Anda di halaman 1dari 22

Kehidupan Manusia di Dunia Sampai Akhirat

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Agama Kelas AR

Dosen Pengajar: Laely Wulandari, S.H., M.H. 197507252001122002

Disusun oleh : 1. Agung Wahyu P 2. Hendrik ( 100710101190 ) ( 100710101189 )

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBER 2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena segala kemurahan, penyertaan serta bimbinganNYA, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hukum Acara Pidana dan Perkembangannya di Indonesia ini dengan baik. Makalah yang berjudul Kehidupan Manusia di Dunia Sampai Akhirat ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia. Dalam penyusunan makalah ini kami telah di Bantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan banyak terima kasih kami kepada : 1. Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. 2. Yth. Laely Wulandari, S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menulis makalah ini 3. Yth. Orang tua kami yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materi 4. Yth. Teman kelompok dan teman teman kami yang telah membantu memberi inspirasi dan semangat bagi kami untuk membuat makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca tentang Hukum Acara Pidana dan Perkembangannya di Indonesia. Dalam pembuatan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis masih mengharap kan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Jember, Oktober 2010

Penulis

DAFTAR ISI :

Halaman Judul ................................................................................................... (i) Kata Pengantar ................................................................................................. (ii) Daftar Isi ............................................................................................................ (iii) Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang............................................................................................. (1) 1.2 Rumusan masalah ....................................................................................... (1) 1.3 Tujuan dan manfaat penulisan ................................................................... (2) Bab II Tinjauan teori 2.1 Pengertian pokok Hukum Acara .................................................................. (3) 2.2 Devinisi Hukum Acara Pidana ...................................................................... (3) 2.3 Asas Hukum Acara Pidana ........................................................................... (4) Bab III Pembahasan Masalah 3.1 Proses pelaksanaan Hukum Acara Pidana ................................................... (7) 3.2 Perkembangan Hukum Acara Pidana di Indonesia ..................................... (9) 3.3 Tujuan Hukum Acara Pidana ....................................................................... (17) BAB IV Kesimpulan Kesimpulan ........................................................................................................ (18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam makalah ini kami menjelaskan Hukum Acara Pidana. Tentunya para mahasiswa yang baru memasuki bangku perkuliahan Fakultas Hukum bertanyatanya, apa sih Hukum Acara Pidana itu? Sebelum memasuki pengertian Hukum Acara Pidana, alankah baiknya bila mana kita menjabarkan terlebih dahulu apa pengertian Hukum Acara Pidana. Hukum Acara atau juga yang disebut dengan Hukum Formal atau Prosess-recht adalah rangkaian kaidah hokum yang mengatur tata cara yang harus ditempuh untuk mengajukan sesuatu perkara kemuka pengadilan,serta cara-cara hakim memberikan putusan. Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, kita wajib mengetahui apa itu Hukum Acara baik Hukum Acara Pidana walaupun Hukum Acara Pedata. Atas dasar itulah kami membuat makalah Hukum Acara Pidana agar mempermudah mahasiswa baru khususnya, untuk dapat mengerti dan memahami Hukum Acara Pidana dan tata cara yang benar. Sehingga dapat mengimplentasikannya kedalam kehidupan yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1.2.1. Bagaimana Proses pelaksanaan Hukum Acara Pidana? 1.2.2. Bagaimana perkembangan Hukum Acara Pidana di Indonesia? 1.2.3. Apa tujuan Hukum Acara Pidana?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa itu Hukum Acara Pidana. 2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Hukum Acara Pidana di Indonesia. 3. Untuk memperlihatkan proses pelaksanaan Hukum Acara Pidana.

1.3.2 Manfaat penulisan 1. Bagi Penulis Agar penulis mengetahui apa itu Hukum Acara Pidana dan Bagaimana Perkembangannya di Indonesia 2. Bagi Pembaca Sebagai alat Bantu mahasiswa dalam pembelajaran tentang Hukum Acara Pidana.

Proses Perjalanan kehidupan Manusia di Dunia Sampai Akhirat


Perjalanan Hidup Manusia
Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Quran dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu. Al-Quran diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt. Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Quran dengan tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah Al-Quran dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia. Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir (HR Bukhari). Dalam hadits lain: Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya (HR AtTirmidzi). Alam Arwah Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya. Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak

mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Al Araf: 172). Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi. (HR Bukhari) Alam Rahim Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia. Allah swt. berfirman: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5) Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian alaqoh selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rizki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia. (HR Bukhari dan Muslim) Seluruh manusia di dunia apapun kondisi sosialnya diingatkan tentang awal kejadiannya yang berasal dari benda yang hina, yaitu sperma lelaki dan sel telur wanita. Manusia sebelumnya belum dikenal, belum memiliki kemuliaan dan kehormatan. Lalu apakah manusia akan bangga, congkak, dan sombong dengan kondisi sosial yang dialami sekarang jika mengetahui asal muasal mereka? Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan untuk hidup normal sudah lengkap, seperti indra, akal, dan hati, maka lahirlah manusia ke dunia dalam keadaan telanjang. Belum bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa. Alam Dunia Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia.

Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua bahkan pikun. Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal. Allah Taala telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu AlQuran dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya ketimbang menjadikan AlQuran sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram. Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi manusia. Apakah yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan aturan Allah swt. atau menyimpang dari ajaranNya? Apakah segala fasilitas yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai perintah Allah atau tidak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas kesenangan sesaat. Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana hidup di dunia. Ibnu Masud menceritakan bahwa Rasulullah saw. tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur. Rasululah saw. bersabda: Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya. (HR AtTirmidzi) Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Semuanya akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang beriman atau kafir, pemimpin atau rakyat, kaya atau miskin, tua atau muda, lelaki atau perempuan. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya. Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan, dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Utopia belaka. Karena, kematian pasti datang menjumpainya. Suka atau tidak suka.

Alam Barzakh Fase berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam barzakh. Di sana mereka tinggal sendiri. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari tamantaman surga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli surga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka dibukakan baginya pintu surga setiap pagi dan sore. Hawa surga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan sore dan dia akan merasakan hawa panasnya neraka. Al-Barra bin Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada malaikat: Catatlah kitab hambaku ke dalam illiyiin dan kembalikan kedunia. Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga, dilapangkan kuburnya, dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya. Alam Akhirat (Hari Akhir) Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan segala rinciannya. Kehidupan hari akhir didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Di sana manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusar, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang tenggelam dengan keringatnya. Dalam kondisi yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan memuji-mujiNya. Kemudian Allah swt. berfirman: Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan. Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan berkata: Ya Rabb, umatku. Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya. Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya sekadar formalitas. Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas hisab.

Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya. (HR At-Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi. Kejadian selanjutnya manusia harus melalui shirath, yaitu sebuah jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirath ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kalajengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan merangkak, bahkan mayoritas manusia jatuh ke neraka jahanam. Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut Al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: Telagaku seluas perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus selamanya. (Muttafaqun alaihi) Surga dan Neraka Pada fase yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk surga dan sebagian masuk neraka. Surga tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, surga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Quran dan Sunnah telah menceritakan surga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka diami. Orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nashrani maupun orang-orang musyrik, jika meninggal dunia dan tidak bertobat, maka tempatnya adalah neraka. Neraka yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya jika ditaruh di dunia dapat membakar semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati akan hilang penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal abadi. Orang-orang beriman akan mendapatkan surga dan kain sutra karena kesabaran mereka. Dalam surga mereka duduk-duduk bersandar di atas dipan, tidak merasakan panas teriknya matahari dan dingin yang sangat. Mereka dinaungi pohon-pohon surga dan buahnya sangat mudah untuk dipetik. Mereka juga mendapatkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala minuman yang sangat bening. Mereka akan minum minuman surga yang rasanya sangat nikmat seperti minuman jahe yang didatangkan dari mata air surga bernama Salsabila. Di surga juga ada banyak sungai yang berisi beraneka macam minuman, sungai mata air yang jernih, sungai susu, sungai khamr, dan sungai madu. Penghuni surga akan dilayani oleh anak-anak muda yang jika dilihat sangat indah bagaikan mutiara yang bertaburan. Surga yang penuh dengan kenikmatan dan kerajaan yang besar. Orang beriman di surga memakai pakaian sutra halus berwarna hijau dan sutra tebal, juga memakai

gelang terbuat dari perak dan emas. Allah swt. memberikan minuman kepada mereka minuman yang bersih. Dan yang tidak kalah nikmatnya yaitu istri-istri dan bidadari surga. Mereka berwarna putih bersih berseri, bermata bulat, pandangannya pendek, selalu gadis sebaya belum pernah disentuh manusia dan jin. Buah dadanya montok dan segar, tidak mengalami haidh, nifas, dan buang kotoran. Puncak dari semua kenikmatan di surga adalah melihat sang pencipta Allah yang Maha Indah, Sempurna, dan Perkasa. Sebagaimana manusia dapat melihat bulan secara serentak, begitu juga manusia akan memandang Allah secara serentak. Indah, mempesona, takzim, dan suci. Allah Akbar. Allah akan memasukkan hambaNya ke dalam surga dengan rahmat-Nya, dan surga adalah puncak dari rahmat-Nya. Allah Taala akan memasukan hamba-Nya ke dalam rahmat (surga) berdasarkan rahmat-Nya juga. Disebutkan dalam hadits shahih: Sesungguhnya Allah Taala memiliki 100 rahmat. Diturunkan (ke dunia) satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan itu mereka saling simpati dan kasih sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anaknya. Dan Allah swt. menyimpan 99 rahmat bagi hamba-Nya di hari kiamat. (Muttafaqun alaihi) . Maka, sejatinya nikmat surga itu jauh dari apa yang dibayangkan manusia. Rasulullah saw. bersabda: Allah swt. berkata, Aku telah siapkan bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, dan belum terlintas pada hati manusia (Muttafaqun alaihi). Apakah akan kita hanya berpuas diri dengan mengejar satu rahmat Allah yang dibagibagi untuk seluruh penduduk dunia, sementara kita melalaikan 99 rahmat yang tersisa? Semoga kita termasuk dari sedikit orang yang berpikir. Amin.

Wisata Abadi Manusia


Perjalanan hidup manusia bukan hanya di dunia, akan tetapi sangatlah jauh dan sampai ke negeri Akhirat. Agar mudah dicerna dan dihayati, perjalanan yang panjang dan abadi itu kami beri nama dengan Rihlatul Khulud atau Wisata Abadi Manusia. Kami akan ajak pembaca berwisata untuk melihat dan menyaksikan bagaimana proses perjalanan Wisata Abadi Manusia itu dimulai, fase-fase apa saja yang harus dilewati dan kemana akan berakhir. Dalam Wisata Abadi Manusia, pembaca juga akan melihat secara keseluruhuan bahwa manusia itu tunduk kepada Keputusan, Ketetapan dan Kehendak Tuhan Pencipta. Namun, dalam memilih jalan hidup ketika melewati kehidupan di dunia (Fase Setelah Lahir), khususnya setelah memasuki remaja, Allah, sebagai Tuhan Pencipta, memberikan kepada manusia kebebasan memilih. Jika yang dipilih adalah jalan kebaikan dan kebenaran, maka Allah akan menjamin kesuksesan di dunia dan Akhirat dengan peringkat The Great Success (Kesuksesan Tanpa Batas). Namun, jika yang dipilih itu jalan kesesatan dan keburukan maka Allah juga akan membalasnya dengan kegagalan di dunia dan Akhirat dengan peringkat The Great Torment (siksaan yang amat besar, pedih dan menghinakan). Untuk mencapai The Great Success tersebut diperlukan 10 Noble Characters (10 Karakater (Sifat) Mulia) seperti yang akan dijelaskan pada Bagian II dari buku ini dengan tema Metode SEI Empowerment.

Dalam melewati fase kehidupan pertama di dunia ini, kita seringkali mendengar ungkapan dari sebagian saudara kita bahwa hidup ini hanya sekali. Kehidupan ini hanya di dunia. Setelah mati manusia akan hilang dari peredarannya. Sebab itu, lakukan apa yang Anda inginkan. Tidak perlu terikat nilai dan aturan. Tidak perlu percaya pada siksa kubur, Alam Barzakh (pemisah antara dunia dan Akhirat), tidak perlu yakin pada hari pembalasan, Syurga ataupun Neraka. Sesungguhnya yang berfikir demikian biasanya adalah orang yang tidak meyakini adanya Tuhan Pencipta dan hari Akhirat atau pembalasan. Mereka yang berkeyakinan seperti itu disebut dengan kaum atheist atau dahriyyun. Sikap yang sama juga dilakukan oleh mereka yang meyakini adanya Tuhan Pencipta dan hari pembalasan, namun mata hati mereka telah dibalut kecintaan yang buta terhadap kehidupan dunia sehingga tidak mampu memposisikan diri dalam hidup di dunia ini secara baik dan tepat di hadapan Tuhan Pencipta. Mereka lazimnya disebut dengan kaum materialis atau ghafil (dilalaikan dunia). Ada lagi yang meyakini adanya Tuhan Pencipta, tapi membatasi peran-Nya hanya sebatas ritual yang bersifat individual dan menafikan kaitan Tuhan Pencipta dengan, bisnis, politik, social, budaya dan pemerintahan. Yang berkeyakinan seperti itu biasanya disebut pula dengan kaum sekular. Dalam Wisata Abadi ini kami mengungkap beberapa fakta ilmiah, fakta sejarah, realitas kehidupan dan tentunya kebenaran berita yang disampaikan Tuhan Pencipta melalui kitab suci terakhir-Nya yang bernama Al-Quran Al-Karim serta Hadits Nabi terakhir, Muhammad Saw. Dengan empat bukti kebenaran tersebut kita akan sampai kepada kesimpulan dan kesepakatan bersama bahwa hidup manusia ternyata bukan hanya di dunia ini. Berawal sejak dari tiada (zero), pemilihan raw material (bahan baku), kemudian menjadi sperma dan ovum, kemudian sperma membuahi ovum, terus berubah menjadi zigot, lalu berkembang dalam rahim ibu sekitar sembilan bulan, kemudian lahirlah manusia ke dunia ini tanpa ilmu dan harta (telanjang) dengan jatah umur dan rezeki masing-masing yang sudah ditentukan Tuhan Pencipta. Kemudian mengalami kematian yang akan menghantarkannya ke Alam Barzakh (pemisah antara dunia dan Akhirat). Setelah sekian lama tinggal di Alam Barzakh, manusia akan dihidupkan kembali dan dibangkitkan, kemudian dikumpulkan di satu tempat pertemuan raksasa yang bernama Mahsyar untuk disidangkan dan dimintai pertanggung jawaban semasa hidup di dunia. Setelah itu akan ditentukan nasibnya apakah pantas mendapatkan imbalan Syurga atau Neraka. Di sanalah akhir perjalanan manusia yang benama Akhirat. Di Akhirat itu mereka akan tinggal selama-lamanya. Dalam bagian ini, kita akan buka lembaran Rihlatul Khulud satu persatu agar terbentang di hadapan kita hakikat perjalan manusia yang sebenarnya. Lembaran-lembaran tersebut pada hakikatnya merupakan jawaban dari enam pertanyaan besar dan kritis berikut : Siapa yang menciptakan Anda? Dari apa Anda diciptakan? Apa misi dan visi penciptaan Anda? Sistem nilai apa yang Anda gunakan dalam menjalankan kehidupan dunia ini? Kemana akhir perjalanan wisata Anda? Lalu, apakah Anda memiliki pilihan dalam menentukan tempat memulai dan mengakhiri wisata Anda? Atau Anda terpaksa harus mengikuti kehendak dan ketentuan Tuhan Pencipta?

Rihlatul Khulud (Wisata Abadi Manusia) adalah fakta dan kenyataan yang harus dilewati setiap insan tanpa kecuali. Apakah dia seorang Nabi dan Rasul, atau lahir sebagai generasi pertama manusia atau di pertengahan atau di akhir zaman. Apakah dia penguasa atau rakyat jelata.

Apakah dia konglomerat atau miskin nan papa. Apakah dia seorang super jenius atau di bawah rata-rata. Apakah dia bergelar profesor doktor atau bertitel buta aksara. Apakah dia lahir dari keluarga bangsawan atau dari keluarga biasa. Apakah ia lahir dari orang tua yang shaleh atau yang preman. Apakah dia seorang ulama besar atau anggota jamaah biasa. Yang pasti dalam melewati terminal-terminal (periode-periode) Wisata Abadi itu tidak ada perbedaan antara manusia karena disebabkan posisi, jabatan, keturunan, harta dan kebanggaan duniawi lainnya. Yang membedakan antara mereka adalah iman dan taqwa kepada Allah, Tuhan Pencipta. Rihlatul Khulud adalah sebuah proses panjang menuju kebahagian abadi atau kesengsaraan yang berkekalan. Rihlatul Khulud juga jalan menuju kesuksesan hakiki, sebuah kesuksesan di atas segala bentuk kesuksesan. Timbul pertanyaan, bagaimana cara meraih kemenagan besar itu? Renungkan periode demi periode Wisata Abadi Manusia ini, khususnya fase setelah lahir ke dunia, ikuti proses SEI-Empowerment karena SEI-Empowerment adalah Road To The Great Success (Jalan Menuju Kesuksesan Tanpa Batas). Kebenaran Rihlatul Khulud Pembaca budiman. Jika ada orang yang sangat Anda percayai kejujuran, amanah, kecerdasan dan komunikasinya yang sangat baik menyampaikan sebuah berita tentang keberadaan sebuah gedung bernama Gedung Putih di Amerika, bagaimana sikap Anda? Anda pasti percaya pada berita itu bukan? Alasannya sangat sederhana, karena yang membawa berita itu adalah orang yang sangat Anda percayai. Kemudian, keesokannya Anda melihat gambar Gedung Putih itu di sebuah media sambil dicantumkan keterangan di bawahnya sesuai dengan cerita yang diterima dari orang yang Anda percayai tadi. Berita yang ada di media itu pasti menambah keyakinan dalam hati Anda. Kemudian, dengan tanpa diduga sebelumnya, Anda menerima undangan berwisata ke Amerika dari Presiden Amerika dan diajak melihat sendiri Gedung Putih itu. Apakah masih ada keraguan dalam hati Anda tentang kebenaran berita yang disampaikan orang yang paling Anda percayai itu? Jawabannya, pasti tidak ada lagi sedikitpun keraguan yang tersisa dalam hati Anda tentang keberadaan Gedung Putih tersebut. Demikian juga halnya dengan Wisata Abadi Manusia (Rihlatul Khulud). Yang menyampaikan berita itu kepada kita adalah seorang manusia yang amat sangat dipercaya kejujurannya, amanahnya, kecerdasan dan komunikasinya yang sangat baik. Ialah Muhammad Bin Abdullah. Sedangkan yang membuat berita itu adalah Tuhan Pencipta Tunggal alam semesta dan juga Pencipta kita. Dia adalah Allah Taala. Dengan Kebesaran dan Keagungan diri-Nya, Dia pula yang mengundang kita untuk melihat dan membaca berita itu dengan mata kepala kita sendiri yang sebelumnya kita tidak tahu apa-apa tentangnya, seperti yang dijelaskan-Nya : 25( ) 25 ( ) Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan-nya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (52) (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.(53) (Q.S. Syura / 42 : 52 53)

Dari mana Rihlatul Khulud itu dimulai? Berapa periode yang harus dilewati? Di manakah akhir periodenya? Allah Tuhan Pencipta kita menjelaskannya seperti yang tercantum dalam firmanNya : ) 52( Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (tidak ada), lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, dan kemudian Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 28) Melalui berita yang bersifat pasti dan akurat itu, kita mengetahui bahwa ada lima (5) periode Rihlatul Khulud yang harus kita lewati. Dimulai dengan periode ketika kita belum jadi apa-apa, diteruskan dengan periode kehidupan kita di dunia, kemudian diteruskan dengan periode meninggalkan dunia (kematian) menuju Alam Barzakh, dilanjutkan dengan periode kehidupan kembali setelah dibangkitkan pada hari Kiamat nanti dan diakhiri dengan periode kembali kepada Tuhan Pencipta. Tabel A berikut menjelaskan jumlah periode yang harus kita lewati, di mana tempat kita setiap melewati periode tersebut dan berapa lama waktu yang kita lewatkan. Itulah hakikat ungkapan yang selalu kita ucapkan ketika mendapat atau melihat musibah, khususnya kematian : Sesunggughnya kita dari Allah dan kepada-Nya jua kita kembali (Q.S. Al-Baqoruh / 2 : 156) Tabel A : Periode, Tempat dan Waktu Selama Wisata Abadi No Periode Fase Tempat Waktu 1 Kematian Pertama 3 Alam Ruh Allahu'alam 2 Kehidupan Pertama 3 Dunia 0-60an 3 Kematian Kedua 3 Alam Barzakh Allahu'alam 4 Kehidupan Kedua 6 Awal Akhirat Allahu'alam 5 Kembali kepada Allah 2 Akhirat Kekal Abadi [1] Sekularisme perrtama kali muncul dan melembaga ialah di Eropa pada abad pertengahan (10 masehi) sebagai akibat kegagalan agama Kristen menjawab berbagai kebutuhan, persoalan dan perubahan sarana hidup dan kehidupan manusia. Kemudian, bersamaan dengan koloniaslisme Eropa terhadap Dunia Islam sekitar kurang lebih dua abad lalu, sekularisme disebarkan pula di tengah masyarakat Muslim sampai dipaksakan dalam bentuk kelembagaan negara seperti Undang-Undang Dasar Negara (UUD), hukum, perundang-undangan, pendidikan dan sebagainya. Kendati secara fisik dan militer kaum kolonialis Eropa sudah angkat kaki dari negeri-negeri Islam sejak setengah abad yang lalu, namun idelogi kolonoalial, khsuusnya sekularime masih sangat eksis dalam berbagai lembaga dan bentuk kehidupan dan masih sangat kuat cengkramannya. Namun, Alhamdulillah, sepuluh tahun terakhir ini, khususnya di Indonesia, sendi-sendi sekularisme mualu melemah dan mengalami kropos satu persatu. Isnya Allah, 30 samapi 50 tahun mendatang, masyarakat Muslim dapat merdeka dari belenggu dan penjajahan sekularisme tersebut. Amin.

Iman Kepada Hari Akhir


Hari Akhir adalah hari Kiamat, di mana seluruh manusia dibangkitkan pada hari itu untuk dihisab dan dibalas. Hari itu disebut hari Akhir, karena tidak ada hari lagi setelahnya. Pada hari itulah penghuni Surga dan penghuni Neraka masing-masing menetap di tempatnya.Iman kepada hari Akhir mengandung tiga unsur: Mengimani bats (kebangkitan), yaitu menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati ketika tiupan sangkakala yang kedua kali. Pada waktu itu semua manusia bangkit untuk menghadap Rabb alam semesta dengan tidak beralas kaki, bertelanjang, dan tidak disunat. Allah berfirman: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (Al Anbiyaa 104) Kebangkitan adalah kebenaran yang pasti, ditunjukkan oleh Al Kitab, Sunnah dan ijma umat Islam. Allah I berfirman, yang artinya: Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat. (Al Muminun 16) Mengimani hisab (perhitungan) dan jaza (pembalasan) dengan meyakini bahwa seluruh perbuatan manusia akan dihisab dan dibalas. Hal ini dipaparkan dengan jelas di dalam Al Quran, Sunnah dan ijma (kesepakatan) umat Islam. Allah berfirman, yang artinya: Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka. (Al Ghasyiyah 25-26) Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (Al Anam 160) Mengimani Surga dan Neraka sebagai tempat manusia yang abadi. Surga tempat kenikmatan yang disediakan Allah untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa, yang mengimani apa-apa yang harus diimani, yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, dan kepada orang-orang yang ikhlas. Di dalam Surga terdapat berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, serta tidak terlintas dalam benak manusia. Iman kepada hari Akhir adalah termasuk mengimani peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sesudah kematian, misalnya: Fitnah kubur, yaitu pertanyaan yang diajukan kepada mayat ketika sudah dikubur tentang Rabbnya, agamanya, dan nabinya. Allah akan meneguhkan orang-orang yang

beriman dengan kata-kata yang mantap. Ia akan menjawab pertanyaan itu dengan tegas dan penuh keyakinan, Allah Rabbku, Islam agamaku, dan Muhammad n nabiku. Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan kafir. Mereka akan menjawab pertanyaan dengan terbengong-bengong karena pertanyaan itu terasa asing baginya. Mereka akan menjawab, Akuaku tidak tahu. Sedangkan orang-orang munafik akan menjawab dengan kebingungan, Aku tidak tahu. Dulu aku pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku mengatakannya. Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zhalim, yakni orang-orang munafik dan orang-orang kafir, seperti dalam firman-Nya, yang artinya: .. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (Al Anaam 93) Buah Iman kepada hari Akhir: Mencintai ketaatan dengan mengharap pahala hari itu. Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa pada hari itu. Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di dunia dengan mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat. Sumber: http://suryaningsih.wordpress.com.

HIDUP DI DUNIA PENUH MAKNA


HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini. Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir,

matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya. Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam? Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri. Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajibankewajiban yang telah diatur Islam. Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid). Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup

yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4). Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat althoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang.

Firman Allah : Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. ( QS 31 : 33). Melalui ayat ini, Allah ingin membuka cakrawala kita tentang dunia, supaya kita tidak terpedaya. Sebaliknya, Allah juga memberitahukan kepada kita, kiat manjadikan hidup di dunia menjadi penuh makna. Kiat manjadikan hidup di dunia menjadi Penuh Makna Pertama, Allah memanggil semua manusia untuk bertakwa kepadaNya. Hal ini mengisyaratkan bahwa maqom (kedudukan spiritual) sebagai muttaqin, terbuka untuk siapa saja. Di sini juga kita menemukan tentang sejatinya sifat kasih Allah yang tidak membeda-bedakan. Semua manusia, semuanya dipanggil, tidak berdasarkan strata sosial apa pun. Kedua, Allah memperingatkan agar manusia takut pada suatu hari yang tidak ada tolong menolong lagi. Di sini dipakai istilah hari ketika seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Kendati tidak disebutkan nama harinya atau waktunya, bahwa hari yang dimaksudkan adalah hari pengadilan di padang mahsyar, yakni ketika semua manusia dikumpulkan dan dihadapkan pada pengadilan Allah SWT. Pada hari itu, semua manusia menjadi egois, tidak sempat memikirkan orang lain, mereka sibuk memikirkan pertanggungjawabannya sendiri kepada Allah. Tidak ada lagi tolong menolong. Hal ini bermakna, bahwa kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin waktu hidup kita di dunia, karena di dunia inilah kesempatan satu-satunya yang kita miliki untuk saling menolong. Ketika di dunia inilah, seorang bapak wajib menolong anaknya dan seorang anak wajib pula menolong bapaknya. Tolong menolong yang dimaksudkan oleh Allah adalah : taawanu alal

birri wat taqwa tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa wa la taawanu alal istmi wal udwan dan bukan tolong menolong dalam keburukan itu yang harus kita kerjakan. Ketiga, Allah memastikan bahwa janjiNya pasti benar. Artinya, Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Itulah sebabnya, manusia diingatkan tentang pentingnya saling menolong selagi masih di dunia, karena ketika kehidupan dunia ini berakhir, akan diganti dengan kehidupan lain yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Hidup di dunia ini ada akhirnya, begitu janji Allah yang tidak akan diingkari oleh Allah. Kehidupan dunia akan berakhir. Dan begitu kehidupan dunia ini berakhir, maka dimulailah kehidupan akhirat. Ada kehidupan lain yang disebut akhirat. Itupun janji Allah, dan janji Allah pasti benar. Keempat, karena janji Allah pasti benar, maka Dia mengingatkan, janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini memperdayakan kamu. Allah mengingatkan supaya kita tidak tertipu oleh kehidupan dunia. Mengapa ? Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. ( QS 11 : 15 ). Ini yang disebut istidraj, yaitu pemberian Allah yang tidak disertai dengan kebaikan, untuk membuat manusia terpesona hingga lupa kepada si pemberi, yaitu Allah. Ini pula yang disebut sebagai tipudaya kehidupan dunia, sehingga manusia lupa bahwa setelah hidup di dunia ada akhirat. Kalau ketika di dunia kita lalai bertolong-menolong, maka nanti di akhirat, sudah tidak ada waktu lagi untuk saling menolong. Sehingga Allah memberitahu kita : Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. ( QS 11 : 16 ). Kelima, Allah mengingatkan supaya kita tidak terperdaya oleh penipu, yaitu syaitan, dalam memahami Allah. Yang dimaksudkan dengan memahami Allah di sini adalah memahami hakikat asmaNya, hakikat sifatNya, hakikat afalNya dan hakikat zatNya, sehingga dengan demikian kita akan memahami hakikat kehendak Allah yang harus kita patuhi. Dengan ini pula kita diingatkan bahwa kepatuhan kepada Allah hanya mungkin dapat terlaksana dengan baik, manakala kita mampu memahami hakikat kehendakNya, yang berarti pula memahami hakikat perintah dan laranganNya. Kita diingatkan untuk menjadi lebih arif, tidak terjebak oleh pemahaman tekstual dari kitab suci maupun hadist. Kita harus Menemukan makna hakikat dari teks al Quran dan hadist supaya kita berhasil menemukan roh atau jiwa dari perintah dan larangan Allah maupun RasulNya. Supaya kita terhindar dari virus penyakit yang ditebarkan oleh iblis dan keturunannya yang gagal memahami hakikat perintah Allah untuk bersujud pada Adam. Iblis menolak, karena ia hanya melihat Adam secara tekstual, Adam secara jasad yang diciptakan oleh Allah dari tanah. Iblis tidak mampu melihat hakikat Adam, yakni roh yang ditiupkan Allah. Roh Adam yang berasal dari Allah, merupakan bagian dari Allah di situlah letak kemuliaan Adam dan anak keturunannya, yakni umat manusia, termasuk kita sekarang. Karena Iblis terhijab, sehingga gagal memahami hakikat Adam, maka dia diusir dari sorga oleh Allah. Inilah pelajaran yang sangat berharga, agar kita mampu mencerap hakikat dari perintah

dan larangan Allah sehingga kita mampu menghidupkan jiwa ibadah yang benar dalam hidup kita. Wallohualam.

Kambing "Kematian" Disembelih Di Antara Surga Dan Neraka


Diposkan oleh Bermanfaat Bagi Yang Lain di 08.33 . Jumat, 06 Agustus 2010 Lukmanul Hakim merupakan lelaki sholeh yang banyak menyampaikan nasehat bijak kepada putranya. Ia bukan seorang Nabi atau Rasul Allah taaala. Sedemikian mulianya beliau sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu surah di dalam Al-Quran. Di antara nasehatnya yang tidak termaktub di dalam Al-Quran ialah ucapannya kepada putranya sebagai berikut: Berbaktilah untuk duniamu sesuai jatah waktu engkau tinggal di dalamnya. Dan berbaktilah untuk akhiratmu sesuai jatah waktu engkau tinggal di dalamnya. Subhanallah! Sebuah nasihat yang sungguh mencerminkan kedalaman perenungan Lukmanul Hakim akan hakekat perbandingan kehidupan di dunia dengan akhirat. Ia sangat memahami betapa jauh lebih bermaknanya kehidupan di akhirat daripada kehidupan di dunia. Dan betapa fananya dunia ini dibandingkan kekalnya alam akhirat kelak..! Coba kita renungkan. Berapa lama jatah waktu hidup kita di dunia? Paling-paling hanya 60-an atau 70-an tahun. Kalau bisa lebih daripada itu tentu sudah sangat istimewa. Seorang yang mencapai usia 100 tahun sungguh sudah sangat luar biasa..! Sehingga Rasulullah shollallahu alaih wa sallam mengisyaratkan sebagai berikut:

Umur ummatku antara enampuluh hingga tujuhpuluh tahun, dan sedikit di antara mereka yang mencapai (tujuhpuluh tahun) itu. (HR Tirmidzi 3473) Nabi Muhammad shollallahu alaih wa sallam wafat pada usia 63 tahun hijriyah. Demikian pula dengan kedua sahabat utamanya Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Keduanya wafat pada usia 63 tahun hijriyah. Ini semata taqdir Allah taaala, bukan suatu kebetulan, yang tentunya mengandung rahasia dan hikmah ilahi. Dan berapa lama jatah hidup seseorang di akhirat? Menurut Al-Quran manusia bakal hidup kekal selamanya di akhirat. Dalam Al-Quran disebut dengan istilah: Kekal selamanya di dalamnya. Bahkan di dalam hadits kita jumpai keterangan mengenai hal ini dengan ungkapan yang lebih membangkitkan bulu roma. Nabi shollallahu alaih wa sallam menjelaskan bahwa ketika nanti seluruh penghuni surga telah dimasukkan ke dalam surga

sementara penghuni neraka telah masuk neraka semuanya, maka Allah taaala akan tampilkan kematian dalam wujud seekor kambing yang ditempatkan di antara surga dan neraka. Selanjutnya Allah taaala perintahkan malaikat untuk menyembelih kematian sambil ditonton oleh segenap ahli neraka dan ahli surga. Sesudah itu Allah taaala akan berfirman kepada ahli surga: Hai penghuni surga kekallah tidak ada lagi kematian Selanjutnya Allah taaala berfirman kepada para ahli neraka: Hai penghuni neraka kekallah tidak ada lagi kematian... Bersabda Rasulullah shollallahu alaih wa sallam: Kematian didatangkan pada hari kiamat berupa seekor kambing hitam... (HR Muslim 5087) ) ( Bila penghuni surga sudah masuk surga dan penghuni neraka masuk neraka, datanglah kematian berdiri di antara surga dan neraka, kemudian disembelih. Lalu terdengar seruan Hai penghuni surga kekallah tidak ada lagi kematian Hai penghuni neraka kekallah tidak ada lagi kematian, maka bertambahlah kegembiraan penghuni surga dan bertambahlah kesedihan penghuni neraka. (HR Ahmad 5721) Saudaraku, bila Allah taaala taqdirkan kita hidup di akhirat dalam kesenangan abadi di dalam surga tentulah ini suatu kenikmatan yang tiada tara dan bandingan. Sebaliknya, barangsiapa yang ditaqdirkan Allah taaala hidup di akhirat di dalam penderitaan abadi siksaan neraka tentulah ini suatu kerugian yang sungguh nyata dan mengerikan...! Naudzubillahi min dzaalika...! Pantas bilamana Nabi shollallahu alaih wa sallam menggambarkan betapa tiada berartinya kesenangan dunia yang penuh kepalsuan jika dibandingkan dengan kesenangan surga yang hakiki, bukan khayalan atau virtual atau sekedar dongeng orang-orang terdahulu. Begitu pula tiada berartinya kesulitan di dunia yang penuh tipuan jika dibandingkan dengan kesulitan dan penderitaan sejati neraka yang berkepanjangan tiada ujung akhir, bukan khayalan atau virtual atau sekedar dongeng orang-orang terdahulu.... Naudzubillahi min dzaalika...! "Pada hari berbangkit didatangkan orang yang paling ni'mat hidupnya sewaktu di dunia dari ahli neraka. Maka ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ditanya:"Hai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesenangan? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan?" Ia menjawab: "Tidak, demi Allah wahai Rabb. Lalu didatangkanlah orang yang paling sengsara hidupnya sewaktu di dunia dari ahli surga. Maka ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya:"Hai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesengsaraan? Apakah kamu pernah merasakan penderitaan?" Ia menjawab: "Tidak, demi Allah wahai Rabb. Aku tdk pernah mengalami kesengsaraan dan tidak pula melihat penderitaan" (HR Muslim 5018)

Maka saudaraku, pantaskah kita mempertaruhkan kehidupan kita yang hakiki dan abadi di akhirat nanti demi meraih kesenangan dunia yang fana dan sesungguhnya penuh dengan tipuan yang sangat memperdayakan....? Saudaraku, jadilah orang yang cerdas versi Nabi Muhammad shollallahu alaih wa sallam. Bukan orang yang cerdas berdasarkan pandangan para pencinta dunia yang sejatinya sangat bodoh dan tidak sabar...! Orang yang paling cerdas ialah barangsiapa yang menghitung-hitung/evaluasi/introspeksi (amal-perbuatan) dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. (At-Tirmidzi 8/499)

Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/kambing-kematiandisembelih-di-antara-surga-dan-neraka.htm

Anda mungkin juga menyukai