Anda di halaman 1dari 17

Kumpulan Abstrak Tesis Semester Gasal 2010/2011 Pendidikan Matematika (MAT)

152 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Program Studi S2 MAT 153

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Memahamkan Materi Persamaan Kuadrat Pada Siswa Kelas X SMK Negeri I Blitar Adhinata Ronald
Adhinata Ronald, 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Memahamkan Materi Persamaan Kuadrat Pada Siswa Kelas X SMK Negeri I Blitar . Tesis Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si dan (II) Dr. I Nengah Parta, M.Si

Abstrak
Berdasarkan pengalaman peneliti, hasil tes yang menunjukkan bahwa materi Persamaan Kuadrat pada tahun pelajaran sebelumnya belum mencapai ketuntasan klasikal, karakteristik siswa SMK Negeri I Blitar, dan hasil diskusi dengan guru matematika SMK tersebut maka diperlukan suatu cara dalam upaya memahamkan siswa tentang materi Persamaan Kuadrat yang salah satunya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan desain pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dapat memahamkan siswa tentang materi Persamaan Kuadrat. Hasil Penelitian di SMK Negeri I Blitar menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan langkah-langkah pembentukan kelompok asal, pembentukan kelompok ahli, penyajian materi oleh guru, penyajian tugas oleh guru, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, kuis/tes, dan pemberian penghargaan kelompok. Pada siklus I hasil pengamatan aktivitas siswa rata-rata sebesar 84 % atau berada pada kategori baik, sedangkan pada siklus II aktivitas siswa rata-rata sebesar 87,34% atau berada pada kategori baik. Nilai akhir pada siklus I siswa yang tuntas adalah 86,11%, sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebesar 91,67 %. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sangat positif yang berarti siswa merasa bahwa belajar kooperatif tipe Jigsaw adalah menyenangkan, tidak membosankan, dan dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Dari data di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikatakan berhasil. Saran yang diberikan adalah (1) Bagi pengajar (guru) yang akan menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw seyogyanya mempertimbangkan hal-hal seperti : kesiapan guru karena pada pembelajaran Jigsaw, para siswa di kelompok asal membahas sub-sub materi yang berbeda-beda, dan ketersediaan waktu yang cukup banyak untuk kegiatan pembelajaran, (2) Bagi peneliti lain yang menginginkan menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw, dapat mengembangkannya lebih lanjut untuk pelajaran matematika pada pokok bahasan yang lain. Kata kunci: kooperatif, jigsaw, memahamkan, persamaan kuadrat

Cooperative Learning Type of Jigsaw for Understanding Material of Quadratic Equations On a Class X student of SMK Negeri I Blitar Adhinata Ronald
Adhinata Ronald, 2010. Cooperative Learning Type of Jigsaw for Understanding Material of Quadratic Equations On a Class X student of SMK Negeri I Blitar. Thesis Mathematics Education Department, Post Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Toto Nusantara, M. Si and (II) Dr. I Nengah Parta, M. Si

Abstract
Based on the experiences of researchers, the results of tests showing that the material quadratic equation in the previous school year has not yet reached the classical completeness, characteristics of Vocational High school I Blitar, and the results of discussions with the vocational school math teacher, we need a way in an effort to assimilate the students about the wrong material Quadratic Equations only through the Jigsaw cooperative learning type. The purpose of the study is to describe the type of Jigsaw cooperative learning design that can hang students about the material Quadratic Equations. Research in Vocational High School I Blitar showed that the Jigsaw cooperative learning type with the steps forming the original group, the formation of expert groups,

154 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

the presentation of material by teachers, the presentation of the task by the teacher, the expert group discussion, group discussion of origin, quizzes / tests, and awards group. In the first cycle observations of student activity by an average of 84% or better is in the category, while in the second cycle of student activity by an average of 87.34% or is in the good category. The final value in the first cycle of students who completed is 86.11%, while in the second cycle students who finished at 91.67%. Students' response to the type of Jigsaw cooperative learning was very positive, which means students feel that learning cooperative Jigsaw type is fun, not boring, and can enable students in learning. From the above data indicate that the type of Jigsaw cooperative learning is successful. Advice given is (1) For educators (teachers) who will use the study should consider the type of Jigsaw such things as: the readiness of teachers for the learning of Jigsaw, the students in groups to discuss the origin of sub-sub material that is different, and the availability of enough time for learning activities, (2) For other researchers who want to use a Jigsaw type of learning, to develop it further for math lessons in other subjects. Keywords: cooperative, jigsaw, understanding, quadratic equations

Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Multimedia Interaktif pada Mata Kuliah Teori Graph untuk Pembelajaran Matematika Berbasis Digital Sikky El. Walida
Walida, Sikky El. 2010. Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Multimedia Interaktif pada Mata Kuliah Teori Graph untuk Pembelajaran Matematika Berbasis Digital. Tesis. Jurusan Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Drs. Purwanto, Ph.D., (II) Drs. Muchtar Abdul Karim, M.A.

Abstrak
Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Teori Graph dapat dilakukan dengan bahan ajar yang dapat mendukung mahasiswa dalam memahami graph melalui media audio-visual. Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar dalam bentuk Multimedia Interaktif dalam rangka meningkatkan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Teori Graph . Pemilihan model pengembangan bahan ajar Dick dan Carey dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematis berdasarkan landasan teoritis desain pembelajaran. Prosedur pengembangan dalam pengembangan bahan ajar ini terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) menentukan mata kuliah yang akan dikembangkan, (2) mengidentifikasi silabusnya, (3) mengembangkan bahan ajar, dan (4) mendesain dan melakukan evaluasi formatif. Data yang telah dikumpulkan melalui serangkaian evaluasi formatif dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) dua data dari evaluasi pertama berupa data hasil review ahli materi dan ahli media, (2) dua data dari evaluasi tahap kedua berupa data hasil review uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil, dan (3) dua data dari hasil uji lapangan berupa data hasil review dan data hasil tes mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah angket, wawancara berstruktur, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif. Setelah dikonversikan dengan tingkat validitas, ahli materi menilai bahwa bahan ajar ini termasuk dalam kriteria baik, sedangkan menurut penilaian ahli media, bahan ajar ini termasuk dalam kriteria sangat baik. Persentase keseluruhan angket pada uji coba kelompok kecil menunjukkan rerata 78,30%, yang berarti bahwa bahan ajar berada dalam kriteria baik. Rerata persentase angket penilaian mahasiswa terhadap bahan ajar dalam uji coba lapangan adalah 77,65%. Setelah dikonversikan dengan tabel tingkat validitas menunjukkan bahwa bahan ajar ini berada dalam kriteria baik. Setelah melalui serangkaian uji coba, menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan ini layak digunakan dalam mata kuliah Teori Graph. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil belajar mahasiswa sebelum pembelajaran (pretes) dengan skor rata-rata 61,31 dan sesudah pembelajaran (postes) dengan skor rata-rata 85,31, dimana ada kenaikan perolehan skor sebesar 24,00. Dengan demikian, produk bahan ajar yang dihasilkan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa. Kata kunci: multimedia interaktif, media audio-visual, teori graph.

Program Studi S2 MAT 155

A Development of Interactive Multimedia Learning on Graph Theory for Digital-Based Mathematical Learning Sikky El. Walida
Walida, Sikky El. 2010. A Development of Interactive Multimedia Learning on Graph Theory for DigitalBased Mathematical Learning. Thesis. Dept. of Math Education, Post Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Prof. Drs. Purwanto, Ph.D, (II) Drs. Muchtar Abdul Karim, M.A.

Abstract
One of the ways to improve the learning quality on Graph Theory can be done by providing some good materials. The objective of this research and development is to develop the learning materials in an interactive multimedia, aimed at increasing the performance of students learning especially on Graph Theory. The research and development model by Dick and Carey is adopted for its theoretical-based systematic design. The researchs procedure consists of four stages, i.e. (1) deciding the materials to develop, (2) identify the syllabi, (3) develop the material, and 4) design and conduct a formative evaluation. The data collected through three stages, were are follows: (1) two groups of data taken from the first evaluation, i.e. the data of review from the material and media experts, (2) two groups of data taken from the second evaluation, i.e. the data collected from the review of individual trial and small group trial, and (3) two groups of data taken from the field trial, i.e. the review result and the result of the student tests. The instruments use to collect data are questionnaire, structured interview, and test. The technique of data analysis is qualitative descriptive analysis and statistical descriptive analysis. Having been converted into validity scale, the material is judged by the material expert to have a good criterion. According to the media expert, the material is included in a very good category. The percentage of the survey for the small group is 78,30%, indicating that the material is categorized to have a good criterion. The mean of student judgment to the material in the field trial as seen from the survey is 77,65%. From the conversion into the validity scale, the material is included in a good criterion. Undergoing a series of trials, the learning material is properly used as guide in Graph Theory. Moreover, seen from the result of effectiveness, formerly students gained score 61,31 in average, while after they used the learning material, they reached 85,31 in average. The increase score is 24,00. To sum up, the material as the product of the study has contributed significantly to the improvement of the students achievement. Keywords: interactive multimedia, audio-visual media, graph theory.

Pengembangan Paket Pembelajaran Berbantuan Komputer Materi Sudut Pada Ruang Dimensi Tiga untuk Siswa Kelas X SMAN 1 Ngantang Kab. Malang Shinta Wulandari
Shinta Wulandari. 2010. Pengembangan Paket Pembelajaran Berbantuan Komputer Materi Sudut Pada Ruang Dimensi Tiga untuk Siswa Kelas X SMAN 1 Ngantang Kab. Malang. Tesis, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc (II) Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D

Abstrak
Berawal dari adanya kesenjangan yang ada antara kondisi ideal dan kondisi real berkaitan dengan pembelajaran materi sudut pada bangun ruang, yaitu (1) Belum dimanfaatkannya komputer untuk pembelajaran matematika, padahal sebagian besar SMA telah tersedia komputer dan dengan kelebihan yang dimiliki komputer seharusnya saat ini komputer sudah dimanfaatkan untuk pembelajaran secara optimal, (2) Belum tersedianya paket PBK materi sudut pada bangun ruang sebagai alternatif pembelajaran matematika, padahal saat ini sudah tersedia perangkat lunak yang dapat memvisualisasikan gambar yang disertai dengan animasi yang menarik, (3) adanya kesulitan siswa untuk memahami materi sudut pada bangun ruang tanpa bantuan media lain dan terbatasnya jam belajar di kelas maka pengembangan paket pembelajaran sudut pada ruang dimensi tiga dibuat. Pengembangan ini bertujuan untuk menyediakan paket pembelajaran sudut pada

156 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

ruang dimensi tiga memanfaatkan komputer yang dapat dimanfaatkan untuk belajar mandiri siswa di SMA Negeri 1 Ngantang Kabupaten Malang sehingga kesulitan siswa dalam belajar sudut pada ruang dimensi tiga dapat diminimalkan. Paket pembelajaran dikembangkan berdasarkan tahapan Alessi dan Trollip yang terdiri dari 10 tahapan yaitu (1) menentukan tujuan dan kebutuhan, (2) mengumpulkan bahan acuan, (3) mempelajari materi, (4) mengembangkan ide (brainstorming), (5) mendesain pelajaran, (6) membuat bagan alir (flowchart), (7) membuat storyboard tampilan, (8) memprogram materi, (9) membuat materi pendukung, (10) melakukan evaluasi dan revisi. Model yang digunakan adalah tutorial bercabang dengan kontrol sepenuhnya kepada siswa. Penyajian informasi pada tutorial berdasarkan tahapan berpikir Van Hiele. Paket pembelajaran telah dinilai oleh ahli materi, ahli teknologi pembelajaran, ahli pemrograman dan guru matematika. Setelah dilakukan revisi, selanjutnya diujicobakan ke siswa SMAN 1 Ngantang Kab. Malang. Hasil uji coba perorangan diperoleh informasi bahwa paket pembelajaran sudut pada ruang dimensi tiga mudah untuk dioperasikan yaitu 93 % siswa menyatakan bahwa paket pembelajaran mudah untuk dioperasikan atau berada pada kategori sangat valid. Informasi lain adalah paket pembelajaran sudut pada ruang dimensi tiga disukai oleh siswa yaitu sebesar 80% siswa senang dengan tampilannya atau berada pada kategori valid, 75% menyatakan senang dengan gambar-gambarnya atau berada pada kategori valid, 86% tertantang untuk belajar lebih baik atau berada pada kategori sangat valid serta penilaian pencapaian sebesar 80 % atau dalam kategori valid. Spesifikasi produk yang diharapkan telah tercapai yaitu : Tipe paket pembelajaran adalah tutorial bercabang(branching tutorial), yang disimpan dalam bentuk CD ( compact disk), sehingga dapat dibawa siswa dan dapat dipelajari secara mandiri, paket pembelajaran memuat materi utama yaitu sudut antara garis dengan garis dan sudut antara garis dengan bidang, penjelasan materi disertai dengan sajian gambar animasi yang berkaitan materi sudut dengan memperhatikan kombinasi warna dan tulisan, paket dapat dijalankan pada komputer dengan spesifikasi minimal Windows 98, prosessor minimal 600MHz, RAM minimal 256 Mbyte, resolusi minimal 800 x 600, CD-ROM minimal 24x, VGA minimal 16 bit, sistem menu yang digunakan adalah dalam bentuk jendela (window), menu dapat dipilih dengan menggunakan tetikus(mouse), pembelajaran dalam paket ini disesuaikan dengan tahap-tahap berpikir Van Hiele yang meliputi tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor). Kata kunci : pengembangan, pembelajaran berbantuan komputer, sudut pada ruang dimensi tiga

Development of Package of Computer Assisted Instruction of Angle at Dimension Three for the Student Of Class of X SMAN 1 Ngantang Kab. Malang Shinta Wulandari
Shinta Wulandari. 2010. Development of Package of Computer Assisted Instruction of Angle at Dimension Three for the Student Of Class of X SMAN 1 Ngantang Kab. Malang. Thesis. Study Program of Mathematics Education, Postgraduate Program, State University of Malang. Advisors: ( I) Prof. Drs. Gatot Muhsetyo, M.Sc ( II) Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D

Abstract
Early from existence of existing difference between ideal condition and condition of real relate to the study of angle at dimension three, that is ( 1) Not yet exploited of computer for the study of mathematics, though most SMA have been made available a computer and with the excess had [by] the computer ought to in this time computer have been exploited for the study of in an optimal fashion, ( 2) Not yet made available of package of Computer Assissted Instruction of angle at dimension three alternatively mathematics study, though in this time have been made available a software able to visualizing the picture accompanied with the interesting animation, ( 3) existence of student difficulty to comprehend the angle at dimension three unassisted other media and the limited learn in class. This development aim to to provide the package of Computer Assisted Instruction (CAI) of Angle at Dimension Three for the autodidact of student in SMAN 1 Ngantang Kabupaten Malang. CAI package developed by pursuant to step of Alessi and Trollip consisted of 10 step that is ( 1) determine need and goals, ( 2) collect resources, (3) learn the content, ( 4) generate ideas ( brainstorming), ( 5) design, ( 6)flowcharting, ( 7) storyboarding, ( 8) programming, ( 9) support materials, ( 10) evaluation. The development model is branching tutorial with the control fully to student. Information presentation pursuant to step by Van Hiele. CAI package have been assessed by materials expert, study technologist, expert of programming and mathematics teacher. After revised, hereinafter pilot testing to student SMAN 1 Ngantang Kab. Malang.

Program Studi S2 MAT 157

Result of individualness test-drive obtained information that CAI package of angle at dimension three is easy to operated that is 93 % student express that easy CAI package to be operated or reside in category very valid. Other information is 80% student like with its appearance or reside in valid category, 75% expressing to like with its pictures or reside in valid category, 86% challenged to learn better or reside in category very valid and also attainment assessment equal to 80 % or in valid category. Specification of product expected have been reached that is : type of CAI Package is branching tutorial, CAI package kept in the form of CD ( compact disk), so that can be brought a student and can be studied self-supportingly, CAI package load the especial items that is angle between two lines with the line and angle between line with the area, package can be run with the minimum specification Windows 98, minimum prosessor 600MHz, Minimum louvre 256 Mbyte, minimum resolution 800 x 600, Minimum CDROM 24x, Minimum VGA 16 beet, menu system used in the form of window, eligible menu by using mouse, study in this package adapted for a phase think the Van Hiele covering phase 0 ( visualisation), phase 1 ( analysis) and phase 2 ( informal deduction). Keyword: development, computer assisted instruction, angle at dimension three

Pembelajaran Menggunakan Peta Konsep melalui Strategi Learning Cycle dalam Upaya Membangun Pemahaman Fungsi Kuadrat dan Grafiknya Islamijati Setyaningsih
Islamijati Setyaningsih, 2010. Pembelajaran Menggunakan Peta Konsep melalui Strategi Learning Cycle dalam Upaya Membangun Pemahaman Fungsi Kuadrat dan Grafiknya. Tesis, Jurusan Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I)Dr. Edy Bambang Irawan, M.pd, (II) Dr. Makbul Muksar, M.Si

Abstrak
Penelitian ini didasari rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika, khususnya pada materi fungsi kuadrat dan grafiknya. Diduga kuat salah satu penyebabnya adalah pembelajaran masih terpusat pada guru. Bentuk pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa kurang berpeluang untuk mengembangkan kreatifitas berpikirnya. Akibatnya siswa belajar menghafal tanpa mengetahui makna yang dipelajarinya. Keadaan ini merupakan masalah yang perlu dicarikan penyelesaiannya. Salah satu penyelesaiannya yang dianggap tepat adalah menerapkan pembelajaran menggunakan peta konsep melalui strategi learning cycle. Masalah penelitian ini adalah, (1) bagaimana pembelajaran menggunakan peta konsep melaui strategi learning cycle dalam upaya membangun pemahaman fungsi kuadrat dan grafiknya, yang dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Malang terhadap fungsi kuadrat dan grafiknya?, (2) bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan peta konsep melalui strategi learning cycle?. Tujuan penelitian ini adalah, untuk (1) memperoleh gambaran secara rinci dan mendalam pembelajaran menggunakan peta konsep melalui strategi learning cycle yang dapat membangun pemahaman siswa terhadap konsep fungsi kuadrat dan grafiknya, (2) mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan peta konsep melaui strategi learning cycle. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenisnya penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian ini dilaksanakan 2 siklus tindakan. Pada masing-masing siklus dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus tindakan I pembelajaran untuk pemahaman konsep fungsi atau pemetaan, pemahaman menggambar grafik fungsi kuadrat dengan bantuan tabel, pemahaman menggambar grafik fungsi kuadrat secara umum, menggambar fungsi kuadrat dengan translasi dan pada siklus tindakan II pembelajaran untuk pemahaman sifat-sifat fungsi kuadrat dan pemahaman konsep membaca grafik fungsi kuadrat dan menentukan persamaan fungsi kuadrat jika diketahui persamaannya. Adapun indikator keberhasilannya adalah Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan, Ketepatan waktu melakukan kegiatan exploration (mengerjakan LKS), interaksi antar siswa dalam bekerja kelompok, kemampuan siswa dalan membuat peta konsep secara individu, ketuntasan hasil belajar klasikal yaitu lebih dari atau sama dengan 85% yang mendapat skor lebih atau sama dengan 7,5 dengan skor maksimum 10. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran menggunakan peta konsep melalui strategi learning cycle bagi Siswa kelas X-2 SMAN 1 Malang dapat membangun pemahaman fungsi kuadrat dan grafiknya. Pembelajaran menggunakan peta konsep melalui strategi learning cycle terdiri dari 8 tahap

158 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

yaitu: (1) memberikan orientasi tentang pembelajaran; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran; (3) memotivasi ; (4) Fase eksplorasi: a).Pengkaitan materi prasya rat dengan materi yang dipelajari. b).Menemukan konsep dan memahaminya. (5) Fase eksplanasi: a).Siswa membuat Peta Konsep b).Siswa mempresentasikan Peta konsep yang siswa buat (6) Fase elaborasi : a).Siswa dengan Siswa berdiskusi membuat peta konsep kelom pok dan mempresentasikanya. b). Menerapkan pema hamnya untuk menyelesaikan soal-soal dalam kehidupan sehari-hari; (7)Guru mengarahkan Siswa untuk membuat kesimpulan; (8) Guru melakukan evaluasi. Hasil penelitian dilihat dari hasil observasi, hasil tes akhir siklus, hasil pembuatan peta konsep, dan wawancara. Hasil observasi pada kategori sangat baik yaitu kualitas proses belajar yang tampak keaktifan siswa mengajukan pertanyaan ketika proses belajar berlangsung, keaktifan siswa memberikan tanggapan pertanyaan siswa dan guru, keaktifan siswa terlibat dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas, dan hasil kerja individu maupun kelompok diselesaikan tepat waktu. Dari hasil tes akhir siklus, Sangat memuaskan, yaitu presentase ketuntasan belajar klasikal (TB) sebesar 97,4%, dengan presentase sebesar 97,4% menujukkan bahwa siswa dapat membangun pemahaman fungsi kuarat dan grafiknya. Dari hasil wawancara menujukkan bahwa Siswa dapat membangun pemahaman fungsi kuadrat dan grafiknya dengan pembelajaran menggunakan peta konsep melalui learning cycle. Ditunjukan dengan siswa dapat menjelaskan dengan katakatanya sendiri apa yang di tulisnya. Fakto-faktor penghambat yang peniliti rasakan dalam pembelajaran menggunakan peta konsep melalui strategi learning cycle adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan materi fungsi kuadrat dan grafiknya menjadi bertambah. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat dikemukakan dan perlu dipertimbangkan adalah pembelajaran menggunakan peta konsep melalui strategi learning cycle, merupakan salah satu bentuk pembelajaran alternatif yang dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih strategi pembelajaran. Kata kunci : pembelajaran, peta konsep, learning cycle, fungsi kuadrat dan grafiknya.

The Instruction of Using Concept Mapping through Learning Cycle Strategy to Build the Understanding of Quadratic Function and its Graphic Islamijati Setyaningsih
Islamijati Setyaningsih, 2010. The Instruction of Using Concept Mapping through Learning Cycle Strategy to Build the Understanding of Quadratic Function and its Graphic. Thesis, Department of Mathematics Education, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Dr. Edy Bambang Irawan, M.Pd (II) Dr. Makbul Muksar, M.Si

Abstract
This study is based on the students low understanding of mathematical concepts, particularly quadratic function and its graphic topic. It is strongly assumed that one of the factors is the teacher-centered instruction. In fact, this typical instruction does not give students opportunities to develop their critical and creative thinking. Accordingly, students learn only by memorizing, without understanding the intended meanings. This circumstance becomes a problem that needs a solution. One of the appropriate solutions is by applying the instruction by using concept mapping through learning cycle strategy. The research problems in this study are formulated as follows:(1) how is the instruction by using concept mapping through learning cycle strategy to build the understanding of quadratic function and its graphic, can improve the tenth grade students understanding of quadratic function and its graphic at SMA Negeri1 Malang? And (2) how is the students learning outcome after they follow the instruction by using concept mapping through learning cycle strategy? The objectives of this study are as follows: (1) to obtain detailed and in-depth description about the instruction by using concept mapping through learning cycle strategy to build the students understanding of quadratic function and its graphic. (2) to know the students learning outcomes after they follow the instruction by using concept mapping through learning cycle strategy. This study is a classroom action research with a qualitative approach. There are two cycles used in this study. In each cycle, three steps are carried out: planning, action, observation, and reflection. The cycle 1 is intended to teach students to understand function concepts or mapping, drawing quadratic function of graphic through tables, drawing quadratic function of graphic in general, and drawing quadratic function by translation. The cycle 2 is specified to teach students to understand the features of quadratic functions and the

Program Studi S2 MAT 159

concepts of reading quadratic function of graphic and to determine the equation of quadratic function if the equation is given. The indicators of success are (1) students activeness in asking questions, punctuality in exploration (doing worksheets), interaction among students in group works, abilities to make concept mappings individually, the learning outcomes, that is 85% or more than 85% students get a score of 7.5 with maximum score 10. The findings show that the instruction by using concept mapping through learning cycle strategy to build the understanding of quadratic function and its graphic, can improve the tenth grade students understanding of quadratic function and its graphic at SMA Negeri1 Malang. The instruction by using concept mapping through learning cycle strategy consists of eight steps: (1) giving orientation about the instruction; (2) introducing the learning objectives; (3) motivating; (4) exploration: a) relating the previous topics with the new topics; b) finding and understanding concepts; (5) explanation: a) student make concept mapping; b) students present the concept mapping; (6) elaboration: a) students discuss how to make concept mapping in groups and present it to the class; b) students apply their understanding to overcome daily problems; (7) teachers guide students to draw conclusions; (8) teachers conduct evaluations. The findings are concluded from the results of observations, final tests, creation of concept mapping, and interviews. The observation result shows that the quality of teaching and learning process is very good. Students actively participate in asking questions, giving opinions and ideas, discussing with students in any groups, and finishing individual and group works on time. From the final test, the students learning outcome is 97.4 % or very satisfactory. This percentage indicates that students can understand of quadratic function and its graphic. The interviews also show that students can understand quadratic function and its graphic by using concept mapping through learning cycle strategy. They can explain what they write in their own words. The factor affecting application of concept mapping through learning cycle strategy is the need to add more time to teach the topic about Quadratic Function and its Graphic. Based on the research findings, a suggestion is proposed, namely the instruction using concept mapping through learning cycle strategy to build the understanding of quadratic function and its graphic is an alternative to be used to improve students learning, especially to improve the understanding of quadratic function and its graphic. Keywords: learning, concept mapping, learning cycle, quadratic function and its graphic.

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk memahamkan Operasi Bilangan Bulat pada siswa kelas VII SMPN 5 Malang Lestari Hendri
Lestari Hendri. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk memahamkan Operasi Bilangan Bulat pada siswa kelas VII SMPN 5 Malang . Tesis, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing (1) Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si (2) Dr. Sri Mulyati, M.Pd.

Abstrak
Pembelajaran yang memberikan pebelajar aktif membangun pengetahuan matematika secara bermakna dapat terwujud dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran Kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang bersifat heterogen dalam kemampuan akademik dan jenis kelamin. Adanya nilai rata-rata ulangan harian matematika pada materi operasi bilangan bulat yang selalu kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) setiap tahun berdasarkan pengalaman pengajar yang mengajar selama bertahun-tahun dan pengakuan beberapa praktisi pendidikan matematika dilapangan, dapat diketahui bahwa siswa SMP Negeri 5 Malang kurang memahami secara baik dan benar materi operasi bilangan bulat. Keprihatinan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif yang difokuskan pada (1) operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (2) operasi perkalian dan pembagian bilangan bulat. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran konstruktivis. Oleh karena itu penyajiannya di kelas diupayakan agar siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri. Pengetahuan selanjutnya di bangun oleh siswa dengan cara bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok. Setiap siswa di tuntut untuk saling bekerja sama. Setidaknya ada dua manfaat yang dapat

160 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

diperoleh dalam pembelajaran kooperatif yaitu manfaat akademik dan manfaat sosial. Secara akademik siswa meningkatkan pemahaman materi, secara sosial siswa belajar hidup bermasyarakat. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaan kooperatif tipe STAD. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas dan sikap antusias mereka ketika mengerjakan soal-soal dalam lembar kerja operasi bilangan bulat. Hasil belajar siswa yang di ukur melalui tes individu setiap akhir tindakan telah menunjukkan bahwa siswa telah memahami materi dengan baik. Bertitik tolak dari temuan penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat meningkatkan pembelajaran sebagai berikut (1) menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai suatu pembelajaran alternatif yang layak dipertimbangkan (2) mengembangkan penelitian ini di kelas atau dalam jenjang lainnya dengan mengambil materi yang lebih luas agar hasil penelitian lebih lengkap dan mendalam (3) penyusunan LKS harus cermat dan hati-hati karena memungkinkan LKS yang di susun justru akan mematikan kreativitas siswa. Sebaiknya LKS di susun secara garis besarnya saja dan tidak terlalu menuntun langkah yang harus dilakukan siswa. Kata kunci : pembelajaran, kooperatif tipe STAD, operasi bilangan bulat.

The Implementation of Type STAD Cooperative Learning for Understanding Operation Integer in SMPN 5 Malang Lestari Hendri
Lestari Hendri. 2011. The Implementation of Type STAD Cooperative Learning for Understanding Operation Integer in SMPN 5 Malang. Thesis, Mathematics Study Program, Graduate Program, State University of Malang. Advisors (1) Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si (2) Dr. Sri Mulyati, M.Pd.

Abstract
Learning that provides learners actively construct knowledge in meaningful mathematics can be realized in cooperative learning. Cooperative learning is the simplest type of cooperative learning STAD (Student Teams Achievement Divisions). STAD Cooperative Learning is a type of cooperative learning that divides students into small groups consisting of 4-5 students who are heterogeneous in academic ability and gender. The existence of the average daily tests on materials math integer operations is always less than KKM each year based on the experience of teachers who taught for many years and the recognition of some practitioners in the field of mathematics education, it is known that the student SMP Negeri 5 unfortunate lack of understanding in good and proper materials integer operations. These concerns encourage the authors to conduct classroom action research with a qualitative approach that is focused on (1) the operation of addition and subtraction of integers (2) multiplication and division of integers. STAD Cooperative Learning is one type of constructivist learning strategies. Therefore, the presentation in class for students actively sought to build his own knowledge. Further knowledge is built by students in a way working together with friends in one group. Every student in the demand for mutual cooperation. There are at least two benefits that can be obtained in the benefits of cooperative learning academic and social benefits. In academic students improve understanding of the material, students learn to live socially in a society. Based on the evaluation process and evaluation of learning outcomes in every integer operation can be argued that learning in action 1, both process and result of learning is good. This is evident from the observation that students work together in groups, students dare to ask the fellow members of the group and have a good understanding of the material. Similarly, the learning action 2, the process and the results are very good. Students give each other feedback and giving an explanation to his friend. Based on the findings of this study, some suggestions are expected to improve learning as follows (1) makes the type STAD cooperative learning as a learning alternative worth considering (2) to develop this research in the classroom or in other ladder by taking a broader material for the results of more complete and in-depth research (3) preparation of worksheets must carefully and cautiously because it allows the worksheets that the flats would turn off the creativity of students. Should worksheets in flats in outline only and is not to do the student. Keywords: learning, cooperative STAD type, integer operations.

Program Studi S2 MAT 161

Proses Berpikir Mahasiswa dalam Mengkonstruksi Bukti dengan Induksi Matematika di IAIN Mataram ditinjau dari Teori Pemrosesan Informasi Asna, Romiyati
Asna, Romiyati. 2010. Proses Berpikir Mahasiswa dalam Mengkonstruksi Bukti dengan Induksi Matematika di IAIN Mataram ditinjau dari Teori Pemrosesan Informasi. Tesis, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Subanji, M. Si, (II) Dr. Makbul Muksar, M. Si.

Abstrak
Dalam mempelajari matematika diperlukan kemampuan berpikir dan bernalar tinggi pada diri mahasiswa. Salah satu objek dalam matematika yang sangat memerlukan kemampuan berpikir tinggi adalah proses konstruksi bukti dengan induksi matematika. Proses konstruksi bukti dengan induksi matematika merupakan suatu proses yang kompleks dan membutuhkan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan berpikir dalam proses pengerjaannya. Salah satu teori yang mengkaji tentang proses berpikir seseorang adalah teori pemrosesan informasi. Teori pemrosesan informasi merupakan salah satu tipe teori belajar kognitif, yang mengkaji secara detail dan mendalam tentang hubungan antara bagian-bagian informasi sejak diterimanya informasi dari lingkungan sampai tersimpannya informasi tersebut secara permanen dalam pikiran seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir mahasiswa dalam pengkonstruksian bukti dengan induksi matematika ditinjau dari teori pemrosesan informasi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode Think Aloud yaitu peneliti memberikan masalah kepada mahasiswa untuk diselesaikan, dan dalam proses menyelesaikan masalah tersebut mahasiswa mengungkapkan secara keras apa yang sedang mereka pikirkan. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa proses berpikir mahasiswa IAIN Mataram dalam mengkonstruksi bukti berawal dari adanya informasi dari lingkungan berupa soal pembuktian. Soal pembuktian terdiri dari tiga soal yaitu

i = 1 + 2 + 3 + ... + n = 2 n(n + 1) , 6 membagi


i =1

7 n 1 dan

selanjutnya dimasukkan ke dalam sensory register melalui indra penglihatan dan pendengaran. Kemudian terjadi pengolahan untuk menyaring informasi mana yang perlu dan tidak perlu untuk diberi perhatian. Attention yang terjadi, terfokus pada soal secara lengkap yaitu bentuk S(n) dari ketiga soal dan perintah penggunaan induksi matematika yang ditunjukkan dengan munculnya persepsi tentang rangsangan yang sesuai dengan informasi yang sudah diberi perhatian yaitu penyelesaian soal dilakukan dengan induksi matematika. Didalam short term memory, konstruksi bukti dengan induksi matematika mulai di proses dengan melakukan retrieval terhadap konsep prinsip induksi matematika. Proses retrieval yang terjadi pada mahasiswa yang tergolong dalam subjek kelompok atas berjalan lancar. Dalam memori jangka panjang subjek kelompok ini, tersimpan pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan oleh memori kerja. Pembuktian kebenaran dengan induksi matematika di interpretasi dengan benar, mulai dari pembuktian kebenaran untuk n=1 sampai n=k+1. Asumsi kebenaran untuk n=k dipahami sebagai dasar pembuktian kebenaran untuk n=k+1 oleh subjek kelompok atas. Berbeda halnya dengan yang terjadi pada subjek kelompok menengah dan bawah. Asumsi kebenaran untuk nilai n=k yang ditulis tidak dilibatkan dalam proses pembuktian kebenaran untuk n=k+1. Proses engkoding yang terjadi pada mahasiswa berupa penguatan terhadap sejumlah konsepkonsep yang sudah di retrieval dari memori jangka panjang. Dari penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, ada beberapa hal yang dapat ditindaklanjuti ke depannya dari penelitian ini diantaranya (1) Perlu adanya penelitian yang lebih banyak dan mendalam lagi tentang proses berpikir terhadap objek-objek matematika yang lain berdasarkan teori pemrosesan informasi; (2) Perlu adanya model pembelajaran yang dapat membantu siswa/mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru agar pengetahuan tersebut dapat tersimpan secara permanen di memori jangka panjang mereka. Kata kunci: proses berpikir, konstruksi bukti, induksi matematika, teori pemrosesan informasi

4n < n 2 7 , n 6 yang instruksi pembuktiannya dengan menggunakan induksi matematika. Informasi

162 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Thinking Processes Students in Constructing Proof by Mathematical Induction at IAIN Mataram in terms of Information Processing Theory Asna, Romiyati
Asna, Romiyati. 2010. Thinking Processes Students in Constructing Proof by Mathematical Induction at IAIN Mataram in terms of Information Processing Theory . Thesis, Mathematics Education Studies Program, Graduate Program, State University of Malang. Advisors: (I) Dr. H. Subanji, M. Si, (II) Dr. Makbul Muksar, M. Si.

Abstract
In studying mathematics needed the ability to think and high reason themselves on a student. One objects in mathematics that are in need of high thinking ability is the process of construction of mathematical proof by induction. The construction process evidence with mathematical induction is a complex process and requires a wide range of knowledge and thinking skills in the process. One theory that examines the process of thinking someone is a theory of information processing. The theory of information processing is one type of cognitive learning theory, which examines in detail and depth of the relationship between the parts of information from the receipt of information from the environment to the storage of such information is permanently in one's mind. This study aimed to describe the thought process of students in the construction of mathematical proof by induction in terms of the theory of information processing. Methods of data collection is done by Think Aloud method which researchers gave the students a problem to be resolved, and in the process of solving the problem of students strongly express what they are thinking. From this research we found that the thought process of students in constructing evidence IAIN Mataram originated from the existence of environmental information in the form of a matter of proof. , the instruction proof using mathematical induction. Questions of proof consists of three questions namely,

i = 1 + 2 + 3 + ... + n = 2 n(n + 1) , 6 share 7


i =1

1 and 4n n 2 7 , n 6

where instruction proof using mathematical induction senses of sight and hearing. Later. Information is included in the sensory register through the senses of sight and hearing. Then there processing to filter out information which is necessary and do not need to be given attention. Than attention is happening, completely focused on the question of the form S (n) of the three questions and orders the use of mathematical induction as indicated by the emergence of the perception of stimuli that match the information that has been given the attention that is problem-solving is done by mathematical induction. In the short term memory, the construction of proof by mathematical induction starting at the process by doing a retrieval on the principle concept of mathematical induction. Retrieval process that occurs in students who are classified in the subject group on running smoothly. In the long term memory the subject of this group stored knowledge required by working memory. Proving the truth with mathematical induction interpreted correctly, from proving the truth for n = 1 to n = k 1. The assumption of truth for n = k is understood as the basis for proving the truth for n = k 1 by a group of subjects. Unlike the case with the subject that occurs in middle and lower groups. The assumption of truth for the value n = k are writing is not involved in the process of proving the truth for n = k 1. Encoding process that occurs in the form of strengthening student against a number of concepts that have been in the retrieval of long-term memory. From research already conducted by the author, there are several things that can be followed up to the front of this research are: It is necessary to study more and more in-depth about the thought process of mathematical objects that others on the basis of information processing theory It needs a learning model that can assist students in acquiring knowledge for knowledge, new knowledge can be stored permanently on their long-term memory. Keywords: process thinking, construction proof, mathematical induction, information processing theory

Program Studi S2 MAT 163

Penerapan Strategi Open Ended Problem Bersetting Kooperatif Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Pemahaman Pecahan Bagi Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Malang Hena Dian Ayu
Ayu, Hena Dian, 2011, Penerapan Strategi Open Ended Problem Bersetting Kooperatif Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Pemahaman Pecahan Bagi Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Malang.Tesis Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Hj.Cholis Sadijah, M.Pd, M.A dan (II) Dr.rer.nat. I Made Sulandra, M.Si.

Abstrak
Bilangan pecahan merupakan materi matematika yang merupakan dasar dalam belajar matematika dan ilmu pelajaran lain. Pada bidang matematika, ilmu pengetahuan lain, maupun dalam kehidupan seharihari, penggunaan bilangan pecahan tidak dapat dihindari. Misalkan besar tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga bank, keuntungan, diskon, kekuatan getaran gempa, pelajaran optik, dan lain sebagainya semuanya dinyatakan dalam bilangan pecahan. Untuk itu penguasaan terhadap materi bilangan pecahan sangat perlu. Pada kenyataannya skor tes materi bilangan pecahan sangat rendah. Kreativitas adalah kemampuan untuk menyusun atau menemukan sesuatu yang baru dalam matematika, merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang memperhatikan fleksibilitas, kefasihan, dan kebaruan dalam memecahkan maupun mengajukan masalah. Kreativitas penting dalam hidup karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, karena perwujudan diri merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Pada kenyataannya pembelajaran yang terjadi selama ini umumnya kurang menekankan bagaimana siswa agar mengkonstruksi pengetahuan dan kreativitasnya. Pembelajaran Open Ended Problem Bersetting Kooperatif merupakan pembelajaran dimana guru menyajikan permasalahan yang mempunyai banyak jawaban, kemudian siswa mendiskusikannya dalam kelompok belajara dan mempresentasikan hasil diskusi serta pada akhirnya guru menyimpulkan hasil diskusi siswa mengenai materi atau konsep apa yang didapatkan siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII-B SMP PGRI 6 Malang pada semester I. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan strategi open ended problem bersetting kooperatif yang dapat meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa?. Tujuan penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah yaitu untuk (1) mendeskripsikan bagaimana penerapan strategi open ended problem bersetting kooperatif yang dapat meningkatkan kreativitas dan pemahaman. Langkah pembelajaran berpijak pada 5 komponen model pembelajaran Joyce dan Weil (1992) yaitu, (1) sintaks, (2) sistem sosial, (3) prinsip reaksi, (4) sistem pendukung, dan (5) dampak instruksional dan pengiring. Sintaks pada pembelajaran ini terdiri dari 6 fase yaitu, (1) orientasi, (2) pembekalan dan penyajian masalah, (3) pengerjaan masalah secara individu, (4) diskusi kelompok, (5) presentasi, dan (6) penutup. Berdasarkan data tes hasil belajar pada Tindakan I dapat disimpulkan untuk pemahaman 63,3% siswa yang memperoleh skor lebih dari 65(tuntas) di bidang pemahaman dan 60% siswa yang mengalami peningkatan skor di atas kategori cukup di bidang kreativitas. Pada Tindakan II untuk pemahaman jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan yaitu 66,67% dan dari segi kreativitas jumlah siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan yaitu 76,67%. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari Tindakan I ke Tindakan II, yaitu dari 59 menjadi 64,3. Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan dari Tindakan I ke Tindakan II yaitu 72,9% (cukup) menjadi 85,42% (baik). Dengan kata lain terdapat peningkatan terhadap aktivitas siswa dari Tindakan I ke Tindakan II. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kreativitas dan pemahaman siswa dengan penerapan strategi open ended problem bersetting kooperatif adalah meningkat. Kata kunci: bilangan pecahan, kreativitas, open ended problem , kooperatif.

164 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Open Ended Problem Inctructions Strategic Cooperative Setting to Improve the Students Creativity and Comprehension in Fractions for the 7th Grade Students of SMP PGRI 6 Malang Hena Dian Ayu
Ayu, Hena Dian, 2011, Open Ended Problem Inctructions Strategic Cooperative Setting to Improve the Students Creativity and Comprehension in Fractions for the 7 th Grade Students of SMP PGRI 6 Malang. Study Program of Mathematics Educations. Thesis, Graduate Program of State University of Malang. Advisors: (1) Dr. Hj. Cholis Sadijah, M.Pd, M.A and (2) Dr. rer.nat. I Made Sulandra, M.Si

Abstract
Fractions is a basic material in learning mathematic and, others subject. It is impossible to avoid the use of fraction in mathematics, other subjects, and also in our daily life. Economic growth, bank interest, profit, discount, earthquake tremor, optical lesson are all about fraction. Thats why students mastery of this lesson is a needed. But, in fact, the score of the student about this thing is still very low. Creativity is the ability to formulate or find something new in mathematics. This is a combination of logical thinking and divergent thinking that is paying more attention to the flexibility, fluency, and actual way in solving or proposing problem. Creativity is something important in life because by creating something people can manifest him/herself; self-realization is one of main-needs in human life. In fact, current learning atmosphere commonly doesnt stress how to make students construct their own knowledge and creativity. Open Ended Problem instruction strategic cooperative setting is a linstructions method where the teacher presents problems with various answers, then the students discussing the answer in a group and presenting their discussion result and finally the teacher conclude the students answer about the topic and what concept the students already found. This research used qualitative approach. The subject of this research is the seventh grade students of Junior High School PGRI 6 semester 1. The research problem of this research is How is the open ended problem instruction strategic in cooperative setting increase the 7 th grade students creativity and comprehension of Junior High School PGRI 6 Malang? The objective of this research is that to describe the learning form through open ended problem instruction strategic cooperative setting to increase the 7 th grade students creativity and comprehension of Junior High School PGRI 6 Malang. The learning steps based on Joyce and Will (1992) 5 components learning model. Those 5 components are (1) syntax, (2) social system, (3) reaction principle, (4) support system, and instructional and the next other impact.Syntax in this learning consists of 6 phases namely, (1) orientation, (2) briefing and presenting problems, (3) problem solving individually, (4) group discussion, (5) presentation, and (6) closing. Based on the test result data from the cycle I can be concluded that in comprehension 63% of students achieve score more than 65 (done) and in creativity 60% of students significantly increased.On cycle II 66,67% students understanding increased (done) and 76,67 students creativity increased. Compared with cycle 1 the mean of the score of the students score in cycle II also increased, from 59 to 64,3. Based on the observation data, the students creativity also increased from 75 (fair) in cycle I to 85,42 (good) in cycle II. In short, there is an improvement from cycle I to cycle II. This research concludes that the students creativity and understanding improvement is achieved through open ended problem learning set in cooperative. Keywords: fraction, creativity, learning using open ended problem, cooperative

Program Studi S2 MAT 165

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika Melalui Realistic Mathematics Education (RME) Pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII MTs Surya Buana Malang Anas Malik
Malik, Anas. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika Melalui Realistic Mathematics Education (RME) Pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII MTs Surya Buana Malang. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Magister (S2) Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. H. Shohibul Kahfi, M.Pd., (II) Dr. rer. nat. I Made Sulandra, M.Si.

Abstrak
Pembelajaran merupakan proses komunikasi, agar pelaksanaannya berjalan efektif diperlukan alat bantu serta penggunaan metode tertentu yang lebih variatif. Idealnya dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya menggunakan metode tertentu agar proses belajar dan kemampuan berpikir logis dan sikap positif siswa terhadap matematika lebih optimal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap guru matematika di MTs Surya Buana Malang, diperoleh fakta bahwa sebagian besar guru belum menggunakan metode pembelajaran yang memadahi dan menerapkan metode-metode yang memotivasi siswa untuk belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan guru selama ini hanya mentransfer pengetahuan melalui buku-buku dengan cara mencatat dan menerangkan. Pembelajaran yang dilakukan guru belum diupayakan berpusat pada siswa. Mencermati berbagai permasalahan tersebut, penelitian tentang meningkatkan kemampuan berpikir logis dan sikap positif siswa terhadap matematika melalui Realistic Mathematics Education (RME) penting untuk dilakukan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai Desember 2008 kelas VIIB di MTs Surya Buana Malang. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan desain mengacu pada model Kemmis dan Taggart yang meliputi: tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis dan sikap positif siswa terhadap matematika melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada materi Aritmatika Sosial. Untuk mengetahui proses tersebut dilakukan pengamatan terhadap sintaks pembelajaran oleh guru dan siswa, sedangkan kemampuan berpikir logis siswa terhadap matematika diketahui melalui kemampuan kognitif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, untuk mengetahui sikap positif dan persepsi siswa terhadap proses pembelajaran melalui Realistic Mathematics Education (RME) digunakan tes skala sikap dan angket persepsi. Adapun model Realistic Mathematics Education (RME) yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah berikut ini. Pertama, Pendahuluan (Kegiatan Awal), meliputi (a) Pra Kegiatan; (b) Apersepsi; (c) Informasi materi dan informasi tujuan; dan Kedua Keadaan Pelaksanaan (Kegiatan inti), mencakup: (1) Penjelasan singkat tentang cara kerja; (2) Pembentukan kelompok/ Kerja individu; (3) Pemberian media pemecahan masalah termasuk LKS; (4) Siswa bekerja dalam kelompok secara berdiskusi sesuai dengan masalah yang harus diselesaikan; dan (5) Berdiskusi dan presentasi kelompok, Ketiga, Penutup (Kegiatan Akhir), mencakup: (a) Pembahasan hasil; (b) Simpulan; (c) Evaluasi; dan (d) refleksi dan pemberian tindak lanjut. Hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan berpikir logis dan sikap positif siswa terhadap matematika melalui Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan proses pembelajaran dari siklus I sebesar 83,3% menjadi 94,3% pada siklus II. Hal ini terjadi karena guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mengacu pada sintaks yang telah ditetapkan dalam program, demikian pula siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh guru. Peningkatan juga terjadi pada kemampuan kognitif subjek penelitian, pada siklus I nilai rata-rata 75,63 meningkat menjadi 84,00 pada siklus II. Hasil tes skala sikap siswa terhadap Realistic Mathematics Education (RME) secara klasikal juga meningkat, dari siklus I sebesar 67,17% menjadi 82,75% pada siklus II. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dengan Realistic Mathematics Education (RME) dapat menciptakan kondisi pembelajaran kondusif. Ketertarikan siswa dalam pembelajaran tersebut dapat dilihat dari hasil angket persepsi yang menunjukkan bahwa sejak awal siklus siswa memiliki persepsi positif terhadap Realistic Mathematics Education (RME). Hasil tes skala sikap siswa terhadap matematika juga meningkat dari hasil tes awal sebesar 7,00% sangat positif menjadi 40% sangat positif. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dilakukannya Realistic Mathematics Education (RME) sikap siswa terhadap matematika meningkat sangat positif. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tindakan ini adalah Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan : 1) proses pembelajaran, 2) kemampuan berpikir logis siswa tehadap

166 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

matematika, 3) persepsi positif bagi siswa, 4) sikap positif siswa tehadap matematika. Dengan demikian disarankan agar pembelajaran materi Aritmatika Sosial dilakukan oleh guru hendaknya menerapkan Realistic Mathematics Education (RME), agar pembelajaran berjalan dengan kondusif. Kata kunci: berpikir logis, sikap positif, realistic mathematics education (RME), aritmatika sosial.

Improving Students Logical Thinking Ability and Positive Attitude of Mathematics Through Realistic Mathematics Education (RME) Learning on Social Arithmetic Materials, 7th Grade at MTs Surya Buana Malang Anas Malik
Malik, Anas. 2010. Improving Students Logical Thinking Ability and Positive Attitude of Mathematics Through Realistic Mathematics Education (RME) Learning on Social Arithmetic Materials, 7th Grade at MTs Surya Buana Malang. Thesis. Post Graduate Program (S2) State University of Malang. Advisors: (I) Drs. H. Shohibul Kahfi, M.Pd., (II) Dr. rer. nat. I Made Sulandra, M.Si.

Abstract
Instruction is a communication process, therefore for its effective implementation, the use of varied tools and specific method is necessary. Ideally, in Mathematics learning, teachers should use certain method to achieve optimum process of learning and logical thinking skills and also positive attitudes of the students on Mathematics learning. Based on the results of interview and observations on mathematics teachers at MTs Surya Buana Malang, it was found the fact that most teachers did not use learning methods which facilitate and employ methods that motivate students to learn. The learning process done by the teacher so far had only transfer knowledge through books using record and explain method. Learning process conducted by the teachers have not attempt to focus on the student. Observing these problems, research on improving the logical thinking and positive attitude of students towards mathematics learning through Realistic Mathematics Education (RME) is important to be done. The experiment was conducted from October to December 2008 at Class VIIB MTS Surya Buana Malang. The type of research is Classroom Action Research (CAR) which was conducted in two cycles with a design based on Kemmis and Taggart models that include: planning stage, action, observation/evaluation and reflection. The research aims to improve logical thinking ability and positive attitude of the students in learning Mathematics through Realistic Mathematics Education (RME) on Social Arithmetic materials. To find out the process, observation on the syntax of learning by teachers and students was carried out, while students logical thinking ability on the Mathematics subject was known through students cognitive abilities during the learning process. In addition to that, to determine students' positive attitudes and perceptions towards the learning process, the scale test of the attitude and perception questionnaire was used in the study of Realistic Mathematics Education (RME). Whereas, the model of Realistic Mathematics Education (RME) applied in this study utilized the following steps: First, the Introduction, consisting of (a) Pre-activity; (b) Apperception; (c) Information on materials and information purposes, and (d) Core Activity, which include: (1) A brief explanation of the work flow; (2) The formation of group/individual work; (3) The provision of media for problem solving including the worksheet, (4) Students work in groups in a discussion based on the problem to be solved, and (5) Group discussion and presentation, Third, Closing (End Activities), consisting of (a) Discussion of the results, (b) Conclusion, (c) Evaluation and (d) reflection and the feedbacks. Results of the research on improving logical thinking ability and positive attitude of the students towards mathematics learning through Realistic Mathematics Education (RME) was proven to enhance the learning process from the first cycle by 83.3% to 94.3% in cycle II. This occurs because in implementing learning activities, the teachers refer to the syntax specified in the program, and similarly, the students, in conducting learning activities, have followed the pattern set by the teacher. The increase also occurred in the cognitive abilities of the research subjects, where in the first cycle the average value of 75.63 increased to 84.00 on the second cycle. The result of scale test on the students' attitudes towards Realistic Mathematics Education (RME) classically has also increased, from the first cycle of 67.17% to 82.75% on the second cycle. These results suggest that learning conducted by the teacher using Realistic Mathematics Education (RME) can create conducive conditions to the learning process. Student's interest in learning can be seen from the perception questionnaire results, which show that since the beginning of the cycle students have positive perceptions on the Realistic Mathematics Education (RME). Attitude scale test results of the students

Program Studi S2 MAT 167

toward Mathematic learning also increased from the initial test result was positive at 7.00% to very positive of 40%. This shows that the learning conducted using Realistic Mathematics Education (RME) had very positively increased student attitudes toward Mathematic learning. Conclusion of this research are Realistic Mathematics Education (RME) can enhance: 1) the learning process, 2) students logical thinking ability of Mathematics, 3) the positive perception for the students, 4) the positive attitude of students on Mathematics. Thus it is suggested that the Social Arithmetic learning materials conducted by teachers should apply the Realistic Mathematics Education (RME) in order to achieve a conducive learning process. Keywords: logical thinking, positive attitude, realistic mathematics education (RME), social arithmatics.

Anda mungkin juga menyukai