Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS INDONESIA

OPINI: PERGOLAKAN PASAR SAHAM DI INDONESIA DAN FAKTOR YANG MENDASARINYA

TUGAS INDIVIDU EKONOMI MAKRO

GARY LINGGAR 1206297296

FAKULTAS EKONOMI MAGISTER AKUNTANSI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI JAKARTA MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

OPINI: PERGOLAKAN PASAR SAHAM DI INDONESIA DAN FAKTOR YANG MENDASARINYA

TUGAS INDIVIDU EKONOMI MAKRO

GARY LINGGAR 1206297296

FAKULTAS EKONOMI MAGISTER AKUNTANSI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI JAKARTA MEI 2013

ii

Statement of Authorship Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya. Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama NPM Tanda tangan

: Gary Linggar : 1206297296 :

Mata Ajaran

: Ekonomi Makro

Judul Makalah/Tugas : Opini: Pergolakan Pasar Saham Di Indonesia Dan Faktor Yang Mendasarinya Tanggal Dosen : 7 Mei 2013 : Dr. Ninasapti Triaswati S.E., M.Sc.

iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................................................ i Halaman Judul ........................................................................................................................... ii Statement of Authorship ...........................................................................................................iii Daftar Isi ................................................................................................................................... iv Pendahuluan ............................................................................................................................ 1 Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ......................................................... 1 Faktor Penentu Harga Saham ................................................................................................ 2 Pergerakan IHSG dengan Faktor Penentu Harga Saham .................................................. 3 Pergerakan Kedua (Periode 2005 2008) ........................................................................... 3 Pergerakan Ketiga (Periode 2008 2009)........................................................................... 4 Pergerakan Keempat (Periode 2009 Saat Ini) .................................................................. 4 Kesimpulan .............................................................................................................................. 5

Lampiran ................................................................................................................................... 7

iv

Pendahuluan Dalam perjalanan bursa efeknya, Amerika telah menempuh jalan yang sangat panjang. Dimulai dari berdirinya New York Stock Exchange pada tahun 1792 hingga pada saat ini, NYSE sudah memasuki fase dewasa (NYSE, 2012). Melalui perjalanan yang panjang tersebut, masyarakat Amerika telah sadar pada nilai saham yang sebenarnya. Masyarakat Amerika telah menganggap saham merupakan investasi yang dianggap menguntungkan dan mempunyai nilai ketertarikan yang sama dengan investasi pada instrumen keuangan bank dan obligasi. Anggapan tersebut membuat bursa saham di Amerika me njadi ramai dan banyak peminatnya. Dengan tingginya permintaan saham, yaitu investor, perusahaan-perusahaan kecil semakin banyak yang melakukan IPO (cite needed). Dengan tingginya pernawaran dan permintaan di dunia saham, membuat bursa efek di Amerika menjadi padat. Berbeda dengan kondisi di Amerika, Indonesia baru memasuki fase pertumbuhan dalam bursa efeknya. Berbeda 120 tahun dengan berdirinya NYSE, Bursa Efek Jakarta berdiri di Indonesia pada bulan Desember 1912. Namun, sejak berdirinya hingga tahun 1987, BEJ tertidur. Pada tahun 1987, jumlah emiten yang terdaftar hanya mencapai 24 perusahaan saja (IDX, n.d.). Mulai dengan diterbitkannya Paket Desember 1987 (Pakdes 1987), emiten-emiten mendapat kemudahan untuk mendaftar di BEJ. Walaupun kondisi bursa mulai mengalami perkembangan, namun masyarakat di Indonesia belum sadar secara penuh terhadap nilai saham yang sebenarnya. Masyarakat di Indonesia masih menganggap bahwa investasi saham tidak seaman investasi konvensional lainnya. Dengan hambatan seperti itu, permintaan akan saham di Indonesia tidaklah segencar permintaan di Amerika Serikat.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG merupakan indeks yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia dan para investor pada umumnya. Dari pergerakan IHSG, investor dan analis dapat mengetahui pergerakan saham secara rata-rata di Indonesia. Pada gambar 1, dapat dilihat IHSG dari tahun 1998 hingga pada saat, dimana dibawahnya mengindikasikan jumlah transaksi dalam bursa. Apabila melihat gambar 1, pergerakan harga saham di Indonesia tidak mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 1982 hingga sekitar tahun 2005 (pergerakan pertama). IHSG mulai meningkat secara material pada tahun 2005 hingga tahun 2008 (pergerakan kedua). Namun, IHSG jatuh pada tahun 2008 hingga tahun 2009 (pergerakan ketiga). Setelahnya, IHSG kembali menanjak dan mencapai puncak dari tahun 2009 hingga pada saat ini (pergerakan keempat). Perlu diperhatikan bahwa selama IHSG berada di pergerakan pertama, jumlah transaksi yang terjadi sangatlah rendah, namun terus berkembang. Jumlah transaksi semakin bertambah pada pergerakan kedua dan ketiga, terutama setelah tahun 2007. Pada pergerakan keempat, transaksi saham di Indonesia meningkat dengan sangat signifikan. Penjelasan pada masing-masing pergerakan akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

Faktor Penentu Harga Saham Faktor yang sangat berpengaruh dalam nilai harga saham adalah sentimen pasar. Sentimen pasar merupakan ekspektasi para investor dan analis terhadap pasar yang sedang berlangsung. Faktor-faktor seperti IR dan ekspektasi dividen hanya akan memengaruhi sentimen pasar. Namun, apabila sentimen pasar menganggap bahwa sebuah saham atau pasar memiliki prospek yang sangat baik, maka permintaan akan saham tersebut akan meningkat. Dengan tingginya permintaan, maka harga juga akan semakin meningkat. Namun, terdapat satu titik di mana harga saham mencapai garis resistance dan dianggap sudah overbuy, harga saham akan kembali jatuh. Jatuhnya harga saham tersebut dipengaruhi kembali oleh melemahnya sentimen pasar. Selama sentimen pasar masih menganggap bahwa saham tersebut masih memiliki prospek yang baik, maka harga saham tidak akan turun. Banyak faktor yang menentukan sentimen pasar, seperti ekspektasi dari investor akan dividen yang akan dibayarkan di masa depan. Semakin tinggi ekspektasi dividen yang dibayarkan, sentimen pasar akan semakin baik dan semakin tinggi pula nilai saham. Namun, dalam penerimaan dividen, terdapat faktor lain yang menentukan nilai pada dividen tersebut, yaitu bunga.

Dari persamaan di atas, penerimaan dividen di tahun-tahun ke depan harus dipresentvalue-kan (PV) agar nilai dividen dapat diketahui dengan jelas. Semakin tinggi interest rate (IR), maka semakin rendah PV dari dividen, dan berlaku sebaliknya. Namun, dividen tersebut bukanlah real dividen yang akan diterima investor, karena terdapat inflasi. Jika memasukkan unsur inflasi dan ekspektasi inflasi, maka persamaan di atas menjadi persamaan di bawah ini. Persamaan ini menunjukkan real dividen yang akan diterima investor, sehingga investor dapat menghitung nilai saham secara real pula.

Sentimen pasar juga dapat terbentuk dari pergeseran kurva IS-LM. Apabila terdapat kebijakan moneter ekspansif yang menyebabkan kurva LM turun, maka akan menurunkan IR dan menaikkan GDP. Seperti yang diketahui, IR di Indonesia bukanlah IR mengambang, melainkan ditentukan oleh BI, yang disebut dengan BI Rate. Keputusan BI dalam mengubah BI rate akan memengaruhi analisis dari investor. Semakin rendah BI rate, maka semakin tinggi sentimen positif yang terbentuk. Oleh karena itu, tidak akan ada perubahan pada IR, namun GDP akan bertambah. Selain pergeseran dalam LM, pergeseran dalam pasar barang juga akan memengaruhi nilai saham. Apabila IS bergerak ke kanan, yang mengindikasikan bahwa konsumsi akan barang meningkat, maka seharusnya IR dan GDP akan naik. Karena IR di Indonesia tidak

mengambang, maka tidak akan ada perubahan pada IR, melainkan GDP yang lebih meningkat dibandingkan seharusnya. Dengan naiknya GDP, maka individu akan memiliki disposable income (DI) lebih banyak dan akan mengonsumsi barang. Dengan banyaknya barang milik perusahaan yang dikonsumsi, maka perusahaan akan menjual barang lebih banyak. Dengan kondisi ceteris paribus, perusahaan akan mendapat profit lebih banyak dan mampu untuk membayar dividen lebih banyak. Sehingga, dampak dari naiknya GDP adalah naiknya nilai harga saham secara agregat. Dari penjelasan singkat di atas, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi sentimen pasar dan memengaruhi nilai saham. Namun, terdapat pula berbagai faktor-faktor lain yang jumlahnya sangat banyak. Sentimen pasar terdiri dari analisis-analisis yang dilakukan oleh ratusan bahkan ribuan investor dan analis. Oleh karena itu, di dalam sentimen pasar sendiri, pasti terdapat perbedaan analisis dan spekulasi yang cukup signifikan. Dengan adanya perbedaan tersebut, akan menyebabkan harga saham menjadi fluktuatif dan harga saham tidak mencerminkan harga yang sebenarnya. Terkadang harga saham overbuy, namun terkadang harga saham juga oversell. Jika melihat contoh nyata, harga saham Apple Inc pada tahun 2011 berkisar di angka $300 per lembarnya. Setelah iPhone4s keluar dan Apple memenuhi target analis, sentimen pasar terhadap Apple Inc sangat tinggi dan membawa saham tersebut menjadi overbuy. Sehingga pada saat harga sahamnya menyentuh angka $700, para analis sadar bahwa saham telah overbuy, dan kemudian sentimen pasar terhadap Apple menjadi turun. Sentimen pasar membawa kembali saham Apple ke angka $400 an. Dalam kasus Apple tersebut, terlihat bahwa harga saham tidak benar-benar dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti persamaan di atas, karena harga saham muncul dari ekspektasi, analisis dan spekulasi dari ratus, bahkan ribuan investor dan analis.

Pergerakan IHSG dengan Faktor Penentu Harga Saham Dalam sub bab ini, akan dibagi menjadi tiga bagian menurut pergerakan dalam IHSG, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Pergerakan yang akan dijelaskan adalah pergerakan kedua, ketiga dan keempat. Pergerakan pertama tidak dijelaskan karena kurangnya data dan pergerakan yang terjadi tidaklah signifikan. Pada masing-masing pergerakan akan dihubungkan dengan kondisi perekonomian di Indonesia dan alasan-alasan yang mendasari terjadinya pergerakan tersebut. Pergerakan Kedua (Periode 2005 2008) Pergerakan kedua terjadi antara tahun 2005 dan tahun 2008. Dalam pergerakan ini, IHSG mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari periode-periode sebelumnya, yaitu dari angka sekitar 1000 ke angka sekitar 2700. Pada saat itu, BI rate sedang mengalami kenaikan dari bulan Juli hingga Desember 2005 dan diikuti dengan penurunan pada April 2006 sampai Januari 2008.

Apabila mempertimbangkan teori mengenai dividen dan IR pada penjelasan sebelumnya, seharusnya pergerakan saham dari bulan Juli 2005 hingga Desember 2005 mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan BI rate naik, dari 8.5% menjadi 12.75%. Namun, pada bulan-bulan tersebut IHSG tidak mengalami penurunan yang signifikan, melainkan cenderung stabil. Setelah BI rate stabil pada angka 12.75%, IHSG tampak mengalami kenaikan. Bahkan pada saat BI rate turun dari angka 12.75% ke 8.0% pada bulan April 2006 hingga Januari 2008, IHSG mengalami kenaikan yang signifikan. Selain itu, pada saat BI rate turun, jumlah transaksi di IHSG meningkat dengan cukup signifikan. Dari data tersebut, tampak bahwa perubahan dari BI rate memicu sentimen pasar pada pergerakan kedua ini. Pergerakan Ketiga (Periode 2008 2009) Pergerakan ketiga merupakan pergerakan di mana IHSG mengalami penurunan yang sangat signifikan, dari angka 2600 turun ke angka 1250. Penurunan lebih dari 50% tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor BI rate, dan kondisi global ekonomi. BI rate pada saat itu naik, walaupun tidak signifikan, dari angka 8.0% ke angka 9.5%. Menurut pendapat mahasiswa, kenaikan tersebut merupakan salah satu pendorong sentimen negatif pasar, namun bukan faktor utama. Dengan kenaikan rate yang tidak terlalu signifikan, yaitu hanya 1.5%, tidak akan mengakibatkan IHSG anjlok hingga turun 1350 poin. Pada periode pergerakan ketiga ini, terjadi berbagai peristiwa yang terjadi di dunia global. Peristiwa yang menarik adalah penurunan prospek ekonomi oleh International Monetary Fund (IMF). Selain itu, Wallstreet juga memberikan sentimen negatif dengan turunnya berbagai nilai saham. Bahkan pada saat itu terjadi krisis di Republik Siprus yang dikhawatirkan akan menggoyahkan perekonomian di Uni Eropa. Peristiwa yang paling berdampak material adalah terjadinya krisis di Amerika Serikat yang dikarenakan spekulasi dari Wallstreet terhadap subprime mortgage. Rentetan peristiwa global tersebut ikut menyeret sentimen pasar di Indonesia ke arah negatif. Banyak para analis jadi mengkhawatirkan kondisi global dan mencoba untuk keluar dari pasar, yang menyebabkan tingginya pernawaran. Dengan pernawaran melebihi permintaan, maka harga saham akan turun. Turunnya harga saham secara agregat, mengakibatkan hancurnya IHSG hingga ke poin 1250. Penjelasan singkat di atas mengonfirmasi bahwa nilai saham tidak dapat dinilai dengan pasti menggunakan rumus, melainkan terbentuk dari sentimen pasar. Pada saat itu BI rate naik secara tidak signifikan, namun yang memiliki pengaruh terhadap turunnya IHSG pada saat itu bukanlah BI rate, melainkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar negeri. Turunnya indeks saham tidak hanya berlaku di Indonesia saja, melainkan terjadi di bursa global, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Asia. Pergerakan Keempat (Periode 2009 Saat Ini) Pergerakan keempat merupakan kondisi pemulihan dari anjloknya IHSG. Pergerakan keempat ini terus terjadi sejak anjloknya IHSG hingga saat ini. Dimulai angka IHSG 4

sebesar 1330 poin, naik terus dengan drastis ke 5000 poin. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa juga terdapat kelonjakan jumlah transaksi, dimana transaksi sebelumnya hanya berkisar 400 juta transaksi pada bulan Maret 2009, melonjak menjadi 2,9 milyar transaksi pada bulan April 2009 (mengalami kenaikan lebih dari 700%), dan 5,3 milyar transaksi pada bulan Juni 2009 (kenaikan hampir 200%). Dari kelonjakan transaksi tersebut, mengindikasikan bahwa masyarakat sudah mulai memercayai bursa saham. Naiknya sentimen pasar dan kepercayaan terhadap bursa, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Turunnya BI rate secara signifikan, dari 9.5% menjadi 6.25% merupakan salah satu alasan mayoritas naiknya IHSG dan jumlah transaksi. Dengan turunnya IR, seorang analis pasar modal bernama Robert Nayoan, menganggap bahwa Indonesia dan BEI adalah firdaus investasi global atau tempat yang menjanjikan bagi para investor. Dengan rendahnya BI rate, mengakibatkan potensi keuntungan dengan menanamkan investasi di Indonesia menjadi meningkat, jika dibandingkan dengan negara sekitar. Dengan BI rate yang turun, menaikkan semangat para investor untuk bangkit dan mencoba untuk menutup kerugian yang terjadi pada periode lalu. Turunnya BI rate dan membaiknya kondisi ekonomi secara global, mengakibatkan sentimen pasar positif terhadap saham-saham di Indonesia secara agregat. Naiknya IHSG juga didorong dengan perekonomian Indonesia yang semakin baik, dimana GDP dan DI di Indonesia meningkat secara signifikan sejak tahun 2009. Dengan naiknya GDP, membantu perusahaan untuk mendapatkan profit dan membuat kesan sustainability bagi para investor. Dengan naiknya IHSG secara signifikan selama setahun, mengakibatkan investor-investor mengalami keuntungan yang cukup signifikan, terutama dari capital gain, selisih antara nilai beli dengan nilai jual. Efek psikologis dari keuntungan tersebut, mengakibatkan para investor untuk terus melakukan transaksi dan mendapat keuntungan, sehingga permintaan pada pasar modal menjadi meningkat drastis. Dari peningkatan permintaan tersebut, mengakibatkan naiknya nilai-nilai saham secara agregat, dan naiknya IHSG. Dari penjelasan singkat pada pergerakan keempat di atas, dapat disimpulkan bahwa BI rate memiliki pengaruh yang kuat dalam pasar modal di Indonesia. Keputusan BI untuk menurunkan BI rate memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap bursa efek di Indonesia. Keputusan BI tersebut mengakibatkan efek domino, dimana timbul efek psikologis dan sentimen positif dari para investor. Tak hanya itu, kenaikan IHSG juga tidak lepas dari membaiknya perekonomian dunia dan Indonesia. Kesimpulan Penjelasan-penjelasan di atas, mulai dari pergerakan kedua hingga keempat, membuat mahasiswa mengambil dua kesimpulan. Kesimpulan tersebut mengenai BI rate dan dampak global terhadap pasar modal di Indonesia. Kesimpulan yang pertama adalah BI rate memang menimbulkan dampak yang signifikan terhadap pasar modal. Dengan turunnya BI rate, mengakibatkan harga saham secara agregat menjadi naik. Selain itu, turunnya BI rate juga memberikan efek domino yang positif.

Kesimpulan kedua adalah pergerakan dalam pasar modal tidak terlepas dari kondisi global. Berbagai peristiwa yang terjadi di dunia mengakibatkan sentimen negatif di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa global sangat memberikan dampak negatif pada pasar modal di Indonesia pada tahun 2009. Namun, bangkitnya pasar modal di Indonesia tidak lepas dari membaiknya perekonomian global, yang memberikan dampak positif. Kondisi pasar modal pada saat ini adalah kondisi yang sangat baik, dimana IHSG berhasil menembus angka 5000. Namun, perlu diperhatikan bahwa terdapat istilah overbuy atau bubble. Hal tersebut terjadi pada Nikkei Index pada tahun 1989, Dow Jones Index pada 1987 dan peristiwa Black October pada pasar modal Amerika pada tahun 1929. Semoga naiknya IHSG bukanlah merupakan bentuk dari overbuy karena sentimen pasar yang terlalu berlebihan, tanpa melihat nilai fundamentalnya.

Lampiran

Gambar 1 Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Sumber: http://finance.yahoo.com/

Gambar 2 Pergerakan Produk Domestik Bruto Indonesia Sumber: World Bank

Ekuilibrium IS-LM (2005-2011)


14.00% 12.00% 10.00%

BI Rate

8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00

Nominal GDP (Trillion IDR)

Gambar 3 Ekuilibrium IS-LM Tahun 2005-2011 Sumber: Dioleh sendiri oleh Penulis

Periode BI Rate July 2005 Desember 2005 8.5% - 12.75% Desember 2005 April 2006 12.75% April 2006 Januari 2008 12.75% - 8.0% Januari 2008 Oktober 2008 8.0% - 9.5% Oktober 2008 September 2009 9.5% - 6.5% Oktober 2009 Desember 2011 6.25% Tabel 1 BI Rate Indonesia Secara Umum Tahun 2005 2011 Sumber: http://www.bi.go.id/

Daftar Referensi
IDX. (n.d.). Sejarah: Bursa Efek Indonesia. Retrieved May 5, 2013, from Indonesia Stock Exchange: http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/sejarah.aspx NYSE. (2012). Time Line History. Retrieved May 5, 2013, from NYSE Euronext: http://www.nyse.com/about/history/timeline_trading.html

Anda mungkin juga menyukai