1.2 TUJUAN
1.2.1 1.2.2 1.2.3 Mengetahui penjelasan mengenai kelenjar tiroid Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid Mengetahui kelainan fungsi kelenjar tiroid
2.1.1 Simpatomimetika (2 agonist) Obat simpatomimetika merupakan obat yang memiliki aksi serupa dengan aktivitas saraf simpatis. Sistem saraf simpatis memegang peranan penting dalam menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norepinepherine, ephinepherine, isoprotenerol disebut adrenergic. Adrenergic memiliki dua reseptor dan (1 dan 2). Adrenergic menstimulasi reseptor 2 (pada kelenjar dan otot halus bronkus) sehingga terjadi bronkodilatasi. Contoh obat golongan Simpatomimetika (2 agonist) adalah Sanbutamol, Terbutalin, Fenoterol, Prokaterol, Klenbuterol(Spiroipent), Salmeterol, dan Formoterol (Tan Hoan Tjay, 2007). Agonis adrenoseptor paling baik diberikan melalui inhalasi karena cara ini menghasilkan efek local yang paling hebat pada otot polos saluran napas dan mempunyai toksisitas sistemik yang terkecil. Obat-obat agonis adrenoseptor selektif 2 merupakan simpatomimetik yang paling banyak digunakan dalam pengobatan
asma. Agonis adrenoseptor selektif 2 efektif setelah dihirup atau diberikan secara oral dan memiliki masa kerja yang lama (Katzung,2010).
2.1.2 Metilxantin Metilxantin bronkorelaksasinya adalah salah satu golongan bronkodilator reseptor yang daya
diperkirakan
berdasarkan
blockade
adenosine
penggunaanya secara terus menerus pada terapi pemeliharaan efektif mengurangi frekuensi serangan. Pada keadaan akut(injeksi aminofilin dapat dikombinasi dengan obat asma lainnya tetapi kombinasi dengan 2-mimetika hendaknya digunakan dengan khati-hati karena kedua jenis obat saling memperkuat efek obat terhadap jantung. Kombinasinya dengan efedrin (asma solon) tidak meningkatkan efek
bronkodilatasi, sedangkan efeknya terhadap jantung sangat diperkuat. Contoh obat golongan metilxantin adalah Teofilin, Teobromin, dan Kafein. Arti penting teofilin sebagai agen terapetik pada terapi asma telah memudar, karena telah ditemukannya obat yang lebih efektif yakni agen adrenoseptor inhalasi untuk asma akut dan agen antiinflamasi inhalasi untuk asma kronik. Preparat teofilin yang sering digunakan untuk pengobatan adalah aminofilin, suatu kompleks teofilinetilendiamin.
2.1.3 Antikolinergik Obat antikolinergik merupakan obat yang bekerja sebagai alternative jika reseptor 2 dari system adrenergis terhambat. Sebagai bronkodilator antikolinergik merupakan suatu inhibiyor kompetitif asetilkolin yang kuat pada reseptor muskarinik pasca ganglion. Obat-obat antikolinergik merupakan brokodilator yang efektif. Atropin, salah satu obat antikolinergik yang merupakan prototype antagonis kolinergik yang menyebabkna bronkodilatasi bila diberikan intravena dalam dosis yang lebih redah dari yang diperlukan untuk meningkatkan frekuensi denyut jantung. Selektivitas efek atropine dapat lebih ditingkatkan melalui pemberian obat secara inhalasi atau melalui penggunaan derivate ammonium kuartener atropine yang lebih selektif yakni ipratropium bromida. Ipratropium dapat diberikan dalam dosis besar melalui jalur ini karena tidak dabsorbsi dengan baik kedalam sirkulasi dan tidak cepat memasuki susunan saraf pusat. Contoh lain obat-obat antikolonergik seperti tiotropium dan deptropin (Katzung, 2010).
2.2.1 Mekanisme kerja obat Simpatomimetika (2 agonist) Mekanisme kerja obat simpatomimetika adalah melalui stimulus reseptor 2 pada bronkus menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Enzim ini mengubah ATP (Adenosintrifosfat) menjadi cAMP (cyclic-adenosine-monophosphat) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP dalam sel menghasilkan efek bronkodilatasi.Obat simpatomimetika (2 agonist) mempunyai dua aksi yaitu short-acting (salbutamol, terbutalin sulfat, bambuterol hidroklorida, fenoterol hidrobromida) dan long-acting (formeterol fumarat, salmeterol). Obat simpatomimetika (2 agonist) seperti salbutamol dan terbutalin merupakan obat 2 agonist yang paling aman dan paling efektif untuk asma. Serangan asma ringan sampai sedang umumnya memberikan respon secara cepat terhadap pemberian aerosol seperti salbutamol dan terbutalin. Untuk serangan asma yang lebih berat, diperlukan kortikosteroid oral jangka pendek agar asmanya terkontrol. Salmeterol dan formeterol kerjanya lebih panjang (long acting), diberikan secara inhalasi 2xsehari. Salmeterol dan formeterol mampu memberikan manfaat klinis untuk penggunan rutin tetapi tidak dapat dipakai untuk serangan asma akut. Obat simpatomimetika (2 agonist) short-acting tidak boleh diresepkan secara rutin untuk pasien dengan asma ringan atau sedang, karena berbagai uji klinik penggunaannya secara rutin tidak memberikan manfaat klinis (Katzung,2010). 2.2.2 Mekanisme kerja obat Metilxantin Secara invitro, konsentrasi tinggi berbagai metilxantin dapat menghambat family enzim fosfodiesterase. Karena fosfodieterase menghidrolisis siklik nukleotida, penghambatan ini menghasilkan konsentrasi cGMP, dan pada beberapa jaringan, konsentrasi cAMP, intrasel yang lebih tinggi. cAMP bertanggung jawab untuk berbagai fungsi sel, seperti perangsangan fungsi jantung, relaksasi otot polos, penurunan aktivitas imun, dan inflamasi sel-sel tertentu. Dari berbagai isoform fosfodiesterase yang berhasil dikenali, PDE4 tampaknya merupakan isoform fosfodiesterase yang paling berperan langsung dalam kerja metilxantin pada otot polos saluran pernafasan dan pada sel-sel inflamasi. Inhibisi PDE4 dalam sel-sel inflamasi menurunkan pelepasan sitokin dan kemokin dari sel-sel tersebut, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan migrasi dan aktivasi sel imun (Katzung, 2010).
2.2.3 Mekanisme kerja obat Antikolinergik Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada reseptor-reseptor muskarinik secara kompetitif dalam saluran nafas asetilkolin dibebaskan dari ujungujung eferen saraf fagus dan antagonis kolinergik ini secara efektif dapat memblokade peningkatan sekresi mucus yang terjadi sebagai respon terhadap aktivitas fagus. Antikolinergik diperlukan dalam konsentrasi yang tinggi untuk dapat menghambat respon otot polos saluran napas terhadap rangsangan non muskarinik. Dalam dosis yang diberikan obat-obat antikolinergik hanya menghambat bagian respon yang diperantarai oleh reseptor-reseptor muskarinik yang bervariasi sesuai stimulus dan lebih lanjut ternyata bervariasi diantara individu-individu dalam memberikan respon terhadap stimulus yang sama (Katzung, 2010).
Resiko Khusus Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien diabetes. 2. Nama Obat Terbutalin Sulfat Generik = Dagang = Bricasma, Bricasma Durules, Brasmatic, Bintasma, Sobutal Indikasi = Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran nafas yang reversibel Kontra indikasi = Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai Peroral (Tablet, kaptab) = 2,5 mg 3xsehari selama 1-2 minggu, lalu dinaikkan 5mg 2xsehari Anak: 75mcg/kg 3xsehari; 7-15th: 2,5mg 2-3xsehari Injeksi subkutan, intravena lambat = 250-500mcg sampai 4xsehari ; 2-15th: 10mcg/kg sampai max 300mcg Infus intravena = Dalam larutan yang mengandung 3-5mcg/ml, 1,5-5mcg/menit selama 8-10jam Inhalasi aerosol = Dewasa dan anak: 250-500mcg (1-2 hisapan), untuk gejala persisten sampai 3-4xsehari Efek samping Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa sakit pada tempat injeksi intramuskular Resiko khusus Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien diabetes
3. Nama Obat Salmeterol Generik = Dagang = Serevent Inhaler, Serevent Rotadisk Indikasi = Obstruksi saluran nafas reversibel (termasuk asma noktural dan asma karena latihan fisik) pada pasien yang memerlukan terapi bronkodilator jangka lama yang seharusnya juga menjalani pengobatan antiinflamasi inhalasi (kortikosteroid) atau kortikosteroid oral (catatan : salmeterol tidak bisa untuk mengatasi serangan akut dengan cepat, dan pengobatan pengobatan kortikosteroid yang sedang berjalan tidak boleh dikurangi dosisnya atau dihentikan) Kontra indikasi = Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai Inhalasi = 50 mcg (2 hisapan) 2xsehari, hingga 100mcg (4 hisapan) 2xsehari pada obstruksi yang lebih berat. < 4th tidak dianjurkan > 4th 50 mcg (2 hisapan) 2xsehari Efek samping Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa sakit pada tempat injeksi intramuskular Resiko khusus Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien diabetes 4. Nama Obat Formoterol Fumarat Generik = Dagang = Foradil Indikasi = Sama seperti salmeterol
Kontra indikasi = Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai Inhalasi Serbuk = Dewasa : > 18th 12mcg 2xsehari, dapat dinaikkan menjadi 24mcg 2xsehari pada obstruksi jalan nfas yang lebih berat. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18th. Efek samping Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa sakit pada tempat injeksi intramuskular, iritasi orofaring, iritasi konjungtiva atau udem pelupuk mata, mual, insomnia, ruam kulit, dan gangguan pengecapan Resiko khusus Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien diabetes 2.3.2 Golongan Metilxantin Preparat teofilin yang sering digunakan untuk pengobatan adalah aminofilin. 1. Aminofilin Generik = Aminophyllinum Dagang = Phyllocontin, Amicain Indikasi = Meredakan dan mengatasi obstruksi saluran napas yang berhubungan dengan asma bronchial dan penyakit paru kronik lain seperti emfisema dan bronkus kronik. Kontra indikasi = Hipersensitivitas terhadap derivate xantin Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai Tablet = Dosis awal: sehari 2x1 tablet (pagi dan sore), dosis dapat ditingkatkan sehari 2x2 tablet. Efek samping Mual, muntah, diare, palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler, takipnea,hiperglikemia. 9
Resiko khusus = 2.3.3 Golongan Antikolinergik Contoh obat antikolinergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator : 1. Ipratropium Bromida Generik = Ipratropium Br Dagang = Atrovent, Berodual Indikasi = berdaya mengurangi hipersekresi di bronchi dan efektif pada pasien yang mengeluarkan banyak dahak. Sangat efektif sebagai obat pencegah dan pemeliharaan, terutama pada bronchitis kronis Kontra indikasi = Kardiomiopati obstruktif hipertrofi, takiaritmia. Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai Inhalasi = Dosis 3-4 dd(dua kali sehari) 2 semprotan dari 20 mcg (bromida). Efek samping Jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering, mual, nyeri kepala, dan pusing. Resiko khusus Pasien dengan predisposisi glaucoma sudut sempit, hipertrofi prostat, atau obstruksi leher kandung kemih, Fibrosis kitik, tidak digunakan selama triwulan pertama kehamilan, anak <12 tahun,
10
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pejelasan yang telah diuraikan didepan mengenai bronkodilator, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: 1. Obat obat Bronkodilator merupakan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kesulitan bernafas yang disebabkan oleh asma, bronchitis, bronchiolitis, pneumonia dan emfisema.Ada tiga jenis obat bronkodilator, yaiu simpatomimetika (2 agonist), metilxantin, dan antikolinergik. 2. Mekanisme kerja obat simpatomimetika adalah melalui stimulus reseptor 2 pada bronkus menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Metilxantin dapat menghambat family enzim fosfodiesterase sedangkanAntikolinergik menghambat efek asetilkolin pada reseptor-reseptor muskarinik secara kompetitif dalam saluran nafas asetilkolin dibebaskan dari ujung-ujung eferen saraf fagus dan antagonis kolinergik ini secara efektif dapat memblokade peningkatan sekresi mucus yang terjadi sebagai respon terhadap aktivitas fagus. Pilihan bronkodilator jenis simpatomimetika (2 agonist) untuk terapi asma adalah Salbutamol, Terbutalin Sulfat, Salmeterol, dan Formoterol Fumarat; golongan metilxantin yaitu teofilin dan aminofilin; golongan antikolinergik yaitu: Ipratropium : Atrovent
3.
3.2 SARAN
Sebaiknya dalam penggunaan obat-obat Bronkodilator harus memperhatikan dosis pemakaian karena dapat memberikan efek samping yang berbahaya.
11
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2011. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT.ISFI Penerbitan. Jakarta. Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC. Jakarta. Pramudianto, Arlina dan Evaria. 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PT BIP. Jakarta. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah. EGC. Jakarta. Tjay, Tan Hoan, dan Rahardja, Kirana, 2007., Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan I. Elex Media Komputindo. Jakarta.
12