Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm.

23 27 ISSN 1907-5537

Vol. 2, No. 2

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)
Ameilia Zuliyanti Siregar1 dan Ridwanti Batubara2
2

Departemen HPT, Fakultas Pertanian USU Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU

Abstract The house is able to attack by some termites. Because some termites fed part of the house. Therefore, some termites caused great economic loss in Medan Denai and Medan Labuhan county. This has lead us to investigate the possibility several termites to attack them. We used Multi Stage Sampling. Actually, the economic loss occurred in two county were Rp 22.432.950. Economic loss caused grown and dry wood termites were Rp 12.532.650 and Rp 9.900.300, respectively. We found a lot of termites, such as; (a) Neotermes tectonae, (b) Coptotermes curvignatus, and (d) Cryptotermes cynocephalus. Keywords: termite, economic loss, house

PENDAHULUAN Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum 22,5-23,9o C dan suhu maksimum adalah 30,8-33,7oC berada di ketinggian 2,5-37,5 m dari permukaan laut. Rata-rata curah hujan berkisar 120,9 mm/bulan 169,6 mm/bulan. Kelembaban mencapai 84-85% dengan kecepatan angin 0,48 m/detik. Secara keseluruhan jenis tanah wilayah ini terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1990 dan dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi jenis tanah liat yang spesifik (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2007). Kondisi umum di atas sangat mendukung bagi kehidupan dan perkembangbiakan rayap di Kota Medan. Menurut Nandika et al., (2003), faktor lingkungan seperti curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami mempengaruhi perkembangan populasi rayap. Kelembaban dan suhu yang berada dalam batas optimum menyebabkan perkembangan dan penyebaran rayap yang tinggi selain tipe tanah yang cocok. Ini hanya untuk rayap tanah, sedangkan untuk rayap kayu kering tidak memerlukan air atau kelembaban dalam jumlah yang tinggi. Penelitian tentang kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Indonesia telah banyak dilakukan. Penelitian tentang dampak kerugian yang disebabkan rayap dan intensitas serangannya telah dilakukan sejak

tahun 1980-an. Namun untuk Kota Medan, belum banyak ditemukan penelitian yang memberikan data kerugian akibat serangan rayap baik sektor perumahan maupun sektor yang lain. Seperti yang diungkapkan Rudi (1994) dalam Romaida (2002) bahwa kerugian untuk Kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar pertahun. Menurut Safaruddin (1994) kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar Rp 67,57 milyar. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Mengetahui besarnya kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan rumah masyarakat di dua kecamatan, yaitu Medan Denai dan Medan Labuhan. (2) Mengetahui jenis rayap yang menyerang bangunan rumah masyarakat di dua kecamatan, yaitu Medan Denai dan Medan Labuhan. BAHAN DAN METODE Batasan Studi Dalam penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan (Januari-April 2007) ini aspek yang diteliti adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan rumah yang terbuat dari kayu. Adapun komponen yang diamati adalah dinding, daun pintu, kusen pintu, daun jendela, kusen jendela, lisplang, plafon, tiang. Untuk keperluan penelitian ini dipakai beberapa istilah antara lain, sebagai berikut: (1) Rumah permanen: Rumah yang sedikit atau tidak menggunakan kayu. Bahan pokoknya adalah tembok, besi baja, atau bahan lain yang lebih kuat dari kayu. (2) Rumah semi permanen:

Universitas Sumatera Utara

24 SIREGAR ET AL.

J. Biologi Sumatera

Rumah rakyat yang setengah dindingnya berupa tembok (1\21\3 tinggi) rumah. Lantainya berupa plasteran, semen kapur atau tegel biasa. Sering disebut rumah setengah tembok atau setengah bata. Rumah yang tiang-tiangnya terbuat dari kayu juga digolongkan kedalam rumah semipermanen. Harga kayu dan material yang digunakan adalah harga dipasaran pada saat penelitian. Sedangkan upah kerja didapat berdasarkan wawancara dengan seorang pemborong bangunan. Penentuan Rumah Contoh Penentuan rumah contoh dilakukan dengan menggunakan metode Multi Stage Sampling (metode pengambilan contoh bertingkat). Dalam hal ini masing-masing kecamatan diambil dua kelurahan sehingga diperoleh empat kelurahan, dari masingmasing kelurahan diambil tiga lingkungan sehingga diperoleh dua belas lingkungan, dari masing-masing lingkungan diambil sepuluh rumah contoh dengan menggunakan daftar bilangan acak. Jadi, jumlah total rumah contoh adalah 120 rumah. Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara di lapangan berdasarkan tally sheet yang telah disiapkan sebelumnya. Tally sheet mencakup karakteristik bangunan, lingkungan bangunan dan data komponen bangunan. Bagian kayu yang rusak diukur dimensinya, baik panjang, lebar dan tebalnya. Jadi data yang diperoleh merupakan nilai kerugian minimal. Datadata yang diperoleh atas komponen tersebut dikonversi ke dalam nilai rupiah (Rp). Nilai yang diperoleh merupakan nilai kerugian ekonomis yang disebabkan oleh rayap. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah: (a) Peta Kota Medan skala 1: 20.000, (b) Harga kayu dipasaran (2007), (c) Kunci determinasi (Nandika et al., 2003) dan Borror et al., (1993). Pengolahan Data A. Pengelompokan Data Data nilai kerugian dikelompokan ke dalam beberapa kelas umur yaitu: (a) 1 - 10 tahun, (b) 11 20 tahun, (c) 21 30 tahun, (c) Lebih dari 30 tahun. Masingmasing kelas umur dikelompokkan lagi berdasarkan golongan rayap perusak kayu yaitu antara rayap kayu kering (RKK) dan rayap tanah (RT). Nilai kerugian dirinci menurut jenis komponen yang terserang yaitu: dinding, kusen pintu, kusen jendela, daun pintu daun jendela, lisplang, plafon, dan tiang.

B. Analisis Data Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan parameter statistik: 1. Perhitungan Kerugian Ekonomis Krs =

Kn

n 1

Keterangan: Krs = kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = 1,2,3,... total bangunan sampel Kn = nilai kerugian masing-masing komponen n = 1,2,3,....m komponen (Safaruddin, 1994).

2. Perhitungan Standar Deviasi (S):

S =

n xi ( xi )
2

n(n 1)

Keterangan: = Standar Deviasi S2 n = banyak rumah contoh Xi = nilai kerugian ke-I i = 1,2,3,... total bangunan sampel

(Sudzana, 2002).

3. Perhitungan Interval untuk Rata-rata

S
/ 2

n :

Dimana Sx = S n

Keterangan: Sx t/2 S

= nilai rata-rata hasil pengukuran = standar error = 1,96 dan derajat kebebasan (n 1) untuk tingkat kepercayaan 95% = standar deviasi (Sudzana, 2002).

Identifikasi Rayap Rayap yang diperoleh dari rumah-rumah penduduk yang terserang atau yang diperoleh dari sekitar rumah disimpan dalam botol kecil yang berisi alkohol 70% agar rayap tersebut tidak cepat rusak. Apabila tidak ditemukan jenis rayap yang menyerang, maka akan dilakukan pemancingan rayap dengan jenis kayu yang sama yang diletakkan di sekitar rumah contoh dan diamati selama satu bulan. Identifikasi rayap dilakukan di laboratorium dengan menggunakan kunci determinasi Nandika et al., (2003) dan Borror et al., (1993).

Universitas Sumatera Utara

Vol. 2, 2007

J. Biologi Sumatera 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Tiap-Tiap Konstruksi pada Berbagai Kelas Umur. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui total kerugian rumah contoh yang berumur 1-10 tahun sebesar Rp 302.500, total kerugian rumah contoh yang berumur pada 11-20 tahun sebesar Rp 7.212.700, total kerugian rumah contoh yang berumur 21-30 sebesar Rp 5.564.600, serta total kerugian rumah contoh yang berumur lebih dari 30 tahun sebesar Rp 9.130.400. Komponen seperti dinding, daun pintu serta daun jendela sudah terserang pada umur bangunan rumah contoh berkisar 1-10 tahun walaupun kerusakan yang ditimbulkan masih tergolong kepada kerusakan ringan. Hal ini mungkin dikarenakan pada umur bangunan 1-10 tahun perlakuan terhadap komponen konstruksi kayu masih sangat melekat pada kayu seperti cat yang masih segar kelihatan pada permukaan kayu. Berbeda halnya dengan komponen seperti kusen pintu, kusen jendela, lisplang, plafon dan tiang baru mendapat serangan pada umur bangunan rumah contoh berkisar 11-20 tahun. Nilai kerugian ini pada umumnya meningkat sampai pada umur bangunan Lebih dari 30 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur bangunan yang semakin tua maka perlakuan terhadap kayu seperti pengecatan, pendempulan, dan pengawetan telah mulai pudar sehingga keawetan kayu sudah mulai menurun seperti yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada tiap-tiap konstruksi pada berbagai kelas umur bangunan rumah contoh di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan
Komponen Konstruksi Dinding Daun pintu Kusen pintu Daun jendela Kusen jendela Lisplang Plafon Tiang Total Umur Bangunan 1-10 (Rp) 95.600 156.400 0 50.500 0 0 0 0 302.500 11-20 (Rp) 1.502.500 1.243.100 1.647.900 412.700 475.500 459.700 85.500 1.385.800 7.212.700 21-30 (Rp) 291.900 741.200 2.082.500 186.800 1.383.600 269.300 35.500 573.800 5.564.600 30 (Rp) 256.200 760.500 4.636.700 382.700 2.302.700 211.200 159.600 643.550 9.353.150

suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap. Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahanbahan konstruksi kayu yang diduga sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang. Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering untuk masing-masing jenis konstruksi menunjukkan hasil yang berbeda seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering pada tiap-tiap konstruksi pada bangunan rumah contoh di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan
Komponen Konstruksi Dinding Daun pintu Kusen pintu Daun jendela Kusen jendela Lisplang Plafon Tiang Total Rayap Tanah (Rp) 1.097.900 1.177.100 5.433.450 339.800 1.833.500 890.600 248.100 1.970.600 12.532.650 Rayap Kayu Kering (Rp) 1.184.600 1.724.100 3.428.700 696.900 2.118.300 0 32.500 715.200 9.900.300 Gabungan RT + RKK (Rp) 2.198.200 2.901.200 8.862.150 1.036.700 3.951.800 890.600 280.600 2.685.800 22.432.950

Keterangan: Nilai yang tertera adalah nilai kerugian akibat serangan rayap yang telah dikonversi dalam rupiah. RT: Rayap tanah; RKK: Rayap Kayu Kering.

Keterangan:

Nilai yang tertera adalah nilai kerugian akibat serangan rayap yang telah dikonversi dalam rupiah.

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering pada TiapTiap Konstruksi. Nandika et al., (2003) menyebutkan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan,

Pada Tabel 2 dapat diketahui kerugian ekonomis yang terbesar terjadi pada komponen kusen pintu dengan nilai kerugian Rp 8.862.150, kemudian disusul oleh kusen jendela dengan nilai kerugian Rp 3.951.800. Aksesibilitas rayap diperkirakan berasal dari tiang-tiang pondasi rumah yang lembab. Dilihat dari bentuk kontruksinya, kusen pintu dan kusen jendela pada rumah contoh tingginya tidak begitu jauh dari tanah, sehingga akan memudahkan bagi rayap untuk naik ke komponen bangunan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Prasetyo dan Yusuf (2005) bahwa rayap tanah akan mudah merambat ke bagian bangunan yang tingginya lebih rendah dari 15 cm. Rayap tanah biasanya menyerang kusen pintu yang berada di daerah yang lembab seperti di dapur dan kamar mandi. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan kusen jendela. Kusen jendela yang terserang umumnya

Universitas Sumatera Utara

26 SIREGAR ET AL.

J. Biologi Sumatera

berada di daerah belakang rumah. Rayap kayu kering biasanya menyerang kusen pintu yang berada di ruang tengah rumah contoh seperti kusen pintu kamar dan kusen pintu depan. Kusen jendela yang terserang umumnya adalah kusen jendela yang berada di depan dan di samping rumah. Selain itu, besarnya kerugian juga disebabkan besarnya intensitas serangan rayap yang terdapat pada tiap rumah contoh yang dialami. Berdasarkan data yang diperoleh, intensitas serangan rayap yang paling kecil terdapat pada lisplang dan plafon. Hal ini mungkin dikarenakan letaknya yang strategis yaitu menyangkut keindahan rumah. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kayu yang biasa dijadikan sebagai bahan baku lisplang ini adalah kayu damar. Nandika et al., (2003) menyatakan bahwa kayu ulin, merbau, damar dan jati merupakan jenis kayu yang digolongkan tahan terhadap serangan rayap. Mekanisme ketahanan alaminya tersebut dikendalikan oleh kandungan estraktif yang terdapat pada kayu teras, seperti ieusiderin dan tectoquinon. Umumnya, serangan rayap yang terjadi pada komponen ini hanya tergolong kepada kerusakan kecil. Kerugian ekonomis yang terdapat pada lisplang dapat mencapai seharga Rp 890.600 dan kerugian ekonomis pada plafon yaitu sebesar Rp 280.600. Kisaran interval kerugian ekonomis dan persentase serangan pada 120 rumah contoh yang berada di kawasan Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan ini dapat dilihat pada Tabel 3. Interval kerugian pada 120 rumah contoh ini akibat serangan rayap tanah berkisar Rp 116.983,1 hingga Rp 91.894,4 dengan persentase serangan 53,9%. Kerugian akibat serangan rayap kayu kering mencapai Rp 9.900.300 dengan rata-rata kerugian per bangunan rumah contoh adalah Rp 91.894,4. Interval kerugian pada 120 rumah contoh ini akibat serangan rayap kayu kering berkisar Rp 92.729,1; hingga Rp 72.275,9 dengan persentase serangan sebesar 44,1%. Tabel 3. Rangkuman kerugian akibat serangan rayap di dua wilayah Kota Medan (Medan Bagian Timur dan Medan Bagian Utara) studi kasus di Kecamatan Medan Denai dan Kecamatan Medan Labuhan
No. 1 2 3 4 5 Parameter Jumlah (Rp) Rata-Rata Kerugian (Rp) Standart Deviasi (Rp) Interval Rata-Rata Kerugian (Rp) Rata-rata Persentase (%) Rayap Tanah 12.532.650 104.438,8 137.411,1 116.983,1; 91.894,4 55,9 Rayap Kayu Kering 9.900.300 82.502,5 112.021,6 92.729,1; 72.275,9 44,1 Gabungan RT + RKK 22.432.950 186.941,3 249.432,6 209.712,2; 164.170,3 100

Jenis Rayap Perusak Bangunan Pada empat kelurahan yang dijadikan lokasi penelitian diambil beberapa sampel jenis rayap. Selanjutnya sampel yang didapat diidentifikasi jenisnya dengan melihat ciri-ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya seperti dengan melihat perbedaan kapsul kepala dan abdomen masing-masing sampel yang dilihat melalui mikroskop yang selanjutnya dicocokkan dengan buku identifikasi Nandika et al., (2003) dan buku pengenalan serangga Borror et al., (1993). Kasta yang dijadikan acuan untuk pengidentifikasian adalah kasta prajurit. Menurut Nandika et al., (2003), kasta prajurit memiliki ciri-ciri khas yang mudah dibedakan bila dibandingkan dengan kasta lain. Dari hasil identifikasi yang dilakukan akhirnya dapat diketahui jenis rayap yang menyerang sebagaimana yang tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis rayap perusak kayu pada masingmasing lokasi penelitian
Lokasi Antar Kecamatan Kec. Medan Denai 1. Kelurahan Binjai Nama Spesies Rayap Neotermes tectonae Cryptotermes cynocephalus Coptotermes curvignatus Coptotermes curvignatus Cryptotermes cynocephalus Famili Kalotermitidae Kalotermitidae Rhinotermitidae Rhinotermitidae Kalotermitidae

2. Kelurahan Medan Tenggara Kec. Medan Labuhan 1. Kelurahan Tangkahan 2. Kelurahan Nelayan Indah

Coptotermes curvignatus Cryptotermes cynocephalus Coptotermes curvignatus Cryptotermes cynocephalus

Rhinotermitidae Kalotermitidae Rhinotermitidae Kalotermitidae

Keterangan: Nilai yang tertera adalah nilai kerugian akibat serangan rayap yang telah dikonversi dalam rupiah. RT: Rayap tanah, dan RKK: Rayap Kayu Kering.

Pada Tabel 4 diketahui bahwa rayap tanah Coptotermes curvignatus dan rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus mendominasi serangan pada masing-masing wilayah penelitian yaitu pada Kelurahan Binjai, Kelurahan Medan Tenggara, Kelurahan Tangkahan, dan Kelurahan Nelayan Indah. Rayap tanah Coptotermes curvignatus ini memiliki ciri-ciri morfologi kasta prajurit kepala berwarna kuning, dengan antena dan lambrum berwarna pucat. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya. Panjang kepala dengan mandibel 1,561,68 mm. Lebar kepala 1,40-1,44 mm. Panjang badan 5,5-6 mm. Spesies dari famili Rhinotermitidae ini menyerang semua kayu, baik pohon-pohon yang masih hidup maupun kayu yang sudah digunakan menjadi bahan bangunan. Dominansi serangan rayap ini sepadan dengan apa yang dikemukakan oleh Prasetyo dan Yusuf (2005) bahwa rayap Coptotermes curvignatus merupakan rayap perusak yang menimbulkan tingkat

Universitas Sumatera Utara

Vol. 2, 2007

J. Biologi Sumatera 27

serangan yang paling ganas. Tidak mengherankan kalau rayap ini mampu menyerang hingga ke lantai atas suatu bangunan bertingkat. Serangan tersebut bisa terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan tanah, setelah menyerang rayap perusak bangunan ini akan membuat sarang yang cukup lembab karena rayap jenis ini sangat memerlukan kelembaban yang cukup tinggi. Nandika et al., (2003) menyebutkan bahwa perkembangan optimum rayap ini dicapai pada kisaran kelembaban 75-90%. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, daerah penelitian seperti Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Nelayan Indah merupakan daerah yang relatif lebih lembab dari daerah penelitian lainnya karena lokasi ini berada agak jauh dari perkotaan dan berada di kawasan dekat pantai. Menurut Nandika et al., (2003), rayap Cryptotermes curvignatus memiliki ciri-ciri morfologis seperti: kepala berwarna coklat gelap kemerah-merahan, antena memiliki 11 segmen, panjang kepala dengan mandibel ialah 0,87-0,97 mm, dengan panjang mandibel ialah 0,57-0,57 mm. Pada wilayah penelitian Kelurahan Binjai, rayap yang ditemukan adalah spesies Neotermes tectonae. Rayap yang berasal dari famili Kalotermitidae ini memiliki ciri-ciri morfologi kasta prajurit kepala berwarna coklat kemerah-merahan. Antena dan labrum berwarna coklat kekuningkuningan. Mandibel berwarna coklat kemerahmerahan. Bentuk kapsul kepala segi empat. Panjang kepala dengan mandibel ialah 2,50-2,75 mm, lebar kepala ialah 1,75-2,12 mm, dan panjang mandibel ialah 1,50-1,72 mm. Nandika et al., (2003) menyatakan jenis rayap ini merupakan rayap yang memiliki aktifitas jelajah yang rendah. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Fajar pegawai BPS Kota Medan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data sekunder. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Muhammad Nurul Fadhli yang telah

membantu penulis dalam melakukan wawancara kepada masyarakat Kecamatan Medan Labuhan untuk mendapatkan data-data primer yang dibutuhkan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2007. Medan Dalam Angka 2007. Medan. Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1993. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. (Terjemahan Partosoedjono, S). Gajahmada University Press. Jogjakarta. Nandika, D. Yudi Rismayadi dan Farah Diba. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Prasetyo, K.W dan Sulaeman Yusuf. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan & Kimiawi. Agromedia Pustaka. Bogor. Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon. [Skripsi]. Jatinangor. Fakultas Kehutanan, UNWIM. Rudi. 2002. Status Pengawetan Kayu di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. http://www. Google.com/pengawetan kayu. [28 Desember 2006] Safaruddin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap Pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sudzana. 2002. Metode Statistik. Edisi Keenam, Penerbit PT. Tarsito Bandung. Tambunan, B. dan D. Nandika. 1989. Deteriorasi Kayu Oleh Faktor Biologis. UPT Produksi Media Informasi, Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, Bogor.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai