PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak reversibel total, bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya, disertai efek ekstra paru yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit Eksaserbasi merupakan peningkatan lebih lanjut respon inflamasi dalam saluran napas pasien PPOK.
Emfisema dan Bronkhitis Kronis, tidak termasuk PPOK, Sebab keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran napas. Emfisema diagnosis Patologi Bronkhitis Kronis diagnosis Klinis
1.
2.
3. 4. 5. 6.
7.
8.
Asap rokok Polusi udara Stress oksidatif Gen Tumbuh kembang paru Sosial ekonomi Infeksi saluran nafas bawah berulang Asma
Derajat Klinis Derajat Gejala + I (sputum produktif ) Derajat Gejala + II ( saat ber aktivitas ) Derajat Gejala + ( posisi III relaks tetap sesak ) Derajat Gejala + IV Gagal napas Decomp kanan
Faal Paru FEV1/VC < 70% FEV1 > 80% FEV1/VC < 70% 50% <FEV1 <80% FEV1/VC < 70% 30% <FEV1 <50% FEV1/VC < 70% FEV1 < 30% FEV1 < 50%+gagal
PATOGENESIS
Partikel / Gas Beracun
Pajanan
Antioksidan
Inflamasi Paru
Antiprotease
Stress Oksidatif
Protease
Perbaikan
PPOK
Perubahan Patologis pada PPOK ditemukan pada : 1. Saluran napas proksimal 2. Saluran napas perifer 3. Parenkim paru 4. Vaskular paru
1. Saluran napas proksimal ( trakea, bronkus diameter > 2 mm ) - sel inflamasi : makrofag , limfosit T CD8 (sitotoksik) , sedikit neutrofil atau eosinofil. - Perubahan : sel goblet , pembesaran kelenjar submukosa, metaplasia sel epitel skuamosa. 2. Saluran napas perifer (bronkiolus diameter < 2 mm) Sel inflamasi : makrofag , limfosit T (CD8 > CD4), linfosit B , folikel limfoid, fibroblas , sedikit neutrofil atau eosinofil.
3. Parenkim paru ( Bronkiolus pernafasan dan alveolus ) - Sel inflamasi : makrofag , limfosit T CD8 . - Perubahan struktur : kerusakan dinding alveolus, apoptosis sel epitel dan endotel.
4. Pembuluh darah paru - Sel inflamasi : makrofag , limfosit T . - Perubahan struktur : penebalan intima, disfungsi sel endotel, penebalan otot polos (hipertensi pulmoner).
Batuk kronik
Batuk kronik berdahak Setiap batuk kronik berdahak dapat mengindikasikan PPOK Riwayat terpajan faktor risiko -Asap rokok -Debu -Bahan kimia di tempat kerja -Asap dapur
ANAMNESIS
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna ditempat kerja Riwayat penyakit emfisema pada keluarga Terdapat faktor predisposisi pada bayi dan anak Batuk berulang dengan atau tanpa dahak Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik PPOK dini umumnya tidak ada kelainan 1. Inspeksi Pursed-lips breathing ( mulut mencucu dengan ekspirasi memanjang) Barrel chest ( diameter antero-postero dan transfersal sebanding) Penggunaan otot bantu napas Hipertropi otot bantu napas Pelebaran sela iga Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis dileher dan edema tungkai. Penampilan pink puffer atau blue bloater.
Kriteria
Pink puffer ( Emphisema ) 60 tahun an Kurus Purse lip breathing Kemerahan Setelah sesak Sedikit, mukoid Jarang Sering terminal hiperinflasi
Usia Profil fisik Sesak Wajah Batuk Sputum Infeksi bronkhus Episode
Blue bloater ( Bronkhitis Kronis ) 50 tahun an Gemuk Ringan Kebiruan Sebelum sesak Banyak, purulen Sering Berulang Bronkhovascular
Kriteria
Pink puffer ( Emphisema ) Jarang Sangat turun Normal s/d ringan Menurun
Blue bloater ( Bronkhitis Kronis ) Sering Normal Meningkat Normal s/d turun 50 60 mmHg 45 60 mmHg 50 55 %
PINK PUFFER
BLUE BLOATER
2. Palpasi 3. Perfusi
4. Auskultasi
Suara napas vesikuler normal atau melemah Terdapat rongki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa Ekspirasi memanjang Bunyi jantung terdengar jauh
1. Faal paru
Spirometri Uji blonkodilator.
2. Laboratorium darah
Hb, Ht, trombosit, leukosit, Analisis Gas Darah (AGDA)
3. Radiologi
Thoraks PA - Lateral
Spirometri:
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP % Obstruksi: % VEP1 (VEP1/VEP1 pred.) < 80%, VEP1% ( VEP1/KVP) <75% VEP1% merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE (arus puncak ekspirasi dapat dipakai sebagai alternatif
Uji
bronkodilator
dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1/APE <20% dan < 200 ml dari nilai awal Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
Radiologi
Bronkitis
kronik
1. 2. 3.
4.
5. 6.
7.
8.
Faal paru lengkap Uji latih cardio-pulmonal Uji profoksasi bronkus CT-Scan EKG ECG Bakteriologi Kadar alfa -1 antitripsin
5. Radiologi
Ct-scan Resolusi tinggi untuk mendeteksi empisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau gula yang tidak terdeteksi oleh foto thorax polos. Scan ventilasi perfusi mengetahui fungsi respirasi paru
6. Elektrokardiografi
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh hipertrofi ventrikel kanan.
7. Ekokardiografi
Untuk menilai fungsi jantung kanan
8. Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada pasien PPOK di Indonesia.
9. Kadar -1 antitripsin Kadar antitripsin alfa 1 rendah pada emfisema herediter ( emfisema usia muda), defisiensi antitripsin alfa 1 jarang ditemukan di indonesia.
Gambaran klinik -Onset usia dini, Gejala bervariasi -Gejala timbul malam / dini hari -Alergi, rhinitis, eksim -Riwayat keluarga asma / alergi Obstruksi reversible Tuberkulo -Onset semua usia sis -Sputum BTA
Diagnosis
Gambaran klinis
-Sputum
Bronkhiektasis
banyak -Sering berhubungan dengan infeksi -Ronkhi basah kasar & jari tabuh -Radiolologi: Honey Comb appearance -Riwayat Hipertensi -Ronkhi basah halus basal
Gambaran klinis
-Usia
Diffuse Panbronkhioliti s
muda -Tidak merokok -Riwayat Artritis Reumatoid -CT Scan Paru : gambaran Hipodens -Sering pada wanita bukan perokok -Sering berhubungan dengan sinusitis -CT Scan: bayangan difuse
Mengurangi gejala - Mencegah progresifitas penyakit - Meningkatkan toleransi latihan - Meningkatkan kwalitas hidup penderita - Mencegah dan mengobati komplikasi
-
1.
2.
3. 4.
5.
6. 7.
Edukasi Berhenti Merokok Obat-obatan Rehabilitasi Terapi Oksigen Ventilasi Mekanis Nutrisi
1. Edukasi Diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan.
2. Berhenti Merokok Merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi resiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresivitas penyakit.
3. Obat-obatan
a. Bronkodilator - Gol. Antikolinergik Kerja Singkat : Ipratropium Kerja Lama : Tiotropium - Gol Agonis -2 Agonis -2 Kerja Singkat (SABA) Fenoterol Salbutamol Terbutalin Prokaterol Agonis -2 Kerja Lama (LABA) Formoterol Indacaterol Salmeterol - Kombinasi Antikolinergik dan Agonis -2 - Gol. Xantin Aminofilin Teofilin
b. Antiinflamasi - Bila terjadi eksaserbasi akut - Menekan inflamasi yang terjadi - Gol. Metilprednisolon atau Prednison c. Antibiotika - Hanya diberikan bila terdapat eksaserbasi. d. Antioksidan - Mengurangi eksaserbasi - Memperbaiki kualitas hidup - Tidak dianjurkan sbg pemberian rutin - Digunakan N-asetilsistein
e. Mukolitik - Diberikan pada eksaserbasi akut - Bronkitis kronik dengan sputum kental - Tidak dianjurkan pemberian rutin f. Antitusif - Diberikan dengan hati-hati g. Phosphodiesterase-4 inhibitor - Dapat mengurangi eksaserbasi - Peroral bersama Glukokortikosteroid
4. Rehabilitasi PPOK
Tiga komponen Program Rehabilitasi : a. Latihan Fisis (utk memperbaiki efisien & sistem transportasi oksigen). b. Psikososial (status psikologi pasien) c. Latihan Pernapasan (utk mengurangi & mengontrol sesak)
5. Terapi Oksigen
Indikasi : a. PaO2<60 mmHg atau Sat O2<90% b. PaO2 diantara 55-59 mmHg atau Sat O2>89% disertai Korpulmonale, perubahan P pulmonal, Ht > 55% dan tanda-tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, dan penyakit paru lain.
6. Ventilasi Mekanis
Digunakan pada : - Eksaserbasi dgn gagal napas akut - Gagal napas akut pada gagal napas kronik - PPOK derajat berat dgn gagal napas kronik Dilakukan dengan cara : a. Ventilasi Mekanis Tanpa Intubasi Noninvasive Intermitten Positif Pressure (NIPPV)
Indikasi : Sesak napas sedang-berat Asidosis sedang-berat ( pH<7,30-7.35 Frekuensi napas>25 kali per menit Negative Pressure Ventilation (NPV) Tidak dianjurkan, dpt menyebabkan obstruksi sal napas atas.
Indikasi :
7. Nutrisi
Malnutrisi terjadi karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapnia menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Derajat
Karakteristik
Pengobatan
Semua Derajat
VEP1 / KVP < 70% VEP1 80% prediksi Dengan atau tanpa gejala VEP1 / KVP < 70% 50% VEP1 < 80% prediksi
Hindari Pencetus , Brokodilator kerja singkat (bila perlu)& Vaksinasi flue Bronkhodilator kerja singkat (SABA, Antikholinergik kerja cepat, Xantin) bila perlu
Pengobatan
VEP1 / KVP < 70% 30% VEP1 < 50% prediksi Dengan atau tanpa gejala
reguler dgn 1 atau lebih Bronkhodilator (LABA, Antikolinergik kerja lama, Simptomatik, Kortikosteroid inhalasi, PDE-4 inhibitor) Rehabilitasi VEP1 / KVP < 70% Pengobatan reguler VEP1 < 30% prediksi dgn 1 atau lebih Bronkhodilator (LABA, atau gagal napas Antikolinergik kerja atau gagal jantung lama, Pengobatan kanan komplikasi, Kortikosteroid inhalasi, PDE-4 inhibitor) Rehabilitasi
Pengobatan
Prinsip penatalaksanaan PPOK pada Eksaserbasi akut : - Mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi - Mencegah terjadinya gagal napas - Bila terjadi gagal napas segera atasi utk cegah kematian
Serangan Ringan
Serangan Sedang / Berat O2 Nasal Canula 2 Agonis MDI / SC / 20 mt s/d 1 jam Aminophyllin 5 mg / Kg BB Bolus IV Hydrocortison 200 250 mg IV
Evaluasi Ulang Setelah 1 Jam Terapi. DP, FP ( FEV1, PEFR, Sat O2 ), AGD.
Respon Baik
Pulang Ke Rumah
Respon Baik : DP. Normal FEV1 > 70% PEFR > 20% Sat O2 > 90% 2 Agonis MDI Kortikosteroid PO Edukasi
FEV1 > 70% PEFR > 20%
Respon Tak Sempurna: Pemeriksaan Fisik: Asma Ringan s/d Sedang 70 % > FEV1 > 30% Sat O2 Tak membaik O2 Nasal Canula / Masker 2 Agonis MDI Kortikosteroid IV Aminophyllin 20 mg / Kg BB / 24 jam / Drip Mo: FEV1, sat O2, Vital Sign Membaik
Respon Buruk: Distress napas Kesadaran Menurun FEV1 < 30%, Pa CO2 > 45 %,Pa O2 < 60% O2 Masker 2 Agonis MDI / SC Kortikosteroid IV Aminophyllin 20 mg / Kg BB / 24 jam / Drip Ventilator ( Bila Di Perlukan ) Tak Membaik
Pulang
6 12 jam terapi
KELOMPOK Kelompok A -Eksaserbasi ringan -Tidak memiliki faktor resiko utk prognosis buruk
KUMAN PATOGEN
ANTIBIOTIKA
-Haemophilus influenza --lactam/-lactamase -Streptococcus inhibitor (copneumonia amoxyclav) -Moraxella catarrhalis -Makrolid (azitromisin, -Chlamydia pneumonia claritromisin) -Virus -Sefalosporin gen 2 & 3 -Ketolid (telitromisin)
--lactam/-lactamase inhibitor (coamoxyclav, ampisilin/sulbactam) -Sefalosporin gen 2 & 3 -Fluorokuinolon (ciprofloxacin, levofloxacin dosis tinggi)
-Fluorokuinolon (ciprofloxacin, levofloxacin dosis tinggi) --lactam dengan aktivitas P. aeruginosa
Kelompok B dengan P.
aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa
Dosis / kali 4 4 mg 200 mcg 2,5 5 mg 250 500 mcg 50 100 mcg 40 80 mcg 125 mg
1. Gagal napas
Gagal napas kronik PO2<60 mmHg, PCO2>60 mmHg & pH normal Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh: - Sesak napas dgn/tanpa sianosis - Sputum bertambah & purulen - Demam - Kesadaran menurun