
i o
t T
t T
t t
LMTD
ln
(4)
Untuk koefisien transfer kalor air
pendingin pada sisi-tube menggunakan korelasi
Dittus-Boelter untuk mendefinisikan Nusselt
Number, Nu yakni:
Nu=h
t
.d
t
/k
t
= 0,023.Re
0,8
Pr
0,4
(5)
h
t
= koef.transfer kalor pendingin
d
t
=diameter tube,
k
t
=konduktifitas termal.
SEMINAR NASIONAL IV
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA,5 NOVEMBER 2009
ISSN 1978-0176
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN Sukmanto Dibyo 328
Persamaan ini didasarkan data
eksperimental ekstensif pada rentang angka
Reynold 10.000 120.000.
Proses kondensasi di permukaan luar
tube horisontal, merupakan model kondensasi
film (film-wise) sebagaimana diilustrasikan
pada Gambar 4.
Gambar 4. Kondensasi pada tube horisontal
Untuk menghitung koefisien kondensasi
uap di luar tube horisontal (sisi-shell)
menggunakan korelasi kondensasi film berikut
ini [8] :
25 , 0
2 3
. ). (
. . .
725 , 0
(
(
=
c t w c
c c
d t t
g k
hs
(6)
Dalam perhitungan sistem kondensasi
filmini merupakan bentuk yang umum lazim
digunakan dan cukup memuaskan. Namun di
beberapa kasus kondensasi, terjadi tetesan
kondensat yang tersisa pada permukaan
kemudian jatuh dan tanpa menyebar melalui
seluruh permukaan. Dalam model kondensasi
film itu sendiri dapat mengakibatkan resistansi
laju transfer kalor, sehingga laju transfer kalor
pada kondensasi film ini diharapkan lebih
rendah dari pada laju transfer kalor pada
kondensasi tetesan (drop condensation). Laju
transfer kalor permukaan (surface heat-transfer
rates) untuk kondensasi butiran lebih besar
puluhan kali dibanding laju kondensasi film.
Selanjutnya U
o
dihitung dengan
persamaan (7) berikut,
Rd h h
U
t s
o
+ +
=
) / 1 ( ) / 1 (
1
(7)
keterangan,
k
c
,
c
,
c
=konduktifitas termal, densitas dan
viskositas kondensat,
Re (Angka Reynolds)=d
tube
.v./,
Pr (Angka Prandtl)=c
p.
/k,
g =percepatan gravitas,
t
c
=temperatur saturasi uap,
t
wall.
=temperatur dinding tube,
Rd = faktor resistansi,
Ht =koef.transfer kalor sisi tube,
Hs =koef.transfer kalor kondensasi.
METODA PERHITUNGAN
Langkah yang dilakukan dalam
perhitungan desain termal secara skematis
ditunjukkan pada Gambar 5. Berdasarkan data
yang berhasil diperoleh maka data parameter-
parameter operasi kondensor reaktor PWR
SONGS (San Onofre Nuclear Generating
Station) unit-2 Northern San Diego USA (Tabel
1) dipakai sebagai data referensi [9].
Data tersebut mencakup data operasi
(temperatur, laju aliran, beban termal)
sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.
disamping itu digunakan pula data tambahan
dan asumsi yang dianggap perlu.
Tahapan perhitungan desain terdiri dari :
8. Menentukan input data temperatur, laju
aliran pendingin dan dimensi standar tube.
9. Mengasumsikan parameter yang belum
teridentifikasi menggunakan data referensi
[10,11,12].
10. Menghitung beban kalor kondensasi, nilai
LMTD, koefisien transfer kalor dan luasan
transfer kalor (A). Sifat termal pendingin
berdasarkan temperatur rerata aliran.
J umlah tube dihitung berdasarkan nilai A
dibagi luasan satu batang tube (A
t
) yang
telah ditentukan pada awal perhitungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap awal perhitungan, yang perlu
diperiksa adalah keberlakuan persamaan
koefisien transfer kalor. Tercatat bahwa
besarnya angka Reynolds sebagai indikasi
turbulensi berada dalam rentang 10.000
120.000 pada Tabel-2, dengan demikian nilai
Uo yang diperoleh dapat digunakan untuk
menghitung desain termal kondensor. Hasil
perhitungan Uo berada dalam rentang nilai
standar yang berlaku, hal ini cukup memuaskan
karena diperoleh dari komponen koefisien
transfer kalor pada tube dan kondensasi di luar
tube. Sementara itu, koefisien kondensasi
(persamaan 6) menggunakan model kondensasi
filmpada permukaan tube dan tidak melibatkan
perhitungan sub-cooling di dalam kondensor.
SEMINAR NASIONAL V
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009
ISSN 1978-0176
Sukmanto Dibyo Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN 329
Sementara itu tidak dilibatkan pengaruh gravity
controlled dan shear vapour pada kondensasi di
sepanjang bundel tube yang pada hakekatnya
lebih komplek. Namun telah dilaporkan bahwa
model kondensasi film memiliki angka laju
transfer kalor yang lebih rendah daripada model
kondensasi tetesan/butiran (drop condensation)
[8], dengan demikian hasil perhitungan desain
cenderung konservatif, hal ini ditambah dengan
penggunaan faktor fouling, Rd.
Gambar 5. Diagram Tata-Kerja
Tabel 1. Data Input Parameter Operasi Kondensor
Data Parameter Aliran uap Aliran Pendingin Keterangan
Beban termal, KKal/jam 7,9.10
8
Laju aliran pendingin, m
3
/jam ------ 180.700 SONS
Temperatur masuk pendingin,
o
C [10, 13] ------ 32,2
o
C / 28,8 CTS/OTS (*)
Temperatur keluar pendingin,
o
C [11] ------ 38,8
o
C / 35,5 CTS/OTS (*)
Temperatur kondensat,
o
C 36 ------
Diameter tube, mm, 18BWG ------ 31,75
Panjang tube, m ------ 9,14 Referensi (**)
(*) Asumsi menggunakan cooling tower system (CTS) dan once-through system (OTS) [9,10]
Temperatur OTS berdasarkan Twet-bulk =28,8
o
C, Temperatur CTS =temperatur dari cooling
tower system =32,2
o
C.
(**) Table of tube Commonly Used in steam condenser (Allis Chalmers Mfg.Co.)
Tabel 2 menunjukkan data spesifikasi
dari hasil perhitungan desain kondensor yang
untuk sistem cooling-tower dan didasarkan
pada data input Tabel 1 yang menggunakan
data dari referensi. Dalam hal ini diperlukan
data asumsi dan data tambahan lain untuk
parameter yang belum teridentifikasi seperti
temperatur pendingin masuk dan faktor
resistansi (Rd).
Tabel 3 adalah perolehan hasil
perhitungan desain untuk temperatur air
pendingin yang menggunakan dua asumsi yaitu
sistem once-through dan sistem cooling tower
yang mengalirkan air untuk sirkulasi pendingin.
Dalam asumsi ini, dianggap temperatur pada
sistem once-through 28,8
o
C, sedangkan
penggunaan cooling tower memiliki temperatur
yang lebih tinggi yaitu 32,2
o
C (asumsi tersebut
berdasarkan kondisi temperatur bola basah di
Indonesia)[12].
Tampak bahwa hasil perhitungan desain
sistem once-through pada kondensor berbeda
dengan sistem cooling tower. Hal ini karena
dalam perhitungan ini menggunakan beda
temperatur pendingin masuk dan keluar yang
berbeda. Penentuan parameter temperatur
desain kondensor sistem cooling-tower, harus
mempertimbangkan kinerja cooling-tower dan
SEMINAR NASIONAL IV
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA,5 NOVEMBER 2009
ISSN 1978-0176
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN Sukmanto Dibyo 330
perubahan cuaca. Kelebihan kondensor
menggunakan sistem once-through adalah
tanpa cooling tower dan ketersediaan air tidak
terbatas. Akan tetapi dalampenggunaan air laut
memerlukan perhatian pada material sistem
pendingin.
Spesifikasi hasil desain ini tentu berbeda
dengan data spesifikasi kondensor referensi, hal
tersebut karena perhitungan ini memasukkan
data temperatur air pendingin yang lebih tinggi.
Begitu pula, parameter yang menggunakan data
asumsi termasuk data koefisien fouling dan
asumsi ketebalan tube kondensor. Data desain
termal yang juga penting dalamperhitungan ini
adalah J umlah tube, 64073 tube untuk once-
through dan 73032 tube untuk cooling tower.
Tabel 2. Data Spesifikasi Hasil Desain Termal Kondensor (Sistem Cooling-Tower)
Data Parameter Desain Sisi-Uap (steam) Sisi-Pendingin (air)
Tipe Kondensor Horizontal surface condenser
Total Beban Termal, KKal/ jam 7,9.10
8
Laju aliran pendingin, m
3
/jam ---- 180.700
Temperatur masuk pendingin,
o
C ---- 32,2
Temperatur keluar pendingin,
o
C ---- 38,8
Temperatur kondensat,
o
C 36 ----
Tekanan Saturasi uap, KPa 5,940 ----
LMTD,
o
C 6,46
Tube OD/18BWG, mm ---- 38,1
Tube ID, mm ---- 35,1
Panjang tube, m ---- 9,14
Jumlah Tube ---- 73032
Luasan transfer kalor, m
2
66.638
Re ---- 73837
Pr ---- 2,52
Koef. transfer kalor ht , KKal/(j.m.
o
C) ---- 4814
Koef. transfer kalor hs ,KKal/(j.m.
o
C) 5854 ----
Koef. transfer kalor Uo,KKal/(j.m.
o
C) 1264
Desain Resistansi, Rd, m
2
.
o
C.j/KKal 0,0097
Jumlah pass-tube ---- 2
Kalor Latent ,KKal/kg 582,2 ----
Kecepatan pendingin, m/detik ---- 2,042
Tabel 3. Parameter kondensor Berdasarkan temperatur once-through dan cooling tower system
Data Parameter
Temperatur pendingin masuk
once-through water 28,8
o
C Cooling tower system32,2
o
C
LMTD,
o
C 5,76 6,46
Jumlah Tube 64073 73032
A, m
2
58.463 66.638
Uo, KKal/(j.m.
o
C) 1217 1257
Laju aliran pendingin, m
3
/jam 156.261 180.700
KESIMPULAN
Dalam perhitungan desain termal ini
tidak dapat menjangkau semua permasalahan
desain kondensor secara rinci, akan tetapi
prinsip dasar perhitungan desain termal telah
dapat dikuasai. Problem desain di luar
perhitungan desain termal akan dipelajari pada
tahap selanjutnya, termasuk teknik desain
dengan mempertimbangkan tingkat konservatif
tertentu.
Pada sistem once-through pendingin
tersier yang telah di desain yang menggunakan
air laut sebagai media pendingin untuk
pembuangan kalor, laju aliran pendinginnya
SEMINAR NASIONAL V
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009
ISSN 1978-0176
Sukmanto Dibyo Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN 331
adalah 156.261 m
3
/jamsedangkan pada cooling
tower system 180.700 m
3
/jam. Begitu juga
jumlah tube untuk once-through system adalah
64073 batang dan cooling tower system 73032
batang. Hal yang diperlukan dalam desain
kondensor menggunakan cooling-tower adalah
penentuan parameter temperatur yang sangat
dipengaruhi oleh kinerja cooling-tower dan
perubahan temperatur cuaca setempat.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Thermal_power_pl
ant.
2. MULLER.A.C, Selection of Condenser, Heat
Exchanger Design Handbook, Hemisphere
Pub. Corp, 1983.
3. http://en.wikipedia.org/wiki/pressurized_water_
reactor#pwr_reactor_design, Pressurized
water reactor - Wikipedia, the free
encyclopedia
4. RICHARD EP - JW. HARPSTER,The
Economic Effects Of Condenser
Backpressure On Heat Rate, Condensate
Subcooling And Feedwater Dissolved
Oxygen, OH Proceedings of 2000
International Joint Power Generation
Conference Miami Beach, Florida, July 23-
26, 2000.
5. http://www.honeywell.com/imc , HC900
Power Plant Condenser Application Brief
Industry: Utility,
6. WALTER GLOYER,Thermal Design of
Condensers, American Loc.Co, Alco
Product Division, Dunkirk, NY, 1978.
7. http://www.cbu.edu/~rprice/lectures/condhtc.ht
ml
8. NN, estimation of a condenser re-optimization
for SONGS, N. San Onofre Nuclear
Generating Station Southern SAN
CLEMENTE, Californias Coastal Power
Plants,Dec-2005.
9. BATAN,Safety Analysis Report-RSG-GAS,
revisi-9, Section-6, page 6-6, 2002.
10. http://www.engineeringtoolbox.com/cooling-
tower-efficiency.mht
11. http://www.energy.qld.gov.au/electricity/infosit
e/index.htm
12. http://www.batan.go.id/datalingkungan/index.ph
p?id=11
13. DOUGLAS E ARMOND D, Modular
Condenser Replacement At ANO- 1 Solve
Operating Problems And Improves
Performance, Arkansas Nuclear One 1448
S.R. 333,1999.
TANYA JAWAB
Pertanyaan
1. Parameter apa yang mempengaruhi baik
buruknya kualitas dari condenser? (Adi
Abimanyu).
2. J ika kita ingin membuat sistem kontrol
suatu kondenser, parameter input, output
dan disturbance (gangguan) apa apa yang
harus diperhatikan? (Adi Abmanyu).
3. Apakah data tampilan dari alur sekunder
untuk alur primer dengan kapasitas yang
sama?
Jawaban
1. Untuk condenser PLTN, parameter
kapasitas pendingin sangat penting, tahanan
rendah juga penting, supaya kondensat
temperatur rendah bias dipompa kembali ke
steamgenerator. Catatan, temperatur tinggi
menyebabkan kavitasi pompa.
2. Desain kondenser biasanya
mempertimbangkan rentang temperatur,
tekanan, dan flow yang harus dipenuhi
dalamoperasi.
3. Tentu saja kapasitas sekunder lebih besar.
SEMINAR NASIONAL IV
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA,5 NOVEMBER 2009
ISSN 1978-0176
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN Sukmanto Dibyo 332