Anda di halaman 1dari 24

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. MASAH UTAMA Perilaku kekerasan/Amuk

B. PENGERTIAN Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, ditunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000). Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat

membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 2004).

A. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain. Gejala Klinis Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Tanda dan gejala perilaku kekerasan didapatkan dari observasi dan wawancara.

1. Observasi : Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.( Budiana Keliat, 1999)

2. Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien. Kontrol lingkungan seputar anak yang tidak berfungsi dengan baik, menimbulkan reaksi agresi pada anak yang akan bertambah kuat sampai dewasa. Sehingga bila ia merasa benci dan frustasi dalam mencapai tujuannya ia akan bertindak angesif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa kehilangan orang-orang yang ia cintai atau orang yang berarti. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau kepanikan (takut). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan kekerasan disisi yang lain. Faktor predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu : a. Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. b. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli

mengadopsi perilaku kekerasan

c. Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah diterima d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiser. ( Budiana Keliat, 2004) perilaku kekerasan

Faktor presipitasi Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang), lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) dan interaksi dengan orang lain( provokatif dan konflik). ( Budiana Keliat, 2004)

2. Penyebab Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

C. RENTANG RESPON PERILAKU KEKERASAN Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Rundeen, 1995). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berflutuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. 3. AKHIBAT Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

10

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. CONTOH KASUS An.D adalah seorang anak berusia 15 tahun, 2 tahun yang lalu tepatnya bulan November 2010, An.d mendapatkan sebuah tindakan kekerasan yaitu perkosaan yang dilakukan oleh ayah tirinya, dan kejadian itu baru diketahui oleh ibu kandung nya setahun yang lalu (November 2011), kejadian itu terlambat untuk terungkap karena ibunya bekerja sebagai TKI diluar negeri, sedangkan An.D tinggal bersama ayah tirinya di rumah, setelah kejadian itu An.D menjadi murung dan mengurung dirinya didalam kamar, tidak mau bergaul, tidak mau mandi, dan kerap merusak barang-barang yang ada dirumah.

B. 1. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah ( Budiana Keliat, 1999)

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji a. Masalah keperawatan: 1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan 2). Perilaku kekerasan / amuk 3). Gangguan harga diri : harga diri rendah b. Data yang perlu dikaji:

11

1.

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1). Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang

mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang. 2. Perilaku kekerasan / amuk 1). Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. 2). Data Obyektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.

3. Gangguan harga diri : harga diri rendah 1). Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 2). Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

D. Diagnosa Keperawatan

12

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk. b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

E. Rencana Tindakan TUM : Klien tidak melakukan tindakan kekerasan TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria Evaluasi : Klien mau membalas salam, menjabat tangan, menyebutkan nama, tersenyum, kontak mata. Rencana Tindakan : 1. Beri salam /panggil nama 2. Sebutkan nama perawat. 3. Jelaskan maksud hubungan interaksi 4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat 5. Beri rasa aman dan sikap empati. 6. Lakukan kontak singkat tapi sering. TUK 2 Klien dapat mendefinisikan penyebab perilaku kekerasan, Kriteria evaluasi : Klien mengungkapkan perasaannya, mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkunga/orang lain). Rencana Tindakan : 1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. 2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal. TUK 3 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, Kriteria evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel, menyimpulkan tandatanda jengkel/kesal yang dialami.

13

Rencana Tindakan : 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal 2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien. 3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien. TUK 4 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, Kriteria evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, bermain peran dengan perilaku kekerasan dan dapat dilakukan cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. Rencana Tindakan : 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien. 2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 3. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai. TUK 5 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, Kriteria evaluasi : Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien Rencana Tindakan : 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien. 2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan. 3. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat TUK 6 Klien dapat mendefinisikan cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan, Kriteria evaluasi : Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif. Rencana Tindakan :

14

1. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat. 2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat. 3. Diskusikan dengan klien cara lain sehat : Secara fisik : tarik nafas dalam, jika sedang kesal/memukul bantal/kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jekel (saya kesal anda berkata seperti itu Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif. Latihan manajemen perilaku kekerasan. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang berdoa/ibadah : meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan tentang kejengkelan. TUK 7 Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, Kriteria evaluasi : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan : fisik (tarik nafas dalam, olahraga, pukul kasur/bantal), verbal (mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti), spiritual (sembahyang, berdoa). Rencana Tindakan : 1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien 2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. 3. Bantu klien menstimulasikan tersebut (role play). 4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut. 5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel/marah 6. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipelajari TUK 8 Klien dapat menggunakan obat dengan benar, Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya, klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan

15

Rencana Tindakan : 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien. 2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizing dokter. 3. Jelaskan prinsip benar minum obat. 4. Jelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang diperhatikan. 5. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu. 6. Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan. 7. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar. TUK 9 Klien mendapat dukungan keluarga mengontrol perilaku kekerasan, Kriteria evaluasi : Keluarga klien dapat : menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Rencana Tindakan : 1. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini. 2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien. 3. Jelaskan cara-cara merawat klien : Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas. Membantu klien mengenal penyebab marah Bantu keluargamendemostrasikan cara merawat klien. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi. TUK 10 Klien mendapat perlidungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan Rencana Tindakan :

16

1. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara rendah, tunjukkan kepedulian. 2. Lindungi agar klien tidak mencederai orang lain dan lingkungan. 3. Jika tidak dapat diatasi lakukan : pembatasan gerak atau pengekangan.

DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatan-gun.blogspot.com/search/label/JIWA Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 Maramis, W.F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 9, Airlangga University Press, Surabaya. Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed). St. Louis Mosby Year Book. Stuart dan Laraia (2001). Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St. Louis Mosby Year Book. Townsend. (1998). Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : pedomanan Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan EGC, Jakarta (terjemahan). Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA An. D DENGAN Perilaku Kekerasan DI RUANG GARUDA RS. PROVINSI JAWA BARAT

17

I.

PENGKAJIAN A. IDENTITAS
Identitas Klien Nama Jenis Kelamin Umur Tempat, Tanggal Lahir Status Agama Alamat : An. D : Perempuan : 15 Tahun : Bandung, 1 Juli 1997 : Belum Menikah : Islam : Kab. Cicapar RT. 02 RW. 03 Kel. Situwangi Kec. Cihampelas Bandung Barat. Pendidikan Terakhir Suku Tanggal MRS Tanggal Pengakajian No. Med. Rec Diagnosa Medis : SMP : Indonesia-Sunda : 13 Januari 2012 : 21 Januari 2012 : 03 69 35 : Schizophrenia Paranoid.

Identitas Penanggung Jawab Nama Jenis Kelamin Agama Alamat : Ny. E : Perempuan : Islam : Kab. Cicapar RT. 02 RW. 03 Kel. Situwangi Kec. Cihampelas Bandung Barat. Hubungan dengan klien : Ibu Klien.

B. ALASAN MASUK
Sebelum masuk RS, keadaan klien saat di rumah tidak bisa tidur, sering marah, mengurung diri, tidak mau bicara, tidak mau

berhubungan dengan orang lain, tidak mau mandi, dan makan. Keluarga belum pernah membawa klien untuk berobat. (Lihat status) Saat dikaji pada tanggal 21 Januari 2010, klien tampak berdiam diri, menundukkan kepala, tidak mau bicara, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mau mandi, tidak mau makan, dan minum.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial.

18

C. FAKTOR PREDISPOSISI
5 tahun yang lalu, klien sudah mengalami gangguan jiwa dan belum pernah dibawa untuk berobat. (Lihat status). Masalah Keperawatan : Kurang Informasi. Aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan criminal baik klien sebagai pelaku, sorban, maupun saksi, tidak terkaji. Ds : Do : Klien tidak mau berbicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Isolasi Social. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. (lihat status). Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : tidak terkaji. Ds : Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Isolasi Social.

D. FISIK
1. Tanda Vital TD : 80/60 mmHg N : 100 x/menit 2. Ukur TB : BB : S : 36 C P : 24 x/menit

3. Keluhan Fisik Ds : (tidak terkaji) Do : tidak ada cacat di tubuh klien, klien diam mematung, tidak mau berbicara. Masalah Keperawatan : Isolasi Social.

19

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan : = Laki-laki = Klien

Lihat Status

= Perempuan

= Tinggal 1 rumah

= Meninggal

=Hubungan sedarah

Klien adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara, klien belum menikah, klien tinggal bersama ibu, ayah, dan 1 adiknya. Komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh : tidak terkaji. Ds : Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Isolasi Social.

2. Konsep Diri Gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri : tidak terkaji. Ds : -

20

Do : Kien tidak mau bicara dan menundukkan kepala, lebih senang menyendiri Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah.

3. Hubungan Sosial Orang yang berarti, peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat, dan hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak terkaji. Ds : Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial.

4. Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah : tidak terkaji. Ds : Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial.

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan Ds : Do : Klien tampak tidak rapi, kuku panjang, bau. MK : Defisit Perawatan Diri

2.

Pembicaraan Ds : Do : Klien tampak membisu, tidak mau bicara dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

3.

Aktivitas Motorik Ds : Do : Klien tampak lesu, diam mematung, dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

4.

Alam Perasaan Ds : 21

Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

5.

Afek Ds : Do : ekspresi wajah klien datar, tidak ada respon. MK : Isolasi Sosial.

22

6.

Interaksi selama wawancara Ds : Do : tidak ada kontak mata, tidak mau menatap lawan bicara, diam mematung. MK : Isolasi Sosial.

7.

Persepsi Ds : Do : klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

8.

Proses Pikir Ds :Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala MK: Isolasi Sosial.

9.

Isi Pikir / waham Ds :Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala MK: Isolasi Sosial.

10.

Tingkat Kesadaran Ds :Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala MK: Isolasi Sosial.

11.

Memori Ds :Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala MK: Isolasi Sosial.

12.

Tingkat Konsentrasi dan Berhitung Ds :Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala MK: Isolasi Sosial.

23

13.

Kemampuan Penilaian Ds :Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala MK: Isolasi Sosial.

14.

Daya Tilik Diri Ds :Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala MK: Isolasi Sosial.

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan Ds : Do : Klien memerlukan bantuan dalam proses makan, minum, dan membersihkan alat makan. MK : Defisit Perawatan Diri.

2.

BAB/ BAK Ds : Do : Klien memerlukan bantuan dalam BAB/ BAK, pergi, menggunakan dan membersihkan WC, membersihkan dan merapikan pakaian. MK : Defisit Perawatan Diri.

3.

Mandi Ds : Do : Klien memerlukan bantuan dalam hal mandi dan membersihkan diri, kebersihan daban klien kurang, bau. MK : Defisit Perawatan Diri.

4.

Berpakaian/ Berhias Ds : Do : Klien memerlukan bantuan dalam berpakaian/ berhias. MK : Defisit Perawatan Diri.

5.

Istirahat dan Tidur Ds : Do : Lama dan waktu tidur tidak terkaji, tidak ada persiapan sebelum tidur, dan tidak ada kegiatan sesudah tidur. MK : Defisit Perawatan Diri. 24

6.

Penggunaan Obat Ds : Do : Klien memerlukan bantuan dalam penggunaan obat. MK : Defisit Perawatan Diri.

7.

Pemeliharaan Kesehatan Ds : Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

8.

Kegiatan Di Dalam Rumah Ds : Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

9.

Kegiatan Di Luar Rumah Ds : Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

H. MEKANISME KOPING
Ds : Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Ds : Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

J. PENGETAHUAN
Tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan. Ds : Do : Klien diam, tidak mau bicara, dan menundukkan kepala. MK : Isolasi Sosial.

25

K. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik Therapi medik : Schizophrenia paranoid. : Thrihexypheniadyl (THD) Chlorpromazine (CPZ) TFP :2X1 :00- : 2 X 5 mg

II.

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial 2. Defisit Perawatan Diri 3. Harga Diri Rendah

III.
No. 1.

ANALISA DATA
Data Ds : Do : - Kien tidak mau bicara, diam membisu. - Klien lebih sering melamun dan menyendiri. - Klien menundukkan kepala. - Penampilan tidak rapi. - Ekspresi wajah datar, tidak ada respon. - Kontak mata tidak ada. - Klien terlihat lesu - Aktivitas tidak ada. Isolasi Sosial Masalah

2.

Ds : Do : - Klien tampak tidak rapi, kuku panajang, bau. - Klien masih memerlukan bantuan dalam hal makan, minum, BAB/ BAK, mandi, membersihkan dan merapikan pakaian. - Klien masih memerlukan bantuan dalam Defisit Perawatan Diri

berpakaian/ berhias.
-

Lama dan waktu tidur tidak terkaji, tidak ada persiapan sebelum tidur, dan tidak ada kegiatan sesudah tidur.

- Klien memerlukan bantuan dalam penggunaan obat.

26

3.

Ds : Do : - Klien lebih senang menyendiri dan melamun. - Klien tidak mau bicara. - Klien menundukkan kepala. Harga Diri Rendah

IV.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga Diri Rendah 2. Defisit Perawatan Diri 3. Isolasi Sosial

V.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah

VI.

INTERVENSI KEPERAWATAN

27

RENCANA KEPERAWATAN
Nama klien Ruang TGL : : NO DX 1. DP TUJUAN PERENCANAAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONALISASI

Isolasi Sosial TUM : : menarik diri Klien dapat berinteraksi dengan orang lain. TUK 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya. Setelah 3x pertemuan klien dapat mengungkapkan perasaannya dan keadaannya saat ini secara verbal. 1. Bina hubungan saling percaya : Hubungan saling percaya Sapa klien dengan ramah baik verbal sebagai dasar interaksi yang terapeutik perawat-klien. maupun non verbal. Perkenalkan diri dengan sopan. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien. Jelaskan tujuan pertemuan / interaksi. Jujur dan menepati janji. Pertahankan kontak mata, tunjukkan rasa empati dan dorong serta berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

1. Mengetahui sejauh mana Setelah 1 kali 1. Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri. pengetahuan klien yang pertemuan, klien menarik diri sehingga perawat dapat menyebutkan/ dapat merencanakan alasan menarik diri tindakan selanjutnya. pada dirinya sendiri, orang lain, dan 2. Beri kesempatan pada klien untuk 2. Untuk mengetahui alasan lingkungan. mengungkapkan perasaan penyebab klien menarik diri. menarik diri. 3. Diskusikan dengan klien tentang perilaku 3. Meningkatkan pengetahuan menarik dirinya. klien dan mencari pemecahan 17

bersama klien.

tentang

masalah

4. Beri pujian terhadap kemampuan klien 4. Meningkatkan harga diri klien mengungkapkannya. berani bergaul dengan lingkungan sosialnya. TUK 3 : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Klien dapat 1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan 1. Meningkatkan pengetahuan menyebutkan 2 dari 3 dengan orang lain. klien tentang perlunya manfaat berhubungan denga orang berhubungan dengan lain. orang lain. - Mendapatkan 2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali 2. Untuk mengetahui tingkat teman. manfaat berhubungna orang lain. permohonan klien terhadap - Mengungkapkan informasi yang telah perasan. diberikan. - Membantu pemecahan 3. Beri pujian terhadap kemampuan klien 3. Reinforcement positif dapat masalah. dalam menyebutkan manfaat berhubungan meningkatkan harga diri klien. dengan orang lain.

TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

Klien dapat 1. Dorong klien untuk menyebutkan cara 1. Untuk mengetahui menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain. pemahaman dengna berhubungan dengan informasi yang telah orang lain, misalnya : diberikan. - membalas sapaan perawat. 2. Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL 2. Membantu klien dalam - Menatap mata. ruangan. mempertahankan hubungan - Mau berinteraksi. interpersonal. 3. Reinforcement positif atas keberhasilan yang 3. Reinforcement positif dapat telah dicapai klien. meningkatkan harga diri klien.

18

VII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No. 1. Tanggal 22 Januari 2010 / Jam 14.00 WIB SP1 - Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien. - Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. - Berdiskusi dengan klien tentang O : - Klien tidak ada ekspresi. - Tidak ada kontak mata. - Tidak ada respon. - Klien tidak mau bicara. Implementasi Evaluasi Jam 14.10 WIB S:-

keuntungan berinteraksi dengan orang lain. - Mengajarkan klien cara berkenalan

A : Klien hanya diam dan menunduk. Masalah belum

dengan satu orang - Menganjurkan kegiatan dengan harian. latihan orang klien memasukkan

teratasi.

berbincang-bincang dalam kegiatan P perawat : SP1 Ulangi. P klien : evaluasi SP1.

lain

2.

23 Januari 2010 / Jam 14.30 WIB

SP1 - Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien. - Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. - Berdiskusi dengan klien tentang

Jam 14.40 WIB S:-

O : - Klien belum mau bicara. - Tidak ada kontak mata. Klien menundukkan

keuntungan berinteraksi dengan orang lain. - Mengajarkan klien cara berkenalan

kepala.

A : Klien hanya diam dan menundukkan kepala.

dengan satu orang - Menganjurkan kegiatan dengan harian. latihan orang klien memasukkan

Masalah belum teratasi.

berbincang-bincang dalam kegiatan P perawat : SP1 Ulangi. P klien : evaluasi SP1.

lain

3.

25 Januari 2010 / Jam 15.00 WIB

SP1 - Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien. - Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. - Berdiskusi dengan klien tentang

Jam 15.10 WIB S:-

O : - Respon senyum. - Sedikit kontak mata. Klien menundukkan

keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

kepala. - Klien belum mau bicara.

PERILAKU KEKERASAN ANAK | 8

- Mengajarkan

klien

cara

berkenalan A : Klien dan menundukkan belum mau belum

dengan satu orang - Menganjurkan kegiatan dengan harian. latihan orang klien memasukkan

kepala bicara. teratasi.

berbincang-bincang dalam kegiatan

Masalah

lain

P perawat : SP1 Ulangi. P klien : evaluasi SP1.

4.

26 Januari 2010 / Jam 16.00 WIB

SP1 - Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien. - Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. - Berdiskusi dengan klien tentang

Jam 16.10 WIB S:-

O : - Respon senyum. - Sedikit kontak mata. Klien menundukkan

keuntungan berinteraksi dengan orang lain. - Mengajarkan klien cara berkenalan A klien memasukkan

kepala. - Klien belum mau bicara.

dengan satu orang - Menganjurkan kegiatan dengan harian. latihan orang

Klien dan

menundukkan belum mau belum

kepala bicara. teratasi.

berbincang-bincang dalam kegiatan

Masalah

lain

P perawat : SP1 Ulangi. P klien : evaluasi SP1.

PERILAKU KEKERASAN ANAK | 9

Anda mungkin juga menyukai