Anda di halaman 1dari 30

Daftar Isi

Pendahuluan........................................................................................................... ...................2 Isi...............................................................................................................................................3 Penutupan dan kesimpulan.......................................................................................................19 Daftar Pustaka..........................................................................................................................20

Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh karenanya, makanan yang dimakan dihancurkan terlebih dahulu sebelum diangkut. Proses ini disebut proses pencernaan. Pencernaan dilakukan oleh sistem pencernaan. Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan alat yang dilalui makanan seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Saluran pencernaan berfungsi memecahkan makanan yang besar menjadi berukuran lebih kecil dan halus. Kerja saluran pencernaan dibantu dengan adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan.

Perumusan Masalah
a) Struktur mikroskopis dan makroskopis sistem pencernaan pada manusia b) Mekanisme sistem pencernaan c) Fungsi dari masing masing organ dari saluran pencernaan d) Pemeriksaan gangguan pada sistem pencernaan

Tujuan
Tujuannya untuk mengetahui bagaimana struktur struktur pada sistem pencernaan manusia, fungsi, serta mekanisme kerja dari sistem pencernaan.

Isi
A.

Struktur Makroskopis

Diagram sistem pencernaan


1. Kelenjar ludah 2. Parotis 3. Submandibularis (bawah rahang) 4. Sublingualis (bawah lidah) 5. Rongga mulut 6. Tekak / Faring 7. Lidah 8. Kerongkongan / Esofagus 9. Pankreas 10. Lambung 11. Saluran pankreas 12. Hati 13. Kantung empedu 14. Usus dua belas jari (duodenum) 15. Saluran empedu 16. Usus tebal / Kolon 17. Kolon datar (tranverse) 18. Kolon naik (ascending) 19. Kolon turun (descending) 20. Usus penyerapan (ileum) 21. Sekum 22. Umbai cacing 23. Poros usus / Rektum 24. Anus

Faring dan Esofagus


Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga vetebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm yang terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.

Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atlas (disebut fundus), bagian utama dan bagian bawah yang horizontal disebut antram pilorik. Lambung ini berhubungan langsung dengan esofagus melalui orilisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pankreas.

Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal akibat relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 2,5 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m dan ileum panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus.

Usus Besar
Usus besar atau disebut juga sebagai kolon adalah sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, dan sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira--kira 10 em dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedangkan terrapat knlor transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.

Hepar
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Pada vertebra rendah gambaran strukturnya memang benar-benar sebagai kelenjar. Pada manusia dan juga pada vertebra tinggi sudah berubah strukturnya sebagai susunan sel-sel dalam lempeng-lempeng. Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Berat organ ini pada orang dewasa sekitar 1,5 kg. Permukaan hepar sebagian ditutupi peritoneum yang merupakan Capsula Glissoni. Hepar terdiri atas : lobus dexter lobus sinister lobus caudatus lobus quadrates

Jika hepar segar diiris maka tampak warna merah tua dengan gambaran bulat-bulat yang tersebar rata dan di sekelilingnya terdapat pembuluh darah besar

Vesica fellea
Vesica fellea merupakan kantung berbentuk labu yang melekat pada bagian bawah lobulus kanan hati; ujung buntunya atau fundus menonjol di bawah pinggir inferior hati. Vesica fellea berukuran 10x4 cm. Dengan bagian-bagiannya yaitu: corpus, fundus, dan collum yang meneruskan sebagai duktus cysticus. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hepar berasal dari ducti biliferi akan berkumpul dalam ductus hepaticus communis yang melanjutkan menjadi ductus cysticus yang bermuara dalam vesica fellea. Cairan empedu yang dibutuhkan untnuk pencernaan akan disalurkan melalui ductus choledochus dan bermuara dalam duodenum.

B. Struktur Mikroskopis Gaster


A. Tunica mucosa Pada keadaan hidup biasanya terlihat merah muda kecuali pada daerah cardia dan pylorus agak pucat. Tampak pada permukaan lipatan-lipatan yang disebut rugae karena longgarnya tunica submucosa di bawahnya. Terdapat gambaran yang lebih menetap yaitu tonjolan-tonjolan yang membentuk bulat dipisahkan oleh alur-alur disekitarnya yang

dinamakan areola gastrica. Sebagian besar tunica mucosa terisi oleh kelenjar lambung yaitu : glandula cardiaca, glandula fundica, dan glandula pylorica. Epitel

Dilapisi oleh epitel silindris selapis. Didaerah cardia terdapat peralihan dari epitel oesophagus. Semua sel epitel merupakan sel yang menghasilkan mucus. Sel-sel epitel tersebut dijumpai adanya terminal bars. Dengan mikroskop elektron tampak microvili pada permukaan dengan lapisan karbohidrat pada membran plasma. Pada sitoplasma terdapat butir musigen, bentuk bintang dengan warna gelap dan homogen. Dalam keadaan normal sel-sel epitel ini selalu diperbarui setiap 3 hari. Tanda-tanda regenerasi tampak pada bagian dasar foveola gastrica. Sel-sel yang terbentuk baru akan mendorong ke atas utuk menggantikan selsel yang dilepaskan. Lamina propria

Jaringan pengikat pada lamina propria ini sangat sedikit karena terdesak oleh kelenjar-kelenjar yang begitu rapat, yaitu jaringan ikat kolagen dan retikuler. Infiltrasi limfosit tersebar secara difusi dan kadang-kadang ditemukan lymphanodulus solitarius. Ventriculi terdapat 3 macam kelenjar : Glandula cardiac Kelenjar ini terdapat disekitar muara oesophagus di dalam gaster. Glandula cardiaca merupakan kelenjar tubuler kompleks yang bermuara pada dasar foveola gastrica. Pada kelenjar ini hanya ditemukan satu jenis sel yaitu sel mukosa yang mirip dengan sel mukosa pada glandula pylorica atau sel mukosa leher dari glandula fundica. Glandula fundica/glandula gastrica propria Merupakan kelenjar utama pada dinding ventriculus yang menghasilkan getah lambung. Bentuk masing-masing kelenjar ialah tubuler simplex bercabang, bermuara pada dasar foveola. Ujung-ujungnya sedikit membesar dan bercabang menjadi 23 buah. Ujungujung kelenjar mencapai lamina muscularis mucosa. Dalam sebuah lambung terdapat sekitar 15 juta kelenjar. Dalam kelenjar ini dibedakan 4 macam sel : 1) Sel principal = sel zimogen atau sel utama (chief cell) Bentuk sel : silindris pendek atau kuboid, tersusun selapis pada atau 1/3 bagian distal dari kelenjar Mudah rusak, tapi jika tidak ada asam lambung kerusakan dapat dihambat Menghasilkan pepsinogen yang akan berubah menjadi enzim pepsin

Dengan mikroskop elektron terlihat : Pada permukaan terdapat microvili yang tidak teratur Kompleks golgi yang berkembang menghasilkan protein Granular reticulum endoplasmic lebih banyak Ribosom bebas atau menempel lebih banyak, merupakan penyebab warna basofil 2) Sel parietal Terdapat tersebar diantara sel utama sepanjang dinding kelenjar Bentuk sel seperti pyramid atau agak bulat pada dasarnya yang terdesak ke basal oleh sel utama Inti bulat, sitoplasma tampak asidofil serta adanya canaliculi secretori yang tampak sebagai bangunan intraseluler Diduga menghasilkan asam HCl dalam getah lambung Dengan mikroskop elektron terlihat : Permukaan sel yang mengadakan invaginasi membentuk canalikuli Microvili panjang Hubungan dengan sel utama diperkuat oleh zenula occluden dan desmosom Mitokondria tampak asidofil Kompleks golgi terdapat antara inti dan basal

3) Sel mukosa leher Relatif sedikit dan terletak antara sel-sel parietal di daerah leher kelenjar Pada pewarnaan biasa mirip sel utama, tapi inti di basal agak pipih Untuk membedakan dengan sel parietal, diwarnai dengan past/mucicarmine Dengan mikroskop elektron terlihat : Microvili pendek pada permukaan sel Dengan sel di dekatnya dihubungkan dengan desmosom interdigitasi Kompleks golgi diatas inti sel Mitokondria tersebar diseluruh sitoplasma Granular reticulum endoplasma lebih sedikit

4) Sel argentafin (sel enterokromatin) Sel-sel kecil yang bergranula, tersebar diantara dasar sel utama Merupakan tempat sintesa dan penimbunan serotonin Menghasilkan gastrin, serotonin, dan enteroglukogen Glandula pyloric

Kelenjar ini terdapat di dalam lamina propria daerah pylorus. Glandula pylorica berbentuk tubuler bercabang simpleks, ujungnya bercilia hingga pada sediaan tampak terpotong melintang. Sifat-sifat lain : Lumen besar Terdapat satu macam sel saja Sel-selnya berbentuk silindris dengan sitoplasma pucat yang mengandung butir-butir tidak jelas, inti terdesak ke basal sel Tampak kapiler sekretori di antara sel-sel kelenjar Dengan pewrnaan HE tampak sebagai sel zymogen atau sel mucosa leher

lamina muskularis mucosa gaster

Terdiri atas serabut-serabut otot polos sirkuler sebelah dalam dan longitudinal sebelah luar. Kadang-kadang terdapat lagi serabut sirkuler di luar.

B. Tunika submucosa Merupakan jaringan ikat padat yang mengandung sel-sel lemak, mast cells, sel limfoid

C. Tunika muscularis Terdiri dari 3 lapisan berturut-turut dari dalam keluar, yaitu: a. Stratum oblique Terutama pada facies ventralis dan dorsalis di daerah fundus dan corpus ventriculi. b. Stratum circulare Merupakan lapisan yang paling merata di seluruh bagian ventriculus, di pylorus membentuk muskulus sphincter pylori. c. Stratum longitudinal d. Banyak pada daerah curvatura minor dan curvatura major.\ D. Tunika serosa Merupakan jaringan pengikat biasa yang sebelah luar dilapisi oleh mesotil sebagai lanjutan dari peritoneum viscerale yang meneruskan sebagai omentum majus. Pada perlekatan sepanjang curvatura minor dan major tidak dilapisi oleh mesotil.

Usus Halus
Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-kir-a 4-5 juta yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan yang menyerupai jari-jari disebut mikrovili. Vili bersama-sama dengan mikrovili dan vaivula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.\ Pada dinding usus halus khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limfa yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Di dalam ileum nodula ini membentuk tumpukan kelenjar terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.

A. Tunika mucosa Untuk memenuhi fungsi utama yaitu absorbsi makanan, maka perlu perluasan dari permukaan tunika mucosa. Perluasan tersebut dilaksanakan dalam beberapa tingkat : Lipatan-lipatan tunika mucosa sampai tunika submucosa, yang melingkar-lingkar yang disebut plica circularis atau valvula kerckingi (mirip lipatan).

Lipatan ini merupakan bangunan yang tetap yang tidak berubah karena pembesaran usus. Lipatan tersebut dimulai 5cm distal dari pylorus yang makin membesar dan paling besar pada akhir duodenum dan awal jejunum dan makin merendah sampai pada pertengahan ileum menghilang. Vili intestinalis Merupakan penonjolan tunika mukosa dengan panjang 0,5 1,5 mm. Yang meliputi seluruh permukaan tunica mucosa. Di daerah ileum agak jarang, tersusun sebagai jarijari, pada dasar vili terdapat muara kelenjar usus yang disebut glandula intestinalis liberkuhn atau crypta lieberkuhn. Microvili

Dengan adanya microvili, maka luas permukaan diperbesar sekitar 30x. Pada permukaan sel-sel epitel gambaran bergaris-garis yang disebut striated border, yang merupakan tonjolan sitoplasmatis diliputi membrane sel. Epitel

Bentuk epitel silindris selapis Oleh vili intestinalis dan glandula dibagi 4 sel, yaitu : a) Sel absorbtif Berbentuk silindris dengan tinggi 20 26

Bentuk inti ovoid pada basal sel Pada permukaan bebas terdapat microvili Enzim pencernaan amylase dan protease diserap oleh selubung glukoprotein hingga pencernaan dapat terjadi dalam lumen usus dan permukaan microvili Dalam microvili terdapat filamen-filamen halus yang penting dan sintesa trigliseride untuk proses absorbsi lemak. b) Sel piala/goblet sel Merupakan sel uniseluler yang menghasilkan mucin. Sitoplasma merupakan lapisan yang tipis untuk melindungi lapisan secret tersebut sebagai plica. Ruangan yang dibatasi oleh plica tersebut berisi tetes-tetes mucigen. c) Sel argentafis Sangat umum ditemukan dalam epitel duodenum Sangat banyak pada epitel appendix d) Sel paneth Berkelompok dalam jumlah kecil di dasar crypta lieberkuhn Bentuk sel seperti pyramid, inti bulat pada dasarnya. Sitoplasma terlihat basofil, granular reticulum endoplasma lebih banyak. Menghasilkan peptidase, losozim Lamina propria Merupakan jaringan pengikat yang mengisi celah-celah di antara crypta lieberkuhn Mengandung serabut reticuler dan elastic Terdapat sel makrofag, limfosit, plasmosit, dan leukosit Nodus limfaticus lebih banyak, sebesar 0,6 3 mm sepanjang usus. Pada ileum sebagai nodus limfaticus paling besar plaques peyeri. Lamina muscularis Stratum circulare di sebelah dalam Stratum longitudinal di sebelah luar

Terdiri atas 2 lapisan, yaitu :

B. Tunika submucosa Merupakan jaringan ikat padat yang banyak mengandung serabut elastis. Di dalamnya terdapat pula kelompok-kelompok sel lemak. Terdapat anyaman saraf sebagai plexus nervosus, submucosa meisseri. Gambaran khusus tunika submucosa ada 2, yaitu: a. Plica circularis Merupakan lipatan yang diikuti oleh lapisan dinding usus sampai tunika submucosa untuk memperluas permukaan usus. Terdapat 800 lipatan melingkar sabagai cincin yang tidak sempurna di sepanjang intestinum. b. Glandula duodenalis bruneri Pars terminalis berbentuk tubuler yang bercabang dan bergelung. Ductus excretorius akan menembus lamina muscularis dan bermuara pada crypta lieberkuhn. Pada 2/3 distal duodenum kelenjar tersebut akan berkurang kemudian menghilang.

C. Tunika muscularis Terdiri atas 2 lapisan serabut otot polos : Stratum circulare di sebelah dalam Stratum longitudinal di sebelah luar

Diantara kedua lapisan tersebut terdapat plexus myentericus aurbach D. Tunika serosa Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan peritoneum visceral

Intestinum Crasum
Saluran usus ini mempunyai panjang sekitar 1,5 m, diameternya dua kali lipat intestinum tenue. Tidak ada plica circularis dan juga vili intestinalis, sehingga permukaan dalamnya tampak lebih halus. Glandula intestinal lebih panjang dan rapat. Epitel yang melapisi tunika mucosanya pada umumnya sejenis. Berdasarkan letak dan struktrunya, dibedakan dalam beberapa segmen, yaitu: i. Colon, yang meliputi :

caecum dan appendix vermiformis colon ascendes

colon tranversum colon descendens colon sigmoideum ii. Rectum, yang meliputi :

pars empularis recti pars analis recti anus

1. Colon Kecuali appendix, seluruh colon dan caecum mempunyai struktur yang sama. Dari luar colon tampak segmen yang melintang menggelembung yang disebut haustra. Disamping itu tampak adanya tiga jalur sebagai pita yang memanjang mengikuti sumbu panjang colon yang disebut taenia coli. Di antara colon, yang terletak intraperitoneal ialah caecum dengan appendia, colon transversum dan colon sigmoideum. Sedang yang terletak retro peritoneal ialah conon ascendens dan colon descendens.

Appendix vermicularis Bangunan ini merupakan tonjolan sebagai jari atau cacing, yang berpangkal pada caecum. Dindingnya relatif tebal dibandingkan lumennya. Adanya lipatan tunica mucosa kedalam dinding menyebabkan bentuk lumen yang tidak teratur. Pada orang dewasa lumen agak membulat. Kadang-kadang lumennya berisi sisa-sisa sel sampai tersumbat. Appendix ini berakhir buntu. Dindingnya berstruktur sebagai berikut : A. Tunica mucosa Tidak mempunyai villi intestinalis 1. Epitel, berbentuk silindris selpais dengan sel piala. Banyak ditemukan sel argentafin dan kadang-kadang sel paneth. 2. Lamina propria, hampir seluruhnya terisi oleh jaringan limfoid dengan adanya pula nodulus Lymmphaticus yang tersusun berderet-deret sekeliling lumen. Diantaranya terdapat crypta lieberkuhn 3. Lamina muscularis mucosa, sangat tipis dan terdesak oleh jaringan limfoid dan kadangkadang terputus-putus

B. Tunica submucosa Tebal, biasanya mengandung sel-sel lemak dan infiltrasi limfosit yang merata. Di dalam jariangan tunica submucosa terdapat anyaman pembuluh darah dan saraf.

C. Tunic muscularis Walaupun tipis, tapi masih dapat dibedakan adanya lapisan dua lapisan.

D. Tunica serosa Tunica serosanya mempunyai struktur yang tidak berbeda dengan yang terdapat pada intestinum tenue. Kadang-kadang pada potongan melintang dapat diikuti pula mesoappendix yang merupakan alat penggantung sebagai lanjutan peritoneum viscerale.

Valvula Ilecoececalis Merupakan lipatan tunica mucosa dan tunica mucosa yang terdapat pada muara ileum dalam caecum. Dalam lipatan ini terdapat serabut otot polos memperkuat struktur tersebut. Serabut-serabut tersebut berasal dari stratum circulare tunica muscularis. Tapi bebas lipatan tersebut membatasi suatu celah tempat muara ileum. Caecum Struktur histologisnya tidak berbeda dengan colon yang lain.

Colon Ascendens, Colon Tranversum, Colon Descendens dan Colon Sigmoideum A. Tunica mucosa Tidak membentuk lipatan, plica atau villa sehingga permukaan dalamnya halus. Adanya lekukan ke dalam oleh incisura di luar menyebabkan di dalam terdapat bangunan sebagai lipatan yang diikuti seluruh lapisan dinding, yang disebut plica semilunaris. 1. Epitil Epitil permukaan berbentuk silindris selapis dengan striated border yang tipis. Diantara sel-sel epitel ini terdapat sel piala. Kelenjar-kelenjarnya lebih panjang dari yang terdapat di usus halus, maka tunica mucosa lebih tebal. Kelenjar-kelenjar tersebut tersusun teratur dan sangat rapat. Hampir seluruhnya sel-sel kelenjar terdiri atas sel piala. Kadang-kadang terdapat sel argentafin. Sedang sel paneth sangat jarang. 2. Lamina propria Susunan jaringan pengikat seperti pada intestinum tenue. Lebih banyak pula nodulus lymphaticus soliterius yang kadang-kadang meluas ke tunica submucosa.

3. Lamina muscularis mucosae Jelas adanya dua lapisan B. Tunica submucosa : Tidak ada keistimewaan C. Tunica muscularis D. Tunica serosa Seperti juga pada intestinum tenue maka colon yang terdapat intraperitoneal akan dibungkus seluruhnya oleh tunica serosa dengan mesotil. Pada beberapa tempat terdapat bangunan sebagai kantung kecil yang berisi lerik yang disebut appendix epiepitionea 2. Rektum Dibedakan 2 bagian : Pars ampullaris recti

Sebagian besar tidak banyak berbeda strukturnya dengan colon. Glandula intestinalis merupakan yang terpanajang diantara kelenjar usus. Kemudian makin jarang, memendek dan menghilang pars analis recti. Jaringan limfoid lebih sedikit daripada digeolony. Tunica muscularisnya terdiri dari dua lapisan tetapi tidak terdapat taenia lagi.

Tunica serosa diganti oleh tunica adventitia, hingga tidak dilapisi oleh mesotil. Pars analis recti

Tunica mucosa membentuk lipatan longitudinal, sebanyak sekitar 8 buah. Lipatan longitudinale ini disebut Columna rectalis Norgagni. Ujung lipatan-lipatan tersebut bersatu membatasi lubang anus. Maka terbentuk sebagai katup valvula analis dan ruang yang disebut sinus analis. Pada apeks katup anus, epitel silindris rektum digantikan langsung oleh epitel gepeng berlapis tanpa kornifikasi dari saluran anus. Kelenjar intestinal berakhir di sini, lamina propria rektum digantikan oleh jaringan ikat padat ireguler dalam lamina propria saluran anus. Submukosa rektum bersatu dengan lamina propria saluran anus. Lamina propria dan submukosa keduanya amat vaskular pada daerah ini. Plexus haemoroidalis interna yang terdiri dari vena terletak di dalam mukosa saluran anus dan pembuluh darah meluas dari sini ke dalam submukosa rektum. Hemoroid interna adalah hasil dilatasi patologik dari pembuluh-pembuluh ini. Hemoroid eksterna berkembang dari pembuluh-pembuluh plexus venosum eksterna pada bibir anus. Stratum circulare tunica musculoaris pada akhirnya akan menebal membentuk m.spincter ani internum. Sedangkan diluarnya terdapat bekas-bekas otot yang bergerak melingkar membentuk m.spincter ani externus.

Pada akhir pars analis recti terdapat perubahan epitil, dari epitil silindris selapis menjadi epitil gepeng berlapis tanpa keratinisasi. Daerah perubahan tersebut melingkar, disebut liner anorectale. Lebih lanjut epitil gepeng terlapis tadi akan mengalami keratinisasi dan batasnya yang membentuk lingkaran disebut liniaanucutanea. Di daerah ini mulai muncul folikel-folikel rambut dengan glandula sebacea. Galndula suderifera bersifat apokrin seperti di axilla, disebut glndula circum-anale yang berbentuk tubuler.

Hepar
Hepar dibagi menjadi unit-unit berbentuk prisma polygonal yang disebut lobulus, terdiri atas parenchyma hepar dengan diameter 0,72 mm. pada potongan terlihat bahwa lobulus berbentuk sebagai segi enam dengan pembuluh darah yang terdapat di tengah,yang disebut vena sentralis. Batas-batas lobulus pada hepar manusia tidak jelas dipisahkan oleh jaringan pengikat. Pada sudut pertemuan antara lobuli yang berdekatan terdapat bangunan jaringan pengikat berbentuk segi tiga berisi saluran-saluran yang disebut Canalis Portalis yang terdiri dari pembuluh darah, pembuluh limfe, saluran empedu dan serabut saraf. Bangunan segitiga ini disebut Trigonum Kiernanni. Jika mengingat hepar sebagai kelenjar maka apa yang disebut lobulus tadi tidak sesuai dengan lobulus pada kelenjar yang pada umumnya mempunyai saluran keluar yang terdapat di tengah-tengah lobulus. Pembagian lobulus hepar tersebut merupakan pembagian cara klasik yang mendasarkan atas aliran darah yang mengalir dari tepi lobulus yang kemudian berkumpul di tengah Vena Sentralis. Jika terjadi gangguan peredaran darah akan terjadi perubahan-perubahan di daerah perifer lobulus yang meluas ke pusat lobules.

Vesica Vellea
1. Tunica Mucosa Bagian dinding ini mudah mengalami kerusakan post mortem, maka pembuatan sediaan vesica fellea sangat sulit. Tunica mucosa melipat-lipat membentuk rugae pada permukaan. Pada liatan yang besar akan terdapat lipatan-lipatan yang lebih kecil. Lipatanlipatan tersebut akan mendatar apabila vesica fellea berisi penuh.

Epitel Terdiri atas selapis sel silindris tanpa sel piala. Sel-selnya mempunyai inti oval dengan bbutir-butir kromatin halus. Inti terdapat di bagian basal sel. Pada permukaan sel terdapat banyak microvilli. Lamina Propria Sebagai jaringan pengikat di bawah pitel. Tidak diketemukan kelenjar kecuali pada collum yang berbentuk tubulo alveolar dengan sel-sel yang berbentuk kuboid jernih, dengan inti gelap terdesak ke basal. Kelenjar ini menghasilkan mucus

2. Tunica Muscularis Terdiri atas anyaman serabut-serabut otot polos yang berjalan sirkuler, longitudinal dan menyerong dengan disertai serabut-serabut elastis.

3. Tunica Perimuscularis Merupakan jaringan pengikat agak padat yang membungkus seluruh vesica fellea dan melanjutkan diri kedalam jaringn interlobular hepar. Di dalamnya banyak mengandung serabut-serabut elastis dengan beberapa fibroblast, sel lemak, sel limfoid, pembuluh darah, pembuluh limfe dan serabut-serabut saraf.

4. Tunica Serosa Bagian vesica fellea yang tidak menempel pada permukaan hepar dibungkus oleh peritoneum yang melanjutkan diri membungkus hepar. Peritoneum yang menutupi vesica fellea merupakan tunica serosa. Vesicsa fellea pada collumnya melanjutkan diri sebagai ductus cysticus. Pada permukaan dalamnya terlihat lipatan-lipatan yang disebut valvula spiralis heister yang disebabkan karena penebalan sebagian dari tunica mucularis luarnya.

C. Fungsi Saluran Pencernaan


1. Mulut Makanan dalam mulut mengalami penghancuran secara mekanik yg disebut mastikasi (mengunyah) dan sedikit secara kimiawi. Yang didukung oleh organ : Gigi, lidah dan kelenjar saliva.

2. Faring dan Esofagus Esofagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2 cm. Kudua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter bagian atas dalam keadaan normal selalu tertutup kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ bagian atas yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltik. 3. Lambung Lambung memiliki fungsi sebagai berikut: a. Fungsi motoris adalah menampung makanan, memecah makanan menjadi partikel kecil dan meneampurnya dengan asam lambung. b. Fungsi sekresi adalah mencerna Protein oleh Pepsin dan HCl dimulai: Pepsin dan HCl merubah protein menjadi pepton/peptide Amilase, merubah amilum menjadi maltose Lipase, merubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol Sintesis dan sekresi gastrin Sekresi faktor intrinsik, untuk absorbsi vit B12 pada ileum Sekresi mukus, pelindung lambung dan melumasi makanan c. Fungsi reservoir adalah menyimpan makanan sampai dicerna dan bergerak pada saluran cerna. d. Fungsi mencampur adalah memecah makanan menjadi artikel2 kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot. e. Fungsi pengosongan yang diatur oleh pembukaan sfinkter

4. Usus Halus Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna aan mengabsorpsi chyme dari lambung, sebagai tempat pengabsorpsian makanan, zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus yaitu pada duodenum dan disini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat. 5. Usus Besar Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang Iebih 90%), elektrolit, vitamin dan sedikit glukosa. Kapasitas ansorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari, kemudian flora yang

terdapat dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.

D. Mekanisme Sistem Pencernaan


PENCERNAAN/DIGESTI Digestive sistem, terdiri dari saluran alementari dan organ organ asesorius

Saluran Alimentari (pencernaan), terdiri dari:

Rongga mulut Faring Esofagus Lambung Usus halus : Duodenum, jejunum, ileum Usus besar : Caecum, colon tranversum, colon ascenden, colon descenden, colon
sigmoid, rectum dan anus.

Organ asesorius, terdiri dari:

Gigi Lidah Kelenjar saliva : sublingual, submandibular, parotis Hati Kandung dan saluran empedu Pankreas
Berdasarkan fungsinya, saluran pencernaan terdiri dari: 1. Saluran sederhana, ditempat ini bolus tidak mengalami proses pencernaan. Misalnya esophagus 2. Tempat menyimpan seperti bolus pada lambung, bahan fekal pada kolon 3. Tempat digesti : mulut, lambung dan intestinal (duodenum, jejunum dan illeum) 4. Tempat penyerapan hasil : seluruh intestinal dan setengah proksimal kolon.

Pencernaan yaitu proses pengubahan makanan menjadi unsur-unsur yang siap diserap untuk dipergunakan.

Empat proses penting dlm sal. pencernaan yg mendukung pencernaan: 1. Ingesti, masuknya makanan ke dalam saluran pencernaan. bolus = makanan yang masuk dalam mulut kimus = makanan yang sudah mengalami proses di lambung.

fungsi optimal saluran

michel = makananan yang telah bercampur dengan getah empedu dan pankreas di intestin. 2. Sekresi, pengeluaran sekret pencernaan untuk membantu proses ingesti. Yaitu oleh enzim. 3. Digesti, Penghancuran bolus secara mekanik dan kemis menjadi bantuk yg siap diabsorbsi oleh villi intestine 4. Absorbsi, Penyerapan oleh villi-villi intestinal dan masuk ke dalam sirkulasi

A. Rongga Mulut Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagain luar (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian terdiri atas rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami mekanis melalui proses mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sampai merata dengan bantuan enzim amilase yang akan memecah amilum menjadi maltosa. Proses mengunyah ini merupakan kegiatan yang terkoordinasi antara lidah, gigi dan otototot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasillian saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang khususnya amilase untuk melicinkan bolus sehingga mudah ditelan.

Fungsi saliva Merubah KH menjadi maltosa oleh enzim amilase (ptialin) Melicinkan / melumasi bolus sehingga mudah ditelan Menetralkan/mengencerkan bolus

Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva:

a. faktor mekanik : adanya bolus dalam mulut b. faktor psikhis : mencium/memikirkan makanan c. faktor kimiawi : bolus yang asam atau asin

LIDAH Terdapat papil dgn saraf rasa: Rasa pahit = pangkal lidah Rasa manis = ujung lidah Rasa asin = ujung samping kiri dan kanan lidah Rasa asam = samping kiri dan kanan lidah

Fungsi lidah : Mengaduk makanan Mengecap makanan Membantu waktu menelan Membentuk suara

Lidah membuat gumpalan makanan menjadi bolus dan mendorongnya ke arah faring. Sewaktu menelan, lidah mendorong makanan ke belakang mulut dan selanjutnya ke esofagus. Langit-langit(Laring) menghalangi makanan untuk memasuki rongga nasal Makanan bergerak melalui esofagus secara peristaltik.

B. Esofagus Menelan / deglutinasi Merupakan perbuatan fisiologis kompleks dimana makanan atau cairan

berjalan dari mulut ke lambung. Terdiri dari 3 fase: Fase oral : bolus didorong ke dinding posterior faring oleh gerakan volunter lidah. Menimbulkan gerak reflek menelan Fase Faringeal : palatum mole dan uvula secara refleks menutup rongga hidung. Pada saat yg sama laring terangkat dan menutup faring. Pernafasan serentak dihambat untuk mencegah aspirasi. Fase esofageal : mulai waktu M. crichopharingeus relaksasi dan memungkinkan bolus masuk esofagus. Bolus didorong oleh gerakan peristaltik esofagus ke arah bagian

distal dan merelaksasikan sfingter bagian bawah yang memunginkan bolus masuk ke lambung. Kecepatan peristaltik 2 4 cm/dtk, bolus sampe ke lambung sektar 5 15 detik.

C. Lambung Perangsangan sekresi getah lambung : Rangsang saraf jika melihat, mencium, memikirkan dan mencicipi makanan Rangsang kimia jika terdapat makanan dalam lambung

D. Usus Halus Fungsi utama usus halus : Pergerakan, yaitu mencapur dan mendorong kimus. Gerakan segmental usus halus dalam mendorong kimus, yakni gerak peristaltik Digesti, penyempurnaan digesti di usus halus didukung oleh enzim usus halus , enzim pankreas dan empedu Absorbsi, sebagai tempat absorbsi maksimal zat-zat gizi.

Fungsi digesti Kimus dari lambung (bersifat asam) di usus halus dinetralisir oleh getah empedu dan pankreas di duodenum guna mengoptimalkan kerja enzim. Garam empedu berperan mengemulsi lemak menjadi partikel partikel yg lebuh kecil.

Pankreas memiliki 3 enzim : Amilase mengubah zat pati menjadi disakarida Lipase merubah lemak menjadi gliserida, asam lemak dan gliserol Tripsinogen merubah pepton menjadi polipeptida

Usus halus menghasilkan enzim tersendiri : Enterokinase, merubah tripsinogen menjadi tripsin Amnopeptidase, merubah aminopeptida menjadi dipeptida Dipeptidase, merubah dipeptida menjadi asam amino Sukrase, merubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa Maltase, merubah maltosa menjadi 2 glukosa

Laktase, merubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Lamanya

kimus

dalam

usus

halus

10

jam

dengan

frekwensi

peristaltik 4 8 x/menit

Fungsi absorbsi Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan KH, L. P (gula sederhana, asam lemak dan asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan sel-sel tubuh.

A. Zat zat gizi yang diabsorbsi melalui pembuluh darah kapiler masuk ke aliran darah : - Protein - HA - Vit B, C - Air - Sebagian mineral

B. Zat gizi yang diabsorbsi melalui pembuluh lakteal masuk ke aliran limfe : - Lemak - Vit A, D, E, K - Sebagian mineral

E. Usus besar / kolon Fungsi : Absorbsi air dan mineral sebagian besar dilakukan pada kolon kanan

kolon mengabsobsi sekitar 600 ml /hr. (kapasitas absorbsi 2000 ml/hr) Sekresi musin bersifat alkali, tidak mengandung enzim, bekerja sebagai pelumas dan melindungi mukosa. Sebagai resevoir (kolon sigmoid), menampung feces sampai defekasi berlangsung.

Bakteri kolon mensintesa vit K dan beberapa vit B

Peristaltik pada kolon Pergerakan mencampur Feces diaduk dan diputar, bersentuhan dengan permukaan kolon, absorbsi air.

Pergerakan pendorong Gerakan peristaltik (mass movement), mendorong feces ke arah anus, beberapa kali/hari paling lama 15 menit selama jam pertama setelah makan pagi

Proses defekasi

F. Hati Fungsi hati : Pembentukan dan ekskresi empedu jumlah sekresi cairan empedu sekitar 1 liter per hari. dengan komposisi sbb: - air (97 %) - elektrolit : sodium, potasium, Ca, Cl - garam empedu - fospolipid (lesitin) - kolesterol - pigmen empedu (bilirubin terkonjugasi)

Metabolisme KH, lemak dan protein Metabolisme KH : Glikogenesis, glikogenolisis, glukoneogenesis, menyimpan glikogen, merubah galaktosa, fruktosa menjadi glukosa. Metabolisme lemak : Oksidasi asam lemak menjadi energy Pembentukan lipoprotein Pembentukan kolesterol dan fospolipid Pembentukan lemak dari protein dan KH Metabolisme protein: Sintesis protein plasma (kecuali gama globulin) : albumin, protrombin, fibrinogen dan faktor pembekuan yg lain. Deaminasi asam amino Pembentukan urea agar bisa dikeluarkan dari dalam tubuh

G. Kantung Empedu Sekresi getah empedu oleh hati : 500 1000 cc/hari

Pengosongan kandung empedu dirangsang oleh masuknya kimus asam ke dalam duodenum dan adanya lemak fungsi - Menyimpan dan memekatkan empedu (10 x lebih pekat)

H. Pankreas Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yg mempunyai fungsi berbeda: Sel asini = kelompok sel eksokrin, menghasilkan getah pankreas: Tripsin, kimotripsin, karboksipetidase, lipase pankreas, amilase pankres. Pulau langerhans = sel endokrin, menghasilkan sekresi endokrinn: insulin dan glukagon.

Fungsi : Fungsi eksokrin adalah membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit. Fungsi endokrin adalah mengekskresi hormon insulin dan glukagon

E. Pemeriksaan Sistem pencernaan a. Pemeriksaan Fisik


Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu : 1. Inspeksi Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

3. Palpasi Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi : Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai. Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering Kuku jari perawat harus dipotong pendek. Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

3. Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah : Sonor : suara perkusi jaringan yang normal. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.

Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik. 4. Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

b. Pemeriksaan Penunjang Radiologi


Rontgen Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan: - suatu penyumbatan - kelumpuhan saluran pencernaan - pola udara abnormal di dalam rongga perut - pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

USG Perut USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

Laboratorium
Pemeriksaan Kerongkongan

Pemeriksaan barium Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video. Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal. Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti: - selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa) - divertikulum Zenker (kantong kerongkongan) - erosi dan ulkus kerongkongan - varises kerongkongan - tumor.

Manometri Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.

Pengukuran pH kerongkongan Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.

Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan) Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).

Intubasi Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan). Intubasi Nasogastrik Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya. Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat. Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu: - Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin - Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif - Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan. Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk

mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung. Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Intubasi Nasoenteri Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk: - mendapatkan contoh isi usus - mengeluarkan cairan - memberikan makanan. Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).

Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.

Endoskopi Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa: - kerongkongan (esofagoskopi) - lambung (gastroskopi) - usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas). Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa: - rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi) - keseluruhan usus besar (kolonoskopi). Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan. Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya. Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop: Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya. Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan. Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.

Komplikasi

dari

penggunaan

endoskopi

relatif

jarang.

Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.

Laparoskopi Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total. Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut. Dengan laparoskopi dokter dapat: - mencari tumor atau kelainan lainnya - mengamati organ-organ di dalam rongga perut - memperoleh contoh jaringan - melakukan pembedahan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai