Anda di halaman 1dari 137

VIMALAKIRTI NIRDESA SUTRA ( WEI MO CING ) Sutra yang Dibabarkan oleh Vimalakirti Pintu Dharma Menuju Pembebasan yang

Tak Terbayangkan

Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dari Bahasa Mandarin oleh Upasaka Lu Kuan Yu Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Team Penerjemah Penerbit Pustaka Suci Mahayana, Jakarta
1

DAFTAR ISI
Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Bab VIII Bab IX Bab X Bab XI Bab XII Bab XIII Bab XIV : Tanah Buddha : Metode Mengajar Bijaksana ( Upaya ) : Para Siswa : Para Bodhisattva : Manjusri Mengunjungi Vimalakirti : Pembebasan Tak Terbayangkan : Memandang Makhluk HIdup : Jalan Buddha : Inisiasi Ke Dalam Kesunyataan Dharma : Buddha Sugandhakuta : Perilaku Bodhisattva : Melihat Buddha Aksobhya : Persembahan Dharma : Pesan untuk Menyebarkan Sutra Ini

Daftar Kepustakaan

PRAKATA
Kami berlindung pada Hyang Buddha Kami berlindung pada Dharma Kami berlindung pada Sangha Judul Sansekerta dari Vimalakirti Nirdesa Sutra berarti Sutra yang Dibabarkan oleh Vimalakirti, juga disebut Suatu Pintu Dharma ke Pembebasan Tak Terbayangkan. Judul pertama menunjukkan pembicara yang mencetuskan Sutra ini, dan yang kedua mengungkapkan metode praktek menuju pembebasan abadi sampai tercapainya nIrvana yang merupakan tujuan dari semua umat Buddha. Terjemahan ini berdasarkan penjelasan dan catatan dari penerjemah waskita bangsa India, Kumarajiva, dan murid merangkap pembantu bangsa China-nya yang juga waskita, Sheng Chao, penulis risalah Chao Lun yang terkenal dan berdasarkan komentar guru Chan, Po Nan, dari dinasti Ming pada tahun 1630. Menurut Kumarajiva, Vimalakirti datang dari tanah Abhirati ( Kebahagiaan Berlimpah )-nya Buddha Aksobhya untuk melakukan tugas penyelamatan di bumi ini. Dia mencetuskan Sutra ini dengan mengirim pengikutnya sejumlah 500 putra sesepuh dari Vaisali kepada Hyang Buddha untuk menerima instruksi-Nya, sedangkan dia sendiri terbaring sakit di rumah sambil menunggu kesempatan untuk menerangi para Bodhisattva, Siswa Utama ( Hyang Buddha ), dewa, dan manusia. Sutra ini terbagi dalam 14 bab. Bab I, memuji para Bodhisattva yang hadir, di mana perbuatan-perbuatan bajik mereka telah mengubah dunia mereka menjadi tanah suci, dan kemampuan mereka mengubah ( convert ) dan membebaskan makhluk hidup. Yang hadir dalam persamuwan itu termasuk dewa, ke-8 kelompok makhluk spiritual, bhiksu, bhiksuni, upasaka, dan upasika.
3

Vimalakirti mengirim seorang sesepuh bernama Ratna-rasi bersama 500 putra para sesepuh di Vaisali, masing-masing membawa canopy1 untuk dipersembahkan kepada Buddha sebagai tanda penghormatan. Sang Junjungan kemudian menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk mengubah semua canopy itu dan menjadikannya sebuah canopy raksasa, yang menutupi semua dunia berikut para Buddha yang sedang membabarkan Dharma di 10 penjuru. Ini menunjukkan keadaan tanah Buddha yang tak terbayangkan untuk mendorong kaum Hinayana mengembangkan pikiran Mahayana yang tak terbatas guna memenangkan ( mencapai ) tanah suci. Setelah itu Ratna-rasi memuji Hyang Buddha dalam sebuah gatha yang panjang sambil menambahkan bahwa ke-500 putera sesepuh telah memutuskan untuk mencapai penerangan sempurna dan memohon agar Hyang Buddha mengajarkan bagaimana mencapai tanah suci-Nya, langkah pertama ke arah pencapaian tingkat penerangan mutlak. Kemudian Hyang Buddha mengajarkan bahwa tanah suci merupakan hasil dari perbuatan mereka mengubah dan membimbing makhluk hidup menuju kesempurnaan, karena tanah suci ini berasal dari pikiran yang lurus, pikiran yang luhur ( luas ), pikiran Mahayana, pelaksanaan 6 paramita, 4 pikiran tak terhingga, dari 4 tindakan Maha-Bodhisattva dalam mendekati dan membebaskan makhluk hidup, serta dari cara bijaksana ( upaya-kausalya ), pelaksanaan 37 tahap pembantu ke arah penerangan ( Bodhi-paksika-dharma ), pelimpahan semua pahala yang diperoleh dalam perbuatan 8 Jalan Utama untuk pencerahan diri dan pencerahan yang lainnya, kotbah tentang cara menghilangkan 8 rintangan / keadaan menyedihkan sehingga Dharma ini bisa terjangkau dan dilaksanakan oleh setiap orang, kepatuhan pada sila dan tidak melakukan 10 kejahatan. Pada saat itu ajaran Hyang Buddha telah menimbulkan keraguan yang kuat dalam pikiran Sariputra tentang ketidakbersihan tanah suci Buddha ini. Hyang Buddha yang mengetahui pikirannya menekankan jempol kaki-Nya ke tanah, sehingga dunia ini seketika berubah menjadi bersih dan murni dalam segala keindahannya. Kemudian Beliau berkata kepada siswa-Nya, Tanah Buddha-Ku ini
1

Canopy: semacam payung besar dari kain untuk menutupi panas / hujan dan sebagai hiasan.

selamanya murni dan bersih tetapi kelihatan kotor agar Aku bisa membimbing manusia dengan kesadaran spiritual rendah menuju pembebasan. Pada kejadian ini Ratna-rasi dan ke-500 pengikutnya mencapai anutpattikadharma-ksanti, sedangkan sebagian besar hadirin memperoleh mata-Dharma maupun mengakhiri arus tumimbal lahir. Demikianlah Sang Junjungan menunjukkan tanah Buddha yang murni dan bersih dalam segala keagungannya di mana realisasinya merupakan tujuan dari semua Bodhisattva sebagaimana telah diuraikan di atas. Bab II, mengungkapkan perbuatan mulia yang dijalankan oleh Vimalakirti, pencetus Sutra Mahayana penting ini, dimana Dia mewujudkan diri sebagai seorang upasaka tua ( senior ) yang memberikan contoh pelaksanaan 6 penyempurnaan ( sad-paramita ) melalui beramal ( dana ), disiplin ( sila ), kesabaran ( ksanti ), ketekunan ( virya ), meditasi ( dhyana ), dan kebijaksanaan ( prajna ), dan perilaku Bodhisattva lainnya. Dan pada kesempatan ini dengan menggunakan upaya atau cara bijaksana Dia kelihatan sakit agar bisa menerima dan menganjurkan ribuan penjenguknya untuk mencari penerangan sempurna. Bab III, menceritakan para Siswa Utama yang diperintahkan Hyang Buddha untuk mewakili-Nya menjenguk Vimalakirti dan mereka semua menceritakan pertemuan sebelumnya dengan Sang Upasaka, yang menunjukkan mereka tidak pantas bertemu dengan-Nya lagi. Bab yang sangat menarik ini seharusnya dibaca oleh semua siswa yang telah mempraktekkan Hinayana dalam usaha mereka mencapai Nirvana relatif, agar melangkah lebih lanjut ke jalan Mahayana guna mencapai Nirvana mutlak. Karena tujuan ajaran Vimalakirti dalam bab ini adalah untuk mendorong para siswa ( Hyang Buddha ) dari tahap Sravaka agar mengembangkan pikiran Mahayana guna mencapai penerangan sempurna. Bab IV, menceritakan mengapa para Bodhisattva yang belum mencapai tingkat penerangan tertinggi juga menolak mewakili Sang Buddha menjenguk Vimalakirti karena mereka merasa tidak pantas mengunjungi-Nya, setelah pengalaman pertemuan sebelumnya dengan Sang Upasaka.

Bab ini juga sangat penting bagi mereka yang belajar di jalan Bodhisattva, karena mengajarkan apa yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh mereka. Bab V, mengungkapkan pertemuan yang menarik antara Manjusri dan Vimalakirti karena kemampuan pembahasan Dharma-Nya yang setara. Ini merupakan bab yang paling menarik dimana Vimalakirti berdiam diri ketika ditanya oleh Manjusri tentang kesunyataan Dharma, yaitu keadaan absolute dari ;yang demikian ( thusness ), yang berada di luar jangkauan kata dan ungkapan. Hal tersebut telah mengundang berbagai komentar dan menjadi bahan pembicaraan di semua vihara besar di Cina sejak Kumarajiva menerjemahkan Sutra ini ke dalam bahasa Cina. Bab VI, menerangkan pencapaian pembebasan tak terbayangkan melalui pelaksanaan kebajikan tertinggi yang meliputi singgasana Buddha, yang juga merupakan dasar dari penerangan. Untuk menunjukkan fungsi pembebasan tak terbayangkan yang luar biasa, Vimalakirti menggunakan kekuatan batin-Nya untuk meminta Buddha Merukalpa mengirimkan 32.000 singgasana ( tahta singa )-Nya yang tinggi besar, indah, dan tak bercacat, dan semua tahta itu termuat dalam kamar-Nya tanpa mengganggu apapun yang ada di kota Vaisali, dunia ini dan ke-4 surga, di mana semuanya tidak berubah seperti sebelumnya. Manjusri dan Bodhisattva yang telah mencapai pembebasan tak terbayangkan dengan mudah bisa menduduki tahta yang tinggi itu, sedangkan mereka yang masih berada pada tingkatan Sravaka harus memberi hormat kepada Buddha Merukalpa dan mengembangkan pikiran Mahayana lebih dahulu sebelum bisa mendudukinya. Vimalakirti menganjurkan pembebasan tak terbayangkan ini, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu untuk menunjukkan keadaan yang tak terungkapkan dan tak terlukiskan dari kesunyataan mutlak. Tujuan bab ini adalah untuk mengungkapkan keajaiban dari pembebasan tak terbayangkan kepada mereka yang berada di tingkat Sravaka dan mendorong mereka untuk mencari penerangan sempurna.
6

Bab VII mengajarkan praktek Mahayana untuk mencapai pembebasan tak terbayangkan. Isinya adalah dialog yang sangat menarik antara dua Bodhisattva agung, Vimalakirti dan Manjusri, di mana diajarkan cara yang tepat untuk memandang makhluk hidup, yang secara fundamental itu khayal dan tidak ada ( anatman ), bagaimana menyesuaikan keadaan tidak ada itu dengan perilaku Bodhisattva seperti penerapan 4 pikiran tak terhingga ( brahma-vihara: yakni cinta kasih, belas kasihan, kegembiraan, dan keseimbangan batin ) tanpa mengharapkan imbalan, penaklukan kelahiran dan kematian, memperoleh dukungan dari kebajikan moril Tathagata dengan membebaskan semua makhluk hidup dari kesusahan dan penyebabnya, dengan mempertahankan kesadaran yang benar, dengan memperkenalkan yang tak-terlahirkan dan tak meninggal, dengan cara pengendalian kejahatan agar tidak timbul dan memelihara kebajikan agar tak berakhir, yang berasal dari tubuh yang tercipta karena keinginan, yang disebabkan oleh diskriminasi yang timbul dari pikiran menyimpang, yang tadinya berasal dari keadaan tanpa inti ( anatman ). Guna membuktikan kebenaran ajaran tersebut, seorang maha dewi muncul untuk menaburkan bunga yang langsung terjatuh ke tanah saat menyentuh tubuh para Bodhisattva, tetapi tetap menempel pada tubuh para siswa ( dari tingkatan Sravaka ) yang tidak dapat menjatuhkannya karena mereka membedakan antara bunga ( yaitu wujud ) dan kemutlakan ( tidak berwujud ) yang mereka cari. Sang dewi mengajari para siswa untuk menghentikan semua pembedaan agar mereka bisa menyisihkan waktu dan ruang demi keselarasan dengan penerangan sempurna. Bab VIII, mengajarkan cara memasuki Jalan Ke-Buddha-an yang menuju penerangan sempurna dan yang hanya bisa dicapai oleh pikiran yang murni dan bersih ( tidak melekat ). Jadi bab ini menerangkan bahwa untuk memasuki Jalan Buddha seorang Bodhisattva harus melakukan tugas penyelamatan tanpa dinodai ketidaktahuan, keangkuhan, dan kebanggaan di dalam dunia binatang, tanpa kejengkelan dan amarah sewaktu muncul di dalam neraka, dan sebagainya. Dengan perkataan

lain, dia harus bebas dari semua diskriminasi sebagaimana dijelaskan didalam text agar bisa memperoleh pikiran yang murni dan bersih. Bab yang berisi dialog yang sangat menarik antara Vimalakirti dan Manjusri ini, juga eksposisi terdahulu tentang kebebasan dari diskriminasi dalam gatha yang panjang adalah terlalu panjang dan rumit untuk diringkas ke dalam prakata yang singkat ini. Oleh karena itu pembaca dihimbau untuk mempelajarinya dengan seksama untuk membebaskan diri dari noda akibat diskriminasi agar dapat menempuh jalan penerangan dari semua Buddha. Akan tetapi penghilangan diskriminasi hanya dimungkinkan melalui inisiasi kedalam kesunyataan Dharma yang diterangkan sepenuhnya dalam bab berikutnya. Di dalam Bab IX, Vimalakirti mengundang semua Bodhisattva yang hadir untuk mengungkapkan pengertian Mereka tentang kesunyataan Dharma, yakni pencapaian mereka atas keadaan mutlak di luar semua dualitas, relativitas, dan pertentangan, penyebab utama terciptanya segala makhluk hidup beserta dunianya. Sesudah Bodhisattva Manjusri menyimpulkan dengan mengatakan bahwa keadaan itu tercapai bilamana hal itu tidak dapat diungkapkan lagi melalui media kata, bahasa, indikasi, dan intelek, Dia meminta pendapat Vimalakirti yang bijjaksana atas hal tersebut. Vimalakirti berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk menunjukkan inisiasi nyata kearah kesunyataan yang tak terungkapkan dan tak terlukiskan. Kesunyataan Dharma yang dicapai oleh Vimalakirti akan tidak sempurna jika tidak dapat berfungsi sebagaimana halnya yang sering disebut kekuatan batin. Oleh sebab itu, di dalam Bab X, Vimalakirti menggunakannya untuk menunjukkan kepada persamuwan tanah Sarvagandhasugandha ( Segala Keharuman ) beserta Buddha dan Bodhisattvanya, menciptakan dan mengirim seorang utusan khayal untuk meminta nasi wangi dari Buddha tersebut guna merubah para Sravaka di Vaisali ke jalan Mahayana. Vimalakirti juga menggunakan kesempatan ini untuk mengajari para Bodhisattva tamu dari tanah Sarvagandhasugandha dengan memuji dan mengungkapkan kepada mereka Dharma yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni di dunia ini.

Bab XI, menceritakan Vimalakirti dan Manjusri bersama para siswa dan Bodhisattva berangkat menuju taman Amravana untuk mengunjungi Hyang Buddha yang sedang membabarkan Dharma di sana. Hyang Buddha menyambut mereka dan mengajarkan pada Ananda bahwa semua Buddha dan Bodhisattva melakukan tugas penyelamatan dengan berbagai cara dan melalui berbagai hal / benda membuka pintu Dharma kearah penerangan. Beliau juga menganjurkan untuk tidak melakukan diskriminasi dalam menghadapi berbagai keadaan. Hyang Buddha juga mengajarkan para Bodhisattva tamu dari Sarvagandhasugandha, Dharma yang terhabiskan ( exhaustible ) dan yang tak terhabiskan ( in-exhaustible ) agar diingat selalu. Didalam Bab XII Hyang Buddha meminta kepada Vimalakirti untuk mengungkapkan bagaimana Dia memandang-Nya secara seimbang ( utuh )2 Jawaban Vimalakirti yang panjang sangat menarik karena berkenaan dengan cara yang tepat untuk memandang Buddha. Hyang Buddha kemudian mengungkapkan bahwa Vimalakirti datang dari alam Abhirati ( Kebahagiaan Berlimpah )-nya Buddha Aksobhya dan meminta Vimalakirti untuk menunjukkan alam itu kepada persamuwan, hal mana dilakukannya seperti diceritakan dalam text3. Dengan demikian tanah Buddha dapat dicapai oleh siapapun yang memiliki pikiran murni dan bersih, yang ditujukan untuk mencari penerangan sempurna dan menjalankan Mahayana sebagaimana diajarkan dalam Sutra penting ini. Bab XIII menceritakan pujian Dewa Sakra ( penguasa Surga ke-33 ) terhadap pembebasan tak terbayangkan yang diajarkan dalam Sutra ini dan ikrarnya untuk melindungi semua orang yang percaya dan mempraktekkan Dharma ini, Hyang

Sebagaimana Vimalakirti mengajak Manjusri untuk mengunjungi dan melihat Sang Tathagata, Sang Buddha sekarang mendesak Dia untuk mengajari para hadirin bagaimana cara memandang-Nya. Bab VII mengajarkan cara yang tepat untuk memandang makhluk hidup dan Bab XII ini mengajarkan cara memandang Tathagata. 3 Vimalakirti memberikan manfaat yang besar dengan memperlihatkan alam Abhirati darimana Dia berasal kepada hadirin, untuk menstimulir usaha mereka agar mencari penerangan sempurna.

Buddha memuji penghargaan Sakra yang tinggi terhadap Sutra ini, dari mana penerangan semua Buddha bersumber. Hyang Buddha kemudian mengungkapkan kisah-Nya sendiri dimana pada suatu kehidupan yang lalu beliau merupakan putera seorang sesepuh dengan nama Candracchatara ( Canopy Bulan ) dan dianjurkan oleh Tathagata Bhaisajya untuk memberikan persembahan ( atau mengajari orang lain ) Dharma tak terbayangkan ini, yang melampaui semua bentuk persembahan lainnya. Ini berarti bahwa semua bentuk persembahan tentang ajaran-ajaran penerangan sempurna adalah yang terbaik. Sebagai akibat dari perbuatan ini, beliau mencapai anutpattika-dharma-ksanti dan menerima ramalan dari Tathagata Bhaisajya bahwa beliau akan mencapai penerangan di kemudian hari. Ayah beliau, Ratnacchatara ( Canopy Mulia ), kemudian menjadi Buddha yang disebut Ratnarcis ( Nyala Mulia ) dan ke-1.000 anak-Nya menjadi ke-1.000 Buddha dari Bhadrakalpa ( Kalpa Kebajikan ) dimana Chandracchattara menjadi Buddha Sakyamuni. Bab XIV, menceritakan pesan Hyang Buddha kepada Maitreya, Buddha berikutnya di dunia untuk menyebarluaskan Sutra ini. Hyang Buddha mencela mereka yang lebih suka kata-kata muluk dan gaya menyolok, dengan demikian meramalkan kebanyakan kaum terpelajar modern dimana-mana yang tidak mau bersusah payah untuk menggali arti yang dalam dari Sutra, melainkan hanya tertarik pada diskusi panjang lebar dan pembahasan tak berguna ( steril ) yang hanya mempertajam diskriminasi serta menjauhkan mereka dari penerangan sempurna. Para pembaca yang sudah mempelajari Sutra Intan, Sutra Hati, Sutra tentang Penerangan Sempurna dan Surangama Sutra yang kami sajikan, dianjurkan untuk membaca Sutra yang merupakan pelengkap dan membantu pembaca untuk lebih mengerti Dharma Mahayana.

Hongkong 1970
10

Upasaka Lu Kuan Yu

BAB I TANAH BUDDHA


Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu Hyang Buddha sedang berdiam di taman Amra di Vaisali bersama sejumlah 8.000 bhiksu agung. Bersama mereka terdapat 32.000 Bodhisattva yang terkenal yang telah mencapai semua kesempurnaan4, yang memberikan kebijaksanaan yang tinggi5. Mereka telah menerima ajaran dari berbagai Buddha dan membentuk suatu benteng pelindung Dharma. Dengan mempertahankan kemurnian Dharma, mereka mampu mengeluarkan raungan singa ( untuk mengajar orang lain ), sehingga nama mereka terdengar di 10 penjuru. Mereka tidak diundang tetapi datang ke persamuwan untuk menyebarluaskan ajaran tentang Triratna dan meneruskannya selama-lamanya. Mereka telah menaklukkan semua iblis dan mengalahkan aliran sesat serta perbuatan, kata-kata dan pikiran mereka sudah murni dan bersih, bebas dari ( 5 ) rintangan6 dan ( 10 ) ikatan7. Mereka telah mencapai ketenangan batin8 dan memperoleh pembebasan tak terintangi. Mereka telah mencapai konsentrasi yang benar dan keseimbangan mental, dengan demikian memperoleh kemampuan berbicara tak terintangi. Mereka telah menyempurnakan semua ( 6 ) paramita; beramal ( dana ), disiplin ( sila ), kesabaran ( ksanti ), ketekunan ( virya ), meditasi ( dhyana ), dan kebijaksanaan ( prajna ) berikut metode bijaksana dalam mengajar ( upaya ). Sekalipun begitu realisasi ini bagi mereka tidak berarti ada pencapaian apapun sehingga mereka selalu selaras dengan sifat dari anutpattikadharma-ksanti. Mereka mampu memutar Roda Dharma tanpa mundur lagi. Mampu menginterpretasi ( sifat hakiki dari ) semua fenomena, mereka mengetahui dengan baik akar pembawaan ( kecenderungan ) semua makhluk hidup, melampaui mereka semua dan mencapai ketidak-gentaran. Mereka telah
Yaitu ke-6 paramita ( beramal, disiplin, kesabaran, ketekunan, ketenangan, dan kebijaksanaan ) dan ke-6 kekuatan transenden ( penglihatan dewa, pendengaran dewa, mengetahui pikiran semua makhluk hidup, mengetahui semua bentuk kehidupan lalu diri sendiri dan makhluk lainnya, kemampuan untuk muncul dimanapun sesukanya, memiliki kebebasan mutlak dan pengetahuan untuk mengakhiri arus tumimbal lahir ). 5 Yaitu kebijaksanaan Buddha. 6 Ke-5 rintangan batin adalah: nafsu, amarah, rasa kantuk, ketegangan / kegelisahan, dan keraguan. 7 Ke-10 ikatan adalah: tidak tahu malu, tidak ada rasa sungkan, iri / mengagumi, kekejian, rasa menyesal, lamban / tumpul, tidak stabil, kemurungan, amarah, dan menyimpan dosa. 8 Yaitu tahap ke-7 dari tidak mengalami kemunduran dalam perkembangan Bodhisattva ke arah Ke-Buddha-an.
4

11

mengembangkan pikirannya melalui kebajikan dan kebijaksanaan yang dipergunakan untuk menghiasi raut fisik-Nya yang tak tertandingi sehingga dengan demikian melampaui semua perhiasan duniawi. Reputasi mereka melebihi tingginya Gunung Sumeru. Keyakinan mereka yang mendalam ( pada yang tak terciptakan ) tidak terhancurkan bagaikan intan. Kekayaan Dharma mereka menerangi semua daratan dan menghujaninya dengan minuman dewa. Ucapan mereka sangat luhur dan tak tertandingi. Mereka menerjunkan diri ke dalam semua perbuatan duniawi tetapi memutuskan semua pandangan keliru karena sudah terbebas dari semua dualisme dan telah menghilangkan kemelekatan ( lama ). Mereka dengan tak gentar memberikan auman singa untuk membabarkan Dharma, suaranya bagaikan guntur. Mereka tidak dapat dinilai karena sudah di luar semua ukuran duniawi. Mereka telah mengumpulkan semua kekayaan Dharma dan bertindak sebagai jurumudi ( yang ahli ). Mereka sangat menguasai arti yang dalam dari semua Dharma. Mereka mengetahui dengan baik keadaan mental dari semua makhluk hidup, tercipta dan musnahnya makhluk hidup tersebut ( di dalam siklus kehidupan ). Mereka telah mencapai tahap mendekati kebijaksanaan tertinggi yang tak terlampaui dari semua Buddha, memperoleh 10 kekuatan tak-gentar ( dasa bala ) yang memberikan pengertian sempurna9 dan ke-18 ciri yang berlainan dari seorang Buddha dibanding Bodhisattva ( Avenika Dharma ).10 Sekalipun sudah terbebas dari ( kelahiran ) di alam sengsara, mereka muncul di 5 alam fana sebagai tabib mulia untuk menyembuhkan semua penyakit, memberikan semua pengobatan yang tepat di dalam kasus masing-masing individu, dengan demikian memperoleh pahala berlimpah untuk menghiasi tanah Buddha yang tak terhitung banyaknya. Setiap
Dasabala atau 10 kekuatan tak gentar yang memberikan pengetahuan lengkap tentang: 1, apa yang benar atau tidak benar dalam berbagai keadaan; 2, karma dari setiap makhluk pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang; 3, semua tahap pembebasan melalui dhyana dan Samadhi; 4, pembawaan baik dan jahat dari semua makhluk; 5, pengetahuan dan pengertian dari setiap makhluk; 6, keadaan nyata dari setiap individu; 7, arah dan konsekuensi dari segala hukum; 8, semua penyebab kematian dan tentang kebaikan dan kejahatan dalam kenyataannya; 9, kehidupan sebelumnya dari semua makhluk dan tingkatan nirvana; dan 10, penghancuran segala jenis ilusi. 10 Avenika Dharma atau 18 ciri-ciri tak tertandingi dari seorang Buddha: kesempurnaan atas tubuh ( perbuatan ), mulut ( bicara ), dan batin ( pikiran ), seimbang terhadap semuanya, ketenangan, pengorbanan diri, keinginan untuk menyelamatkan yang tak berhenti, usaha yang tidak mengendur, pikiran yang tak menyerah termasuk kebijaksanaan di dalamnya, kekuatan untuk menyelamatkan, prinsip dari itu, mengungkapkan kebijaksanaan sempurna dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran, pengetahuan sempurna tentang masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.
9

12

makhluk hidup memperoleh manfaat yang besar dari bertemu dan mendengarkan mereka, karena perbuatan mereka itu tidak pernah sia-sia. Demikianlah mereka telah memperoleh semua kebajikan unggul. Mereka adalah Bodhisattva; Samadarsana, Asamadarsana, Asamasamadarsana, Samadivikurvitaraja, Dharmesvara, Dharmaketu, Prabhaketu, Prabhavyuha, Mahavyuha, Ratnakuta, Pratibhanakuta, Ratnapani, Ratnamudrarahasta, Nityokksiptahasta, Nityapralambahasta, Nityodgriva, Nityapramuditendriya, Nityapramuditaraja, Akutilapratisamvid, Gaganaganya, Ratnolkaparigrhita, Ratnasri, Ratnadatta, Indrajala, Janniprabha, Anavaranadhyana, Prajnakuta, Devaraja, Marapramardaka, Vidyuddeva, Vikurvanaraja, Kutanimmitasamalamkara, Simhanadanadin, Meghasvara, Griyagrapramardiraja, Gandhahastin, Mahagandhahastin, Nityodyukta, Aniksiptadhura, Pramati, Sujata, Padmasrigarbha, Samadhiraja, Padmavyuha, Avalokitesvara, Mahasthamaprapta, Brahmajala, Ratnadandin, Ajita, Maravijrta, Ksetraamalamkara, Suvarnacuda, Maniratnacchattra, Manicuda, Maitreya, Manjusri, dan Bodhisattva lainnya yang semuanya berjumlah 32.000 orang. Di sana juga terdapat 10.000 dewa Brahma termasuk Mahadewa Sikkhin yang datang dari 4 penjuru untuk mendengarkan Dharma. Juga terdapat 12.000 penguasa surga yang datang dari 4 penjuru dan mengambil tempat duduk dalam persamuwan. Juga terdapat dewa-dewa lain dengan keagungan yang mempesona, naga, roh, yaksa, gandharva,asura, garuda, kinnara, mahoraga yang datang dan mengambil tempat duduk dalam persamuwan itu.11 Juga terdapat banyak bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang datang ke persamuwan.12

Ke 8 kelompok makhluk spiritual yang selalu datang untuk menengarkan ceramah Buddha adalah: 1, naga; 2, roh surgawi; 3, yaksha atau jin, yang tinggal di bumi, di udara, dan di surga yang lebih rendah; 4, gandharva, roh dari gunung harum, disebut demikian karena mereka tidak minum arak atau makan daging, tetapi hidup dari dupa dan mengeluarkan bau wangi; 5, asura atau titan; 6, garuda, atau burung mistik, ratu dari ras burung, musuh dari ras ular dan kendaraan dari Wisnu; 7, kinnara, musisi dari Kuvera ( dewa kayangan ) dengan badan manusia dan berkepala kuda; dan 8, mahoraga, setan yang berbentuk seperti Boa.

11

13

Demikianlah dengan dikelilingi oleh manusia tak terhitung jumlahnya yang datang memberi hormat Hyang Buddha bersiap membabarkan Dharma. Bagaikan Gunung Semeru yang menjulang dari lautan, Beliau duduk dengan tentram di atas singgasana yang menghadap ke arah persamuwan ( yang berbentuk cembung ). Seorang putra sesepuh ( grhapati )13 bernama Ratna-rasi maju bersama 500 putra sesepuh dengan membawa canopy yang dihiasi 7 macam permata untuk memberi hormat dan persembahan kepada Beliau. Dengan menggunakan kekuatan transenden-Nya Hyang Buddha mengubah semua canopy itu menjadi satu canopy yang menutupi chiliocosmos besar14 berikut Gunung Semeru dan semua pegunungan yang mengelilinginya, lautan, sungai, kali, matahari, bulan, planet, dan bintang, istana dewa, naga, dan roh suci muncul di dalam canopy mulia yang juga menutupi para Buddha yang sedang mengajarkan Dharma di 10 penjuru. Semua hadirin yang menyaksikan kekuatan transenden Hyang Buddha memuji kejadian langka yang belum pernah terlihat sebelumnya, merangkapkan tangan dan menatap Beliau tanpa berhenti. Kemudian Ratna-rasi menyanyikan gatha pujian berikut; Aku memberi hormat kepada-Nya Yang mempunyai mata besar bagaikan teratai hijau Yang mempunyai pikiran tak berubah dan tenang Yang telah mengumpulkan perbuatan suci tak terhitung Yang membimbing semua makhluk bebas dari tumimbal lahir Aku telah melihat Sang Bhagava menggunakan kekuatan transenden-Nya Untuk menciptakan dunia tak terhitung di 10 penjuru Semua ini telah dilihat dan didengar oleh para hadirin
Pendeta laki-laki dan perempuan, umat laki-laki dan perempuan. Grhapati: seorang sesepuh yang adil, tegas, dan jujur. 14 Suatu chiliocosmos besar ( tri-sahasra-maha-sahasra-loka dhatu ): Gunung Sumeru dan ke-7 benua, 8 lautan dan jajaran pegunungan yang mengelilinginya membentuk 1 dunia kecil; 1.000 dunia kecil ini membentuk 1 chiliocosmos kecil; 1.000 chiliocosmos kecil ini membentuk 1 chiliocosmos medium; 1.000 chiliocosmos medium ini membentuk 1 chiliocosmos besar, yang terdiri dari 1.000.000 dunia kecil.
13 12

14

Kakuatan Dharma-Mu melampaui semua makhluk dan Menganugerahi mereka dengan kesunyataan hukum Dengan ketrampilan yang tinggi Engkau membedakan semuanya Sambil tidak bergerak didalam Realitas Engkau yang telah terbebaskan dari semua fenomena Demikianlah kepada Sang Raja Dharma aku menyembah Engkau tidak mengajar apa yang ada dan tidak ada Arena semua hal / benda tercipta dari sebab dan akibat Tanpa diri, yang melakukan, atau perbuatan Tetapi, karma baik atau buruk itu tak dapat diingkari Di bawah pohon Bodhi, Engkau menaklukkan Mara Memperoleh Ambrosia, mencapai Nirvana, dan memenangkan Bodhi Engkau telah terbebas dari pikiran, pemikiran, dan perasaan Dengan demikian menaklukkan aliran sesat Memutar tiga kali di dalam chiliocosmos ini Roda hukum yang murni dan bersih di dalam hati Untuk ini dewa dan manusia yang telah diselamatkan membuktikan Demikianlah Tri Ratna muncul didalam dunia Saha ini Untuk menyelamatkan makhluk hidup dengan Dharma yang luhur ini Yang jika diterapkan selalu membimbing ke Nirvana Engkau adalah Raja Tabib yang menghancurkan usia tua, Penyakit dan kematian. Maka kepada Dharma-Mu yang tak terbatas Dengan pahalanya yang tak terhitung, aku memberi hormat Sedang Engkau bagaikan Gunung Semeru Yang tidak bergeming oleh pujian maupun celaan Belas kasihan-Mu menjangkau orang baik maupun jahat
15

Bagaikan angkasa pikiran-Mu tetap seimbang Apakah ada yang tidak menghormat Buddha manusia ini Sesudah mendengar tentang-Nya ? Aku telah mempersembahkan kepada-Nya satu canopy kecil Yang menutupi satu chiliocosmos besar berikut istana dewa Naga dan roh, Gandharva, yaksha dan lainnya Maupun semua raja di dunia ini Dengan welas asih Dia mengunakan 10 kekuatan-Nya Untuk mengubah ini. Para saksi memuja Hyang Buddha Aku menyembah kepada Yang Paling Dijunjungi di 3 dunia Seluruh hadirin ( kini ) berlindung kepada Raja Dharma Mereka yang menatap-Nya diliputi kegembiraan Msing-masing melihat Sang Bhagava di depannya; ini adalah salah satu dari 18 ciri khusus-Nya Bila Dia membabarkan Dharma dengan suara yang sama, semua makhluk memahaminya sesuai dengan kondisi mereka masing-masing Dengan mengatakan Sang Bhagava berbicara dalam bahasa mereka Ini merupakan salah satu dari 18 ciri khusus-Nya Bila Dia membabarkan Dharma dengan satu suara Mereka memperoleh pengertian sesuai versi masing-masing Memperoleh manfaat besar dari apa yang mereka kumpulkan Bila Dia membabarkan Dharma dengan satu suara Ada yang diliputi ketakutan, ada yang diliputi kegembiraan Ada yang membenci-Nya sedangkan yang lain terbebas dari keraguan Ini merupakan salah satu dari 18 ciri khusus-Nya Aku menyembah pada Pemilik 10 Kekuatan Aku menyembah pada-Nya yang telah mencapai ketidak-gentaran
16

Memperoleh kesemua 18 ciri khusus Aku menyembah kepada-Nya Yang Membimbing makhluk lain bagai jurumudi Aku menyembah pada-Nya yang telah membebaskan semua ikatan Aku menyembah pada-Nya yang telah mencapai pantai seberang Aku menyembah pada-Nya yang mampu menyelamatkan semua dunia Aku menyembah pada-Nya yang telah terbebas dari kelahiran dan kematian, yang mengetahui datang dan perginya makhluk hidup Dan menembus semua hal untuk mencapai pembebasan-Nya Yang sangat trampil dalam perbuatan-perbuatan Nirvana Tidak tercemar bagai teratai Yang menembus kedalam segalanya tanpa rintangan Aku menyembah kepada-Nya yang bagaikan angkasa Tanpa bergantung pada apapun Sesudah menyanyikan gatha itu, Ratna-rasi berkata pada Hyang Buddha, Yang Dijunjungi, ke-500 putera sesepuh ini telah memutuskan untuk mencari penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ), mereka semua ingin mengetahui bagaimana mendapatkan tanah Buddha yang murni dan bersih. Maukah Hyang Junjungan mengajarkan kami perilaku / perbuatan-perbuatan Bodhisattva yang menghasilkan pencapaian tanah suci ? Hyang Buddha bersabda, Bagus, Ratna-rasi, bagus sekali engkau bisa mewakili para Bodhisattva menanyakan perilaku yang menghasilkan pencapaian tanah suci Buddha. Dengarkan baik-baik dan renungkan apa yang akan Kuberitahukan. Kemudian Ratna-rasi dan ke-500 putera sesepuh mendengarkan instruksiNya dengan penuh perhatian. Hyang Buddha bersabda, Ratna-rasi, segala jenis makhluk hidup merupakan tanah Buddha yang dicari oleh semua Bodhisattva. Mengapa begitu ?
17

Karena seorang Bodhisattva memperoleh tanah Buddha sesuai dengan makhluk hidup yang diubahnya ( ke dalam Dharma ), sesuai dengan makhluk hidup yang dijinakkan olehnya, sesuai dengan negeri ( dimana mereka akan menitis ) untuk mencapai kebijaksanaan Buddha, dan dimana mereka akan menanam akar Bodhi Mengapa begitu ? Karena seorang Bodhisattva memperoleh tanah suci hanya semata-mata untuk kepentingan semua makhluk hidup. Sebagai contoh seorang bisa membangun istana dan rumah di atas tanah kosong tanpa kesukaran, tapi dia akan gagal bila mencoba membangunnya di angkasa ( tanpa media / fondasi ). Demikian pula seorang Bodhisattva, demi untuk menyempurnakan makhluk hidup, mencari tanah Buddha yang tak bisa diketemukan di dalam angkasa ( kosong ). Ratna-rasi, perlu engkau ketahui bahwa pikiran yang lurus adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila ia mencapai ke-Buddha-an, makhluk yang tidak munafik dan menipu akan terlahir di alam-Nya. Pikiran yang luhur adalah tanah sucinya Bodhisattva , karena bila ia mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang telah mengumpulkan segala pahala akan terlahir di alam-Nya. Pikiran Mahayana adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia telah mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang mencari Mahayana akan terlahir di alam-Nya. Beramal ( dana ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila ia mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang bisa memberikan ( untuk amal ) akan terlahir di alam-Nya. Disiplin ( sila ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang telah memegang 10 larangan akan terlahir di alam-Nya. Kesabaran ( ksanti ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang dikaruniai dengan 32 ciri fisik unggul akan terlahir di alam-Nya.
18

Ketekunan ( virya ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang rajin dalam melaksanakan perbuatan baik akan terlahir di alam-Nya. Ketenangan / meditasi ( dhyana ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang pikirannya terkendali dan tenang akan terlahir di alam-Nya. Kebijaksanaan ( prajna ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang mencapai prajna akan terlahir di alam-Nya. Ke-4 pikiran tak terhingga ( catvari apramanani )15 adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang telah mempraktekkan dan menyempurnakan ke-4 tak terbatas: cinta kasih, belas kasihan, kegembiraan, dan keseimbangan, akan terlahir di alam-Nya. Ke-4 tindakan persuasif ( catur samgraha vastu )16 adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang memperoleh manfaat dari bimbingan-Nya yang bermanfaat akan terlahir di alamNya. Metode bijaksana ( upaya kausalya )17 untuk mengajarkan kebenaran mutlak adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang mahir dengan upaya akan terlahir di alam-Nya.

Catvari apramanani, ke-4 pikiran tak terukur atau tak terhingga dari Buddha: cinta kasih tak terbatas ( matre ) yang memberikan kegembiraan dan kebahagiaan; belas kasihan tak terbatas ( karuna ) untuk menyelamatkan dari penderitaan; kegembiraan tak terbatas ( mudita ) karena melihat yang lainnya terbebaskan dari penderitaan; dan keseimbangan tak terbatas ( upeksa ) yaitu mengangkat diri di atas emosi-emosi ini, atau melepaskan semua hal seperti pembedaan antara teman dan musuh, dan sebagainya, dengan demikian menghapuskan semua diskriminasi. 16 Catur-samgraha-vastu, 4 tindakan simpatik Bodhisattva: a) dana, memberikan apa yang diinginkan orang lain untuk membimbing mereka agar mencintai dan menerima kebenaran; b) priyavacana, kata-kata manis, dengan tujuan yang sama; c) arthakrtya, perbuatan bermanfaat bagi orang lain, dengan tujuan yang sama; dan d) samanarthata, bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan orang lain untuk membimbing mereka ke arah kebenaran. 17 Upaya kausalya: metode bijaksana trampil untuk membabarkan keadaan absolut dari penerangan yang tak terungkapkan dan tak terlukiskan.

15

19

Ke-37 tahap pembantu ke arah perkembangan ( bodhi-paksika-dharma )18 adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang telah mempraktekkan ke-4 tahap kesadaran dengan baik ( smrtyupasthana ),19 dan ke-4 usaha yang benar ( samyak prahana ),20 ke-4 langkah ke arah kekuatan batin ( rddhipada ),21 ke-5 faktor kemampuan spirituil ( pancaindriani ),22 ke-5 kekuatan transenden ( panca balani ),23 ke-7 tingkatan penerangan ( sapta bodhyanga ),24 dan 8 jalan mulia ( asta marga )25 akan terlahir di alam-Nya. Pelimpahan ( dari pahala seorang untuk menyelamatkan orang lain ) adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an tanahnya akan dihiasi semua jenis pahala kebajikan. Mengajarkan pemusnahan 8 keadaan menyedihkan26 adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an tanahnya akan bebas dari keadaan tidak menyenangkan tersebut.

Ke-37 tahap pembantu ke arah penerangan ( bodhi-paksika-dharma ): ke-4 tahap kesadaran, ke-4 jenis pengerahan usaha yang benar, ke-4 tahap ke arah kekuatan ajaib, ke-5 kemampuan spirituil, ke-5 kekuatan transenden, ke-7 tingkatan penerangan, dan ke-8 jalan mulia. 19 Smrtyupasthana; ke-4 rangkap tahap kesadaran untuk melaksanakan prosedur 5 rangkap Hinayana guna memenangkan pikiran yang terdiri dari perenungan: a) bahwa badan itu tidak bersih; b) perasaan selalu menyebabkan penderitaan; c) pikiran itu tidak permanen; dan d) hal / benda itu tidak bebas dan tidak mempunyai sifatnya sendiri. Prosedur 5 rangkap Hinayana untuk menghilangkan nafsu, kebencian, kepalsuan, egois, dan kekacauan dari pikiran terdiri dari: meditasi atas: ketidakmurnian ( impurities ); welas asih; sebab-akibat; tidak memihak / seimbang; dan menghitung pernafasan. 20 Samyak prahana, 4 usaha yang benar: menghentikan kejahatan yang ada, mencegah timbulnya kejahatan, membangkitkan kebaikan, dan mengembangkan kebaikan yang sudah ada. 21 Rddhipada, 4 langkah ke arah rddhi atau kekuatan supernatural: konsentrasi intensif, usaha intensif, mempertahankan posisi yang telah dicapai secara intensif, dan meditasi intensif pada prinsip-prinsip hakiki. 22 Panca indriani, ke-5 kemampuan spirituil: keyakinan, ketekunan, pikiran yang benar, konsentrasi, dan kebijaksanaan. 23 Panca balani, ke-5 kekuatan dari: keyakinan, menghancurkan keragu-raguan; ketekunan, menghancurkan kemalasan; pikiran yang benar menghancurkan kepalsuan; konsentrasi menghancurkan pikiran yang kacau dan mengembara; dan kebijaksanaan menghancurkan kebodohan. 24 Sapta-bodhyanga, ke-7 tingkatan penerangan: membedakan yang benar dan salah; semangat; kegembiraan; keentengan; kesadaran yang benar; ketenangan dan keseimbangan terhadap semua keadaan. 25 Asta marga, 8 jalan mulia: pandangan yang benar; pikiran yang benar; perkataan yang benar; perbuatan yang benar; penghidupan yang benar; usaha yang benar; kesadaraan yang benar; dan meditasi yang benar. 26 Ke-8 keadaan menyedihkan dimana sangat sulit untuk bertemu seorang Buddha atau mendengar Dharma-Nya adalah: didalam neraka sebagai setan kelaparan; sebagai binatang; di Uttarakuru, kontinen di sebelah Utara dimana kehidupan itu agak nyaman dan orang-orangnya tidak mempunyai kesempatan untuk mendengarkan Dharma; di surga kehidupan yang panjang, dimana kehidupan sangat panjang dan nyaman dan penghuninya tidak

18

20

Memegang sila sambil menahan diri untuk mengeritik orang lain yang tidak melakukannya adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai keBuddha-an negerinya akan terbebas dari orang-orang yang melanggar larangan. Ke-10 perbuatan baik27 adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an dia akan berusia panjang,28 dia akan kaya,29 dia akan hidup suci,30 kata-katanya selalu benar,31 ucapannya halus,32 pengikutnya tidak akan meninggalkannya karena suka mendamaikan / menengahi,33 bicaranya selalu bermanfaat bagi lainnya,34 dan makhluk hidup yang terbebas dari rasa iri, marah, dan pandangan yang tidak benar, akan terlahir di alam-Nya. Jadi, Ratna-rasi, karena pikirannya yang lurus, seorang Bodhisattva bisa bertindak dengan jujur; karena perbuatan yang jujur dia memperoleh pikiran yang luhur; karena pikirannya yang luhur, hatinya selalu terkendali; karena hatinya yang terkendali, perbuatannya selaras dengan Dharma ( yang didengarnya ); karena perbuatannya selaras dengan Dharma, dia bisa melimpahkan pahalanya untuk kepentingan orang lain; karena pelimpahan ini, dia bisa menggunakan metode bijaksana ( upaya ); karena metode bijaksananya, dia bisa membimbing makhluk hidup menuju kesempunaan; karena dia bisa membimbing mereka menuju kesempurnaan, tanah Buddhanya menjadi murni; karena tanah Buddhanya yang murni, ajaran Dharmanya menjadi murni; karena ajaran Dharmanya yang murni, kebijaksanaannya menjadi murni; karena kebijaksanaannya yang murni pikirannya menjadi murni; dan karena pikirannya yang murni semua kebajikannya menjadi murni.

pernah memikirkan Dharma; sebagai orang tuli, buta, dan bisu; sebagai filsuf duniawi yang meremehkan Dharma; dan didalam masa antara 2 Buddha. 27 Yaitu tidak melakukan 10 kejahatan: membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, membicarakan orang lain, bicara kasar, omong kosong, nafsu, amarah, dan pandangan sesat. 28 Karena ia tidak membunuh. 29 Karena ia tidak mencuri. 30 Karena ia tidak berzinah. 31 Karena ia tidak berbohong. 32 Karena ia tidak berbicara kasar. 33 Karena ia tidak membicarakan orang lain / memecah belah. 34 Karena ia tidak beromong kosong.

21

Oleh karena itu, Ratna-rasi, jika seorang Bodhisattva ingin memperoleh tanah suci, dia harus membersihkan pikirannya dan karena pikirannya yang murni, tanah Buddhanya menjadi murni. Sewaktu Sariputra sedang terpukau oleh keagungan menakjubkan dari Hyang Buddha, Dia merenung, Jika tanah suci Buddha ini menjadi murni oleh pikiran Bodhisattva yang murni, apakah ini disebabkan oleh pikiran Yang Dijunjungi tidak murni sewaktu Beliau masih di tahap Bodhisattva, sehingga tanah Buddha ini ( yakni dunia ini ) begitu tidak bersih ( sebagaimana yang terlihat oleh kita sekarang )? Hyang Buddha mengetahui pikiran-Nya ini dan berkata pada Sariputra, Apakah matahari dan bulan tidak bersih kalau seorang buta tidak melihat kebersihannya ? Sariputra menjawab, Yang Dijunjungi, ini merupakan kesalahan dari orang buta itu sendiri dan bukan pada matahari dan bulan. Hyang Buddha berkata, Sariputra, disebabkan oleh kebutaan ( spirituil ) mereka, makhluk hidup tidak melihat keindahan yang menakjubkan dari tanah suci Tathagata, ini bukanlah kesalahan dari Tathagata. Sariputra, tanah Buddha-Ku ini selalu murni, tetapi engkau tidak melihat kemurniannya. Pada saat itu dewa Brahman dengan seikat rambut di kepalanya ( menyerupai kepang ) berkata kepada Sariputra, Jangan berpikir bahwa tanah Buddha ini tidak murni. Mengapa ? Karena aku melihat tanah Buddha Sakyamuni itu murni dan bersih bagaikan istana surgawi. Sariputra berkata, Aku melihat dunia ini penuh dengan bukit, gunung, lubang, duri, batu, dan tanah, yang semuanya tidak bersih. Brahman berkata, Disebabkan pikiranmu yang naik turun dan tidak selaras dengan kebijaksanaan Buddha maka engkau melihat tanah ini tidak bersih. Sariputra, karena seorang Bodhisattva bersikap seimbang terhadap semua makhluk dan pikiran luhurnya yang murni dan bersih selaras dengan Buddhadharma, maka dia dapat melihat bahwa tanah Buddha ini ( juga ) murni dan bersih. Pada saat itu Hyang Buddha menekankan jempol kaki kanan-Nya ke tanah dan dunia ini mendadak dihiasi dengan ratusan dan ribuan permata langka dan berharga dari chiliocosmos raya, seperti halnya tanah suci Buddha Ratnavyuha
22

yang dihiasi dengan pahala mulia tak terhitung, dimana para hadirin memuji karena belum pernah terlihat sebelumnya; disamping itu setiap orang yang hadir mendapatkan dirinya sedang menduduki satu teratai mulia. Hyang Buddha berkata kepada Sariputra, Lihatlah kemurnian yang mulia dari tanah Buddha-Ku. Sariputra berkata, Yang Dijunjungi, aku belum pernah melihat dan mendengar tanah Buddha dalam kemurniannya yang seindah ini. Sang Buddha menjawab, Tanah Buddha-Ku ini selamanya murni, tetapi kelihatan kotor agar Aku bisa membimbing dan menyelamatkan orang-orang dengan kesadaran spiritual yang rendah. Ini bagaikan para dewa di surga Trayastrimsa yang mengambil makanan dari wadah yang sama, akan tetapi cita rasanya berlainan sesuai dengan pahala masing-masing yang mencicipinya. Demikianlah, Sariputra, orang yang murni pikirannya melihat dunia ini dalam kemurniannya yang indah. Sewaktu tanah Buddha ( yaitu dunia ) ini muncul dalam kemurniannya yang indah, ke-500 putera sesepuh yang datang bersama Ratnarasi mencapai anutpattika-dharma-ksanti, dan 84.000 manusia mengembangkan pikirannya ke arah penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ). Hyang Buddha kemudian berhenti menekankan jempol kaki-Nya ke tanah dan dunia ini berubah kembali kedalam keadaannya semula ( yang kotor ). 32.000 dewa dan manusia yang mendambakan tahapan Sravaka mengerti ketidakkekalan semua fenomena, menjauhi diri dari kekotoran duniawi dan memperoleh mataDharma ( yang bisa melihat kesunyataan dari 4 Kebenaran Mulia ),35 8.000 bhiksu menjauhkan diri dari fenomena dan berhasil mengakhiri arus tumimbal lahir ( dengan demikian mencapai ke-Arahat-an ).

35

Ke-4 Kebenaran Mulia ( catvariarya-satyani ) adalah: pendritaan ( dukkha ), penyebabnya ( samudaya ), pemusnahannya ( nirodha ), dan caranya ( marga ). Hal ini diajarkan oleh Sang Buddha kepada ke-5 orang teman pertapa-Nya dan mereka yang menerimanya berada di tingkatan Sravaka.

23

BAB II METODE MENGAJAR DENGAN BIJAKSANA ( UPAYA )


Di kota besar Vaisali hidup seorang sesepuh bernama Vimalakirti yang telah memberi persembahan kepada Buddha yang tak terhitung banyaknya dan telah menanam segala akar kebajikan, sehingga dengan demikian mencapai anutpattika-dharma-ksanti. Kemampuan berbicara-Nya yang tak terintangi memungkinkan-Nya untuk mengembara kemana-mana dengan kekuatan batin guna mengajari orang lain. Dia telah dapat mengendalikan secara mutlak pengaruh kebaikan dan kejahatan ( Dharani ) sehingga dengan demikian memperoleh ketidak-gentaran. Demikianlah ia menaklukkan semua nafsu dan iblis, memasuki semua pintu Dharma yang dalam kearah penerangan, unggul didalam penyempurnaan kebijaksanaan ( prajna-paramita ) dan sangat mahir dengan segala metode mengajar bijaksana ( upaya ), sehingga dengan begitu memenuhi semua ikrar agung36 Bodhisattva. Dia mengetahui dengan baik semua kecenderungan mental makhluk hidup dan bisa membedakan berbagai akar ( spirituil ) mereka. Dia telah menempuh Jalan Buddha cukup lama dan pikirannya tak bernoda. Karena dia mengerti Mahayana, semua perbuatannya didasari oleh pikiran yang benar. Sambil berdiam di dalam keagungan Buddha yang menakjubkan, pikiran-Nya lapang bagai samudera. Dia dipuji oleh semua Buddha dan dihormati oleh dewa Indra dan dewa Brahma. Karena telah bertekad untuk menyelamatkan manusia, maka dengan cara bijaksana Dia menetap di Vaisali untuk tujuan ini. Dia menggunakan kekayaan-Nya yang tak terbatas untuk membantu orang miskin;37 Dia memegang semua aturan moralitas dan disiplin untuk memperbaiki mereka yang melanggar sila;38 Dia menggunakan kesabaran-Nya yang tinggi untuk mengajari mereka yang mengobarkan kemarahan dan kebencian;39 Dia mengajarkan semangat dan ketekunan kepada mereka yang malas / lengah;40 Dia
36 37

Contohnya ke-48 ikrar agung Buddha Amitabha. Dia mempraktekkan dana paramita atau penyempurnaan beramal. 38 Dia mempraktekkan sila paramita atau penyempurnaan disiplin. 39 Dia mempraktekkan ksanti paramita atau penyempurnaan kesabaran 40 Dia mempraktekkan virya paramita atau penyempurnaan ketekunan.

24

menggunakan ketenangan untuk menghentikan pikiran yang bergolak;41 dan menggunakan kebijaksanaan yang tegas untuk menaklukkan kebodohan.42 Sekalipun mengenakan jubah putih ( dari orang awam ) Dia mematuhi semua peraturan Sangha. Sekalipun sebagai seorang perumah-tangga, Dia bebas dari segala keterikatan didalam ke-3 alam; nafsu, wujud, dan tanpa wujud. Sekalipun Dia menikah dan mempunyai anak, Dia sangat rajin mempraktekkan kehidupan murni. Sekalipun sebagai perumah-tangga, Dia selalu menjaga diri dari urusanurusan keluarga ( menyepi ). Sekalipun mengenakan permata dan perhiasan, Dia menghiasi tubuh-Nya dengan ciri-ciri spirituil43 yang agung. Sekalipun Dia makan dan minum ( seperti orang lain ), Dia senang memasuki lautan meditasi.44 Sewaktu memasuki tempat perjudian Dia selalu mencoba menyadarkan dan menyelamatkan orang-orang di situ. Dia menerima orang-orang dari aliran sesat tetapi tidak pernah menyimpang dari keyakinan yang benar. Sekalipun menguasai pengetahuan klasik ( duniawi ), Dia selalu berbahagia di dalam Buddha Dharma. Dia dihormati oleh semua yang berjumpa dengan-Nya. Dia mempertahankan kemurnian Dharma dan mengajarinya kepada orang tua maupun muda. Sekalipun kadang-kadang Dia memperoleh keuntungan dalam kegiatan duniawi, Dia tidak bergembira atau terikat oleh perolehan ini. Bila berjalan di luar Dia tidak pernah lalai untuk mengubah orang lain ( ke dalam ajaran Dharma ). Bila memasuki gedung pemerintahan Dia selalu melindungi orang lain ( dari ketidakadilan ). Bila mengikuti simposium Dia membimbing orang lain ke Mahayana. Bila mengunjungi sekolah Dia mendidik para siswa. Bila memasuki rumah bordil Dia mengungkapkan dosa dari bersetubuh. Bila memasuki rumah minum Dia menyadarkan para peminum. Bila berada di antara para sesepuh Dia termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka Dharma yang mulia. Bila berada di antara para upasaka Dia termasuk yang paling dihormati karena mengajari mereka bagaimana menghilangkan segala nafsu dan keterikatan. Bila berada di antara kasta yang memerintah Dia termasuk yang paling disegani
41 42

Dia mempraktekkan dhyana paramita atau penyempurnaan meditasi. Dia mempraktekkan prajna paramita atau penyempurnaan kebijaksanaan. 43 Ciri spirituil sebagaimana diungkapkan oleh praktek Dharma-Nya yang benar. 44 Yaitu rasa atau sensasi misterius yang dialami oleh seseorang yang mencapai ketenangan atau dhyana.

25

karena mengajari mereka bagaimana menahan diri. Bila berada di antara kaum Brahmana Dia termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka bagaimana menaklukkan kebanggaan ( diri ) dan prasangka. Bila berada di antara para pembesar / pejabat negara Dia termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka hukum yang benar. Bila berada di antara pangeran Dia termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka kesetiaan dan berbakti. Bila berada di lingkungan dalam istana Dia termasuk yang paling disegani karena mengubah semua abdi / dayang kehormatan di situ. Bila berada di antara orang awam Dia termasuk yang paling disegani karena Dia mendorong mereka untuk mengembangkan segala sifat bajik. Bila berada di antara Dewa Brahma Dia termasuk yang paling disegani karena Dia mendorong para dewa untuk mencapai kebijaksanaan Buddha. Bila berada di antara dewa Sakra dan dewa Indra, Dia termasuk yang paling disegani karena Dia mengungkapkan kepada mereka ketidakkekalan ( dari segalanya ). Bila berada di antara Lokapala45 Dia termasuk yang paling disegani karena Dia melindungi semua makhluk hidup. Demikianlah Vimalakirti menggunakan metode bijaksana ( upaya ) yang tak terhitung untuk mengajar dan membantu makhluk hidup. Sekarang dengan menggunakan upaya Dia tampil dalam keadaan sakit, dan untuk menanyakan kesehatannya para raja, menteri, sesepuh, upasaka, brahmana, dan sebagainya, maupun pangeran dan pembesar lainnya yang berjumlah beberapa ribu orang datang menjenguk-Nya. Demikianlah dengan menggunakan badan-Nya yang sakit, Vimalakirti menerima dan menerangkan Dharma kepada mereka sambil berkata, Orang bajik, tubuh manusia ini tidak kekal, tidak kuat, dan tidak tahan lama, tubuh ini akan lapuk sehingga tidak dapat diandalkan. Tubuh ini menyebabkan kekuatiran dan penderitaan, menjadi korban berbagai jenis penyakit. Orang bajik, semua orang bijaksana tidak pernah mengandalkan tubuh ini yang bagaikan segumpal busa, yang tidak berbentuk. Tubuh ini bagaikan gelembung dan tidak tahan lama. Tubuh ini bagaikan nyala api dan dihasilkan dari kehausan nafsu. Tubuh ini bagaikan pohon nenas yang kosong di tengahnya. Tubuh ini bagaikan ilusi yang diciptakan oleh pikiran yang menyimpang. Tubuh ini bagaikan mimpi yang dibentuk oleh pandangan khayal. Tubuh ini bagaikan
45

Penjaga / pelindung dunia dan Dharma.

26

bayangan yang disebabkan oleh karma. Tubuh ini bagaikan pantulan suara karena dibentuk oleh sebab dan kondisi. Tubuh ini bagaikan awan mengambang yang berpencar setiap saat. Tubuh ini bagaikan kilat karena tidak bertahan sekejabpikiran-pun. Tubuh ini tidak berpemilik karena bagaikan bumi. Tubuh ini tidak ber-ego karena menyerupai api ( yang membunuh dirinya sendiri ). Tubuh ini tidak kekal bagaikan angin. Tubuh ini tidak manusiawi karena bagaikan air. Tubuh ini tidak nyata dan keberadaannya tergantung pada ke-4 elemen. Tubuh ini kosong karena bukan ego maupun obyeknya. Tubuh ini tak berpengetahuan bagaikan rumput, pohon, dan tempayan. Tubuh ini bukan penggerak utama, tetapi digerakkan oleh angin ( nafsu ). Tubuh ini tidak murni dan penuh kekotoran. Tubuh ini palsu dan walaupun dicuci, dimandikan, diberi baju dan makan akan menjadi lapuk dan mati pada akhirnya. Tubuh ini merupakan petaka yang terikat oleh berbagai jenis penyakit dan penderitaan. Tubuh ini bagaikan sumur tua karena diikuti oleh kematian. Tubuh ini tidak tetap dan akan meningga. Tubuh ini bagaikan ular berbisa, musuh yang mematikan, perkumpulan sementara ( tanpa realita dasar ), dibentuk oleh 5 skandha, 12 pintu masuk ( ke-6 organ dan obyeknya ), dan 18 alam sensasi ( ke-6 organ, obyeknya, dan persepsinya ). Orang bijaksana, karena tubuh ( manusia ) begitu menjijikkan, kalian harus mencari Tubuh Buddha. Mengapa ? Karena Tubuh Buddha disebut Dharmakaya46 yang dihasilkan oleh pahala dan kebijaksanaan yang tak terbatas; hasil dari disiplin, meditasi, 32 prajna, pembebasan dan pengetahuan sempurna tentang pembebasan; hasil cinta kasih, welas asih, kegembiraan, dan keseimbangan ( dari emosi ); konsekuensi dari ( ke-6 penyempurnaan ) beramal, disiplin, kesabaran, ketekunan, meditasi, dan kebijaksanaan; dan kelanjutan dari pengajaran bijaksana ( upaya ); ke-6 kekuatan batin;47 ke-3 waskita;48 ke-37 tahap pembantu ke arah

Yaitu: esensi tubuh spirituil Buddha, bebas dari kelahiran dan kematian, tidak berwujud dan berada di luar ke-3 alam nafsu, wujud, dan tanpa wujud. 47 Ke-6 kekuatan batin ( sadabhijna ): 1, mata dewa; 2, telinga dewa; 3, mengetahui segala pikiran makhluk hidup; 4, mengetahui semua bentuk kehidupan lampau sendiri dan makhluk lainnya; 5, kemampuan untuk muncul dimanapun semaunya dan kebebasan mutlak; dan 6, pengetahuan atas penghentian arus kelahiran dan kematian. 48 Ke-3 waskita ( pandangan terang ) ke arah kondisi kematian diri dan makhluk lain di masa lalu, masa yang akan datang, dan penderitaan kehidupan sekarang, agar bisa menaklukkan semua nafsu dan godaan.

46

27

penerangan; ketenangan, dan pengertian;49 ke-10 kekuatan Buddha ( dasa bala ); ke-4 jenis ketidak-gentaran ( fearlessness );50 ke-18 ciri Hyang Buddha yang tak tertandingi; penghapusan semua kejahatan dan pelaksanaan semua perbuatan baik; kejujuran dan kebebasan dari keteledoran dan kehilangan kendali. Jadi Tubuh Tathagata dihasilkan oleh kemurnian dan kebersihan yang tak terhitung jenisnya. Orang bajik, jika engkau ingin memperoleh Tubuh Buddha agar terhindar dari semua penyakit makhluk hidup, engkau harus memutuskan untuk mencari penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ). Demikianlah sang sesepuh Vimalakirti membabarkan Dharma kepada semua yang datang menjenguk-Nya, sambil mendorong tamu yang tak terhitung banyaknya untuk mencari penerangan sempurna.

Yaitu samatha-vipasyana. Ke-4 jenis ketidak-gentaran Buddha timbul dari maha tahu-Nya; kesempurnaan karakter; menaklukkan oposisi; dan mengakhiri penderitaan.
50

49

28

BAB III PARA SISWA


Vimalakirti bertanya dalam hati, mengapa Hyang Buddha yang sangat welas asih tidak bersimpatik kepada-Nya yang sedang terbaring sakit di tempat tidur. Hyang Buddha mengetahui pikiran-Nya dan berkata pada Sariputra, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Sariputra berkata, Yang Dijunjungi, aku tak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali pada saat aku sedang duduk bermeditasi di bawah pohon di suatu hutan kecil, Vimalakirti datang dan berkata, Sariputra, meditasi itu tidak perlu duduk saja. Karena meditasi berarti tidak munculnya perbuatan, tubuh, dan pikiran didalam ke-3 dunia nafsu, wujud, dan tanpa wujud; tidak memikirkan kediaman ( inactivities ) sewaktu didalam Nirvana sambil muncul ( di dunia ) dengan sikap tubuh yang menimbulkan respek;51 tidak menyimpang dari Kebenaran dalam / sewaktu menangani urusan duniawi; pikiran yang tidak berdiam didalam maupun diluar, tidak terpengaruh oleh pandangan yang salah sewaktu mempraktekkan ke-37 tahap pembantu ke arah penerangan; dan tidak menghapus rintangan ( klesa ) sewaktu memasuki keadaan Nirvana. Jika engkau bisa duduk bermeditasi dengan demikian engkau akan mendapat pengesahan Buddha ( abhiseka-daki-Buddha ). Yang Dijunjungi, sewaktu mendengar ucapan-Nya, aku tercengang dan tidak dapat menjawab. Oleh sebab itu aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Hyang Buddha kemudian berkata kepada Maudgalaputra, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Maudgalaputra berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Alasannya ialah; pada suatu hari sewaktu aku mengunjungi Vaisali untuk mengajarkan Dharma kepada umat awam ( upasaka ) di jalanan,
51

Sifat pasif sempurna di dalam Nirvana adalah tidak berguna jika seorang Bodhisattva melalaikan tugas penyelamatan.

29

Vimalakirti muncul dan berkata, Hai Maudgalaputra, bila engkau mengajarkan Dharma kepada upasaka ini, janganlah mengajar dengan begini, karena apa yang engkau ajarkan haruslah sesuai dengan Dharma mutlak yang bebas dari ( ilusi atas ) makhluk hidup; bebas dari kedirian karena hal itu berada di luar ego; bebas dari kehidupan karena hal itu berada di luar kelahiran dan kematian; dan bebas dari konsep bahwa manusia itu tidak berkesinambungan ( walaupun terlihat berkesinambungan, seperti obor yang meliuk-liuk );52 selalu dalam keadaan diam karena berada di luar fenomena ( yang berubah-ubah ); berada di atas wujud karena tak berpenyebab; tak terungkapkan karena berada di luar kata dan ucapan; tak dapat diterangkan karena berada di luar jangkauan intelek; tak berwujud bagaikan ruang hampa; berada di luar sophistry53 karena immaterial; tak ber-ego karena berada di luar ( dualitas ) dari subyek dan obyek; bebas dari diskriminasi karena di luar kesadaran; tanpa bandingan karena berada di luar semua relativitas; berada di luar penyebab karena tak berpenyebab; identik dengan Dharmata ( atau sifat- Dharma, sifat hakiki dari semua hal / benda ); selaras dengan kemutlakan karena independen; berdiam di alam realitas mutlak, yang berada di atas dan di luar semua dualitas; tidak tergerak karena tidak terpengaruh oleh ke-6 obyek indera / sensasi; tidak datang maupun pergi karena tidak berdiam di manapun; selaras dengan keadaan hampa, tanpa wujud dan tanpa aktivitas,54 berada di luar keindahan dan kejelekan; tidak bertambah maupun berkurang; berada di luar ciptaan dan kehancuran; tidak kembali ke manapun; berada di atas ke-6 indera dari mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran; tidak naik maupun turun, kekal dan tidak berubah, dan berada di luar perenungan dan praktek. Maudgalaputra, karena ciri atau sifat Dharma yang begitu, bagaimana itu dapat diungkapkan ? Karena pengungkapannya berada di luar kata dan indikasi,
52

Vimalakirti mengetahui bahwa para pendengar memiliki kesadaran spirituil yang tinggi dan harus diajari realitas mutlak. Akan tetapi Maudgalaputra mengikuti cara Hinayana mengajari mereka larangan ( sila ) agar terlahir di surge dan dengan demikian menumbuhkan ide dewa atau makhluk hidup yang menikmati berkah di situ, diikuti pandangan diskriminasi yang akan merintangi realisasi mereka atas Bodhi mutlak. Vimalakirti me-refer pada ke-4 ilusi dari ego, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan sebagaimana dibabarkan oleh Sang Buddha di dalam Sutra Intan. 53 Sophistry: cara berpikir yang menyesatkan / tidak masuk akal. 54 Ke-3 gerbang ke arah Nirvana.

30

dan mendengarkannya berada di atas pendengaran dan pencerapan. Ini bagaikan tukang sulap membabarkan Dharma kepada orang ilusi, dan engkau harus selalu mengingat semua ini sewaktu membabarkan Dharma. Engkau harus tahu jelas tentang akar atau pembawaan ( cerdas dan bodoh ) dari pendengarmu dan memiliki pengetahuan ini agar terhindar dari berbagai rintangan. Sebelum membabarkan Dharma, engkau harus menggunakan welas asihmu yang dalam ( terhadap semua makhluk hidup ) untuk memperkenalkan Mahayana kepada mereka, dan berpikiran untuk membalas hutang budi ( mu ) kepada Hyang Buddha dengan berusaha mempertahankan Tri Ratna ( Buddha, Dharma, dan Sangha ) selama-lamanya. Sewaktu Vimalakirti berbicara, 800 upasaka memutuskan untuk mencari penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ). Aku tidak mempunyai kemampuan berbicara ( kefasihan ) seperti itu dan dengan demikian tak pantas untuk menjenguk-Nya. Hyang Buddha kemudian berkata kepada Mahakasyapa, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Mahakasyapa berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali sewaktu aku pergi meminta makanan ( pindapata ) di suatu jalan yang didiami orang miskin, Vimalakirti muncul dan berkata; Hai Mahakasyapa, Engkau telah lalai untuk mengembangkan pikiran cinta kasih dan welas asih yang tidak membedakan dengan meminta dari orang miskin dan menjauhi orang kaya. Mahakasyapa, di dalam mempraktekkan keseimbangan, engkau harus mengunjungi pendermamu berurutan ( tanpa memandang apakah mereka miskin atau kaya ). Engkau harus meminta makanan tanpa pikiran ( terselubung ) untuk memakannya. Untuk menghapus konsep menggenggam ( makanan ke dalam gumpalan di tangan ).55 Engkau harus memegangnya dengan tangan ( yaitu tanpa pikiran bagaimana engkau memegangnya ). Engkau harus menerima makanan yang diberikan tanpa pikiran menerima apapun. Sewaktu memasuki suatu desa
Yang diartikan di dalam text adalah makan haruslah bebas dari semua keterikatan pada makanan agar selaras dengan realitas mutlak.
55

31

engkau harus menganggapnya hampa bagaikan ruang kosong. Sewaktu melihat suatu wujud, engkau harus mengabaikannya. Sewaktu mendengar suara, engkau harus menganggapnya ( tak berarti seperti ) gema. Sewaktu engkau mencium bau, anggaplah itu sebagai angin ( yang tidak berbau ). Sewaktu engkau makan, hindarilah dari membedakan rasa. Anggaplah semua sentuhan bagaikan engkau sedang mencapai kebijaksanaan ( yang bebas dari perasaan dan emosi ). Engkau harus tahu bahwa semua hal / benda adalah ilusi, tanpa sifatnya sendiri maupun dari benda / hal lainnya, dan karena secara fundamental tidak berdiri sendiri, dengan demikian bukan merupakan subyek penghancuran. Mahakasyapa, jika engkau bisa mencapai keseluruh 8 bentuk pembebasan56 tanpa menjauhi ke-8 cara ( hidup ) aliran sesat57 yaitu dengan mengenali yang menyimpang ( heterodoxy ) terhadap yang benar / asli ( orthodoxy ) ( kedua-duanya berasal dari sumber yang sama ), dan jika engkau dapat mempersembahkan makananmu ( sendiri ) kepada semua makhluk hidup maupun kepada semua Buddha dan anggota Sangha, maka engkau boleh memakannya. Dia yang makan dengan demikian ini tidaklah tercemar maupun tak tercemar, tidaklah dalam terkonsentrasi maupun tak-terkonsentrasi, dan berada di luar baik kediaman duniawi maupun Nirvana, sedangkan pendermamu mendapatkan pahala yang tidak besar maupun kecil, apa yang mereka berikan tidaklah menguntungkan atau merugikan. Inilah cara yang tepat untuk memasuki Jalan Buddha tanpa mengandalkan Jalan Kecil dari Sravaka. Mahakasyapa, jika engkau dapat memakan makanan yang dipersembahkan dengan cara ini, maka makanmu tidaklah percuma.

Pembebasan di dalam 8 bentuk ( asta-vimoksa ): 1, pembebasan, sewaktu timbul nafsu subyektif dengan memeriksa obyeknya ataupun atas semua hal / benda dan menyadari kekotorannya; 2, pembebasan, sewaktu tidak ada nafsu subyektif melalui meditasi diam seperti di atas; 3, pembebasan dengan berkonsentrasi pada kemurnian sampai mencapai suatu keadaan pembebasan permanen daripada semua nafsu; 4, pembebasan dengan menyadari ketidak-terbatasnya ruang atau immaterialitas; 5, pembebasan dengan menyadari pengetahuan tidak terbatas; 6, pembebasan dengan menyadari kekosongan; 7, pembebasan melalui keadaan berpikir dimana disitu tidak terdapat pikiran maupun kekosongan pikiran; 8, pembebasan melalui keadaan berpikir dimana disitu ada pemadaman akhir dari sensasi ( vedana ) dan konsepsi ( sanjna ). 1 dan 2 adalah pembebasan dengan meenungkan ketidakmurnian dan 3 pada kemurnian. 57 Kebalikan dari 8 jalan mulia: 1, pandangan salah; 2, pikiran salah; 3, pembicaraan iseng / tidak benar; 4, perbuatan menyimpang; 5, kehidupan / mata pencaharian menyimpang; 6, semangat palsu; 7, kesadaran salah; dan 8, meditasi yang menyimpang.

56

32

Yang Dijunjungi, sewaktu aku mendengar kata-kata-Nya yang belum pernah kudengar sebelumnya, dalam pikiranku timbullah rasa hormat-Ku yang dalam kepada semua Bodhisattva dan merenung, Dengan kebijaksanaan dan kemampuan bicara-Nya yang demikian, siapakah yang tidak akan mengembangkan pikiran untuk mencari penerangan sempurna ? Sejak itu aku telah menahan diri untuk mendorong orang mengikuti cara Sravaka dan Pacceka Buddha. Dengan demikian aku tidak pantas untuk menjenguk-Nya. Sang Buddha kemudian berkata kepada Subhuti, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Subhuti berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali aku pergi ke rumah-Nya meminta makan. Dia mengambil mangkukku dan mengisinya dengan nasi sambil berkata, Subhuti, jika pikiranmu yang ditujukan untuk makan adalah sama keadaannya seperti dalam menghadapi semua hal ( lain ), dan keseragaman ini sehubungan dengan semua benda / hal berlaku sama pada ( tindakan ) makan, engkau boleh meminta makanan dan memakannya. Subhuti, jika tanpa menghilangkan nafsu, marah, dan kebodohan, engkau bisa menghindari ke-3 kejahatan ini58, jika engkau tidak menunggu kematian tubuhmu untuk mencapai keesaan semua hal / benda, jika engkau tidak menghilangkan kebodohan dan cinta didalam mencari penerangan dan pembebasan;59 jika engkau bisa memahami ( sifat hakiki dari ) ke-5 dosa berat60 untuk mencapai pembebasan, tanpa pikiran tentang ikatan maupun kebebasan pada saat yang sama; jika engkau tidak memikirkan Kebenaran Mulia maupun kebalikannya; jika engkau tidak berpegang pada konsep mendapatkan atau tidak mendapatkan pahala suci; jika engkau tidak menganggap diri sendiri sebagai orang duniawi ataupun tidak
Manusia duniawi membangkitkan nafsu, kebencian, dan kebodohan didalam mencari kesenangan duniawi dan para Sravaka memutuskan ke-3 kejahatan ini dalam mencari nirvana relatif, tetapi para Bodhisattva tidak memutuskannya, melainkan hanya menahan diri agar tidak ternodai, untuk terbebas dari dualitas, relativitas, dan pertentangan di dalam mencari Bodhi absolut. 59 Sravaka menghapuskan kebodohan yang menyelubungi kebijaksanaannya untuk mencapai pencerahan dan memutuskan cinta yang mengikatnya untuk mencapai pembebasan, tetapi Bodhisattva memahami sifat hakiki dari kebodohan dan cinta untuk menghilangkan semua dualitas, relativitas, dan pertentangan guna mencapai keadaan mutlak penerangan dan pembebasan sejati. 60 Membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh Arahat, melukai Buddha, dan menghancurkan keharmonisan Sangha.
58

33

duniawi, sebagai seorang suci atau bukan; jika engkau menyempurnakan semua Dharma tanpa memikirkan konsep tentang Dharma; maka engkau boleh menerima makanan itu dan memakannya. Subhuti, jika tanpa bertemu dengan Hyang Buddha dan mendengar Dharma, ke-6 guru aliran sesat Purana-kasyapa, Maskarigosaliputra, Sanjayavairatiputra, Ajita-kesakambala, Kakudakatyayana, dan Nirgrantha-jnatiputra,61 dipandang dengan seimbang sebagai gurumu sendiri, dan sewaktu mereka menganjurkan orang yang meninggalkan rumah kedalam ajaran sesat, engkau juga mengikutinya, maka engkau boleh membawa pergi makanan ini dan memakannya. Jika engkau ( tidak berprasangka terhadap ) terjatuh kedalam ajaran sesat dan menganggap dirimu tidak mencapai pantai seberang ( dari penerangan ), jika engkau ( tidak berprasangka terhadap ) ke-8 keadaan menyedihkan dan menganggap dirimu belum terbebas darinya, jika engkau ( tidak berprasangka terhadap ) kekotoran dan meninggalkan konsep kehidupan suci; jika sewaktu engkau mencapai Samadhi didalam mana tidak terdapat debat atau perselisihan, semua makhluk juga mencapainya; jika penderma makananmu tidak dianggap ( dengan sepihak ) sebagai ( mengembangkan ) tempat menanam pahala, jika mereka yang memberikan persembahan kepadamu ( juga dipandang dengan tidak memihak sebagai ) terjatuh ke dalam alam kehidupan sengsara; jika engkau ( dengan tidak memihak ) menganggap setan sebagai temanmu tanpa membedakan mereka maupun bentuk-bentuk kekotoran lainnya; jika engkau merasa tidak puas dengan semua makhluk hidup, menjelek-jelekkan Hyang Buddha, melanggar Hukum ( Dharma ), tidak mencapai tingkatan suci, dan gagal mencapai pembebasan, maka engkau boleh membawa pergi makanan ini dan memakannya.62 Yang Dijunjungi, aku tercengang sewaktu mendengar kata-kata-Nya yang di luar jangkauanku dan tidak bisa menjawabnya. Kemudian aku melepaskan mangkok nasi dan bermaksud meninggalkan rumah-Nya, tetapi Vimalakirti berkata, Hai, Subhuti, terimalah mangkok nasi ini tanpa takut. Apakah engkau ketakutan bila Hyang Tathagata menciptakan manusia ilusi untuk menanyaimu ?
61 62

Ke-6 tirthyas atau guru heterodox yang bertentangan dengan Sang Buddha. Vimalakirti mengajari Subhuti untuk menghentikan pembedaandan mengabaikan dualitas, relatifitas, dan pertentangan, untuk memahami sifat hakiki dari semua fenomena guna mengembangkan pikiran yang utuh dan selaras dengan keesaan dari realitas mutlak.

34

Aku menjawab, Tidak. Kemudian Dia melanjutkan, Semua hal / benda bersifat ilusi dan engkau tidak usah takut terhadap apapun. Mengapa ? Karena kata-kata dan ucapan adalah ilusi. Demikianlah semua orang bijak tidak melekat pada katakata dan ucapan, itulah sebabnya mereka tidak takut terhadap apapun. Mengapa ? Karena kata-kata dan ucapan dari sifatnya tidak berdiri sendiri, dan bila engkau bisa menghilangkannya, engkau terbebas. Pembebasan ini akan melepaskan engkau dari semua ikatan. Sewaktu Vimalakirti membabarkan Dharma, 200 putra dewa memperoleh mata Dharma.63 Dengan demikian aku tidak pantas untuk menjenguk-Nya. Hyang Buddha kemudian berkata pada Purnamaitryayaniputra, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Purnamaitryayaniputra berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Ini karena, pernah sekali di hutan sewaktu aku mengajarkan Dharma di bawah pohon pada serombongan bhiksu yang baru diinisiasikan, Vimalakirti muncul dan berkata, Hai, Purnamaitryayaniputra, seharusnya engkau memasuki keadaan samadhi lebih dahulu untuk memeriksa batin pendengarmu sebelum mengajarkan Dharma kepada mereka. Jangan menaruh makanan basi di dalam mangkok mulia. Engkau harus mengetahui batin mereka dan jangan menganggap kristal ( mulia ) mereka sebagai gelas biasa. Jika engkau tidak mengetahui kecenderungan mereka, jangan mengajari mereka Hinayana. Mereka tidak mempunyai borok, jadi janganlah melukainya. Kepada mereka yang ingin melangkah di jalan besar ( Mahayana ), jangan menunjukkan jalan kecil. Jangan menempatkan lautan ke dalam jejak kaki keledai. Jangan menyamakan sinar matahari dengan cahaya redup dari kunang-kunang. Purnamaitryayaniputra, bhiksu-bhiksu ini telah mengembangkan pikiran Mahayana di masa lampau yang lama sekali, tetapi sekarang mereka telah melupakannya sama sekali. Bagaimana bisa kamu ajari Hinayana kepada mereka ? Kebijaksanaan sebagaimana yang diajarkan oleh Hinayana adalah dangkal,

Mata Dharma mampu menembus semua hal / benda untuk melihat kebenaran yang membebaskan makhluk hidup dari tumimbal lahir.

63

35

bagaikan orang buta yang tidak bisa membedakan tajam dan tumpulnya akar pembawaan makhluk hidup. Setelah itu Vimalakirti memasuki keadaan samadhi dan membuat para bhiksu mengingat kembali kehidupan mereka yang lampau, di mana mereka telah bertemu dengan 500 Buddha dan telah menanam bibit kebajikan unggul yang mereka persembahkan untuk mencari penerangan sempurna; seketika itu mereka menyadari masa lalu mereka dan mendapatkan kembali pikiran fundamentalnya. Mereka segera bersujud di kaki Vimalakirti yang kemudian membabarkan Dharma kepada mereka, dan meneruskan kembali pencarian penerangan sempurna tanpa mundur. Menurut pendapatku Sravaka yang tidak tahu caranya memeriksa akar pembawaan dari pendengarnya tidak boleh mengajarkan Dharma. Dengan demikian aku tidak pantas untuk menjenguk-Nya. Hyang Buddha kemudian berkata kepada Mahakatyayana, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Mahakatyayana berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Karena pernah sekali, sesudah Hyang Buddha membabarkan intisari Dharma kepada sekelompok bhiksu, aku mengikuti Beliau untuk menerangkan kepada mereka arti dari ketidakkekalan, penderitaan, kehampaan, keadaan tidak ber-ego dan Nirvana. Vimalakirti muncul dan berkata, Hai, Mahakatyayana,jangan menggunakan pikiran-tidak-kekal-mu ( mortal ) untuk mengkotbahkan realitas kekal ( immortal ). Mahakatyayana, semua hal / benda secara fundamental tidak pernah tercipta dan terhancurkan, inilah yang dimaksud dengan ketidakkekalan. Ke-5 skandha dicerap sebagai hampa dan tidak timbul; inilah yang dimaksud dengan penderitaan. Segala hal / benda secara basic tidak ada, inilah yang dimaksud dengan kehampaan. Ego dan ketiadaannya bukanlah suatu dualitas, inilah yang dimaksud keadaan tidak ber-ego. Semua hal

36

/ benda secara basic bukanlah seperti yang terlihat, dan dengan begitu tidak bisa merupakan subyek dari pemadaman, inilah yang dimaksud dengan Nirvana.64 Sesudah Vimalakirti membabarkan Dharma, bhiksu yang hadir ( berhasil ) membebaskan pikiran mereka. Dengan demikian aku tidak pantas mengunjungi dan menjengukNya. Hyang Buddha kemudian berkata kepada Aniruddha,65 Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Aniruddha berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya, karena pernah sekali, sewaktu aku sedang berjalan kian kemari ( sambil bermeditasi untuk mencegah rasa kantuk ), seorang dewa Brahma yang disebut Subhavyuha bersama pengikut sebanyak 10.000 dewa memancarkan seberkas cahaya, muncul di tempatku, bersujud sebagai tanda penghormatan, dan bertanya, Berapa jauhkah mata dewamu dapat melihat ? Aku menjawab, Orang bajik, aku dapat melihat tanah Buddha Sakyamuni dalam chiliocosmos besar bagaikan melihat biji amala yang tergenggam di tanganku. Vimalakirti muncul ( mendadak ) dan berkata, Hai, Aniruddha, sewaktu mata dewamu melihat, apakah yang terlihat itu wujud atau tiada wujud ? Jika mata itu melihat wujud, engkau tidak lebih baik daripada para penganut aliran sesat yang memperoleh ke-5 kekuatan batin. Jika engkau melihat tiada wujud, mata dewamu itu tidak aktif dan seharusnya tidak melihat, Yang Dijunjungi, aku berdiam diri dan para dewa memuji Vimalakirti atas apa yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kemudian mereka
64

Hyang Buddha mengajarkan siswa-Nya untuk tidak menciptakan dualitas, relativitas, dan pertentangan yang palsu semuanya untuk mencapai realitas mutlak. Karena manusia duniawi berpegang pada kekekalan, kesenangan, realitas, ego, dan kehidupan. Hyang Buddha membicarakan kebalikannya untuk menunjukkan saling ketergantungan dari ke-2 kutub yang tidak mempunyai sifat independen, tetapi Beliau tidak mengajari mereka untuk berpegang pada ketidak-kekalan, penderitaan, kehampaan, egolessness, dan nirvana. Mahakatyayana tidak mengerti kedalaman ajaran Buddha dan di dalam pembicaraannya dengan para bhiksu dia berpegangan pada nama-rupa seperti ketidak-kekalan, penderitaan, kehampaan, keadaan tak ber-ego, dan nirvana; demikianlah kekeliruannya seperti yang ditunjukkan oleh Vimalakirti untuk diperbaiki. Pembaca dipersilahkan me-refer ke instruksi terakhir Patriarch ke-6 ( lihat Chan and Zen Teaching, third series, hal 91 ) dimana Hui Neng mengajari siswanya untuk menghapuskan saling bergantungannya ke-2 kutub semua dualitas guna memahami pentingnya arti, yang merupakan tujuan Mahayana. 65 Aniruddha adalah salah seorang siswa utama Hyang Buddha yang terkenal paling unggul dalam mata dewa.

37

memberikan penghormatan dan bertanya kepada-Nya, Adakah di dunia ini orang yang memperoleh mata dewa sejati ?66 Vimalakirti menjawab, Hyang Buddha telah memperoleh mata dewa sejati; Beliau selalu berada dalam keadaan samadhi dan melihat semua tanah Buddha tanpa ( menciptakan ) dualitas ( dari mata subyektif dan wujud obyektif ). Pada saat itu dewa Brahma dan ke-500 pengikutnya mengembangkan pikiran anuttara-samyak-sambodhi, mereka bersujud pada Vimalakirti dan menghilang seketika. Itulah sebabnya aku tidak pantas menjenguk-Nya. Hyang Buddha berkata kepada Upali, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Upali menjawab, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk Vimalakirti. Pernah sekali ada 2 orang bhiksu melanggar larangan dan karena malu atas dosanya mereka tidak berani bertemu dengan Hyang Buddha. Mereka datang dan bertanya kepadaku, Upali, kami telah melanggar larangan dan merasa malu akan dosa kami, jadi kami tidak berani bertanya kepada Hyang Buddha dan datang kepadamu. Ajarilah kami cara bertobat agar kami bisa menghapus dosa ini. Kemudian aku mengajari mereka aturan bertobat. Pada saat itu Vimalakirti muncul dan berkata, Hai Upali, janganlah memberatkan dosa mereka yang harus engkau hapuskan segera tanpa mengganggu pikiran mereka. Mengapa ? Karena sifatnya, dosa adalah tidak di dalam dan di luar; tidak pula di antaranya.67 Sebagaimana telah dikatakan oleh Hyang Buddha, makhluk hidup menjadi tidak murni karena pikiran mereka yang tidak murni; jika pikiran mereka murni, mereka semuanya murni. Dan pikiran juga tidak di dalam dan di luar, tidak pula di antaranya.68 Demikian pikirannya, demikian pula dosanya. Demikian juga semua hal / benda tidak keluar dari kehakikiannya. Upali, bila pikiranmu sudah terbebaskan, apakah masih ada
Aniruddha belum mencapai mata dewa sejati yang tidak terselubung oleh ilusi wujud. Karena dosa tidak mempunyai sifat independennya sendiri, dengan demikian tidak ada. Karena dosa timbul dari perbuatan, apabila sudah tidak berbuat lagi, darimana timbulnya dosa ? Tentu yang sudah dilakukan akan berakibat karma buruk, jika ingin dihapuskan atau dikurangi harus melakukan 7 persyaratan pengampunan dosa dan banyak melakukan kebajikan. 68 Pikiran itu sebenarnya juga tidak ada dan siapa yang memahaminya mencerap sifat Buddhanya dan mencapai ke-Buddha-an, sebagaimana diajarkan oleh Bodhidharma kepada bangsa Cina setibanya di situ.
67 66

38

tersisa ketidakmurnian ? Aku menjawab, Tidak ada lagi. Dia berkata, Demikian juga pikiran dari semua makhluk hidup itu bebas dari ketidakmurnian. Upali, pikiran khayal adalah tidak murni dan tidak adanya pikiran khayal adalah kemurnian. Pikiran menyimpang adalah tidak murni dan tidak adanya pikiran menyimpang adalah kemurnian. Kemelekatan pada ego adalah ketidakmurnian dan tidak melekat pada ego adalah kemurnian. Upali, semua fenomena timbul dan tenggelam tanpa bertahan ( sekejap ) bagaikan ilusi dan kilat. Semua fenomena tidak menunggu satu sama lain dan tidak bertahan sekejap pikiran. Semua fenomena itu berasal dari pandangan palsu dan bagaikan mimpi atau nyala api, bulan di atas air, dan gambar di dalam cermin, karena terlahir dari cara berpikir yang salah. Dia yang mengerti ini disebut pemegang disiplin sejati dan dia yang mengetahuinya disebut interpreter mahir ( tentang sila ). Pada saat itu kedua bhiksu menimpali, Sungguh suatu kebijaksanaan unggul yang berada di luar jangkauan Upali, karena dia tidak dapat membabarkan prinsip tertinggi dari disiplin dan moralitas ! Aku berkata, Sejak meninggalkan Hyang Buddha aku belum pernah bertemu dengan seorang Sravaka maupun Bodhisattva yang bisa melampaui kemampuan bicara-Nya, karena kebijaksanaan yang dalam dan penerangan sempurna-Nya telah mencapai tingkat yang demikian tingginya. Sesudah itu kedua bhiksu menghilangkan kebimbangan dan pikiran bertobatnya, menetapkan pikirannya untuk mencari penerangan sempurna dan berikrar untuk membantu makhluk hidup memperoleh kemampuan berbicara serupa. Dengan demikian aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk Vimalakirti. Hyang Buddha berkata kepada Rahula, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Rahula berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas untuk mengunjungi dan menjenguk-Nya, karena pernah sekali, para putra sesepuh di Vaisali datang ke tempatku, memberi hormat dan berkata, Rahula, engkau adalah putra Hyang Buddha dan meninggalkan tahta untuk mencari kebenaran; manfaat apakah yang bisa diperoleh dari meninggalkan rumah ? Kemudian aku mengajarkan manfaat
39

dan pahala dari meninggalkan rumah. Vimalakirti muncul dan berkata, Hai Rahula, engkau seharusnya tidak membicarakan manfaat dan pahala dari meninggalkan rumah. Mengapa ? Karena meninggalkan rumah tidak akan memberikan manfaat maupun pahala. Hanyalah bila membicarakan ( cara hidup ) duniawi, engkau bisa berbicara tentang manfaat dan pahala. Karena meninggalkan rumah itu di atas duniawi, dan yang transendental itu berada di luar manfaat dan pahala. Rahula, meninggalkan rumah itu berada di luar keinian, keituan, dan di antaranya, di atas ke-62 pandangan yang salah.69 Dan berdiam di dalam ( keadaan ) Nirvana. Hal itu dipuji oleh semua orang bijaksana dan dipraktekkan oleh semua orang suci. Meninggalkan rumah itu ( adalah ) menaklukkan semua iblis, pembebasan dari ke-5 alam kehidupan,70 memurnikan ke-5 jenis mata,71 membantu pencapaian 5 kekuatan spirituil dan membentuk 5 kemampuan spirituil, melepaskan semua keluhan duniawi, menjauhi berbagai kejahatan ( yang berasal dari pikiran campur aduk ), membebaskan dari ketidakrealistisannya nama dan istilah, keluar dari lumpur ( pencemaran ), melepaskan dari semua ikatan, menghapuskan dualitas subyek dan obyek dan semua tanggapan dan gangguan, memberikan kegembiraan dari dalam, melindungi semua makhluk hidup, berdiam dalam ketenangan dan menjaga diri dari perbuatan salah. Jika semua ini bisa dicapai, ini barulah benar-benar meninggalkan rumah. Vimalakirti kemudian berkata kepada para putra sesepuh, Selama periode Dharma murni72 ini engkau harus meninggalkan rumah untuk bergabung dengan Sangha. Mengapa ? Karena keberuntungan untuk hidup di masa Buddha
Ke-62 pandangan salah berasal dari ke-5 skandha yang diperhitungkan pada ke-3 periode waktu. Di masa lalu masing-masing ( skandha ) bersifat permanen, tidak permanen, keduanya, maupun bukan keduanya ( 5 x 4 = 20 ). Di masa kini dan di sini kita berhadapan dengan ruang dan perluasan, masing-masing terbatas, tidak terbatas, keduanya maupun bukan keduanya ( 5 x 4 = 20 ). Di masa yang akan datang masing-masing bisa berkesinambungan atau tidak, keduanya atau bukan keduanya ( 5 x 4 = 20 ), yang semuanya berjumlah 60. Jika kedua pemikiran bahwa tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan dan perbedaan ditambahkan, maka kita mendapatkan sejumlah 62. 70 Ke-5 alam kehidupan: dewa, asura, manusia, setan kelaparan, dan neraka. 71 Ke-5 jenis mata: mata manusia; mata dewa atau pandangan tak terbatas, mata kebijaksanaan yang melihat semua hal / benda sebagai tidak nyata; mata Dharma yang menembus semua hal / benda,untuk melihat kebenaran yang membebaskan manusia dari tumimbal lahir; dan mata Buddha yang sudah mencapai penerangan, yang melihat semua dan maha tahu. 72 Periode ajaran murni Buddha yang akan bertahan 500 tahun, ada yang mengatakan 1.000 ahun, diikuti dengan periode ajaran duplikat selama 1.000 tahun, dan kemudian periode berakhirnya Dharma selama 1.000 tahun.
69

40

adalah sangat jarang.73 Para putra sesepuh menjawab, Aria Upasaka, kami pernah mendengar Hyang Buddha berkata bahwa seseorang tidak dapat meninggalkan rumah tanpa seizin orang tuanya. Vimalakirti berkata,Ya, memang begitu, tetapi engkau akan benar-benar meninggalkan rumah saat engkau mengembangkan pikiran yang ditujukan untuk mencari penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ). Pada saat itu ke-32 anak para sesepuh mengembangkan pikiran anuttarasamyak-sambodhi. Itulah sebabnya aku tidak pantas untuk mengunjungi dan menjenguk Vimalakirti. Kemudian Hyang Buddha berkata kepada Ananda, Pergilah mewakili diriKu menjenguk Vimalakirti. Ananda menjawab, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas untuk mengunjungi dan menjenguk-Nya. Ini karena, pernah sekali, sewaktu Yang Dijunjungi merasa tidak enak badan dan memerlukan susu sapi, aku mengambil mangkok dan pergi ke suatu keluarga Brahmana sambil berdiri di depan pintu. Vimalakirti muncul dan bertanya, Mengapa engkau keluar sepagi ini dengan mangkok di tangan ? Aku menjawab, Upasaka yang terhormat, Yang Dijunjungi merasa tidak enak badan dan ingin meminum susu sapi, itulah sebabnya aku kemari. Vimalakirti berkata, Tunggu, Ananda, jangan berkata begitu. Tubuh Tathagata itu kuatnya bagaikan intan karena Dia telah memutuskan semua kejahatan dan mendapatkan semua kebajikan. Penyakit dan kesulitan apa yang masih menyusahkan Beliau ? Ananda, janganlah menghina Tathagata dan jangan sampai orang lain mendengar kata-kata kasar ini. Jangan sampai dewa-dewa maupun Bodhisattva dari tanah suci lain mendengarnya. Ananda, seorang penguasa dunia ( cakravartin ) yang telah mengumpulkan hanya sedikit pahala saja sudah terbebas dari semua penyakit; apalagi Sang Tathagata yang telah mengumpulkan pahala yang tak terhitung dan telah mencapai semua keunggulan moril ? Pergilah Ananda, jangan membuat malu kita semua, jika para Brahmana mendengarnya, mereka akan berkata, Bagaimana mungkin orang ini mengaku sebagai penyelamat jika Dia tidak mampu mengobati sakitnya sendiri. Bagaimana mungkin Dia berpura-pura
73

Masa sewaktu Sang Buddha berada di dunia ini.

41

menyembuhkan orang sakit ? Pergilah dengan diam-diam dan secepatnya dan jangan sampai orang lain mendengar ucapanmu barusan. Ananda, perlu engkau ketahui bahwa tubuh Tathagata adalah Dharmakaya dan tidak berasal dari ( ilusi ) pikiran dan nafsu. Hyang Buddha adalah Yang Dijunjungi ( Bhagavat ); Tubuh-Nya berada di atas dan di luar ke-3 alam ( nafsu, wujud, dan tanpa wujud ) dan di luar arus penderitaan tumimbal lahir. Tubuh Buddha adalah Transendental dan berada di luar nasib. Bagaimana mungkin tubuh yang demikian menderita sakit. Yang Dijunjungi, kata-kata-Nya membuat aku malu dan aku bertanya pada diriku apakah aku telah salah menanggapi perintah Hyang Buddha. Pada saat itu terdengar suara di angkasa yang berkata, Ananda, Sang Upasaka ini berbicara sebenarnya, tetapi karena Hyang Buddha muncul di dalam 5 kasaya ( atau periode kerusuhan di bumi )74 Beliau menggunakan metode ( bijaksana ) ini ( upaya ) untuk menyelamatkan makhluk hidup. Ananda, pergilah untuk meminta susu sapi tanpa malu. Yang Dijunjungi, dengan kebijaksanaan bicara Vimalakirti yang demikian, aku tidak pantas menjenguk-Nya. Demikianlah ke-500 siswa utama masing-masing pertemuannya dengan Vimalakirti dan menolak menjenguk-Nya. menceritakan

74

Ke-5 kondisi kerusuhan / kekeruhan: kerusuhan kalpa, kerusuhan pandangan, kerusuhan nafsu, kerusuhan makhluk hidup, dan kerusuhan kehidupan ( lihat Surangama Sutra, hal 105 ).

42

BAB IV PARA BODHISATTVA


Hyang Buddha kemudian berkata kepada Bodhisattva Maitreya, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Maitreya menjawab, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas untuk mengunjungi dan menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali, sewaktu aku sedang membabarkan tahap tidak mengalami kemunduran ( dari perkembangan Bodhisattva menuju ke-Buddha-an ) kepada raja dewa dan pengiringnya di surga Tusita, Vimalakirti muncul dan berkata, Maitreya, sewaktu Yang Dijunjungi meramalkan pencapaian penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ) mu yang akan datang dalam satu kelahiran lagi, kelahiran manakah itu, apakah itu di masa lalu, yang akan datang, atau sekarang ,75 apakah atau akankah engkau menerima ramalannya ? Jika kelahiran itu terjadi di masa lalu, hal itu sudah berlalu; jika kelahiran itu akan terjadi di masa yang akan datang, hal itu belum datang; dan jika di masa kini, hal itu tidak bertahan / tetap. Sebagaimana pernah dikatakan oleh Hyang Buddha, O Bhiksu, engkau dilahirkan, mengalami ketuaan dan kematian sekaligus pada saat ini juga. Jika engkau menerima ramalan-Nya dalam ( keadaan ) tiada kehidupan, inilah ( sebenarnya ) tahap sempurna di mana ( di situ ) tidak ada ramalan ( atas ke-Buddha-anmu yang akan datang ) maupun realisasi penerangan sempurna. Jika begitu bagaimana engkau menerima ramalan pencapaian ke-Buddha-anmu di dalam satu kelahiran lagi ? Atau apakah engkau menerimanya di dalam keadaan mutlak ( thatness atau tathata ) baik dari kelahiran maupun kematian ? Jika engkau menerimanya dalam keadaan mutlak dari kelahiran, keadaan mutlak ini tak tercipta. Jika engkau menerimanya dalam keadaan mutlak dari kematian, keadaan mutlak ini tidak meninggal. Karena ( sifat hakiki ) dari semua makhluk hidup dan semua hal / benda adalah mutlak; semua orang suci dan bijak berada di dalam keadaan mutlak ini, demikian juga kamu, Maitreya. Jadi, Maitreya, jika engkau menerima ramalan Hyang Buddha tentang
Ke-3 masa ( lalu, yang akan datang, sekarang ) tersirat suatu dualitas dari tidak ada dan ada, masa lalu yang telah lewat dan masa yang akan datang yang belum datang mewakili tidak ada dan masa sekarang yang tidak tetap / bertahan tetapi ada. Lihat juga hal tentang arti yang dalam dari urutan masa lalu, yang akan datang, dan sekarang, dalam text Mahayana.
75

43

pencapaian ke-Buddha-anmu yang akan datang, semua makhluk hidup ( yang dari sifatnya itu mutlak ) juga harus menerimanya Mengapa ? Karena apa yang mutlak itu adalah tidak mendua dan berada di luar pembedaan. Jika kamu, Maitreya, mencapai penerangan sempurna, demikian juga seharusnya semua makhluk hidup. Mengapa ? Karena mereka adalah manifestasi dari Bodhi ( penerangan ). Jika engkau, Maitreya, mencapai Nirvana, mereka juga harus mencapainya. Mengapa ? Karena semua Buddha mengetahui bahwa semua makhluk hidup itu pada dasarnya berada dalam kondisi pemadaman kehidupan dan penderitaan yakni nirvana, di mana tidak ada lagi pemadaman kehidupan lebih lanjut. Oleh sebab itu, Maitreya, janganlah menyesatkan para dewa karena sebenarnya tidak ada pengembangan pikiran Bodhi sempurna maupun kemundurannya. Maitreya, daripada begitu seharusnya engkau mendorong mereka menghindari pandangan diskriminasi tentang Bodhi ( penerangan ). Mengapa ? Karena Bodhi dapat dicapai oleh bukan tubuh maupun pikiran. Karena Bodhi adalah ketenangan dan pemadaman nafsu ( yaitu nirvana ) sebab tidak terikat oleh semua wujud. Bodhi adalah tidak melihat, karena menjauhi semua penyebab. Bodhi adalah tiada pembedaan, karena berhenti mengingat dan memikir. Bodhi memutuskan semua ideasi, karena terbebas dari semua pandangan. Bodhi meninggalkan penyimpangan karena mencegah pikiran yang bertentangan. Bodhi menghentikan nafsu, karena menjauhi keinginan. Bodhi adalah tidak menanggapi, karena menghapus semua kemelekatan. Bodhi mengikuti ( sifat diri ), karena selaras dengan keadaan yang demikian. Bodhi berdiam ( di dalam yang demikian ini ) karena bersesuaian dengan sifat Dharma ( atau Dharmata, sifat hakiki dari semua hal / benda yang tidak berubah ). Bodhi menjangkau yang demikian ini, karena mencapai daerah realitas. Bodhi adalah tidak mendua, karena menjauhi ( baik ) intelek maupun obyeknya. Bodhi adalah tidak memihak, karena setara dengan ruang kosong yang tak terbatas. Bodhi adalah keadaan tidak aktif karena berada di atas kondisi kelahiran, kehidupan, dan kematian. Bodhi adalah pengetahuan sejati, karena membedakan kegiatan mental dari semua makhluk hidup. Bodhi tidak menyatukan, karena terbebas dari semua konfrontasi. Bodhi memisahkan, karena memutuskan hubungan dengan semua kerusuhan ( klesa ) dari kebiasaan. Bodhi adalah sesuatu yang tidak dapat ditentukan posisinya, karena berada di luar wujud dan bentuk, dan adalah
44

sesuatu yang tidak bisa disebut dengan nama, karena semua nama ( tidak mempunyai sifat independen dan dengan demikian ) kosong. Bodhi itu bagaikan keadaan tidak berpikirannya seorang manusia ilusi, karena tidak menerima maupun menolak apapun. Bodhi berada di luar gangguan, karena selalu bersifat tenang. Bodhi adalah ketenangan sejati, karena sifatnya yang murni dan bersih. Bodhi adalah tidak menerima, karena menjauhi kemelekatan penyebab. Bodhi adalah tiada membedakan, karena keseimbangannya terhadap semua. Bodhi adalah tanpa bandingan, karena tak terungkapkan. Bodhi adalah luhur dan substil / halus, karena walaupun tidak mengetahui, mengetahui semuanya. Yang Dijunjungi, sewaktu Vimalakirti membabarkan Dharma dengan begitu, 200 putra dewa mencapai anutpattika-dharma-ksanti. Itulah sebabnya aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Hyang Buddha kemudian berkata kepada Bodhisattva Prabhavyuha, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Prabhavyuha menjawab, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Alasannya adalah;pernah sekali, sewaktu sedang meninggalkan Vaisali, aku berpapasan dengan Vimalakirti. Aku memberi salam dan bertanya, Dari manakah, Sang Upasaka yang mulia ? Dia menjawab, Dari suatu bodhimandala ( suatu tempat suci ).76 Aku bertanya pada-Nya, Di manakah Bodhimandala itu ? Dia menjawab, Pikiran yang lurus adalah Bodhimandala, karena bebas dari kepalsuan. Pikiran yang terinisiasi adalah Bodhimandala, karena dapat menjaga disiplin. Pikiran yang luhur adalah Bodhimandala, karena mengumpulkan kebajikan. Pikiran yang diterangi adalah Bodhimandala karena sempurnanya. Beramal ( dana ) adalah Bodhimandala, karena tidak mengharapkan imbalan. Disiplin ( sila ) adalah Bodhimandala,
76

Bodhimandala, suatu lingkaran, tempat suci, atautempat penerangan, tempat di mana Sang Buddha atau seorang Guru mencapai Bodhi; suatu tempat untuk mencapai kebenaran Buddha; suatu tempat untuk mengajar atau belajar Dharma; suatu tempat di mana seorang Bodhisattva memunculkan diri atau terlihat oleh pemujanya, misalnyaGunung O Mei di Cina Barat yang merupakan Bodhimandala bagi Bodhisattva Samantabhadra; Wu Tai San di Cina Utara bagi Bodhisattva Manjusri; Pulau Pu To di lepas pantai Ning Po di Cina Timur bagi Bodhisattva Avalokitesvara; Gunung Chiu Hua San bagi Bodhisattva Ksitigarbha; dan Tsao Chi di Kuang Tung, Cina Selatan bagi Patriarch ke-6. Suatu vihara di mana seorang pendeta mendapat penerangan atas Dharma adalah suatu bodhimandala.

45

karena memenuhi semua ikrar. Kesabaran ( ksanti ) adalah Bodhimandala karena bisa menjangkau pikiran semua makhluk hidup. Ketekunan ( virya ) adalah Bodhimandala karena bebas dari kelalaian / kelengahan. Ketenangan ( dhyana ) adalah Bodhimandala karena pikiran harmonisnya. Kebijaksanaan ( prajna ) adalah Bodhimandala karena membedakan semua hal / benda. Cinta kasih ( matre ) adalah Bodhimandala karena memperlakukan semua makhluk hidup sama rata. Belas kasihan ( karuna ) adalah Bodhimandala karena kesabarannya yang besar. Kegembiraan ( mudita ) adalah Bodhimandala karena menyenangkan. Keseimbangan ( upeksha ) adalah Bodhimandala karena menghapuskan baik cinta maupun kebencian. Efisiensi Transendental adalah Bodhimandala karena menyempurnakan kesemua 6 kekuatan batin ( sadabhijna ). Pembebasan adalah Bodhimandala karena mengabaikan segala kondisi fenomena. Cara bijaksana ( upaya ) adalah Bodhimandala karena mengajari dan mengubah makhuk hidup. Ke-4 tindakan simpatik Bodhisattva adalah Bodhimandala karena mengumpulkan dan menguntungkan semua makhluk hidup. Pengetahuan luas yang didapat dari mendengarkan Dharma adalah Bodhimandala karena jika dipraktekkan menghasilkan Penerangan. Pengendalian atas pikiran adalah Bodhimandala karena persepsinya yang tepat atas segala hal / benda. Ke-37 tahap pembantu ke arah Penerangan adalah Bodhimandala karena menjauhi semua kegiatan duniawi. Ke-4 Kebenaran Mulia adalah Bodhimandala karena tidak menipu. Ke12 mata rantai ( penyebab ) kehidupan bersyarat77 adalah Bodhimandala karena sifat hakikinya yang tak terhingga. Kerusuhan ( klesa ) adalah Bodhimandala karena sifat hakikinya adalah realitas. Makhluk hidup adalah Bodhimandala karena ( pada dasarnya ) tidak ber-ego. Semua hal / benda adalah Bodhimandala karena hampa. Mengalahkan iblis adalah Bodhimandala karena tidak terganggu. Ke-3 alam ( nafsu, wujud, dan tanpa wujud ) adalah Bodhimandala karena secara fundamental mengarah ke tiada-tujuan-nyata. Raungan singa adalah Bodhimandala karena ketidakgentarannya. Ke-10 kekuatan ( dasa bala ), ke-4 jenis ketidakgentaran, dan ke-18 ciri Buddha yang tidak tertandingi adalah
77

Ke-12 mata rantai ( penyebab ) kelahiran bersyarat ( nidana ); dari kebodohan menimbulkan kegiatan karma; dari kegiatan karma kesadaran; dari kesadaran nama dan rupa; dari nama dan rupa ke-6 organ indera; dari 6 organ indera kontak; dari kontak sensasi; dari sensasi keinginan; dari keinginan memegang; dari memegang memiliki; dari memiliki kelahiran; dari kelahiran ketuaan dan kematian.

46

Bodhimandala karena tidak bercacat. Ke-3 waskita adalah Bodhimandala karena bebas dari semua rintangan yang tersisa. Pengetahuan atas semua hal / benda dalam sekejab pikiran adalah Bodhimandala karena menyempurnakan sifat maha tahu ( sarvajna ). Demikianlah, putra keluarga baik,78 seorang Bodhisattva harus mengubah makhluk hidup sesuai dengan berbagai cara penyempurnaan ( paramita ) dan semua tindakannya, termasuk mengangkat dan menurunkan kakinya,79 haruslah diinterpretasikan sebagai berasal dari tempat penerangan ( Bodhimandala ); dia harus berdiam dengan demikian di dalam Buddhadharma. Sewaktu Vimalakirti membabarkan Dharma dengan cara demikian, 500 dewa mengembangkan pikiran ke arah penerangan sempurna. Itulah sebabnya mengapa aku tidak pantas menjenguk-Nya. Kemudian Hyang Buddha berkata pada Bodhisattva Jagatimdhara, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti. Bodhisattva Jagatimdhara menjawab, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan menjenguk-Nya. Aku masih teringat, pernah sekali, sewaktu aku sedang berdiam di vihara, seorang iblis / siluman yang menyerupai dewa Indra muncul dengan diiringi 12.000 peri ( devakanya ) sambil memainkan musik dan bernyanyi. Setelah bersujud kepadaku mereka merangkapkan kedua tangan dan berdiri di sampingku. Aku mengira iblis itu sebagai dewa Sakra dan berkata kepadanya, Selamat datang Sakra, sekalipun engkau telah memenangkan pahala, engkau harus berjaga terhadap nafsu ( yang timbul dari musik, lagu, dan sex ). Engkau harus memahami ke-5 keinginan ( terhadap obyek dari ke-5 indera ) di dalam mempraktekkan moralitas. Engkau harus memahami ketidakkekalan dari tubuh, kehidupan, dan kekayaan, untuk mencari Dharma yang tak terhancurkan ( yaitu tubuh yang tak terbatas, kehidupan yang tak berakhir, dan kekayaan spirituil yang tak habis-habisnya ). Dia berkata, Bodhisattva, silahkan ambil ke-12.000 peri ini yang akan melayanimu.
78 79

Suatu cara konvensionil untuk menyapa siswa Sang Buddha. Cara bekerjanya suatu pikiran yang tidak membedakan mengungkapkan keunggulannya, dan ini biasanya digunakan oleh guru meditasi Chan untuk menyadarkan siswa seniornya ke Dharma pikiran.

47

Aku menjawab, Sakra janganlah memberikan kepada seorang bhiksu persembahan tidak bersih ini, yang tidak cocok untukku. Bahkan sebelum aku selesai berbicara, Vimalakirti muncul dan berkata, Dia bukanlah Sakra; dia adalah iblis yang datang mengganggumu. Kemudian Dia berkata kepada iblis itu, Engkau boleh memberikan padaku semua peri ini dan aku akan menerima mereka. Iblis itu menjadi ketakutan dan karena kuatir dipersulit oleh Vimalakirti, mencoba menghilang, tetapi sekalipun sudah mencoba menggunakan kekuatan batin, dia tetap tidak dapat lari. Tiba-tiba terdengar suara dari angkasa yang berkata, Iblis, berikan peri itu kepada-Nya dan engkau boleh pergi. Karena takutnya, dia memberikan peri kepada Vimalakirti, yang berkata kepada mereka, Iblis itu telah memberikan kalian kepadaku. Sekarang kalian bisa mengembangkan pikiran yang ditujukan untuk mencari penerangan sempurna. Kemudian Vimalakirti membabarkan Dharma kepada mereka dan mendorong mereka mencari kebenaran. Dia mengumumkan, Sekarang kalian telah memutuskan untuk mencari kebenaran dan bisa mengecap kegembiraan di dalam Dharma, daripada di dalam ke-5 kesenangan duniawi ( yang timbul dari ke5 obyek indera ). Mereka bertanya, Apakah yang disebut kegembiraan di dalam Dharma itu ? Dia menjawab, Bergembira di dalam / karena mempunyai keyakinan terhadap Buddha, bergembira di dalam mendengarkan Dharma, bergembira di dalam memberikan persembahan kepada Sangha, dan bergembira karena meninggalkan ke-5 kesenangan duniawi; bergembira di dalam menyadari bahwa ke-5 skandha adalah bagaikan musuh yang mematikan, bahwa ke-4 elemen ( yang membentuk tubuh ) adalah bagaikan ular beracun, dan bahwa organ indera dan obyeknya adalah kosong bagaikan angkasa; bergembira di dalam mengikuti dan mempertahankan kebenaran; bergembira di dalam menguntungkan makhluk hidup; bergembira di dalam menghormati dan memberikan persembahan kepada gurumu; bergembira di dalam perbuatan menyebarkan amal ( dana ); bergembira
48

di dalam memegang teguh aturan disiplin ( sila ); bergembira di dalam kesabaran ( ksanti ); bergembira di dalam semangat yang tidak surut ( virya ) untuk menanam semua akar kebajikan; bergembira di dalam ketenangan ( dhyana ) yang tak terganggu ; bergembira di dalam menghapuskan semua pencemaran yang menutupi kebijaksanaan tajam ( prajna); bergembira di dalam mengembangkan pikiran penerangan ( bodhi ); bergembira di dalam menaklukkan semua iblis; bergembira di dalam menghilangkan semua kerusuhan ( klesa ); bergembira di dalam memurnikan tanah Buddha; bergembira di dalam memenangkan pahala atas ciri fisik unggul; bergembira di dalam menghiasi Bodhimandala ( tempat suci ); bergembira di dalam ketidakgentaran untuk mendengar ( dan mengerti ) Dharma yang dalam; bergembira di dalam menjelajah ke-3 pintu sempurna menuju nirvana ( yaitu keadaaan hampa, tanpa wujud, dan tidak aktif ) dibandingkan dengan imbangannya yang tidak utuh ( yang masih melekat pada pengertian realisasi obyektif ); bergembira karena bisa berada di antara mereka yang mempelajari Dharma yang sama, dan bergembira karena kebebasan dari rintangan sewaktu berada di antara mereka yang tidak mempelajarinya; bergembira di dalam membimbing dan mengubah manusia jahat dan berada bersama dengan manusia bijaksana; bergembira di dalam keadaan kemurnian dan kebersihan; bergembira di dalam mempraktekkan pembantu penerangan yang tak terhitung. Semua ini adalah kegembiraan Bodhisattva di dalam Dharma. Kemudian iblis itu berkata kepada para peri, Aku ingin kalian semua kembali ke istana bersamaku. Para peri menjawab, Sewaktu berada di sini bersama Sang Aria Upasaka, kami menikmati kegembiraan di dalam Dharma; kami tidak lagi menginginkan ke5 jenis kesenangan duniawi. Iblis itu berkata kepada VImalakirti, Bersediakah Sang Upasaka melepaskan semua peri ini, sebagaimana seorang Bodhisattva memberikan segala-galanya kepada orang lain ?

49

Vimalakirti menjawab, Sekarang juga aku menyerahkan mereka semua dan engkau boleh membawa pergi mereka agar semua makhluk hidup bisa memenuhi ikrar mereka untuk mendapatkan Dharma.80 Kemudian peri bertanya kepada Vimalakirti, Apa yang harus kami lakukan sewaktu berada di istana iblis ? Vimalakirti menjawab, Saudari-saudari, ada suatu pintu Dharma yang disebut Lampu Tak Habis Terpakaiyang harus kalian pelajari dan praktekkan. Sebagai contoh, sebuah lampu bisa ( digunakan untuk ) menyalakan ratusan dan ribuan lampu lainnya; kegelapan ini akan terusir tanpa mengurangi terangnya lampu yang pertama. Jadi seorang Bodhisattva harus membimbing dan mengubah ratusan dan ribuan makhluk hidup agar mereka semua mengembangkan pikiran yang ditujukan pada penerangan sempurna tanpa mengurangi pikiran luhurnya ( untuk menerangi yang lainnya ). Pembabaran Dharmanya akan memperbanyak semua Dharma unggul nantinya. Demikian pula, semakin banyak dia menerangkan dan menunjukkan sifat kebajikan pada orang lain, semakin berkembang sifat ini pada dirinya; inilah yang dinamakan Lampu Tak Habis Terpakai. Walaupun kalian akan tinggal di istana setan, kalian harus menggunakan Lampu Tak Habis Terpakai ini untuk membimbing putra dan putri dewa yang tak terhitung agar mengembangkan pikiran ke arah penerangan sempurna, demi membayar hutang budimu kepada Buddha dan juga untuk kebaikan semua makhluk hidup. Putri dewa itu bersujud kepada Vimalakirti dan mengikuti iblis itu kembali ke istananya; dan seketika itu mereka menghilang. Yang Dijunjungi, karena Vimalakirti memiliki kekuatan batin, kebijaksanaan, dan kemampuan berbicara yang demikian, aku tidak pantas menjenguk-Nya. Kemudian Hyang Buddha berkata kepada seorang putra sesepuh yang bernama Sudatta, Pergilah mewakili diri-Ku untuk menjenguk Vimalakirti.
Vimalakirti mengembalikan para peri kepada iblis itu untuk memenuhi keinginannya, dan menggunakan kesempatan itu untuk mengajari mereka mengembangkan pikiran bodhi sempurna guna memenuhi ikrar-Nya sendiri untuk membebaskan semua makhluk hidup. Jadi baik ikrar iblis itu maupun ikrar Vimalakirit terpenuhi, itulah yang harus dilakukan seorang Bodhisattva dalam melakukan tugas penyelamatan.
80

50

Sudatta berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali aku mengadakan pertemuan untuk upacara memberikan persembahan kepada dewa dan juga kepada bhiksu, brahmana, orang miskin, orang terlantar, dan pengemis, di rumah ayahku. Sewaktu pertemuan itu berakhir 7 hari kemudian, Vimalakirti datang dan berkata, Oh putra sesepuh, suatu pertemuan untuk persembahan tidak seharusnya diadakan dengan cara demikian; pertemuan itu seharusnya memberikan Dharma kepada yang lainnya, mengapa hanya memberikan derma materiil ? Aku bertanya, Upasaka yang terhormat, apa yang Engkau maksudkan dengan pemberian Dharma ? Dia menjawab, Pemberian Dharma adalah ( berada di luar elemen waktu ) tanpa berawal maupun berakhir, dan setiap persembahan harus bermanfaat bagi semua makhluk hidup pada saat yang sama. Inilah pemberian Dharma. Aku bertanya, Apa artinya ini ? Dia menjawab, Ini berarti bahwa Bodhi berasal dari cinta kasih ( matri )81 terhadap makhluk hidup; penyelamatan makhluk hidup berasal dari belas kasihan ( karuna ); mempertahankan Dharma yang benar dari kegembiraan ( mudita ); kebijaksanaan dari keseimbangan ( upeksa );82 menguasai keserakahan dari penyempurnaan beramal ( dana paramta ); berhenti melanggar larangan dari penyempurnaan disiplin ( sila paramita ); keadaan tidak ber-ego dari penyempurnaan kesabaran ( ksanti paramita ); penyerahan tubuh dan pikiran dari penyempurnaan ketekunan ( virya paramita ); pencapaian penerangan dari penyempurnaan ketenangan ( dhyana paramita ); pencapaian semua pengetahuan ( sarvajna ) dari penyempurnan kebijaksanaan ( prajna paramita ); mengajari dan mengubah makhluk hidup timbul dari kehampaan; tidak menolak kegiatan duniawi timbul dari keadaan tanpa wujud; kemunculan di dunia timbul

Disebabkan oleh cinta kasih tak terbatasnya seseorang terhadap semua makhluk hidup, maka ia mencari Bodhi untuk menyelamatkan mereka. 82 Ini disebut ke-4 pikiran tak terukur / tak terhingga ( lihat juga hal .. ). Juga disebut 4 persamaan atau universal, atau 4 perbuatan agung dari kehidupan murni yang menjamin kelahiran kembali di Brahmaloka atau surga wujud.

81

51

dari keadaan tanpa aktivitas;83 mempertahankan Dharma yang benar dari kekuatan metode bijaksana ( upaya ); pembebasan makhluk hidup dari ke-4 kebajikan simpatik; penghormatan dan pelayanan kepada orang lain dari ketetapan untuk menghapuskan keangkuhan; pelepasan atas tubuh, kehidupan, dan kekayaan dari ke-3 tak terusakkan;84 ke ke-6 pikiran untuk direnungkan85 dari konsentrasi pada Dharma; ke-6 nilai dari harmoni saling menghormat di dalam vihara86 dari pikiran yang lurus; perbuatan yang benar dari penghidupan murni; kegembiraan di dalam pikiran murni dari bergaul dengan orang suci dan orang bijak; tidak timbulnya kebencian terhadap orang jahat dari kontrol efektif terhadap pikiran; melepaskan keduniawian dari pikiran yang luhur; mempraktekkan sesuai dengan ajaran dari pengetahuan luas yang didapat dengan mendengarkan ( tentang Dharma ), tiadanya perselisihan dari kehidupan yang nyaman; pencarian kebijaksanaan Buddha dari meditasi; pembebasan makhluk hidup terhadap ikatan dari praktek nyata; memperoleh semua ciri fisik unggul untuk menghiasi Tanah Buddha dari karma keunggulan moril; pengetahuan atas pikiran semua makhluk hidup dan pembabaran Dharma yang relevan kepada mereka, dari karma pengetahuan yang baik; pengertian atas semua hal / benda sepadan dengan tiadanya penerimaan maupun penolakan terhadapnya untuk memahami keesaannya, dari karma kebijaksanaan; penghapusan semua kerusuhan ( klesa ), rintangan dan kejahatan dari semua karma unggul; pencapaian segala kebijaksanaan dan sifat bajik dari kondisi pendukung ke arah penerangan. Putra keluarga baik,87 semua ini berkenaan dengan pemberian Dharma. Seorang Bodhisattva yang menyelenggarakan pertemuan yang

Ini menunjukkan ke-3 pintu ke kota nirvana yang bisa dimasuki dengan bermeditasi pada keadaan hampa, yang mengosongkan pikiran dari ide tentang diri dan orang lain; pada ( keadaan ) tanpa wujud yang menghapuskan wujud atau keadaan luar; dan pada ( keadaan ) tanpa aktivitas yang mengakhiri semua kegiatan duniawi sambil tetap muncul di dunia untuk menyelamatkan semua makhluk hidup. 84 Ke-3 tak terusakkan: tubuh tak terhingga, kehidupan tak berakhir, dan kekayaan spirituil tak terbatas. 85 Ke-6 pikiran untuk direnungkan: Buddha, Dharma, Sangha, larangan, beramal, dan surga berikut kebahagiaan yang akan dinikmati. 86 Ke-6 nilai harmoni saling menghormat atau keseragaman di dalam vihara: keseragaman tubuh dalam bentuk pemujaan; keseragaman bahasa dalam berdoa; keseragaman mental dalam keyakinan; keseragaman moral dalam mematuhi larangan; keseragaman doktrin dalam pandangan dan interpretasi; dan keseragaman ekonomis dalam komunitas barang, perbuatan, belajar, dan beramal. 87 Suatu tradisi untuk menyapa murid Buddha.

83

52

memberikan Dharma ini adalah seorang pemberi derma ( danapati ) yang besar; dia juga merupakan tempat menanam pahala bagi semua dunia. Yang Dijunjungi, sewaktu Vimalakirti sedang membabarkan Dharma, 200 Brahmana yang mendengarkannya memutuskan untuk mencari penerangan sempurna. Aku sendiri mencapai kemurnian dan kebersihan pikiran yang belum pernah kualami sebelumnya. Kemudian aku bersujud kepada-Nya dan mengeluarkan kalung permataku yang tak ternilai harganya untuk dipersembahkan kepada-Nya, tetapi Dia menolaknya. Kemudian aku berkata, Aria Upasaka, sudilah menerima hadiahku dan lakukanlah sekehendak-Mu. Dia mengambil kalungku dan membaginya menjadi 2, separuh dibagikan kepada pengemis yang paling miskin di dalam persamuwan, dan separuhnya lagi kepada Tathagata Dusprasaha di mana negeri-Nya yang bersinar kemudian terlihat oleh para hadirin, yang melihat separuh kalung itu berubah menjadi menara mulia di dalam segala keindahannya dan berdiri di atas 4 pilar yang tidak menutupi satu sama lainnya. Sesudah transformasi ajaib ini, Vimalakirti berkata, Dia yang beramal kepada pengemis yang paling miskin dengan pikiran yang seimbang melakukan perbuatan yang tidak berbeda dengan menanam pahala pada seorang Tathagata, karena hal itu timbul dari welas asih yang besar tanpa mengharapkan imbalan. Inilah yang disebut pemberian Dharma yang lengkap. Sesudah menyaksikan kekuatan batin Vimalakirti, pengemis paling miskin yang telah mendengarkan pembabaran Dharma-Nya mengembangkan pikiran yang ditujukan pada penerangan sempurna. Dengan demikian aku tidak pantas mengunjungi Vimalakirti untuk menjenguk-Nya. Demikianlah masing-masing Bodhisattva yang hadir menceritakan pertemuannya dengan Vimalakirti dan menolak mengunjungi dan menjengukNya.

53

BAB V MANJUSRI MENGUNJUNGI VIMALAKIRTI


Sang Buddha kemudian berkata pada Manjusri, Pergilah Engkau menjenguk Vimalakirti. Manjusri berkata, Yang Dijunjungi, Dia memiliki kebijaksanaan yang sangat tinggi dan tidak mudah untuk mengimbangi-Nya ( dalam kemampuan bicara ). Karena Dia telah mencapai realitas dan merupakan penceramah intisari Dharma yang trampil. Kemampuan bicara-Nya tak terintangi dan kebijaksanaan-Nya tak terbatas. Dia sangat mahir dalam semua hal yang berkenaan dengan perkembangan Bodhisattva karena telah memasuki kekayaan misterius dari semua Buddha. Dia telah menaklukkan segala iblis, memperoleh semua kekuatan transendental88 dan mencapai kebijaksanaan melalui cara bijaksana ( upaya ). Sekalipun begitu Aku akan menuruti perintah Yang Dijunjungi untuk mengunjungi dan menjenguk-Nya. Para Bodhisattva, siswa utama Sang Buddha dan Penguasa ke-4 surga yang hadir berpikir, Bilamana ke-2 Mahasattva bertemu, tentunya Mereka akan membicarakan Dharma yang dalam. Maka 8.000 Bodhisattva, 500 Sravaka, dan ratusan dan ribuan dewa ingin mengikuti Manjusri. Demikianlah Manjusri dengan diiringi oleh para Bodhisattva, siswa utama Sang Buddha, dan para dewa, berangkat ke kota Vaisali. Vimalakirti yang mengetahui lebih dahulu kunjungan Manjusri dan rombongan-Nya, menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk mengosongkan rumah-Nya dari semua pembantu dan perabotan kecuali ranjang-Nya sendiri. Sewaktu memasuki rumah, Manjusri hanya melihat Vimalakirti terbaring sakit di ranjang-Nya, yang menyapa-Nya sebagai berikut, Selamat datang, Manjusri, Engkau datang tanpa ide mendatangi dan melihat tanpa ide melihat. Manjusri menjawab, Memang demikian, Aria Upasaka, kedatangan tidaklah harus dikaitkan lebih lanjut ( dengan ide ) mendatangi, dan kepergian
88

Secara literatur: di dalam mana para Buddha dan Bodhisattva menuruti hatinya atau mendapat kepuasan.

54

tidaklah harus dihubungkan lebih lanjut ( dengan konsep ) meninggalkan. Mengapa ? Karena sebenarnya tidak ada datang dari manapun maupun pergi ke mana, dan yang terlihat itu tidak bisa merupakan ( suatu obyek ) penglihatan lebih lanjut.89 Sekarang marilah kita kesampingkan ini semua. Upasaka yang mulia, apakah sakitmu berat ? Apakah itu akan bertambah parah dengan perawatan yang tidak benar ? Yang Dijunjungi telah mengirim aku untuk menjengukmu dan mengharapkan kesembuhanmu. Aria Upasaka, dari manakah penyakitmu timbul, telah berapa lama engkau mengidapnya, dan bagaimana penyakit itu akan berakhir ? Vimalakirti menjawab, Sumber penyakitku adalah ketidaktahuan yang melahirkan nafsu ( keinginan ). Karena semua makhluk hidup terserang penyakit, maka aku juga sakit. Bila semua makhluk hidup tidak lagi sakit, penyakitku akan berakhir. Mengapa ? Disebabkan ( ikrar-Nya ) untuk menyelamatkan makhluk hidup, seorang Bodhisattva memasuki alam kelahiran dan kematian yang bisa terserang penyakit; jika mereka semua sudah sembuh Sang Bodhisattva tidak akan sakit lagi. Misalnya, bilamana anak laki-laki tunggal seorang sesepuh jatuh sakit, maka orang tuanya juga sakit dan akan menderita selama anaknya belum sembuh. Begitu juga seorang Bodhisattva yang mencintai semua makhluk hidup bagaikan anaknya; jadi jika mereka jatuh sakit Sang Bodhisattva juga sakit, dan jika mereka telah sembuh maka dia tidak sakit lagi. Manjusri bertanya, Apakah yang menyebabkan sakitnya seorang Bodhisattva ? Vimalakirti menjawab, Sakitnya seorang Bodhisattva berasal dari belaskasihan ( Nya ) yang besar. Manjusri bertanya, Mengapa rumah Aria Upasaka kosong dan tanpa pembantu ? Vimalakirti menjawab, Semua tanah Buddha juga kosong. Manjusri bertanya, Tanah Buddha itu kosong dari apa ?
89

Yaitu tanpa dibelenggu oleh diskriminasi tentang kedatangan dan melihat.

55

Vimalakirti menjawab, Kosong dari kehampaan itu sendiri.90 Manjusri bertanya, Mengapa kehampaan itu harus kosong ?91 Vimalakirti menjawab, Kehampaan itu adalah kosong tanpa kehadiran diskriminasi. Manjusri bertanya, Dapatkah kehampaan dipengaruhi oleh diskriminasi ? Vimalakirti menjawab, Semua diskriminasi itu juga hampa. Manjusri bertanya, Di mana kehampaan dapat dicari ? Vimalakirti menjawab, Di dalam ke-62 pandangan palsu. Manjusri bertanya, Di mana seharusnya ke-62 pandangan palsu itu dicari ? Vimalakirti menjawab, Di dalam pembebasan dari semua Buddha. Manjusri bertanya, Di mana seharusnya pembebasan dari semua Buddha dicari ? Vimalakirti menjawab, Di dalam pikiran dari semua makhluk hidup. Dia melanjutkan, Yang bajik juga telah bertanya, mengapa aku tidak memiliki pembantu, nah, segala iblis dan orang sesat adalah pembantuku. Mengapa ? Karena iblis menyukai ( keadaan ) kelahiran dan kematian yang tidak ditolak seorang Bodhisattva, sedangkan orang sesat menyukai pandangan palsu di dalam mana Sang Bodhisattva tetap tidak terpengaruhi. Manjusri bertanya, Apakah wujud penyakit yang diderita Aria Upasaka ? Vimalakirti menjawab, Penyakitku ini tidak berwujud dan tidak kelihatan. Manjusri bertanya, Apakah itu penyakit pada tubuh atau pikiran ?
Yang dimaksud Manjusri; Rumah-Mu kosong karena tanpa barang dan pembantu, tetapi tanah Buddha itu kosong dari apa ? Yang dimaksud Vimalakirti; Di dalam keadaan ke-Buddha-an mutlak bahkan kebijaksanaan itu tidak harus dipegang agar bisa mencapai kehampaan atas baik subyek maupun obyek. 91 Yang dimaksud Manjusri; :karena semua hal / benda itu secara fundamental hampa di dalam tanah Buddha yang mutlak, mengapa kebijaksanaan juga harus hampa agar bisa dibuat hampa sekali lagi ?
90

56

Vimalakirti menjawab, Ini bukanlah penyakit pada tubuh karena berada di luar tubuh dan bukan penyakit pada pikiran karena pikiran itu bagaikan ilusi. Manjusri bertanya, Dari ke-4 elemen, tanah, air, api, dan udara, yang manakah yang sakit ? Vimalakirti menjawab, Itu bukanlah penyakit pada elemen tanah tetapi tidak berada di luarnya; demikian juga elemen-elemen lainnya. Karena penyakit semua makhluk hidup bersumber dari ke-4 elemen yang membuat mereka menderita, demikian aku juga menjadi sakit. Manusri bertanya, Apa yang harus diucapkan seorang Bodhisattva untuk menghibur Bodhisattva lainnya yang jatuh sakit ? Vimalakirti menjawab, Dia harus membicarakan ketidakkekalan dari tubuh, tetapi jangan membicarakan kebencian dan pelepasan ( mencampakkan ) tubuh ini. Dia harus membicarakan penderitaan tubuh tetapi jangan tentang kegembiraan di nirvana. Dia harus membicarakan keadaan tak ber-ego di dalam tubuh, sambil mengajari dan membimbing semua makhluk hidup ( kendatipun dengan fakta bahwa mereka itu secara fundamental tidak ada di dalam keadaan mutlak ). Dia harus membicarakan kehampaan dari tubuh, tetapi tidak boleh melekat pada nirvana akhir. Dia harus membicarakan penyesalan dari dosa lalu tetapi harus menghindari terhanyut ke masa lalu. Karena penyakitnya sendiri, dia harus mengasihani semua yang sakit. Menyadari bahwa dia telah menderita selama kalpa tak terhitung di masa lalu, dia harus memikirkan kesejahteraan semua makhluk hidup. Dia harus memikirkan praktek kebajikan yang dilakukannya di masa lalu untuk mempertahankan ( pendiriannya atas ) penghidupan yang benar. Daripada menguatirkan kesusahan ( klesa ), dia seharusnya menumbuhkan semangat dan ketekunan ( di dalam mempraktekkan Dharma ). Dia harus bertindak bagaikan raja tabib untuk mengobati penyakit orang lain. Demikianlah seorang Bodhisattva harus menghibur Bodhisattva sakit lainnya untuk membahagiakannya. Manjusri bertanya, Bagaimana caranya seorang Bodhisattva yang sakit mengendalikan pikirannya ?
57

Vimalakirti menjawab, Seorang Bodhisattva yang sakit harus berpikir demikian, Penyakitku bersumber dari pikiran menyimpang dan kekotoran ( klesa ) selama kehidupanku yang lalu tetapi tidak mempunyai sifat nyatanya sendiri. ( Oleh sebab itu ) siapakah yang menderita ? Mengapa begitu ? ( Karena ) sewaktu ke-4 elemen bersatu untuk membentuk tubuh, yang duluan tidak berpemilik dan yang belakangan tidak ber-ego. Selain itu, penyakitku bersumber dari kemelekatanku pada ego; dengan demikian aku harus menghapuskan kemelekatan ini. Sesudah mengetahui sumber penyakitnya, dia harus meninggalkan konsep tentang ego dan makhluk hidup. Dia harus merenungkan hal / benda ( Dharma ) sebagai berikut: Suatu tubuh tercipta dari perpaduan berbagai jenis dharma ( elemen ) yang timbul dan tenggelam sendiri, tanpa mengetahui satu sama lainnya dan tanpa mengumumkan timbul dan tenggelamnya. Untuk menghapuskan konsep atas hal / benda ( dharma ) seorang Bodhisattva yang sakit harus merenungkan demikian, Pengertian atas dharma ini juga suatu kekeliruan yang merupakan malapetaka yang besar bagiku. Jadi aku harus menjauhinya. Menjauhi apa ? Dari subyek maupun obyek. Apa artinya menjauhi subyek dan obyek ? Artinya menjauhi dualitas. Apa artinya menjauhi dualitas ? Artinya tidak memikirkan dharma dalam dan luar ( yaitu pertentangan ) dengan mempraktekkan keseimbangan. Apakah keseimbangan itu ? Keseimbangan berarti persamaan ( dari semua pertentangan ) ego dan nirvana. Mengapa begitu ? Karena baik ego maupun nirvana adalah hampa. Mengapa kedua-duanya hampa ? Karena kedua-duanya hanya berupa nama yang tidak mempunyai sifatnya yang bebas sendiri. Bila engkau mencapai persamaan ini engkau terbebas dari semua penyakit tetapi masih ada tersisa konsepsi tentang kehampaan yang juga merupakan ilusi sehingga juga harus dihapuskan. Seorang Bodhisattva yang sakit harus membebaskan dirinya dari konsepsi atas sensasi ( vedana ) sewaktu mengalami salah satu dari ke-3 keadaan ( yaitu kesakitan, kenikmatan, dan bukan kesakitan maupun kenikmatan ). Sebelum perkembangan sempurnanya menuju ke-Buddha-an ( yaitu sebelum
58

menyelamatkan semua makhluk hidup di dalam pikirannya ) dia tidak boleh menghapuskan semua vedana untuk kepentingannya sendiri dengan pandangan untuk mencapai nirvana hanya bagi dirinya. Menyadari bahwa tubuh ini merupakan subyek penderitaan, dia harus memikirkan makhluk hidup di alam kehidupan yang lebih rendah dan menumbuhkan belas kasihan ( terhadap mereka ). Karena dia telah berhasil mengendalikan pandangan palsunya, dia harus membimbing semua makhluk hidup untuk mengendalikan pandangan mereka juga. Dia harus mencabut penyakit ( pembawaan ) mereka tanpa ( berusaha ) menghapuskan dharma yang tidak ada ( external atau data indera ). Karena itu dia harus mengajari mereka cara memutuskan sumber penyakit. Apakah sumber penyakit itu ? Sumber penyakit adalah kemelekatan mereka. Apa yang merupakan obyek kemelekatan mereka ? Obyek kemelekatan mereka adalah ke3 alam ( nafsu, wujud, dan tanpa wujud ). Dengan cara apa mereka harus memutuskan kemelekatannya ? Dengan doktrin ( bahwa ) tidak ada sesuatu / apapun yang bisa diperoleh, dan ( bahwa ) jika tidak ada yang bisa diperoleh, maka tidak akan ada kemelekatan. Apa yang dimaksud dengan tidak ada sesuatupun yang bisa diperoleh ? Artinya ( bahwa ) terlepas dari pandangan ganda ( tidak ada apapun yang bisa diperoleh ). Apakah pandangan ganda itu ? Itu adalah pandangan dari dalam dan luar yang lebih dari itu tidak ada suatu apapun.92 Manjusri, begitulah seorang Bodhisattva yang sakit harus mengendalikan pikirannya. Menghapuskan penderitaan dari umur tua, penyakit, dan kematian adalah Bodhinya ( praktek penerangan ) seorang Bodhisattva. Jika dia tidak berbuat begitu maka prakteknya kurang dilandasi kebijaksanaan dan tidak bermanfaat. Misalnya; seorang Bodhisattva ( disebut ) berani jika dia menaklukkan kebencian; jika di samping itu dia juga menghapuskan ( konsep ) umur tua, penyakit, dan kematian, maka dia benar-benar seorang Bodhisattva sejati. Seorang bodhisattva yang sakit harus lagi merenungkan; Karena penyakitku itu tidak nyata maupun berwujud, penyakit dari semua makhluk hidup
92

Diskriminasi dari dalam dan data indera dari luar: kedua-duanya tidak ada.

59

juga tidak nyata dan tidak berwujud. Tetapi sewaktu memikirkan demikian, jika dia mengembangkan belas kasihan yang besar dengan pikiran yang tercemar oleh kecintaannya ( yang memihak ) terhadap makhluk hidup,93 dia harus ( segera ) menghindari perasaan / pandangan palsu ini. Mengapa begitu ? Karena seorang Bodhisattva harus menghapuskan semua penyebab luar kekotoran ( klesa ) sewaktu mengembangkan belas kasihan yang besar. Karena kecintaan ( ini ) dan pandangan yang keliru ( ini ) akan menyebabkan keengganannya pada kelahiran dan kematian. Jika dia bisa menjauhi kecintaan dan pandangan yang keliru ini dia akan terbebas dari kebencian, dan di manapun dia terlahir, dia tidak akan terganggu oleh cinta dan pandangan yang keliru. Kehidupannya yang akan datang akan bebas dari rintangan dan dia akan mampu membabarkan Dharma kepada semua makhluk hidup dan membebaskan mereka dari ikatan. Sebagaimana telah dikatakan Hyang Buddha, sebenarnya tidak ada pembebasan bagi orang lain selama seseorang masih terbelenggu oleh ikatan dan untuk membebaskan orang lain hanya dimungkinkan bila dia sendiri telah bebas dari ikatan. Oleh sebab itu seorang Bodhisattva tidak boleh mengikat dirinya ( dengan pandangan yang keliru ). Apakah itu mengikat dan apakah itu melepaskan ? Kemelekatan pada ketenangan ( dhyana ) adalah ikatan seorang Bodhisattva, tetapi kelahiran kembali yang bijaksana ( untuk menyelamatkan orang lain ) adalah pembebasan dari ikatan. Selain itu, dia terbelenggu oleh kebijaksanaan yang tidak didasari metode praktis ( upaya ), tetapi dibebaskan oleh kebijaksanaan yang didukung metode praktis; dia ( juga ) terbelenggu oleh metode praktis yang tidak dilandasi kebijaksanaan tetapi dibebaskan oleh metode praktis yang didukung kebijaksanaan. Apakah itu ikatan oleh kebijaksanaan yang tidak didukung metode praktis ? Yang dimaksud adalah sewaktu seorang Bodhisattva mempraktekkan pengendalian dirinya sendiri ( melalui ke-3 gerbang ke nirvana, yaitu keadaan hampa, tanpa wujud, dan tanpa aktivitas ) tanpa berusaha menghiasi tubuhnya dengan ciri utama dan ciri tambahan, menghiasi tanah Buddhanya ( dengan
Di dalam Sutra Intan diajarkan bahwa seorang Bodhisattva di dalam menjalankan tugas penyelamatannya harus menghindari konsep ( palsu ) atas diri, orang lain, makhluk hidup, dan usia. Yang dimaksudkan di sini adalah menolong dan membebaskan makhluk hidup tanpa ikatan apa-apa.
93

60

pahala ) maupun membimbing makhluk hidup menuju kesempurnaan. Inilah yang disebut ikatan oleh kebijaksanaan yang tidak didukung metode praktis ( upaya ). Apakah itu pembebasan oleh kebijaksanaan yang didukung metode praktis ? Yang dimaksud adalah sewaktu seorang Bodhisattva mempraktekkan pengendalian dirinya ( melalui ke-3 gerbang ke nirvana, yaitu keadaan hampa, tanpa wujud, dan tanpa aktivitas ) disertai keinginan untuk menghiasi tubuhnya dengan ciri utama dan tambahan, menghiasi tanah Buddhanya ( dengan pahala ) sambil membimbing makhluk hidup menuju kesempurnaan. Inilah yang disebut pembebasan melalui kebijaksanaan yang didukung oleh metode praktis ( upaya ).94 Apakah itu ikatan oleh metode praktis yang tidak didukung kebijaksanaan ? Yang dimaksud adalah ikatan yang disebabkan kurangnya tekad seorang Bodhisattva untuk menghindari nafsu, amarah, pandangan menyimpang dan kekotoran ( klesa ) lainnya sewaktu menanam semua akar kebijaksanaan, yang tidak dipersembahkan untuk pencapaian penerangan sempurna. Inilah yang disebut ikatan oleh metode praktis yang tidak didukung kebijaksanaan. Apakah itu pembebasan oleh metode praktis yang didukung kebijaksanaan ? Yang dimaksud adalah pembebasan yang dicapai oleh seorang Bodhisattva yang menghindari nafsu, amarah, pandangan yang bertentangan dan kekotoran ( klesa ) lainnya, sewaktu menanam semua akar kebajikan, yang dipersembahkan untuk pencapaian penerangan sempurnanya. Inilah yang disebut pembebasan melalui metode praktis yang didukung oleh kebijaksanaan.

Di dalam Sutra Intan, Hyang Buddha bersabda, Subhuti, menurut pendapatmu, apakah Bodhisattva menghiasi tanah Buddha melalui tindakan morilnya ? Subhuti menjawab, Tidak, Yang Dijunjungi. Mengapa ? Karena itu bukanlah hiasan nyata Sang Buddha berkata, Subhuti, itulah sebabnya semua Bodhisattva dan Mahasattva haruslah demikian mengembangkan pikiran murni dan bersih yang tidak boleh berdiam pada wujud, suara, rasa, sentuhan, dan dharma ( hal / benda ). Mereka harus mengembangkan pikiran yang tidak berdiam di manapun. (Lihat Chan and Zen Teaching, First Series, hal 173 ). Di dalam Sutra yang sama Subhuti bertanya, Mengapa Bodhisattva tidak menerima imbalan atas perbuatan baik mereka ? Hyang Buddha menjawab, Bodhisattva tidak boleh mempunyai keinginan dan kemelekatan sewaktu mereka mempraktekkan kebajikan bermanfaat; oleh sebab itu mereka tidak menerima imbalan.

94

61

Manjusri, seorang Bodhisattva yang sakit haruslah memandang semua hal / benda dengan demikian. Selain itu, ia harus bermeditasi pada tubuhnya yang tidak permanen, merupakan subyek penderitaan, tidak ada dan tidak ber-ego; inilah yang disebut kebijaksanaan. Sekalipun tubuhnya sakit dia tetap berdiam di ( alam ) kelahiran dan kematian untuk keuntungan semua ( makhluk hidup ) tanpa mengeluh; inilah yang disebut metode bijaksana ( upaya ). Di samping itu dia harus bermeditasi pada tubuhnya yang tidak terpisahkan dari penyakit dan bermeditasi pada penyakit yang melekat pada tubuh, karena penyakit dan tubuh bukanlah baru maupun lama; inilah yang disebut kebijaksanaan. Tubuh ini, sekalipun sakit tidaklah harus dihancurkan; inilah yang disebut metode bijaksana ( untuk tetap berdiam di dunia guna melakukan penyelamatan ). Manjusri, seorang Bodhisattva yang sakit harus demikian mengendalikan pikirannya sambil tidak berdiam di dalam ( keadaan ) pikiran terkendali maupun kebalikannya. Karena jika dia berdiam di dalam ( keadaan ) pikiran tak terkendali, inilah kebodohan, dan jika dia berdiam di dalam keadaan pikiran terkendali inilah tahap Sravaka. Dengan demikian seorang Bodhisattva tidak boleh berdiam di dalam kedua-duanya dan menghindari kedua-duanya; inilah praktek tahap Bodhisattva. Sewaktu berdiam di alam kelahiran dan kematian dia menjauhi ketidakmurniannya, dan sewaktu berdiam di nirvana dia menjauhi ( kondisi ) pemadaman reinkarnasi dan pembebasan dari penderitaannya; inilah praktek tahap Bodhisattva. Yang bukan duniawi maupun kedewaan itulah pengembangan Bodhisattva ( menuju ke-Buddha-an ). Yang tidak murni maupun murni juga bukan, itulah praktek Bodhisattva. Sekalipun dia sudah berada di luar jangkauan iblis dia muncul ( di dunia ) untuk menaklukkan iblis; inilah perilaku Bodhisattva. Di dalam mencari segala pengetahuan ( sarvajna ) dia tidak mencarinya pada saat yang tidak tepat;95 inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia memahami yang tak tercipta dia tidak mencapai ke-Buddha-an; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia memahami nidana ( ke-12 mata rantai kehidupan bersyarat ) dia memasuki semua keadaan pandangan menyimpang ( untuk menyelamatkan makhluk hidup
95

Dia tidak seharusnya mencari maha tahu-nya Buddha sebelum pencapaian ke-Buddha-annya.

62

); inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia membantu semua makhluk hidup dia tidak menimbulkan kemelekatan; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia menjauhi fenomena, dia tidak mengandalkan kehampaan tubuh dan pikiran; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia melewati ke-3 dunia ( dari nafsu, wujud, dan tanpa wujud ), dia tidak melukai Dharmata;96 inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia menyadari kehampaan ( dari hal / benda ) dia menabur benih segala kebajikan; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia berdiam di dalam tanpa wujud, dia menyelamatkan makhluk hidup tanpa berhenti; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia menahan diri dari aktivitas ( kreatif ) dia muncul dalam tubuh fisiknya; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mencegah timbulnya ( semua pikiran ) dia melakukan semua perbuatan baik; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-6 penyempurnaan ( paramita ) dia mengetahui keadaan mental makhluk hidup; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia memilikki ke-6 kekuatan batin, dia menahan diri dari mengakhiri semua arus duniawi.97 Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 pikiran tak terhingga, dia tidak ingin dilahirkan di surga Brahma;98 inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan meditasi,99 ketenangan ( dhyana ),100 pembebasan dan Samadhi,101 dia tidak mengambil manfaatnya untuk terlahir di surga Dhyana;102 inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 rangkap keadaan kesadaran, dia tidak selamanya menjauhi karma badan dan pikiran;103 inilah perilaku Bodhisattva.104 Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 usaha yang benar dia
Dharmata, sifat hakiki semua hal / benda. Agar dia bisa tinggal di dunia ini untuk meneruskan tugas penyelamatan. 98 Karena praktek ke-4 pikiran tak terhingga yang berhasil menjamin kelahiran kembali di surga Brahma yang merintangi perkembangan Bodhisattva ke arah ke-Buddha-an. 99 Ini berarti ke-4 keadaan meditasi pada surga wujud: di dalam surga I penghuninya tidak mempunyai organ rasa atau penciuman, tidak memerlukan makanan, tetapi memiliki ke-4 organ lainnya; di surga II penghuninya tidak lagi memerlukan ke-5 organ fisik dan hanya memiliki organ pikiran; di surga III penghuninya masih memiliki organ pikiran dan menerima kebahagiaan yang besar; di surga IV mereka masih memiliki pikiran yang substil sekali. 100 Ke-4 keadaan ketenangan di dalam surga tak berwujud: di surga I pikiran menjadi hampa dan luas bagaikan angkasa; di surga II kekuatan persepsi dan pengertian adalah tidak terbatas; di surga III kekuatan diskriminasi pikiran ditundukkan; dan di surga IV kebijaksanaan intuitif muncul. 101 Samadhi yang dicapai melalui ke-3 gerbang ke kota nirvana..; keadaan hampa, tanpa wujud, dan tanpa aktivitas. 102 Demikianlah dia menanam penyebab tanpa menuai efeknya untuk menunjukkan kebebasan yang berdaulat atas hukum sebab akibat, guna menghindari kelahiran kembali di surga dhyana agar dia bisa melanjutkan perkembangan Bodhisattvanya ke arah ke-Buddha-an. 103 Karma badan atau karma buruk dari ke-5 organ indera di alam nafsu, dan karma pikiran atau karma baik di surga wujud. 104 Agar dia bisa berhubungan dengan semua makhluk hidup untuk menyelamatkan mereka.
97 96

63

mempertahankan semangat dan usaha atas badan dan pikiran; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-4 langkah Hinayana ke arah kekuatan batin, dia akan tetap berbuat demikian sampai dia mencapai semua kekuatan Mahayana; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-5 kemampuan spirituil dari tahap Sravaka dia membedakan ketajaman dan ketumpulan potensi makhluk hidup; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan 5 kekuatan dari tahap Sravaka dia berusaha mencapai 10 kekuatan Buddha; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan ke-7 tingkat penerangan Hinayana dia membedakan maha bijaksananya Buddha ( sarvajna ); inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan 8 Kebenaran Mulia ( Hinayana ) dia bergembira di dalam menempuh Jalan Buddha yang tak terbatas; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan samatha vipasyana105 yang mendukung pencapaian Bodhi ( penerangan ) dia menghindari terseret ke dalam nirvana; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia mempraktekkan doktrin tidak menciptakan dan tidak menghancurkan hal / benda ( dharma ) dia masih menghiasi tubuhnya dengan ciri fisik unggul dari Buddha; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia muncul sebagai seorang Sravaka atau Pacceka Buddha, dia tidak menyimpang dari Buddhadharma; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia telah mencapai kemurnian yang tertinggi dia muncul dalam wujud badaniah untuk melakukan tugas penyelamatan; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia melihat ke dalam semua tanah Buddha yang tetap diam bagaikan ruang hampa, dia memperlihatkannya dalam segenap kemurnian dan kebersihannya; inilah perilaku Bodhisattva. Sekalipun dia telah mencapai tingkat Buddha yang memungkinkannya memutar Roda Hukum ( membabarkan Dharma ) dan memasuki keadaan nirvana, dia tidak meninggalkan Jalan Bodhisattva; inilah perilaku Bodhisattva. Selagi Vimalakirti membabarkan Dharma, semua dari ke-8.000 putra dewa yang datang bersama Manjusri mengembangkan pikiran luhur yang ditujukan untuk mencari penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ).

105

Samatha-vipasyana, lihat The Secrets of Chinese Meditation; bagian ke-3, p 80.

64

BAB VI PEMBEBASAN TAK TERBAYANGKAN


Sariputra melihat tidak ada tempat duduk di dalam ruangan dan berpikir, Di mana para Bodhisattva dan siswa utama akan duduk ? Vimalakirti mengetahui pikiran Sariputra dan bertanya pada-Nya, Orang bajik, engkau datang kemari untuk duduk atau untuk Dharma ? Sariputra menjawab, Aku datang ke sini untuk Dharma dan bukan untuk duduk. Vimlakirti berkata, Hai Sariputra, dia yang mencari Dharma bahkan tidak mengindahkan badan dan hidupnya, jangankan suatu tempat duduk, karena pencarian Dharma itu tidak berhubungan dengan ( ke-5 skanda ): wujud ( rupa ), sensasi ( vedana ), konsepsi ( samjna ), diskriminasi ( samskara ), dan kesadaran ( vijnana ); dengan ke-18 bidang sensasi ( dhatu, ke-6 organ, obyeknya, dan persepsinya ); dengan ke-12 pintu ( ayatana: ke-6 organ dan ke-6 data sensasi yang membimbing ke arah / menyebabkan diskriminasi ); dan dengan dunia nafsu, wujud, dan di luar wujud. Sariputra, seorang pencari Dharma tidak melekat pada Buddha, Dharma, dan Sangha. Seorang pencari Dharma tidak memegang pandangan tentang penderitaan, tentang memutuskan semua timbunan penyebab dari itu untuk mengakhirinya dengan menempuh jalan nirvana ( yaitu ke-4 Kebenaran Mulia ). Mengapa begitu ? Karena Dharma berada di luar semua cara berpikir yang menyesatkan. Sebab jika seseorang berkata, Karena aku melihat penderitaan, aku memutuskan timbunan penyebabnya untuk mengakhirinya dengan menempuh jalan ke arah itu, ini hanyalah cara berpikir yang menyesatkan dan bukanlah pencarian Dharma. Sariputra, Dharma disebut nirvana ( keadaan dari ketenangan sempurna dan pemadaman akhir kelahiran ); jika engkau menimbulkan ( konsep ) kelahiran dan kematian, ini merupakan pencarian atas kelahiran dan kematian dan bukan mencari Dharma. Dharma itu ( mutlak dan ) tak bernoda, tetapi jika engkau tercemar oleh ( pikiran tentang ) Dharma dan bahkan tentang nirvana, inilah pencemaran yang bertentangan dengan pencarian Dharma. Dharma tidak bisa dipraktekkan dan jika dipraktekkan, ini berarti sesuatu ( yaitu suatu obyek ) untuk
65

dipraktekkan dan bukanlah pencarian Dharma. Dharma berada di luar jangkauan dan penolakan dan jika engkau meraih atau menolaknya, itu adalah mengambil atau membuang ( sesuatu yang lain ) tetapi bukanlah pencarian Dharma. Dharma berada di luar posisi tetapi bila engkau memberinya suatu tempat, ini merupakan kemelekatan pada ruang tetapi bukan pencarian Dharma. Dharma itu tak berwujud, akan tetapi jika engkau mengandalkan wujud untuk membayangkan Dharma ini, adalah pencarian wujud, tetapi bukan pencarian Dharma. Dharma bukanlah suatu tempat tinggal, tetapi jika engkau ingin berdiam di dalamnya, ini adalah berdiam di dalam Dharma ( obyektif ) tetapi bukanlah pencarian Dharma ( absolut ). Dharma tidak bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun diketahui, akan tetapi jika engkau ingin melihat, mendengar, merasakan dan mengetahuinya, ini merupakan fungsi dari penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pengetahuan ( diskriminatif ) mu dan bukan pencarian Dharma. Dharma itu ( secara transenden ) tidak aktif, tetapi jika engkau terjun di dalam kegiatan duniawi, ini merupakan pencarian kehidupan duniawi dan bukan pencarian Dharma. Oleh sebab itu, Sariputra, pencarian Dharma tidak berarti mencari apapun juga. Sewaktu Vimalakirti berbicara, 500 putra dewa mencapai mata Dharma murni. Kemudian Vimalakirti bertanya kepada Manjusri, Yang bajik telah mengunjungi ribuan dan puluhan ribu lac106 dunia yang tak terhitung; di tanah Buddha manakah terdapat singgasana ( Buddha ) yang paling indah dan dihiasi dengan pahala kebajikan tertinggi ?107 Manjusri menjawab, Upasaka yang mulia, di sebelah Timur ada suatu tanah Buddha yang terpisah dari sini sejauh dunia-dunia yang terbentuk dari butir-butir pasir di dalam 36 Sungai Gangga; dunia itu disebut Merudhvaja dan Buddhanya disebut Merukalpa dan masih berada di situ. Tubuh-Nya setinggi

Lac: 100.000, atau suatu jumlah besar tak terhitung. Kumarajiva memberikan komentarnya: Sekalipun Vimalakirti telah mengetahui adanya tanah Buddha tersebut, Dia sengaja bertanya kepada Manjusri untuk membuat para hadirin mengembangkan keyakinan terhadap pahala / kebajikan tertinggi daripada Buddhanya guna mendorong mereka melakukan perbuatan Bodhisattva yang mengarah ke pahala / kebajikan tersebut, dan juga untuk mengubah para hadirin melalui tindakannya yang menarik, yaitu pergi dan kembali dari tanah Buddha tersebut.
107

106

66

84.000 yojana108 dan singgasana-Nya juga setinggi itu, adalah yang paling menonjol keindahannya. Setelah itu Vimalakirti menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk meminta Buddha Merukalpa agar mengirimkan ke kamar-Nya 32.000 singgasana yang tinggi besar, indah dan bersih, yang belum pernah terlihat oleh para Bodhisattva, siswa utama ( Buddha Sakyamuni ), dewa Indra dan Brahma, ke-4 raja dewa, dan lainnya. Semua dari ke-32.000 singgasana itu termuat di dalam kamar dan tidak merintangi satu sama lainnya, juga tidak merintangi apapun di Vaisali, Jambudvipa ( bumi kita ), dan di ke-4 surga, di mana semua hal / benda tidak berubah sebagaimana sebelumnya. Kemudian Vimalakirti berkata kepada Manjusri, Silakan duduk di salah satu singgasana ini bersama para Bodhisattva agung dengan membesarkan badanmu sesuai dengan tempat duduknya. Para Bodhisattva yang telah memperoleh kekuatan batin membesarkan tubuh mereka ke ukuran tahta yang mereka duduki ( tanpa kesulitan ), tetapi para Bodhisattva yang baru diinisiasikan dan para siswa utama tidak dapat menaiki tahta yang tinggi tersebut. Vimalakirti kemudian berkata pada Sariputra, Silahkan duduk di atas tahta singa. Sariputra menjawab, Aria Upasaka, tahta ini sangat besar dan tinggi, kami tidak dapat menaikinya. Vimalakirti berkata, Sariputra, engkau harus memberi hormat lebih dulu kepada Tathagata Merukalpa dan barulah engkau bisa duduk di atas salah satunya. Setelah itu, semua Bodhisattva yang baru diinisiasikan dan siswa utama memberi penghormatan kepada Tathagata Merukalpa dan kemudian duduk di atas singgasana. Sariputra berkata kepada Vimalakirti, Aria Upasaka, hal ini belum pernah terlihat sebelumnya, ruangan yang kecil ini bisa memuat tahta yang tinggi besar ini tanpa merintangi apapun di Vaisali dan tidak mengganggu kota besar, kota,
108

Yojana: jarak yang ditempuh oleh pasukan raja dalam sehari di India kuno.

67

dan desa di Jambudvipa ( dunia kita ) maupun istana dari para dewa, naga, serta tempat kediaman hantu dan jin. Vimalakirti berkata, Sariputra, pembebasan yang dicapai oleh semua Buddha dan Bodhisattva ( agung ) adalah tak terbayangkan. Jika seorang Bodhisattva mencapai pembebasan ini, dia bisa menaruh ( gunung ) Sumeru yang besar dan luas di dalam biji mostar tanpa membesarkan ukuran biji mostar maupun mengecilkan ukuran Gunung Sumeru, dan ke-4 Raja Dewa ( pelindung dari dunia ini ) dan para dewa di surga Trayastrimsas ( surga Indra ) bahkan tidak menyadari mereka ditaruh ke dalam biji, hanyalah mereka yang telah mencapai pembebasan bisa melihat Semeru di dalam biji mostar. Inilah Pintu Dharma Tak Terbayangkan Ke Arah Pembebasan. Dia juga dapat menuangkan semua air dari ke-4 samudera besar ( yang mengelilingi Semeru ) ke dalam satu pori kulitnya tanpa mengganggu ikan, penyu, kadal air dan semua binatang air, sedangkan samudera itu tetap sama seperti sedia kala dan para naga, hantu, jin, dan asura bahkan tidak menyadari sedang dipindahkan dan diletakkan. Lebih dari itu, Sariputra, seorang Bodhisattva yang telah memenangkan Pembebasan Tak Terbayangkan ini bisa ( mengambil dan ) menaruh ke dalam telapak tangan kanan-Nya chiliocosmos besar bagaikan tukang tempayan memegang jenteranya, melemparkannya melewati sejumlah dunia tak terhitung bagaikan butir pasir di Sungai Gangga, dan kemudian mengembalikannya ( ke tempat semula ), sedangkan semua makhluk hidup di dalamnya tidak menyadari perihal mereka dilemparkan dan dikembalikan dan sambil dunia kita tetap tidak berubah. Lebih dari itu Sariputra, jika ada makhluk hidup yang pantas memperoleh pembebasan tetapi masih ingin tinggal lebih lama, Bodhisattva ini akan ( menggunakan kekuatan batinnya untuk ) memperpanjang seminggu menjadi 1 kalpa agar mereka menganggap sisa waktunya adalah 1 kalpa, dan jika di lain pihak ada makhluk hidup yang tidak ingin tinggal lebih lama di dunia ini sebelum mencapai pembebasan mereka, Bodhisattva ini akan memperpendek waktu 1
68

kalpa menjadi seminggu sehingga mereka beranggapan ( sisa waktunya ) adalah seminggu. Lebih dari itu, Sariputra. Seorang Bodhisattva yang telah mencapai Pembebasan Tak Terbayangkan ini bisa mengumpulkan segala benda mulia dari semua tanah Buddha ke dalam suatu negeri agar semuanya terlihat di negeri tersebut. Lebih dari itu, dia bisa menaruh semua makhluk hidup dari suatu tanah Buddha ke dalam telapak tangan kanan-Nya dan terbang ke 10 penjuru untuk menunjukkan kepada mereka semua hal / benda di mana-mana tanpa menggoyangkan mereka. Lebih dari itu, Sariputra, Bodhisattva ini bisa menunjukkan melalui salah satu porinya, semua persembahan kepada para Buddha oleh makhluk hidup di 10 penjuru. Dia bisa menunjukkan melalui salah satu porinya semua matahari, bulan, planet, dan bintang di dalam semua dunia dari 10 penjuru. Lebih dari itu, Sariputra, dia bisa menghirup ( dan menahan di mulut-Nya ) semua angin yang bertiup di dalam dunia dari 10 penjuru tanpa melukai tubuhnya sendiri maupun pohon-pohon dari dunia-dunia ini. Lebih dari itu, bila dunia-dunia di 10 penjuru berakhir karena dihancurkan oleh api, Bodhisattva ini bisa menghirup api ini ke dalam perutnya tanpa terluka oleh api yang terus menyala tanpa terhenti. Lebih dari itu, Bodhisattva ini dapat mengambil dari nadir suatu negeri Buddha yang terpisah dari-Nya oleh dunia yang tak terhitung bagaikan butir-butir pasir di Sungai Gangga dan mengangkatnya ke zenith yang terpisah dari-Nya oleh dunia yang tak terhitung bagaikan butir-butir pasir di Sungai Gangga, dengan mudahnya bagaikan memungut sehelai daun dari pohon date dengan ujung jarum. Lebih dari itu, Sariputra, seorang Bodhisattva yang telah memenangkan Pembebasan Tak Terbayangkan ini bisa menggunakan kekuatan transenden-Nya
69

untuk muncul sebagai seorang Buddha, Pacceka Buddha, Sravaka, dewa Sakra yang berdaulat, Brahma, atau seorang penguasa dunia ( cakravarti ). Dia juga dapat membuat semua bunyi dan suara dengan nada tinggi, medium, dan rendah di dalam dunia dari 10 penjuru menjadi suara Buddha yang mengumumkan ( doktrin tentang ) ketidakkekalan, penderitaan, ketidaknyataan dan absennya ego maupun semua Dharma yang dibabarkan oleh para Buddha di 10 penjuru, dan membuatnya terdengar di mana-mana. Sariputra, aku telah menyebutkan hanya beberapa kekuatan yang berasal dari Pembebasan Tak Terbayangkan ini, tetapi jika aku menceritakan semua dari itu, waktu satu kalpapun tidak akan mencukupinya. Mahakasyapa yang telah mendengarkan Dharma pembebasan tak terbayangkan ini memujinya dan mengatakan bahwa hal ini belum pernah dibabarkan sebelumnya. Kemudian dia berkata pada Sariputra, Bagaikan orang buta yang tidak bisa melihat gambar dengan berbagai warna yang ditunjukkan kepada mereka, semua Sravaka yang mendengarkan pintu Dharma ke Pembebasan Tak Terbayangkan ini tidak akan memahaminya. Jika orang bijak mendengarkannya, siapa yang tidak menetapkan pikirannya untuk mencari penerangan sempurna ? Apa yang harus kita lakukan untuk mencabut sampai tuntas akar Sravaka yang buruk dibandingkan untuk memasuki Mahayana ini, agar semua Sravaka yang mendengarkan doktrin Pembebasan Tak Terbayangkan ini mengalirkan air mata penyesalan dan menjerit dengan nyaring sampai mengguncangkan chiliocosmos besar ? Di pihak para Bodhisattva, mereka menerima Dharma ini dengan gembira dan hormat dengan menempatkannya di atas kepala mereka. Jika seorang Bodhisattva percaya dan mempraktekkan pintu Dharma ke Pembebasan Tak Terbayangkan ini, semua iblis tak bisa melawannya. Sewaktu Mahakasyapa mengucapkan kata-kata ini, 32.000 putra dewa menetapkan pikirannya untuk mencari penerangan sempurna. Kemudian Vimalakirti memberitahukan kepada Mahakasyapa, Orang bajik, mereka yang muncul sebagai raja iblis di dunia tak terhitung di 10 penjuru kebanyakan adalah Bodhisattva yang telah mencapai Pembebasan Tak
70

Terbayangkan ini, dan yang menggunakan cara bijaksana ( upaya ) untuk muncul sebagai pemimpinnya guna mengubah makhluk hidup. Lebih dari itu, Mahakasyapa, Bodhisattva tak terhitung di 10 penjuru muncul sebagai pengemis untuk meminta tangan, kaki, telinga, hidung, kepala, otak, darah, daging, kulit dan tulang, kota dan desa, isteri dan budak ( perempuan ), gajah, kuda, kereta, emas, perak, lapis lazuli, agate, cornelian, coral, amber, mutiara, jade shell, baju, makanan dan minuman; kebanyakan dari pengemis ini adalah Bodhisattva yang telah mencapai Pembebasan Tak Terbayangkan dan menggunakan cara bijaksana untuk menguji umat guna mengokohkan keyakinan mereka ( di dalam Dharma ). Karena Bodhisattva yang telah mencapai Pembebasan Tak Terbayangkan memiliki kekuatan yang menakjubkan untuk memberi tekanan kepada ( umat ) dan meminta barang / hal yang tak terpisahkan ( guna menguji mereka ), tetapi manusia duniawi yang rendah spirituilnya tidak mempunyai kekuatan ( untuk menciptakan kesulitan / rintangan ) dan tidak dapat melakukan semua itu ( tidak tega dan juga untuk meminta seberat itu ). Para Bodhisattva ini bagaikan naga dan gajah yang bisa mengobrak abrik ( dengan kekuatan besar ) yang tidak bisa dilakukan keledai. Inilah yang disebut kebijaksanaan dan metode bijaksana ( upaya ) dari Bodhisattva yang telah memenangkan Pembebasan Tak Terbayangkan.

71

BAB VII MEMANDANG MAKHLUK HIDUP


Manjusri bertanya pada Vimalakirti, Bagaimana seharusnya seorang Bodhisattva memandang makhluk hidup ? Vimalakirti menjawab, Seorang Bodhisattva harus memandang makhluk hidup bagaikan seorang pengkhayal memandang manusia ilusi ( yang ia ciptakan ); dan bagaikan orang bijak memandang pada pantulan bulan di atas air; pada wajahnya sendiri di dalam kaca; pada kobaran api yang menyala; pada gema dari suara panggilan; pada awan yang beterbangan di angkasa; pada busa di dalam cairan; pada gelembung di atas air; pada rongga ( kosong ) dari pohon pisang; pada kilatan petir; pada ( ketidakberadaan ) elemen ke-5 ( di samping ke-4 yang membentuk tubuh manusia ); pada skanda ke-6 ( di samping ke-5 yang membentuk makhluk hidup ); pada datum sensasi ke-7 ( di samping ke-6 obyek sensasi ); pada gerbang ke-13 ( ayatana, di samping ke-12 yang meliputi ke-6 organ dan ke-6 data sensasi ); pada alam sensasi ke-19 ( di samping ke-18 dhatu atau bidang sensasi ); pada wujud di alam tanpa wujud; pada tunas ( yang tidak ada ) dari sebiji padi hangus; pada suatu tubuh yang dilihat oleh seorang Srotapanna109 ( yang telah menghapuskan tubuh ilusi untuk memasuki arus suci ); pada masuknya seorang Anagamin110 ( seorang Sravaka yang tidak kembali ) ke dalam rahim seorang perempuan ( untuk menitis ); pada seorang Arahat yang masih menjaga ke-3 racun atas keinginan, amarah, dan kebodohan ( yang telah dilenyapkan olehnya selama-lamanya ); pada seorang Bodhisattva yang telah mencapai anutpattika-dharma-ksanti yang masih serakah, mendendam, dan melanggar aturan; pada seorang Buddha yang masih menderita klesa ( kesusahan ); pada orang buta yang melihat hal / benda; pada seorang sakti yang masih menghirup dan menghembuskan udara sewaktu berada dalam keadaan tak terganggunya nirvana; pada jejak burung yang terbang di udara; pada turunan seorang perempuan mandul; pada penderitaan seorang manusia ilusi; pada orang
Tahap 1 dari 4 tahapan Arahat, seseorang yang mencapai Srotapanna hanya akan terlahir 7 kali lagi sebelum mencapai ke-Arahat-an. 110 Tahap ke-3 dari 4 tahapan, seseorang yang mencapai Anagamin tidak akan terlahir kembali dan akan mencapai ke-Arahat-an sesudah kehidupan ini.
109

72

tidur yang melihat dirinya terbangun di dalam mimpi; pada seorang saleh yang mencapai nirvana mengambil suatu wujud tubuh untuk reinkarnasi ( lainnya ); dan pada api tak berasap. Begitulah seharusnya seorang Bodhisattva memandang makhluk hidup. Kemudian Manjusri bertanya kepada Vimalakirti; Bila seorang Bodhisattva bermeditasi dengan demikian, bagaimana seharusnya dia mempraktekkan cinta kasih ( matri ) ? Vimalakirti menjawab, Bila seorang Bodhisattva dapat bermeditasi demikian, dia harus berpikir bahwa dia perlu mengajari makhluk hidup bermeditasi dengan cara yang sama; inilah cinta kasih sejati. Dia harus mempraktekkan cinta kasih penuh ketenangan yang bebas dari kemelekatan; cinta kasih tidak terburu nafsu ( feverish ) yang bebas dari nafsu / keinginan; cinta kasih seimbang yang mencakup ke-3 masa waktu ( yang bersifat kekal karena meliputi masa lalu, sekarang, dan yang akan datang ); cinta kasih tidak mendua yang berada di luar organ indera dari dalam dan data sensasi dari luar; cinta kasih tak tergoyahkan yang menghilangkan semua kebobrokan;111 cinta kasih stabil yang merupakan ciri dari pikiran mantap; cinta kasih murni dan bersih yang tidak bernoda bagaikan Dharmata; cinta kasih tak terbatas yang mencakup segalanya bagaikan angkasa;cinta kasih tahapan Arhat yang menghancurkan segala ikatan; cinta kasih Bodhisattva yang memberikan kenikmatan kepada makhluk hidup; cinta kasih Tathagata yang menuju keadaan yang demikian; cinta kasih Buddha yang menerangi semua makhluk hidup; cinta kasih spontan yang tak berpenyebab; cinta kasih bodhi dengan satu cita rasa ( yaitu kebijaksanaan seragam dan tak tercampur ); cinta kasih tak terlampaui yang memutuskan segala keinginan; cinta kasih penuh iba yang menuju Jalan Mahayana; cinta kasih tak kenal lelah yang disebabkan pemahaman atas kehampaan dan tidak beradanya ego; cinta kasih pemberian Dharma ( dana ) yang terbebas dari penyesalan dan bertobat; cinta kasih mempertahankan larangan ( sila ) untuk mengubah mereka yang telah melanggar larangan; cinta kasih sabar ( ksanti ) untuk melindungi baik diri sendiri maupun orang lain; cinta kasih bersemangat ( virya ) untuk
111

Cinta-kasih tak-terusakkan adalah cirri dari sifat diri yang tak terjerumuskan ( corruptible ).

73

membebaskan segala makhluk hidup; cinta kasih tenang ( dhyana ) yang tak terpengaruhi ke-5 indera; cinta kasih bijaksana ( prajna ) yang selalu pada waktunya; cinta kasih praktis ( upaya ) untuk muncul setiap saat guna mengubah makhluk hidup; cinta kasih tak tersembunyi disebabkan kemurnian dan kebersihan dari pikiran yang lurus; cinta kasih pikiran luhur yang terbebas dari diskriminasi; cinta kasih tidak menipu yang tak bercacat; dan cinta kasih penuh kegembiraan yang memberikan kegembiraan Buddha ( di dalam nirvana ). Inilah keistimewaan cinta kasih Bodhisattva. Manjusri bertanya kepada Vimalakirti; Bagaimana seharusnya welas asihnya ? Vimalakirti menjawab, Welas asihnya harus mencakup berbagi segala pahala yang diperolehnya dengan segenap makhluk hidup. Manjusri bertanya, Seperti apa kegembiraannya ( mudita ) ? Vimalakirti menjawab, Dia harus dipenuhi kegembiraan begitu melihat orang lain mendapat manfaat dari Dharma tanpa penyesalan apapun. Manjusri bertanya,Apakah yang harus dilepaskannya ( upeksa ) ? Vimalakirti menjawab, Di dalam tugas penyelamatannya dia tidak boleh mengharapkan apapun ( seperti rasa terima kasih atau imbalan ) daripadanya. Manjusri bertanya, Pada apakah dia seharusnya berpegang atas ketakutannya terhadap kelahiran dan kematian ? Vimalakirti menjawab, Dia harus mengandalkan kekuatan kebajikan moril dari Tathagata. Manjusri bertanya, Apa yang harus dia lakukan untuk memperoleh dukungan kekuatan kebajikan moril dari Tathagata ? Vimalakirti menjawab, Dia harus membebaskan semua makhluk hidup agar bisa memperoleh dukungan kekuatan moril dari Tathagata.

74

Manjusri bertanya, Apa yang harus dihapuskannya untuk membebaskan makhluk hidup ? Vimalakirti menjawab, Sewaktu membebaskan makhluk hidup dia harus menghapus klesa mereka ( kesusahan maupun penyebabnya ). Manjusri bertanya, Apa yang harus dia lakukan untuk menghapuskan klesa ? Vimalakirti berkata, Dia harus mempertahankan kesadaran yang benar. Manjusri bertanya, Apa yang harus dia lakukan untuk mempertahankan kesadaran yang benar ? Vimalakirti menjawab, Dia harus menganjurkan yang tidak timbul dan tidak lenyap. Manjusri bertanya, Apakah yang tidak timbul dan yang tidak lenyap itu ? Vimalakirti menjawab, Yang tidak timbul adalah kejahatan yang tidak muncul; dan yang tidak lenyap adalah akar kebaikan yang tidak berakhir. Manjusri bertanya, Apakah akar / sumber kebaikan dan kejahatan itu ? Vimalakirti menjawab, Tubuh adalah akar / sumber kebaikan dan kejahatan. Manjusri bertanya, Apakah akar dari tubuh itu ? Vimalakirti menjawab, Keinginan adalah akar dari tubuh ini. Manjusri bertanya, Apakah akar dari keinginan itu ? Vimalakirti menjawab, Diskriminasi keliru adalah akar dari keinginan. Manjusri bertanya, Apakah akar dari diskriminasi keliru itu ? Vimalakirti menjawab, Pikiran menyimpang adalah akar dari diskriminasi. Manjusri bertanya, Apakah akar dari pikiran menyimpang ?
75

Vimalakirti menjawab, Tidak berdiam ( non-abiding ) adalah akar dari pikiran menyimpang. Manjusri bertanya, Apakah akar dari tidak berdiam itu ? Vimalakirti menjawab, Tidak berdiam itu tidak mempunyai akar, Manjusri, semua hal / benda timbul dari akar tidak berdiam ini. Seorang dewi ( dewakanya ) yang telah memperhatikan para dewa mendengarkan Dharma di kamar Vimalakirti, muncul dalam wujud badaniah untuk menaburkan bunga ke arah para Bodhisattva dan siswa utama ( sebagai penghormatan ). Sewaktu menyentuh tubuh para Bodhisattva bunga itu jatuh ke tanah, tetapi saat menyentuh para siswa utama , bunga itu menempel di tubuh mereka dan tidak terjatuh sekalipun mereka berusaha menjatuhkannya. Pada saat itu dewi bertanya mengapa Sariputra berusaha menjatuhkan bunga itu, Sariputra menjawab, Aku ingin menjatuhkan bunga ni, karena tidak cocok bagi orang beragama. Sang dewi berkata, Jangan mengatakan bunga ini tidak cocok bagi orang beragama. Mengapa ? Karena bunga itu sebenarnya bebas dari konsep maupun diskriminasi, dan engkau ( sendiri ) lah yang menumbuhkan pembedaan. Jika sesudah meninggalkan rumah engkau masih membedakan ( menumbuhkan konsep dan diskriminasi ) di dalam mencari Dharma, ini bukanlah keadaan dari yang demikian, tetapi jika engkau tidak lagi menumbuhkan pembedaan, ini akan menjadi keadaan suchness. Lihatlah pada Bodhisattva yang tubuhnya tidak menahan bunga; ini disebabkan mereka telah mengakhiri pembedaan. Sebagai contoh, seorang yang ketakutan mengundang kesusahan bagi dirinya dari kejahatan ( orang jahat ). Jadi jika seorang siswa takut akan kelahiran dan kematian, maka wujud, suara, bau, rasa, dan sentuhan, bisa menyusahkan dia, tetapi jika dia tidak takut, dia tidak terganggu oleh data ke-5 indera. ( Dalam kasusmu ) itu disebabkan karena pengaruh kebiasaan yang masih tersisa, sehingga bunga itu menempel di tubuhmu, tetapi jika engkau bisa memutuskannya, bunga itu tidak akan menempel. Sariputra bertanya, Sudah berapa lama engkau berada di kamar ini ?

76

Dewi menjawab, Kediamanku di kamar ini adalah bagaikan pembebasan dari Aria Sesepuh.112 Sariputra bertanya, Jika begitu yang engkau maksudkan adalah bahwa engkau sudah lama berada di sini ? Sang dewi menjawab,Apakah pembebasanmu juga melibatkan waktu ?113 Sariputra berdiam diri dan tidak menjawab. Kemudian Sang Dewi bertanya, Mengapa Sesepuh yang bijak diam dalam hal ini ? Sariputra menjawab,Dia yang memenangkan pembebasan tidak mengungkapkannya dalam kata, aku tidak tahu apa yang mau dikatakan.114 Dewi berkata, Kata-kata ucapan dan tertulis mengungkapkan pembebasan. Mengapa ? Karena pembebasan itu bukanlah di dalam, di luar, maupun di antara. Oeh sebab itu, Sariputra, pembebasan tidak dapat diajarkan tanpa mengunakan kata-kata. Mengapa ? Karena semua hal / benda menunjuk ke pembebasan.115 Sariputra bertanya, Jika begitu, apakah itu berarti tidak perlu menjauhi nafsu badaniah, kebencian, dan kebodohan untuk mencapai pembebasan ?
Sariputra tercengang oleh kefasihan Sang Dewi dan beranggapan tentunya dia sudah lama berdiam di situ untuk mendengarkan ajaran Vimalakirti sehingga menyatakan secara tidak langsung elemen waktu. Sang dewi mengajari-Nya untuk menghapuskan elemen waktu di dalam pencarian Mahayana dan berkata bahwa kediamannya sendiri di dalam keadaan absout adalah apa yang seharusnya menjadi pembebasan-Nya, yakni berada di luar waktu dan ruang. 113 Sariputra salah menafsirkan ajaran Sang Dewi dan bertanya apakah dia sudah lama berada di situ, bagaikan pembebasan-Nya dalam tahap Sravaka yang sudah dicapai lama sebelumnya. Jadi Sang Dewi memotong-Nya dengan bertanya apakah pembebasan-Nya sendiri melibatkan waktu yang juga merupakan ikatan daripada pembebasan. Dengan demikian Sang Dewi menghapuskan elemen waktu. 114 Sariputra disebut Sariputra yang bijak karena telah memperoleh kebijaksanaan yang besar dibandingkan siswa utama Hyang Buddha lainnya dari tahap Sravaka ( lihat Surangama Sutra ). 115 Di baris sebelumnya, waktu dihapuskan; di sini ruang juga dihapuskan untuk menunjukkan absolut. Ketiga dogma dari Mazhab Tengah atau Madhyamika adalah, noumennon immaterial, fenomena materil dan cara / penyatu yang menempatkan satu di dalam lainnya dan semua di dalam semua. Doktrin ini menentang kategori keberadaan ( materil ) dan ketidakberadaan ( immaterial ) yang kaku dan menolak ke-2 ekstrim demi jalan tengah / unggul yang absolut karena berada di atas dan di luar semua dualitas, relativitas, dan pertentangan. Sariputra berbicara tentang noumenon immateriil, di mana semua pembebasan berada di luar kata-kata ucapan maupun tulisan; dengan demikian Dia berdiam diri. Dewi mengajarkan cara di mana tiada pembebasan maupun kata dapat diketemukan di dalam, di luar, dan di antaranya. Sekalipun begitu, pembebasan juga merupakan suatu kata yang tak dapat dihilangkan bila kita membicarakan pembebasan. Yang Dia maksudkan adalah bahwa immateriil tidak dapat diungkapkan tanpa menggunakan materiil karena keduanya bukan kesatuan maupun perpecahan, dan menunjukkan cara yang merupakan pembebasan sejati.
112

77

Sang Dewi menjawab, Di hadapan mereka yang congkak ( karena pengetahuan mereka yang unggul ) Hyang Buddha menekankan pentingnya menjauhi nafsu badaniah, kebencian, dan kebodohan, di dalam mencari pembebasan; tetapi di luar mereka Beliau berkata bahwa sifat hakiki dari nafsu badaniah, kebencian, dan kebodohan ( yaitu sifat diri ) adalah identik dengan pembebasan.116 Sariputra berseru, Bagus, Dewi, bagus, apakah yang telah engkau peroleh dan alami sehingga bisa memberikan kefasihan ini ? Sang Dewi menjawab, Fakta bahwa aku tidak memperoleh maupun mengalami apapun memberikan kefasihan ini padaku. Mengapa ? Karena dia yang ( menyatakan ) telah memperoleh dan mengalami ( sesuatu ) adalah congkak di mata Buddha Dharma. Sariputra bertanya, Yang manakah dari ke-3 Jalan117 yang menjadi tujuanmu ? Sang Dewi menjawab, Sewaktu mengajarkan Dharma Sravaka untuk mengubah orang, aku muncul sebagai Sravaka; sewaktu mengajarkan ( ke-12 ) mata rantai kehidupan aku muncul sebagai seorang Pacceka Buddha; dan sewaktu mengajarkan welas asih yang besar untuk mengubah mereka, aku muncul sebagai seorang ( guru ) Mahayana. Sariputra, bagaikan mereka yang memasuki kebun campa118 hanya mencium wanginya campa tanpa bau lainnya, mereka yang memasuki kamar ini hanya mencium bau wanginya pahala / kebajikan Buddha dan tidak akan menyukai aroma pencapaian oleh Sravaka dan Pacceka Buddha lagi. Sariputra, sewaktu dewa Indra, Brahma, ke-4 raja dewa dari ke-4 surga ( penjaga dunia ), naga, ruh ( spirit ), dan jin surgawi masuk ke kamar ini dan mendengarkan upasaka ini ( Vimalakirti ) membabarkan Dharma sejati, mereka
Menurut Sutra Bunga Teratai, ada sejumlah 5.000 siswa yang berpendapat bahwa mereka telah mencapai pembebasan, sehingga menolak untuk mendengarkan kotbah penting ini. Tetapi dengan perginya orang congkak ini Hyang Buddha mengungkapkan bahwa sifat hakiki dari dosa adalah pembebasan itu sendiri. 117 Ke-3 Jalan ( Triyana ) dengan mana Sravaka, Pacceka Buddha, dan Bodhisattva mencapai tujuannya. 118 Campa, sejenis bunga berwarna kuning yang wangi di India.
116

78

semua bergembira di dalam mencium keharuman pahala Buddha dan mengembangkan pikiran Mahayana sebelum kembali ke dunia mereka. Sariputra,aku telah berdiam di sini 12 tahun dan selama ini belum pernah kudengar Dharma Sravaka dan Pacceka Buddha, tetapi hanyalah doktrin tentang cinta kasih ( matri ) dan welas asih ( karuna ) yang agung dari Bodhisattva dan Buddha Dharma yang tak terbayangkan. Sariputra, di dalam kamar ini selalu terjadi 8 manifestasi luar biasa. Pertama, kamar ini diterangi oleh suatu cahaya keemasan yang sama pada siang maupun malam dan tidak tergantung pada cahaya sang surya maupun rembulan untuk meneranginya. Kedua, dia yang memasukinya terbebas dari semua kesusahan yang disebabkan oleh kekotoran ( batin ). Ketiga, kamar ini dikunjungi oleh Dewa Indra, Brahma, dan ke-4 raja dewa dari ke-4 surga dan Bodhisattva dari alam lainnya. Ke-4, Dharma atas ke-6 paramita yang ( tidak mengalami kemunduran ) selalu dibabarkan di sini. Ke-5, musik surgawi paling merdu yang menyuarakan pintu Dharma yang tak terhitung ( menuju penerangan ) terdengar di sini. Ke-6, kamar ini memuat ke-4 pitaka ( dari Sutra, vinaya, sastra, dan kitab suci lain ) yang dipenuhi dengan harta mulia tak habis-habisnya bagi siapa yang miskin ( dalam spirituil ). Ke-7, bila Sang Upasaka yang mulia memikirkan Buddha Sakyamuni, Buddha Amitabha, Buddha Aksobhya, Buddha Ratnasri, Buddha Ratnarcis, Buddha Ratnachandra, Buddha Ratnavyuha, Buddha Dusprasaha, Buddha Sarvathasidda, Buddha Ratnabahula, Buddha Simhakirti, Buddha Simhasvara, dan Buddha tak terhitung lainnya dari 10 penjuru, Mereka semua datang untuk membabarkan

79

rahasia Buddha Dharma esoteric, masing-masing.

119

sesudah itu Mereka kembali ke negerinya

Ke-8, kemuliaan segala istana surga yang indah dan semua tanah Buddha yang murni muncul di kamar ini. Sariputra, sesudah menyaksikan ke-8 hal yang menakjubkan di kamar ini, siapakah yang masih berniat mencari Dharma Sravaka ? Sariputra bertanya, Mengapa engkau tidak merubah wujud perempuanmu ? Dewi menjawab, Selama 12 tahun terakhir ini aku telah mencari dengan sia-sia suatu wujud tubuh perempuan; jadi apa yang mau diubah ? Ini bagaikan seorang pengkhayal yang menciptakan seorang perempuan ilusi; apakah benar menyuruhnya mengubah perempuan tidak nyata ini ? Sariputra menjawab,Tidak, karena itu bukanlah badan yang nyata; bisa diubah jadi apa ? Dewi berkata, Demikian juga, semua fenomena ( termasuk wujud ), juga tidak nyata. Jadi mengapa engkau memintaku merubah badan perempuanku yang tidak nyata ? Kemudian dia mengunakan kekuatan batinnya untuk mengubah Sariputra menjadi seorang dewi surgawi dan dirinya sendiri menjadi seorang laki-laki yang menyerupai Sariputra, sambil bertanya, Mengapa engkau tidak merubah bentuk perempuanmu ? Sariputra menjawab, Aku tidak tahu mengapa aku telah berubah menjadi seorang dewi. Dewi berkata, Sariputra, jika engkau bisa mengubah badan perempuanmu, semua perempuan seharusnya juga bisa berubah menjadi laki-laki. Bagaikan Sariputra yang bukan perempuan tetapi muncul dalam bentuk tubuh perempuan, semua perempuan juga sama sekalipun muncul dalam bentuk perempuan, secara
119

Esoteric: ajaran rahasia / terselubung.

80

fundamental mereka bukanlah perempuan. Maka dari itu, Sang Buddha berkata, Semua benda itu bukan bentuk laki-laki maupun perempuan. Setelah itu Sang Dewi sekali lagi menggunakan kekuatan batin untuk mengubah Sariputra kembali ke badan laki-lakinya semula dan bertanya, Di manakah bentuk badan perempuanmu sekarang ? Sariputra menjawab,Bentuk perempuan itu bukanlah ada maupun tidak ada. Kemudian Dewi memberitahukan, Demikianlah pula semua hal /benda itu secara fundamental bukanlah ada maupun tidak ada, dan yang bukan ada maupun tidak ada itulah yang diajarkan oleh Hyang Buddha.120 Sariputra bertanya, Kapan engkau akan pergi dari sini ( meninggal ) dan di manakah engkau akan terlahir ? Dewi menjawab,Aku akan terlahir kembali bagaikan seorang Buddha melalui transformasi. Sariputra memotong, Tubuh transformasi dari Buddha mengandung arti tanpa kelahiran maupun kematian. Dewi berkata, Begitu juga semua makhluk hidup ( secara fundamental ) itu bukanlah subjek kematian dan kelahiran. Sariputra bertanya, Bilakah engkau akan mencapai penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ) ? Dewi menjawab, Aku akan memperoleh penerangan sempurna bila Sariputra kembali ke penghidupan duniawi. Sariputra menjawab dengan cepat, Tidak akan ada kejadian bahwa diriku ( seorang suci pada tahap Sravaka ) kembali ke penghidupan duniawi.

Realita atau absolut sebagaimana diajarkan oleh Buddha adalah bukan ada maupun tidak ada, karena bersifat absolut dan bersifat di luar semua semua dualitas, relativitas, dan pertentangan.

120

81

Dewi berkata, Juga tidak ada kejadian bahwa diriku memperoleh penerangan. Mengapa ? Karena bodhi ( atau penerangan ) bukanlah suatu tujuan yang bisa dicapai. Sariputra memotong, Ada Buddha yang banyaknya tak terhitung bagaikan butir-butir pasir di Sungai Gangga yang telah, sedang, dan akan memenangkan penerangan sempurna; apakah katamu tentang Mereka ? Dewi berkata, Ke-3 masa waktu ( lalu, yang akan datang, dan sekarang ) diungkapkan ( kepada manusia biasa ) sebagai segaris dengan pemikiran duniawi, tetapi ini tidak berarti bahwa Bodhi ( yang tidak bisa dihitung dalam waktu atau kekal ), dikaitkan dengan masa lalu, yang akan datang, dan sekarang. Kemudian dia bertanya kepada Sariputra, Sariputra, apakah engkau telah mencapai keArahat-an ? Sariputra menjawab, Aku telah mencapainya karena aku tidak memegang konsep memenangkan apapun. Dewi berkata, Begitu pula semua Buddha dan Bodhisattva agung mencapai tujuan Mereka karena mereka terbebas dari ide memenangkan penerangan sempurna. Kemudian Vimalakirti berkata kepada Sariputra, Dewi ini telah memberikan persembahan kepada 92 lac Buddha. Dia mampu menggunakan kekuatan transenden Bodhisattva, telah memenuhi semua ikrarnya, telah mencapai anutpattika-dharma-ksanti dan tahap Bodhisattva tidak mengalami kemunduran. Dia bisa muncul semaunya ( di mana-mana ) dengan kekuatan ikrarnya untuk mengajar dan mengubah makhluk hidup.

82

BAB VIII JALAN BUDDHA


Manjusri bertanya pada Vimalakirti, Bagaimana seorang Bodhisattva memasuki Jalan Buddha ?" Vimalakirti menjawab,Jika seorang Bodhisattva menapak jalan yang salah ( tanpa diskriminasi ) dia memasuki Jalan Buddha. Manjusri bertanya,Apakah yang engkau maksudkan dengan seorang Bodhisattva menapak jalan yang salah ? Vimalakirti menjawab, ( Di dalam tugas penyelamatannya ) jika seorang Bodhisattva terbebas dari kebencian dan amarah sewaktu muncul di dalam neraka Avici;121 terbebas dari noda dosa sewaktu muncul ( di neraka lainnya ); terbebas dari ketidaktahuan, keangkuhan, dan kebanggaan ( diri ) sewaktu muncul di alam binatang; dihiasi dengan pahala berlimpah sewaktu muncul di alam setan kelaparan; tidak menunjukkan superioritasnya122 sewaktu muncul ( di surga ) alam wujud dan di luar wujud; bebas dari kekotoran sewaktu muncul di alam nafsu; bebas dari kemarahan sekalipun kelihatan membenci; menggunakan kebijaksanaan untuk mengendalikan pikiranya sekalipun kelihatan bodoh; kelihatan serakah tetapi memberikan seluruh milik luarnya ( yaitu uang dan yang bersifat duniawi ) dan dalamnya ( dari tubuh ) tanpa menyayang sedikitpun hidupnya sendiri; kelihatan melanggar larangan tetapi sebenarnya bergembira di dalam kehidupan murni dan takut melakukan kesalahan sekecil apapun; kelihatan penuh dengan kebencian tetapi sebenarnya selalu berdiam dalam kesabaran penuh welas asih; kelihatan lalai tetapi sebenarnya rajin mempraktekkan semua kebajikan bermanfaat; kelihatan terganggu tetapi sebenarnya selalu tinggal dalam keadaan ketenangan; kelihatan naf ( tidak tahu apa-apa ) tetapi sebenarnya memiliki kebijaksanaan duniawi maupun di luar duniawi; kelihatan suka menjilat
Yaitu neraka yang tidak putus-putus dalam 5 hal ( karma dan efeknya adalah suatu rantai tak terputus tanpa jalan keluar; tidak dibatasi waktu; kehidupannya yang tidak terputus; penderitaannya tidak terputus, dan tidak putus-putusnya dialami sepenuhnya ) berasal dari ke-5 dosa berat ( membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh Arahat, melukai tubuh Buddha, dan menghancurkan harmoni Sangha ). 122 Superioritas yang dirasakan para dewa terhadap ke-5 dunia di bawah mereka.
121

83

dan kepalsuan, tetapi sebenarnya unggul dalam metode bijaksana selaras dengan kejujuran yang diajari dalam sutra; menunjukkan keangkuhan dan kebanggaan ( diri ) tetapi sebenarnya rendah hati bagaikan sebuah jembatan;123 kelihatan tersiksa oleh keinginan tetapi sebenarnya pikirannya tetap murni dan bersih; muncul di alam iblis sambil mengalahkan doktrin heterodox agar sesuai dengan kebijaksanaan Buddha; muncul di alam Sravaka di mana dia membabarkan Dharma tertingi yang belum pernah terdengar; muncul di alam Pacceka Buddha di mana dia mengubah makhluk hidup untuk memenuhi welas asihnya yang besar; muncul di antara orang miskin tetapi mengulurkan tangannya yang mulia dengan pahala yang tidak habis-habisnya;124 muncul di antara orang pincang dan lumpuh dengan tubuhnya sendiri yang dihiasi dengan ciri fisik unggul ( dari Buddha ); muncul di antara kaum rendah sambil menanam benih sifat Buddha dengan segala pahala yang relevan; muncul di antara mereka yang kurus kering dan jelek sambil menunjukkan tubuhnya yang kuat agar dikagumi mereka semua; muncul sebagai seorang tua dan sakit, tetapi sebenarnya terbebas dari segala penyakit tanpa takut akan kematian; kelihatan memiliki segala kebutuhan hidup tetapi selalu melihat ketidakkekalan dan terbebas dari keserakahan; kelihatan memiliki istri, selir, dan pembantu, tetapi selalu menjauhi lumpur ke-5 nafsu;125 muncul di antara yang bebal dan gagap untuk membantu mereka memperoleh kemampuan berbicara yang berasal dari pengendalian sempurna atas pikiran; munculdi antara penganut aliran sesat untuk mengajarkan doktrin sejati dan menyelamatkan semua makhluk hidup; memasuki semua dunia kehidupan untuk membantu mereka mencabut penyebab kelahiran ke situ; kelihatan bagaikan memasuki nirvana tetapi tidak memutuskan kelahiran dan kematian;126 Manjusri, Bodhisattva ini bisa menapak jalan yang menyimpang karena dia telah bisa memasuki Jalan Buddha.127

Suatu istilah Buddhist yang berarti bahwa Bodhisattva itu bagaikan sebuah jembatan yang diinjak tanpa menggerutu sambil melayani semua orang lewat tanpa perbedaan. 124 Yaitu tangan yang memberikan amal dan benda-benda mulia termasuk Buddha Dharma. 125 Ke-5 nafsu yang timbul dari obyek ke-5 indera; hal / benda yang erlihat, terdengar, tercium, tercicipi, dan tersentuh. 126 Agar bisa menetap di dunia untuk menyelamatkan makhluk hidup. 127 Dia telah mampu memasuki Jalan Budha dan dengan demikian bisa mengandalikan pikirannya sewaktu memasuki jalan yang keliru ini.

123

84

Kemudian Vimalakirti bertanya pada Manjusri; Apakah benih Tathagata itu ? Manjusri menjawab, Tubuh adalah ( suatu ) benih Tathagata; ketidaktahuan dan keinginan adalah ( 2 ) benihnya; nafsu, kebencian , dan kebodohan, adalah ( 3 ) benihnya; ke-4 pandangan menyimpang128 adalah ( 4 ) benihnya; ke-5 rintangan129 adalah ( 5 ) benihnya; ke-6 organ indera adalah ( 6 ) benihnya; ke-7 tempat kediaman kesadaran130 adalah ( 7 ) benihnya; ke-8 pandangan menyimpang131 adalah ( 8 ) benihnya; ke-9 penyebab dari klesa132 ( kesusahan dan penyebabnya ) adalah ( 9 ) benihnya; dan ke-10 kejahatan133 adalah benihnya. Jika dijumlahkan semua dari ke-62 pandangan menyimpang dan segala jenis klesa adalah benih dari ke-Buddha-an.134 Vimalakirti bertanya kepada Manjusri, Mengapa begitu ? Manjusri menjawab, Karena dia yang mencerap keadaan tidak aktif dan memasuki posisi ( nirvana ) nya yang benar sudah tidak mampu melangkah lebih lanjut untuk mencapai penerangan sempurna ( anuttara samyak sambodhi ).135 Diumpamakan tanah tinggi tidak akan menghasilkan bunga teratai yang hanya tumbuh di tanah rawa. Demikian pula, mereka yang mencerap nirvana dan
Ke-4 pandangan menyimpang atas keberadaan, kesenangan, ego, dan kejernihan di dalam samsara, yang berlawanan dengan realitas transenden atas kekekalan, kebahagiaan, kesatuan, dan kemurnian di dalam nirvana sebagaimana diajarkan dalam Mahaparinirvana Sutra. 129 Ke-5 rintangan batin / moril: nafsu, amarah, rasa kantuk, agitasi disertai penyesalan, dan keragu-raguan. 130 Ke-7 tempat kediaman kesadaran: 1, surga dhyana Brahma I sewaktu dia sendiri pada permulaan suatu kalpa; 2, surga dhyana I ini dengan ciptaannya kemudian berupa orangnya di mana tubuh itu berbeda, tetapi pemikirannya sama; 3, surga dhyana II di mana tubuh itu sama tetapi pemikirannya berlainan; 4, surga dhyana III di mana tubuh dan pemikirannya sama; - surga dhyana dia atas adalah dunia wujud; 5, 6, dan 7 adalah ke-3 surga tanpa wujud I sebagaimana dijelaskan oleh Kumarajiva yang menerjemahkan Sutra ini ke dalam bahasa Cina. 131 Kebalikan dari 8 Jalan Mulia. 132 Cinta yang salah-tempat terhadap musuh nyata, kebencian tidak berdasar terhadap teman nyata dan kejengkelan yang disebabkan tubuh seseorang adalah ke-3 penyebab yang bila dikalikan dengan ke-3 masa waktu menjadi 9 penyebab kesusahan sebagaimana dijelaskan oleh Kumarajiva. 133 Ke-10 kejahatan adalah: pembunuhan, pencurian, berzinah, berbohong, bergosip, kata kasar, omong kosong, nafsu, amarah, dan pandangan keliru. 134 Jika benih-benih Tathagata di atas diselidiki, mereka mengungkapkan sifat hakiki dari semua hal / benda, yaitu tathata absolut. Oleh sebab itu mazhab Chan mengajarkan pengikutnya agar jelas / mengerti pikiran mereka guna mencerap sifat hakikinya, dan dari situ mencapai pencerahan. 135 Karena nirvana relatif itu menarik tetapi kekurangan penderitaan yang merupakan dorongan untuk maju menuju Jalan Buddha. Lagi pula kemelekatan kepada nirvana ini juga merupakan rintangan ke arah penerangan sempurna. Ini menunjuk pada Sravaka dan Pacceka Buddha yang puas dengan penerangan mereka yang tidak lengkap dan menolak melangkah lebih lanjut.
128

85

memasuki posisinya yang benar tidak akan berkembang menuju ke-Buddha-an, sedangkan maklhluk hidup yang berkecimpung dalam lumpur klesa pada akhirnya bisa mengembangkan Buddha Dharma. Ini juga bagaikan benih yang ditabur dalam ruang hampa tidak akan tumbuh, tetapi jika ditanam di ladang subur akan memberikan panen yang bagus. Demikianlah mereka yang memasuki posisi yang benar ( dari nirvana ) tidak mengembangkan Buddha Dharma, sedangkan mereka yang pandangan atas egonya sebesar ( gunung ) Sumeru bisa, ( karena kesengsaraan hidup ) pada akhirnya memusatkan pikiran untuk mencapai penerangan sempurna dan mengembangkan Buddha Dharma. Oleh sebab itu, perlu kita ketahui bahwa segala jenis klesa adalah benih dari Tathagata. Ini bagaikan orang yang tidak mencebur ke dalam lautan tidak akan menemukan mutiara tak ternilai. Demikian juga seseorang yang tidak memasuki lautan klesa tidak akan mendapatkan permata segala pengetahuan ( sarvajna ). Atas kejadian itu Mahakasyapa berseru, Bagus, Manjusri, bagus ! Katakata-Mu sangat menggembirakan. Sebagaimana telah Engkau katakan, mereka yang menderita dari klesa adalah benih Tathagata. Jadi kami tidak mampu lagi mengembangkan pikiran yang ditujukan pada penerangan. Bahkan mereka yang melakukan 5 dosa berat bisa pada akhirnya memusatkan pikirannya untuk mencari Buddha Dharma,tetapi kami tidak bisa berbuat begitu, bagaikan orang yang cacat organnya menghalanginya dari menikmati ke-5 obyek sensasi. Begitu juga para Sravaka yang telah memutuskan semua ikatan ( tumimbal lahir ) tidak lagi tertarik pada Buddha Dharma dan tidak ingin mencapainya. Oleh sebab itu, Manjusri, manusia duniawi masih menanggapi ( dengan baik ) Buddha Dharma sedangkan Sravaka tidak. Mengapa ? Karena sewaktu manusia duniawi mendengar tentang Buddha Dharma, dia bisa memusatkan pikirannya untuk mencari penerangan sempurna, dengan demikian memelihara selamanya ke-3 Permata ( Buddha, Dharma, dan Sangha ), sedangkan pada Sravaka, sekalipun dia melewatkan seumur hidupnya dengan mendengarkan Dharma dan menyaksikan ketidakgentaran Hyang Buddha dan sebagainya, tidak akan memimpikan jalan unggul.
86

Seorang Bodhisattva bernama Sarvarupasamdarsana yang hadir bertanya pada Vimalakirti, Siapakah orang tua, istri, dan anak-anak, sanak family, teman resmi dan pribadi, dan di manakah kacung dan dayang, kereta gajah dan kudamu ? Sebagai jawaban, Vimalakirti bersenandung sebagai berikut; Penyempurnaan kebijaksanaan adalah ibu seorang Bodhisattva, bapaknya adalah metode bijaksana Karena pembimbing segala makhluk hidup hanya berasal dari kedua ini ( upaya dan prajna ) Istrinya adalah kegembiraan dalam Hukum Dharma Matri dan Karuna adalah anak perempuannya Moralitas dan kebenaran anak laki-lakinya Kehampaan absolut adalah tempat kediamannya yang sunyi Nafsu adalah muridnya, yang diubahnya semaunya Bodhipaksika Dharma adalah temannya Yang membantu dia memenangkan penerangan sempurna Semua penyempurnaan lainnya adalah pengiringnya Ke-4 metode simpatik adalah selirnya Hymne, pujian, dan pengucapan Dharma adalah melodinya Pengendalian sempurna atas keinginan136 adalah tamannya Tiada keinginan adalah kebunnya Ke ( 7 ) tingkat Bodhi adalah bunga Yang membuahkan pembebasan dari kebijaksanaan Pembebasan 8 rangkap adalah kolamnya Dipenuhi air jernih yang tenang

136

Dharani, pengendalian penuh atas nafsu dan pengaruh baik dan buruk.

87

Ke-7 bunga kemurnian137 diatur dengan baik untuk Memandikan manusia ( Bodhisattva ) tak tercemar ini, yang Ke-5 kekuatan batin adalah tunggangannya Sedangkan Mahayana adalah kendaraannya; Yang mana, dikendalikan oleh pikiran tunggal melintasi ke-8 jalan mulia (32 ) ciri menonjol mengagungkan tubuhnya Sedangkan ke-80 keunggulan menambah keindahannya Hati nurani dan pertimbangan baik adalah pakaiannya, dan Pikiran yang luhur merupakan dandanan kepalanya Ke-7 kekayaan138 yang dimiliki adalah hartanya Yang dengan digunakan untuk mengajari orang lain Mendapatkan lebih banyak imbalan Mempersembahkan semua pahala ( untuk ke-Buddha-an ) Praktek Dharma yang diperolehnya mendapatkan Manfaat yang jauh lebih besar Ke-4 dhyana139 adalah meditasinya Tempat dari mana semua kehidupan murni berasal Banyak belajar menambah kebijaksanaan Mengungkapkan penerangan diri Supnya adalah cita rasa pembebasan Sila / larangan adalah parfumnya Menyelamatkan dan pikiran murni adalah mandinya Dengan membunuh klesa yang bersalah Keberaniannya menjadi tak tersaingi
Kemurnian dalam sila, dalam hati, dalam pandangan, dalam diskriminasi-keraguan, dalam pertimbangan, dalam pemikiran, dan nirvana. 138 Ke-7 kekayaan; 1, mendengarkan Dharma dengan khidmat; 2, keyakinan ; 3, disiplin; 4, meditasi; 5, semangat dan usaha; 6, pengorbanan diri; dan 7, rasa malu. 139 Ke-4 konsentrasi dhyana yang membimbing ke alam surga.
137

88

Dengan mengalahkan ke-4 iblis140 Dia memancangkan panji kemenangan sebagai Bodhimandala Sekalipun dia tahu tidak ada kelahiran maupun kematian Dia terlahir untuk menunjukkan dirinya kepada semua Muncul di berbagai negeri bagaikan sang surya Yang terlihat oleh setiap orang Sewaktu memberikan persembahan kepada Buddha tak terhitung di 10 penjuru Dia tidak membedakan antara dirinya dengan Mereka Sekalipun dia mengetahui bahwa tanah Buddha itu hampa bagaikan makhluk hidup Dia terus mempraktekkan ( Dharma ) Tanah Suci Untuk mengajar dan merubah manusia Dalam jenis, rupa, suara, dan pembawaan BodhisattvaTidak-Gentar ini bisa muncul sama seperti Mereka Dia mengetahui kejahatan yang diperbuat iblis Tetapi muncul sebagai salah seorang dari mereka Dengan menggunakan metode praktis bijaksana Agar menyerupai mereka semaunya Atau dia kelihatan tua, penyakitan, dan sekarat Untuk membuat makhluk hidup menyadari Bahwa semua hal / benda hanyalah ilusi Untuk membebaskan mereka dari rintangan Atau dia menunjukkan akhir dari kalpa Dengan api yang menghancurkan surga dan bumi Agar mereka yang berpegang pada kekekalan
140

Ke-4 iblis; dari klesa, dari 5 skanda, dari kematian, dan iblis surga.

89

Menyadari ketidakkekalan hal / benda Kemudian makhluk hidup tak terhitung Mengunjungi Bodhisattva ini, mengundangnya ke rumah mereka Untuk mengubah mereka ke jalan Buddha Di dalam ilmu, mantra, keterampilan, magic, seni, dan Bakat heterodox, dia muncul sebagai ahlinya untuk Membantu dan memberi manfaat ( semua ) makhluk hidup Muncul di antara mereka, dia bergabung dengan Sangha Untuk membebaskan mereka dari pencemaran Mencegah mereka terperosok ke dalam ajaran menyimpang Kemudian dia terlihat sebagai sang surya, rembulan, atau surga,141 sebagai Brahma,142atau penguasa ( semua ) dunia143 Kadang-kadang sebagai tanah atau air Atau sebagai angin dan api144 Bila mereka jatuh sakit atau terkena wabah menular Dia menyediakan ramuan obat untuk Mengobati sakit dan infeksi mereka Bila kelaparan melanda Dia membuat makanan dan minuman untuk Menyelamatkan mereka dari haus dan lapar Sebelum mengajari mereka Dharma Di masa perang dia mengajarkan cinta kasih dan Rasa iba untuk mengubah makhluk hidup
Pada awal suatu kalpa baru sewaktu kegelapan menutupi semua, dia akan muncul sebagai matahari atau bulan untuk memberi cahaya 142 Brahma adalah bapak semua makhluk hidup. 143 Salah satu raja dari ke-4 surga dhyana. 144 Dia muncul sebagai angin untuk bertiup atau membekukan air menjadi tanah, atau tanah, untuk menyelamatkan mereka yang tenggelam di air.
141

90

Agar mereka bisa hidup dengan damai Bila prajurit berbaris untuk berperang Dia memberikan kekuatan yang seimbang kepada mereka Dengan kekuatan dan kekuasaannya, dia memaksa Mereka berdamai dan hidup berdampingan Di semua negeri yang ada nerakanya Dia muncul tak terduga Untuk membebaskan penderitaan mereka Bilamana binatang menelan satu sama lainnya Dia muncul di antara mereka Membujuk mereka berbuat kebajikan Kelihatan memiliki ke-5 nafsu Dia selalu bermeditasi untuk mengacaukan iblis Dan mencegah niat jahat mereka Bagaikan bunga teratai, barang paling langka Mekar di dalam api berkobar Dia bermeditasi di tengah nafsu Yang juga merupakan hal yang langka Atau dia muncul sebagai pelacur Untuk menggoda mereka yang terikat nafsu birahi Mula-mula dengan menggunakan godaan untuk memancing mereka Kemudian dia membimbing mereka ke arah kebijaksanaan Buddha Dia muncul sebagai kepala daerah Atau kepala suku pedagang Seorang guru negara atau pejabat tinggi Untuk melindungi makhluk hidup
91

Terhadap mereka yang miskin dan melarat Dia muncul dengan pundi tak terbatas Untuk menasihati dan membimbing mereka sampai Mereka mengembangkan pikiran Bodhi Terhadap mereka yang bangga dan congkak Dia muncul dengan kekuasaan yang besar Untuk menaklukkan kesombongan mereka Sampai mereka menapak jalan utama Kemudian dia datang menghibur orang yang ketakutan Pertama dia membuat mereka tidak takut Kemudian dia mendorong mereka mencari kebenaran Atau dia muncul tanpa keinginan dan perbuatan Bagaikan seorang suci dengan 5 kekuatan batin Untuk mengubah makhluk hidup dengan mengajari mereka Moralitas, kesabaran, dan rasa iba Terhadap mereka yang perlu dilayani dan dibantu Dia mungkin muncul sebagai pelayan atau muridnya Untuk melayani dan mempengaruhi mereka Demikianlah dengan menggunakan metode bijaksana Dia mempertunjukkan segala kegiatan Yang memungkinkan, sebagai cara Untuk membuat makhluk hidup menyenangi Dharma Perbuatannya tidaklah berakhir Dan lingkup pengaruhnya adalah tak terbatas Dengan kebijaksanaannya yang tak terhingga Dia membebaskan makhluk hidup tak terhitung Jika semua Buddha menghabiskan kalpa tak terhitung
92

Untuk memuji pahalanya Mereka tidak dapat menguraikan sepenuhnya Barang siapa yang sesudah mendengarkan Dharma ini Tidak mengembangkan pikiran Bodhi Hanyalah merupakan orang yang tidak berguna Seorang tolol tanpa kebijaksanaan.

93

BAB IX INISIASI KE DALAM KESUNYATAAN DHARMA145


Setelah itu, Vimalakirti berkata kepada Bodhisattva yang hadir, Orang bajik, mohon kalian mengungkapkan sesuatu tentang Kesunyataan Dharma sesuai dengan pengertian masing-masing. Di dalam pertemuan itu, seorang Bodhisattva yang disebut Kenikmatan di Dalam Dharma (Dharmavikurvana ) berkata,Orang bajik, kelahiran dan kematian adalah suatu dualitas, jika Bodhisattva mengerti bahwa sebenarnya tidak ada sesuatu pun terciptakan dan tidak ada sesuatupun terhancurkan, realisasi atas anutpattika-dharma-ksanti ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva yang disebut Penjaga Tiga Kebajikan ( Srigandha )146 berkata, Subyek ( aku ) dan obyek ( milikku ) adalah suatu dualitas, karena di mana ada ego di situ juga ada obyek ( nya ), tetapi jika Bodhisattva mengerti bahwa sebenarnya tidak ada ego maupun obyeknya, mereka memasuki Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Tidak Pernah Berkedip ( Animisa )147 berkata, Sifat menanggapi ( vedana, skanda ke-2 ) dan menolak adalah suatu dualitas. Jika tidak ada lagi tanggapan terhadap fenomena, yang tersebut belakangan tidak bisa ditemukan di manapun; dari itu tidak ada penerimaan atau penolakan ( terhadap apapun ), dan tidak adanya aktivitas karma maupun diskriminasi; inilah inisiasi ke dalam kesunyataan Dharma. Bodhisattva Kebajikan Tertinggi ( Srikuta ) berkata, Pencemaran dan kemurnian adalah suatu dualitas. Bila sifat hakiki dari pencemaran dicerap dengan jelas, bahkan kemurnian tidak timbul lagi. Dengan demikian penghentian ( atas idea tentang kemurnian ) ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.

Yaitu keadaan absolut atau Bhutatathathata bebas dari dualitas, relatifitas, dan pertentangan. Ke-3 kebajikan atau kekuatan: kebajikan atau potensi dari Dharmakaya-nya Buddha; dari prajna atau kebijaksanaannya; dan dari kebebasannya yang mutlak. 147 Bodhisattva ini tidak pernah berkedip karena penghormatannya yang kuat terhadap ke-3 permata ( Buddha, Dharma, dan Sangha ).
146

145

94

Bodhisattva Memperoleh Samadhi dengan Memandang Bintang (Bhadrayotis ) berkata, Gangguan ( dari luar ) dan pemikiran ( di dalam ) adalah suatu dualitas; bila gangguan mereda, pemikiran terhenti, dan absennya pikiran membimbing ke arah tiada diskriminasi; pencapaian keadaan ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Mata Terampil ( Sunetra)148 berkata, Wujud monistic149 dilihat sebagai suatu tanpa wujud ( secara fundamental ) dengan meninggalkan keadaan tanpa wujud untuk mencapai keseimbangan, inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Tangan Indah ( Subahu )150 berkata, Pikiran Bodhisattva dan pikiran Sravaka adalah suatu dualitas. Jika pikiran dipahami sebagai hampa dan bersifat ilusi, maka tidak ada pikiran Bodhisattva maupun pikiran Sravaka: Demikianlah persamaan sifat pikiran adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Pusya151 berkata, Baik dan jahat adalah suatu dualitas; jika tidak ada baik maupun jahat yang timbul, sehingga keadaan tanpa wujud disadari untuk mencapai realitas, ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Simha ( Singa ) berkata, Kesejahteraan dan kesengsaraan adalah suatu dualitas; jika sifat hakiki daripada kesengsaraan dimengerti, kesengsaraan tidak berbeda dengan kesejahteraan. Jika kebijaksanaan intan ( tak terhancurkan ) digunakan untuk menyelami ini dengan tanpa ikatan maupun pembebasan ( terlibat di dalamnya ) inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Ketidakgentaran Singa ( Simhamati ) berkata, Yang bersifat duniawi dan di luar duniawi adalah suatu dualitas. Jika semua hal / benda dipandang dengan seimbang, yang duniawi maupun yang di luar duniawi tidak
148 149

Yaitu mata kebijaksanaan. Wujud monistic: suatu istilah Mahayana yang berarti bahwa Pikiran Tunggal lah yang menciptakan semua hal / benda. 150 Bodhisattva yang menggunakan metode bijaksana ( upaya ) tangan indah untuk mengajarkan Dharma. 151 Susunan bintang ke-23 di bawah pengaruh mana Bodhisattva ini dilahirkan.

95

akan timbul dengan tiada pembedaan di antara wujud dan tiada wujud, inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Interpretasi Murni ( Suddhadhimukti ) berkata, Aktivitas dan tiada aktivitas adalah suatu dualitas, tetapi jika pikiran dijauhi dari segala kondisi mental, pikiran itu akan menjadi ( hampa ) bagaikan ruang angkasa dan kebijaksanaan murni dan bersih akan bebas dari semua rintangan. Inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Narayana152 berkata, Yang duniawi dan yang di luar duniawi adalah suatu dualitas, tetapi sifat hakiki dari yang duniawi adalah hampa ( atau immaterial ) dan tidak lain daripada yang di luar duniawi, yang mana tidak bisa dimasuki atau ditinggalkan dan tidak mengalir ( bagaikan arus tumimbal lahir ) maupun terurai ( bagaikan asap ),. Inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Pikiran Terampil ( Dantamati ) berkata, Samsara dan nirvana153 adalah suatu dualitas. Jika sifat hakiki dari samsara dicerap, maka di situ tidak ada kelahiran maupun kematian, tidak ada ikatan maupun pembebasan dan tidak ada kenaikan maupun kejatuhan. Pengertian yang demikian adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Pengertian Langsung ( Pratyaksadarsana )154 berkata, Yang terhabiskan ( exhaustible ) dan yang tidak habis-habisnya ( in-exhaustible ) adalah suatu dualitas,.155 Jika semua hal / benda dipandang dengan mendalam, baik yang terhabiskan maupun yang tidak habis-habisnya tidak dapat dihabiskan; dan yang tidak habis-habisnya itu identik dengan kehampaan yang mana berada di luar yang terhabiskan maupun yang tidak habis-habisnya. Interpretasi yang demikian adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.

Narayana: Bodhisattva dengan ketetapan yang teguh dan stabil. Samsara: keadaan kelahiran dan kematian. 154 Pengertian Langsung atau cara berpikir langsung yang berbeda dengan perbandingan dan inference, perbandingan atas yang sudah diketahui dan inference atas yang tidak diketahui. 155 Jika klesa diputuskan samsara akan berakhir; inilah pengakhiran semua fenomena. Jika klesa tidak diputuskan dan samsara tidak berakhir, inilah tiada pengakhiran ( in-exhaustion ) fenomena. Lebih lanjut, ketidak-kekalan akan berakhir nantinya; inilah yang terhabiskan; dan sifat ke-Buddha-an yang inheren dalam diri semua manusia, tidak akan pernah berakhir; inilah yang tiada habis-habisnya.
153

152

96

Bodhisattva Yang Mempertahankan ke-Universil-an ( Parigudha ) berkata, Ego dan tiada ego adalah suatu dualitas. Karena ego tidak bisa ditemukan, di manakah tiada ego bisa ditemukan ? Dia yang mencerap sifat nyata dari ego tidak akan menumbuhkan dualitas; inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Persepsi Kilat ( Vidyuddeva ) berkata, Pencerahan dan tiada pencerahan adalah suatu dualitas, tetapi sifat hakiki dari tiada pencerahan adalah pencerahan yang mana juga harus dibuang; jika semua relativitas ditinggalkan dan diganti dengan keseimbangan yang tidak mendua, inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Priyadarsana156 berkata, Wujud ( rupa ) dan kehampaan adalah suatu dualitas, ( tetapi ) wujud adalah identik dengan kehampaan, yang tidak berarti bahwa wujud menghapuskan kehampaan, karena sifat hakiki dari wujud adalah hampa dari dirinya sendiri. Demikian juga ( ke-4 skanda lainnya ) tanggapan ( vedana ), konsepsi ( sanjna ), diskriminasi ( samskara ), dan kesadaran ( vijnana di dalam hubungan dengan kehampaan ). Kesadaran dan kehampaan adalah suatu dualitas ( akan tetapi ) kesadaran itu identik dengan kehampaan, yang tidak berarti bahwa kesadaran menghapuskan kehampaan karena sifat hakiki kehampaan adalah hampa dari dirinya sendiri. Pengertian yang menyeluruh dari ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Memahami ke-4 Elemen ( Prabhaketu ) berkata, Ke-4 elemen ( tanah, air, api, dan udara ) dan kehampaannya adalah suatu dualitas, ( tetapi ) sifat hakiki dari ke-4 elemen adalah identik dengan kehampaan itu sendiri. Bagaikan masa lalu ( sebelum ke-4 elemen itu terbentuk ) dan masa yang akan datang ) sewaktu ke-4 elemen itu tercerai berai ) yang hampa kedua-duanya, masa sekarang ( sewaktu ke-4 elemen itu muncul ) juga hampa. Pengertian identik atas sifat hakiki kesemua ( 4 ) elemen adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.

156

Priyadarsana adalah seorang Bodhisattva yang melihat segala makhluk hidup dengan bergembira.

97

Bodhisattva Pikiran Dalam ( Pramati ) berkata, Mata dan wujud adalah suatu dualitas, ( tetapi ) jika sifat hakiki dari mata dikenal dengan tiada keinginan, penolakan, maupun kekacauan sehubungan dengan hal / benda yang dilihat, inilah ketenangan. Demikian juga telinga dan suara, hidung dan bau, lidah dan rasa, tubh dan sentuhan, serta pikiran dan rangkaian pikiran, adalah dualitas, ( tetapi ) sifat hakiki dari pikiran dikenal dengan tiada keinginan, penolakan, maupun kekacauan sehubungan dengan hal /benda ( yang didengar, dicium, disentuh, dan dipikirkan ). Berdiam dalam keadaan ( nirvana ) ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Pikiran Tidak Kenal Lelah157 berkata, Penyempurnaan beramal ( dana paramita ) dan pelimpahan ( parinamana ) pahalanya untuk memperoleh segala pengetahuan ( sarvajna ) adalah suatu dualitas158 ( tetapi ) sifat hakiki dari beramal adalah pelimpahan ke arah segala pengetahuan. Demikian juga penyempurnaan disiplin ( sila paramita ), penyempurnaan kesabaran ( ksanti paramita ), penyempurnaan ketekunan ( virya paramita ), penyempurnaan meditasi ( dhyana paramita ) dan penyempurnaan kebijaksanaan ( prajna paramita ) dengan pelimpahan untuk segala pengetahuan adalah ( 5 ) dualitas, tetapi sifat hakikinya adalah merupakan pelimpahan ke arah segala pengetahuan, sedangkan realisasi dari keesaannya159 masing-masing adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Kebijaksanaan Luhur ( Gambhiramati ) berkata, Keadaan hampa, tiada wujud dan tiada aktivitas adalah 3 pintu yang berbeda menuju pembebasan dan jika masing-masing dibandingkan dengan ke-2 lainnya, terjadilah 3 dualitas, ( tetapi ) keadaan hampa adalah tiada wujud, dan keadaan tiada wujud
Pikiran tak kenal lelah atau Aksayamati, nama Bodhisattva yang mengembangkan pikiran yang terus-menrus mempraktekkan ke-6 paramita yang tak habis-habisnya. 158 Pelimpahan ( parinamana ) di sini agak menyerupai supererogation di Barat, tetapi berbeda dalam hal semua pahala yang berasal dari pelaksanaan penyempurnaan beramal dilimpahkan untuk realisasi akhir maha-tahu-nya Buddha demi kesejahteraan semua makhluk hidup. Pahala yang tidak dipersembahkan demikian hanya menghasilkan pencerahan diri di dalam tahap Sravaka dan Pacceka Buddha. Mahayana mengorbankan semua pahala agar untuk mencapai Bhutatathata absolut yang bebas dari dualitas, relativitas, dan yang bertentangan. 159 Yaitu semua di dalam satu dan satu di dalam semua.
157

98

adalah tidak aktif. Karena bila keadaan hampa, tiada wujud dan tiada aktivitas dicapai, maka tidak ada lagi pikiran, intelek, maupun kesadaran, dan pembebasan melalui salah satu dari ke-3 pintu ini identik dengan pembebasan melalui semua ( ke-3 ) nya. Inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Organ Indera Tak Tergerak ( Santendriya ) berkata, Buddha, Dharma, dan Sangha, adalah 3 permata yang berlainan dan bila masing-masing dibandingkan dengan kedua lainnya, terjadilah 3 dualitas, tetapi Buddha adalah identik dengan Dharma, dan Dharma adalah identik dengan Sangha. Karena 3 permata adalah tidak aktif ( wu-wei ) dan setara dengan ruang angkasa, dengan kesetaraan yang sama terhadap semua hal / benda. Realisasi dari ( kesetaraan ) ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Pikiran Tak Terintangi ( Apratihatanetra ) berkata, Tubuh dan pemusnahannya ( di dalam nirvana )160 adalah suatu dualitas, tetapi tubuh adalah identik dengan nirvana. Mengapa ? Karena jika sifat hakiki dari tubuh dicerap, konsepsi tentang ( keberadaan ) tubuh dan kondisi nirvananya tidak akan timbul karena kedua-duanya adalah secara fundamental tidak mendua, bukan dua hal / benda yang berbeda. Absennya kegelisahan dan ketakutan sewaktu menghadapi keadaan terakhir ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Kebajikan Unggul ( Suvinita )161 berkata, Ke-3 karma ( yang dihasilkan oleh ) tubuh, mulut, dan pikiran adalah berbeda bila masing-masing dibandingkan dengan ke-2 lainnya dan menjadi 3 dualitas ( tetapi ) sifat hakikinya adalah tidak aktif, jadi tubuh yang tidak aktif adalah identik dengan mulut yang tidak aktif, yang mana identik pikiran tidak aktif. Dengan tidak aktifnya ke-3 karma ini, semua hal / benda juga tidak aktif. Demikian pula jika kebijaksanaan ( prajna ) juga tidak aktif, inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.

Bila semua manusia duniawi menganggap tubuh ini nyata dan Sravaka mencari pemusnahannya untuk mencapai nirvana relatif, para Bodhisattva memahami sifat hakiki dari baik tubuh maupun nirvana untuk mencapai Kesunyataan Dharma di dalam keadaan absolut dari yang demikian ( bhutatathata ). 161 Bodhisattva ini memurnikan ke-3 karma perbuatan, kata, dan pikiran, dan memperolehcara-nya, demikianlah asal namanya.

160

99

Bodhisattva Ladang Berkah ( Punyaksetra )162 berkata, Perilaku baik, perilaku buruk, dan keadaan tidak bergerak163 adalah berbeda, dan bila masingmasing dibandingkan dengan ke-2 lainnya menjadi 3 dualitas ( tetapi ) sifat hakiki dari semua ( ke-3 ) nya adalah kehampaan yang bebas dari baik, buruk, dan keadaan tidak bergerak. Ketidakmunculan dari ke-3 ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Bunga Agung ( Padmavyuha )164 berkata, Ego dan objektifnya adalah suatu dualitas ( tetapi ) jika sifat hakiki dari ego dipahami, dualitas ini menghilang. JIka dualitas dibuang maka tidak akan ada kesadaran, dan kebebasan dari kesadaran adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Permata dari Potensi 3 Rangkap ( Srigarbha )165 berkata, Pencapaian mengandung arti subyek dan obyek yang merupakan suatu dualitas, tetapi jika tiada sesuatupun dianggap sebagai pencapaian, maka tidak akan ada menggenggam maupun menolak, dan kebebasan dari menggenggam dan menolak adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Bulan di Surga Tengah ( Candrottara )166 berkata, Kegelapan dan cahaya adalah suatu dualitas. Bilamana tidak ada kegelapan maupun cahaya,167 dualitas ini menghilang. Mengapa ? Karena di dalam keadaan samadhi yang berasal dari pemadaman sempurna sensasi dan pikiran168 tidak ada kegelapan maupun cahaya, sedangkan hal / benda lain menghilang. Suatu pemasukan tanpa keinginan ( disinterested entry ) ke dalam keadaan ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma.
Bodhisattva ini mengabaikan baik kesejahteraan maupun kesengsaraan untuk memahami realitas absolut dan melewatkan hidupnya dengan mengubah orang ke Dharma, demikianlah namanya menjadi Ladang Berkah yang menyelamatkan makhluk hidup. 163 Ke-10 perbuatan baik menyebabkan kelahiran di alam nafsu yang lebih tinggi, ke-10 perbuatan jahat menyebabkan kelahiran di alam nafsu lebih rendah, dan perbuatan tidak bergerak yaitu meditasi atas kesalahan dan perbaikannya mengakibatkan kelahiran di alam wujud dan tanpa wujud. 164 Bodhisattva ini disebut demikian karena prakteknya dalam menghiasi bunga yang menghasilkan buah keBuddha-an. 165 Potensi dari Dharmakaya Buddha, dari kebijaksanaannya, dan dari kebebasannya yang tertinggi. 166 Seorang Bodhisattva yang kebijaksanaannya terang bagaikan rembulan yang bersinar di surga tengah. 167 Kegelapan mewakili tiada penerangan dan cahaya mewakili penerangan; kedua-duanya merupakan dua kutub, tetapi di dalam keadaan absolut tidak ada tiada-penerangan maupun penerangan. 168 Sensasi dan pikiran atau vedana dan sanjna, ke-2 dan ke-3 dari 5 skandha.
162

100

Bodhisattva Ratna Mudra ( Simbol Mulia )169 berkata, Kegembiraan di dalam nirvana dan kesedihan di dalam samsara adalah suatu dualitas yang menghilang bilamana tidak ada lagi kegembiraan maupun kesedihan. Mengapa ? Karena di mana terdapat ikatan, di situ juga ada keinginan untuk pembebasan, tetapi jika secara fundamental tidak ada ikatan, siapa yang mencari pembebasan ? Bilamana tidak ada ikatan maupun pembebasan, maka tidak akan ada kegembiraan maupun kesedihan, inilah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Permata di Kepala ( Manikutaraja )170 berkata, Orthodox dan heterodox adalah suatu dualitas, ( tetapi ) dia yang berdiam di dalam ( yaitu memahami ) orthodox tidak memperbedakan antara orthodox dan heterodox. Menjauhi ke-2 kutub ekstrim ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Bodhisattva Kegembiraan di dalam Realitas ( Satyarata ) berkata, Realitas dan inrealitas adalah suatu dualitas, ( tetapi ) dia yang menyadari realitas bahkan tidak mencerapnya, apalagi inrealitas. Mengapa ? Karena realitas adalah tak terlihat oleh mata biasa dan hanya terlihat oleh mata kebijaksanaan. Dengan demikian ( pencapaian ) mata kebijaksanaan, yang bukan mengamati maupun tak mengamati, adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Sesudah para Bodhisattva berbicara, Mereka menanyakan pendapat Manjusri tentang Kesunyataan Dharma. Manjusri berkata, Menurut pendapatku, bila semua hal / benda sudah berada di luar jangkauan dari kata maupun ucapan, indikasi maupun pengetahuan, dan berada di luar pertanyaan maupun jawaban, ini adalah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma. Kemudian Manjusri bertanya kepada Vimalakirti, Kami semua telah berbicara, katakanlah kepada kami apakah itu inisiasi Bodhisattva ke dalam Kesunyataan Dharma.

Seorang Bodhisattva yang mencapai Samadhi ratna mudra ini di dalam mana Dia mencerap inrealitasnya ego dan ketidakkekalan dari semua hal / benda, termasuk nirvana relatif. 170 Seorang Bodhisattva yang memakai realitas sebagai permata di ikat kepalanya, demikianlah Dia memperoleh nama-Nya.

169

101

Vimalakirti berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat itu Manjusri berseru, Bagus, bagus, apakah bisa ada inisiasi sejati ke dalam Kesunyataan Dharma di mana kata-kata dan ucapan tidak lagi ditulis dan diucapkan ?171 Sesudah inisiasi ke dalam Kesunyataan Dharma ini dibabarkan, 5.000 Bodhisattva di pertemuan itu diinisiasi ke dalamnya dan dengan demikian memperoleh anutpattika-dharma-ksanti.

171

Manjusri masih berbicara dalam kata-kata, kalimat, indikasi pengetahuan, pertanyaan dan jawaban, tetapi Vimalakirti bahkan menghapuskan semua jejak dari itu untuk mengungkapkan inisiasi sejati ke dalam absolut.

102

BAB X BUDDHA SUGHANDAKUTA


Sewaktu Sariputra sedang memikirkan tentang waktu makan dan makanan untuk para Bodhisattva di pertemuan itu, Vimalakirti, yang membaca pikirannya, berkata padanya, Hyang Buddha mengajarkan ke-8 bentuk pembebasan yang telah kamu terima sebagai latihan; apakah sekarang engkau mencampurkan keinginan makan-mu dengan Dharma-Nya ? Jika engkau ingin makan, silahkan tunggu sebentar dan engkau akan mendapat hidangan yang istimewa. Pada saat itu, Vimalakirti memasuki keadaan Samadhi dan menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk menunjukkan pada hadirin suatu negeri yang berada di atas dan terpisah dari dunia ini oleh jarak sejauh Tanah Buddha tak terhitung bagaikan butir-butir pasir di dalam 42 Sungai Gangga, yang disebut negeri Sarvagandhasughanda ( Segala Keharuman ), Buddhanya disebut Buddha Sughandakuta ( Tathagata Tanah Semerbak ) dan masih berada di sana. Wanginya negeri itu melebihi semua wewangian yang dipancarkan oleh dewadewa dari tanah Buddha di 10 penjuru. Di Tanah Buddha tersebut tidak terdapat Sravaka maupun Pacceka Buddha, tetapi hanyalah Bodhisattva yang murni dan bersih, kepada siapa Buddha tersebut membabarkan Dharma. Semua benda di situ tercipta dari wewangian, seperti istana, tanah, taman, dan kebun, yang menyiarkan bau harum, dan keharuman makanannya tersebar ke dunia tak terhitung di 10 penjuru. Buddha dan Bodhisattvanya sedang mendudukkan diri untuk menyantap makanan yang dipersembahkan oleh para putera dewa, yang kesemuanya disebut Keharuman Cemerlang ( Gandhavyuhahara ),172 dan sedang memusatkan pikiran mereka untuk mencari penerangan sempurna. Ini terlihat oleh semua yang hadir dalam pertemuan. Vimalakirti berkata kepada pendengarnya, Orang bajik, siapa dari kalian yang dapat pergi ke situ untuk meminta makanan dari Buddha tersebut ?

Pikiran mereka dipusatkan untuk bermeditasi pada Buddha tersebut dan menjadi terserap dan diagungkan oleh keharuman dan cahaya-Nya.

172

103

Karena Manjusri sudah terkenal kekuatan batinnya, semua Bodhisattva berdiam diri, sampai Vimalakirti berkata, Apakah yang bajik tidak malu ( karena tidak mampu melakukannya ) ? Manjusri menjawab dengan cepat, Sebagaimana telah dikatakan oleh Hyang Buddha, mereka yang baru mempelajari ( dan mempraktekkan ) Buddha Dharma tidak boleh dipandang rendah.173 Kemudian Vimalakirti tanpa berbangkit dari tempat duduk-Nya, menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk menciptakan seorang Bodhisattva ilusi ( palsu ) dengan raut muka bercahaya dan keanggunannya tak tersaingi, membuat seluruh persamuwan jadi tidak berarti. Kemudian Dia berkata kepada Bodhisattva ilusi ini, Naiklah ke Tanah Semerbak untuk mengunjungi Buddhanya, dan sampaikan apa yang Kukatakan ini; Upasaka Vimalakirti bersujud dengan kepalanya di kaki-Mu sebagai penghormatan dan dengan tulus menanyakan kabar baik-Mu; Dia berharap Engkau baik-baik saja dan tidak menemui kesulitan ( di dalam mengubah makhluk hidup ) dan bahwa semangat-Mu sedang penuh. Dia ingin memperoleh sedikit sisa makanan-Mu untuk melakukan tugas penyelamatan di dunia Saha guna mengubah mereka dari wahana kecil ke aspirasi Buddha Dharma agung dan menyebarluaskan kemasyhuran Tathagata agar terkenal di mana-mana. Sesudah itu, Bodhisattva ilusi melayang ke atas dan terlihat oleh seluruh persamuwan mendekati Buddha Tanah Semerbak dan mengulangi apa yang diperintahkan oleh Vimalakirti. Sewaktu para Bodhisattva di sana melihat pesuruh itu, mereka memuji kunjungan yang langka sambil bertanya kepada Buddha-nya, Dari manakah asal Bodhisattva ini ? Di manakah beradanya dunia yang disebut Saha itu ? Apa yang dimaksudkan dengan wahana kecil ? Buddha mereka menjawab, Ada suatu dunia yang disebut Saha dan terletak di bawah dan terpisah dari sini oleh Tanah Buddha tak terhitung bagaikan
Yang dimaksudkan Hyang Buddha adalah bahwa semua makhluk hidup memiliki sifat Buddha dan bisa memenangkan pembebasan jika mereka mendengar dan mempraktekkan Dharma. Untuk alasan etis, Manjusri tidak mencampuri tugas penyelamatan yang dilakukan Vimalakirtidan tidak menjawab tantangan sang Upasaka. Oleh sebab itu Sutra ini disebut Suatu Sutra yang Dibabarkan oleh Vimalakirti.
173

104

butir-butir pasir di dalam 42 Sungai Gangga, Buddhanya disebut Sakyamuni dan sekarang ini sedang berdiam di tengah 5 kondisi kekeruhan, di mana Dia mengajarkan Dharma utama kepada mereka yang berpegangan pada wahana kecil. Di sana ada seorang Bodhisattva bernama Vimalakirti yang telah mencapai Pembebasan Tak Terbayangkan dan sedang membabarkan Dharma kepada Bodhisattva ( muda ) lainnya. Demikianlah Dia telah menciptakan seorang pesuruh ilusi untuk memuji nama-Ku dan Tanah ini, agar mereka bisa mendapatkan lebih banyak pahala. Para Bodhisattva bertanya, Siapakah Bodhisattva ini, yang bisa menciptakan seorang pesuruh ilusi dan kekuatan transenden, ketidakgentaran, dan maha ada-Nya begitu besar ? Buddha tersebut menjawab, Kekuatan, ketidakgentaran, dan maha adaNya memang sangat besar. Dia seringkali mengirimkan pesuruh ilusi-Nya ke mana-mana di 10 penjuru untuk melaksanakan tugas penyelamatan Bodhisattva dalam menolong dan memberi manfaat pada makhluk hidup. Buddha tersebut kemudian memenuhi semangkok nasi wangi dan memberikannya kepada pesuruh ilusi. Ke-9 juta Bodhisattva-Nya menyatakan keinginan Mereka semua untuk pergi ke dunia Saha untuk memberikan penghormatan kepada Buddha Sakyamuni dan bertemu dengan Vimalakirti berikut para Bodhisattva di sana. Buddha tersebut memperingati mereka, Engkau boleh pergi ke situ tetapi janganlah mengeluarkan wangimu agar tidak menimbulkan pikiran menyimpang dari orang-orang yang mendambakannya. Engkau juga harus mengubah penampilanmu agar tidak menimbulkan rasa rendah diri mereka. Untuk menghindari pandangan keliru janganlah memandang rendah ( dunia ) mereka. Mengapa ? Karena segala dunia di 10 penjuru adalah ( secara fundamental tidak materil ) bagaikan ruang angkasa, tetapi demi untuk mengubah dan membimbing makhluk hidup menuju kesempurnaan, para Buddha tidak mengungkapkan sepenuhnya tanah murni dan bersih Mereka sekaligus.

105

Pada saat itu, pesuruh ilusi menerima mangkok nasi wangi, dan bersama ke-9 juta Bodhisattva menempatkan diri mereka ke dalam kekuatan transenden dari Buddha tersebut dan Vimalakirti, menghilang dari Tanah Segala Keharuman dan sekejab kemudian tiba di kediaman Vimalakirti. Vimalakirti kemudian menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk menciptakan 9 juta singgasana yang menyamai keindahan tahta yang sudah berada di situ untuk tamu-Nya. Pesuruh ilusi itu kemudian menyerahkan mangkok nasi wangi yang baunya segera menyebar ke seluruh kota Vaisali dan kemudian sampai seluruh chiliocosmos besar. Pengikut Brahmana di Vaisali mencerap wewangian itu dan menjadi sangat gembira; mereka memuji kejadian langka itu. Pimpinan mereka yang disebut Candraccattra membawa 84.000 orang ke rumah Vimalakirti, di mana mereka melihat banyak Bodhisattva duduk di atas tahta singa yang indah; mereka bersorak kegirangan dan memberikan penghormatan kepada Bodhisattva dan siswa utama Sang Buddha, kemudian berdiri di samping. Makhluk halus duniawi dan surgawi maupun dewa surga keinginan dan wujud yang mencium bau wangi itu, juga datang. Kemudian, Vimalakirti berkata kepada Sariputra dan para Sravaka, Orang bajik, sekarang kalian boleh mengambil nasi surgawinya Tathagata yang telah diresapi maha matri karuna, jangan mempunyai pikiran yang sempit sewaktu memakannya, atau engkau tidak akan bisa mencernanya. Sewaktu beberapa dari para Sravaka meragukan sedikitnya jumlah beras yang kelihatan tidak cukup untuk seluruh persamuwan, Bodhisattva ilusi berkata, Jangan menggunakan kebajikan dan kecerdasanmu yang dangkal untuk menaksir berkah dan kebijaksanaan Tathagata yang tak terbatas; ke-4 lautan bisa kering, tetapi nasi ini tidak akan habis. Bila semua orang mengambil dan menggulungnya menjadi bola sebesar ( gunung ) Sumeru, mereka tidak akan bisa menghabiskannya sampai akhir kalpa. Mengapa ? Karena makanan yang disisihkan oleh Mereka yang telah mempraktekkan moralitas dan disiplin ( sila ), Samadhi dan kebijaksanaan yang tak terbatas, pembebasan, dan pengetahuan ke
106

arah pembebasan,174 dan yang telah memenangkan semua pahala adalah tidak terhabiskan; dengan demikian mangkok nasi ini akan lebih dari cukup bagi seluruh hadirin. Para Bodhisattva, Sravaka, dewa, dan manusia yang memakannya akan merasakan kenikmatan dan kegembiraan bagaikan Bodhisattva dari semua Tanah Suci yang diberkahi, pori-pori mereka mengeluarkan bau yang sangat harum bagaikan aroma pohon-pohon di dalam dunia Segala Keharuman. Kemudian Vimalakirti bertanya pada Bodhisattva tamu; Bagaimana caranya Tathagata di negerimu menyebarkan Dharma ? Mereka menjawab,Tathagata di negeri kami tidak menggunakan kata dan ucapan untuk mengajar, melainkan dengan menggunakan berbagai wewangian untuk merangsang para dewa agar mematuhi larangan. Mereka duduk di bawah pohon wangi dan mencerap bagaimana harumnya bau pohon itu dan dari situ memperoleh Samadhi yang disebut sumber segala kebajikan. Sewaktu mereka memperoleh Samadhi ini, mereka memperoleh segala kebajikan. Para Bodhisattva itu kemudian bertanya pada Vimalakirti, Bagaimana caranya Yang Dijunjungi, Buddha Sakyamuni, mengajarkan Dharma ? Vimalakirti menjawab, Makhluk hidup dari dunia ini sangat keras kepala dan susah diubah; dengan demikian Hyang Buddha menggunakan kata-kata keras untuk menjinakkan mereka; Dia membicarakan tentang neraka, binatang, dan setan kelaparan serta taraf penderitaan mereka; tentang tempat kelahiran kembali bagi orang bodoh sebagai balasan dari perbuatan, kata-kata, dan pikiran jahat / bertentangan seperti untuk pembunuhan, pencurian, berzinah, berbohong, menghasut, kata-kata kasar, omong kosong, keserakahan, amarah, dan pandangan menyimpang ( yang merupakan 10 kejahatan ); tentang kekikiran, melanggar sila, kebencian, kelalaian, pikiran kusut, dan kebodohan ( yaitu ke-6 rintangan terhadap ke-6 paramita ); tentang yang menerima, mematuhi, dan melanggar larangan; tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan; tentang rintangan dan bukan rintangan; tentang apa yang berdosa dan tidak; tentang kemurnian dan kekotoran; tentang keadaan duniawi dan suci; tentang
Pengetahuan dan pengalaman pribadi dari semua tahap penerangan untuk mencegah kesalahan dalam menyangka tingkat-tingkat pendahuluan sebagai yang tertinggi.
174

107

heterodox dan orthodox; tentang aktivitas dan tiada aktivitas; dan tentang samsara dan nirvana. Karena pikiran dari mereka yang susah diubah adalah bagaikan kera, berbagai metode pengajaran diciptakan untuk mengendalikannya agar bisa dijinakkan sama sekali. Bagaikan gajah dan kuda yang tidak bisa dijinakkan tanpa dicambuk sampai mereka menjadi kesakitan dan menjadi mudah dikendalikan, orang-orang yang keras kepala di dunia ini hanya bisa ditundukkan dengan kata-kata pahit dan keras. Sesudah mendengarkan ini, para bodhisattva tamu berkata, Sungguh luar biasa kebesaran dari Yang Dijunjungi, Buddha Sakyamuni, yang menyembunyikan kekuatan dan kebajikan-Nya tak terbatas, untuk muncul di antara makhluk hidup yang masih liar, miskin, dan hina ini, guna mengubah dan membimbing mereka, dan Bodhisattva di sini yang tidak mengenal lelah, begitu rendah hati, dan yang belas kasihan tak terbatasnya menyebabkan kelahiran mereka di tanah Buddha yang penuh kesusahan ini. Vimalakirti berkata, Sebagaimana telah engkau katakan, para Bodhisattva di dunia ini memiliki welas asih yang besar, dan apa yang mereka lakukan bagi semua makhluk hidup dalam satu kehidupan melebihi apa yang dilakukan di tanah suci lainnya selama ratusan dan ribuan kalpa. Mengapa ? Karena mereka menjalankan 10 perbuatan unggul yang tidak diperlukan di tanah suci lainnya. Apakah ke-10 perbuatan unggul ini ? Itu adalah: 1, beramal untuk menolong yang miskin; 2, mematuhi larangan ( sila ) untuk membantu mereka yang melanggar larangan; 3, kesabaran, yang tabah untuk menundukkan amarah mereka; 4, usaha dan ketekunan untuk menyembuhkan kelalaian mereka; 5, Samadhi, untuk menghentikan pikiran kusut mereka; 6, kebijaksanaan untuk menghapuskan ketidaktahuan; 7, menghilangkan ke-8 kondisi menyedihkan bagi mereka yang mengalaminya; 8, mengajarkan Mahayana kepada mereka yang berpegangan pada Hinayana; 9, mengumpulkan akar kebajikan bagi mereka yang memerlukan pahala; dan 10, ke-4 tindakan simpatik Bodhisattva untuk membimbing semua makhluk hidup ke arah tujuannya ( di dalam perkembangan Bodhisattva ). Inilah ke-10 perbuatan unggul.

108

Para Bodhisattva tamu bertanya, Berapa banyaknya Dharma yang harus dicapai oleh seorang Bodhisattva di dunia ini untuk menghentikan pertumbuhan yang tidak sehat ( pencemaran ) agar bisa terlahir di tanah suci Buddha ? Vimalakirti menjawab, Seorang Bodhisattva harus menyempurnakan 8 Dharma agar bisa terlahir di tanah suci. Masing-masing; 1, perbuatan baik terhadap semua makhluk hidup tanpa mengharapkan imbalan; 2, memikul penderitaan demi semua makhluk hidup dan melimpahkan semua pahala kepada mereka; 3, bersikap seimbang terhadap mereka dengan segala kerendahan hati yang bebas dari kebanggaan dan keangkuhan; 4, penghormatan terhadap semua Bodhisattva dengan kebaktian yang sama terhadap semua Buddha ( yakni tanpa membedakan antara Buddha dan Bodhisattva ); 5, absennya keraguan dan kecurigaan sewaktu mendengar ( pembabaran ) sutra yang belum pernah terdengar sebelumnya; 6, menghindari sikap oposisi terhadap Dharma Sravaka;175 7, menghindari diskriminasi dalam hal sumbangan dan persembahan yang diterima tanpa pikiran menguntungkan diri guna menaklukkan pikirannya sendiri; dan 8, pemeriksaan diri tanpa bersaing dengan yang lain. Demikianlah dia harus mencapai kesatuan pikiran dengan tekad memenangkan segala pahala; inilah ke-8 Dharma tersebut. Sesudah Vimalakirti dan Manjusri membabarkan Dharma dengan demikian, ratusan dan ribuan dewa mengembangkan pikiran yang ditujukan pada penerangan sempurna, dan 10.000 Bodhisattva mencapai anutpattika-dharmaksanti.

175

Dharma Sravaka juga diajarkan oleh Hyang Buddha sebelum Beliau mengungkapkan Mahayana.

109

BAB XI PERILAKU BODHISATTVA


Hyang Buddha sedang membabarkan Dharma di taman Amravana, yang mendadak berubah jadi indah dan luas, sedangkan semua yang hadir diliputi warna keemasan. Ananda bertanya kepada Hyang Buddha, Yang Dijunjungi, apakah yang menyebabkan tanda yang baik ini, mengapa tempat ini menjadi indah dan luas dan mengapa persamuwan ini diliputi warna keemasan ? Hyang Buddha menjawab, Ini disebabkan Vimalakirti dan Manjusri, disertai para pengikut yang mengelilingi Mereka ingin berkunjung ke sini, sehingga terjadilah tanda ini. ( Di Vaisali ) Vimalakirti berkata kepada Manjusri, Sekarang kita bisa berangkat untuk bertemu dengan Hyang Buddha, agar kita dan para Bodhisattva bisa memberikan penghormatan dan persembahan kepada-Nya. Manjusri berkata, Bagus, marilah kita pergi; sekaranglah waktunya untuk berangkat. Kemudian Vimalakirti menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk membawa serta seluruh hadirin beserta singgasana di dalam telapak tangan kanan-Nya dan terbang ( ke angkasa ) menuju tempat Hyang Buddha. Sewaktu mereka mendarat, Vimalakirti bersujud di kaki Hyang Buddha, mengelilingi-Nya 7 kali dan berdiri di samping. Para Bodhisattva turun dari singgasana mereka untuk bersujud di kaki Sang Buddha, dan juga berjalan mengelilingi-Nya 7 kali dan berdiri di samping. Para siswa utama bersama dewa Indra, Brahma ( keduanya sebagai pelindung Dharma ) dan ke-4 raja dewa dari ke-4 surga juga turun dari singgasana mereka, bersujud di kaki Hyang Buddha, berjalan mengelilingi-Nya 7 kali dan berdiri di samping. Hyang Buddha menyapa para Bodhisattva dan meminta mereka mengambil tempat duduk masing-masing guna mendengarkan ceramah-Nya. Sesudah
110

mereka duduk Hyang Buddha bertanya kepada Sariputra, Apakah engkau telah melihat apa yang dilakukan para Bodhisattva agung dengan kekuatan transenden mereka ? Sariputra mengiyakan dan Beliau bertanya, Bagaimana pendapatmu atas hal itu ? Sariputra menjawab, Aku melihat mereka melakukan ( perbuatan ) tak terbayangkan yang tidak bisa terpikirkan atau terduga oleh pikiran. Kemudian Ananda bertanya kepada Hyang Buddha, Yang Dijunjungi, bau wangi yang tercium oleh kami belum pernah tercerap sebelumnya; apakah itu ? Hyang Buddha menjawab, Ananda, itu adalah bau wangi yang dikeluarkan oleh pori-pori para Bodhisattva ini. Pada saat itu Sariputra berkata pada Ananda, Pori-pori kami juga mengeluarkan bau wangi yang sama. Ananda bertanya pada Sariputra, Darimana asalnya bau wangi itu ? Sariputra menjawab, Dari Upasaka Vimalakirti yang mendapatkan apa yang tersisa dari makanan Buddha Negeri Sarvagandhasughanda, dan mereka yang memakannya di tempat kediaman-Nya mengeluarkan bau wangi ini dari pori-porinya. Ananda kemudian bertanya pada Vimalakirti, Bisa bertahan berapa lama bau wangi ini ? Vimalakirti menjawab, Sampai nasinya telah dicernakan. Ananda bertanya, Berapa lamakah itu ? Vimalakirti menjawab, Nasi itu akan dicernakan sesudah 1 minggu. Ananda, Sravaka yang belum mencapai posisi yang benar akan tercernakan, dan mereka yang mencapai nirvana akan mencapai pembebasan dari pikiran mereka ( dari konsepsi substil atas nirvana ) dan kemudian nasi itu akan tercernakan. Mereka yang belum mengembangkan pikiran penerangan sempurna akan mengembangkannya dan kemudian nasi itu akan tercernakan. Mereka yang sudah mengembangkannya dan memakan nasi ini akan mencapai anutpattikadharma-ksanti dan kemudian nasi itu akan tercernakan. Mereka yang telah
111

mencapai anupattika-dharma-ksanti dan memakan nasi ini akan bertumimbal lahir sekali lagi untuk perkembangan terakhir menuju ke-Buddha-an dan nasi ini akan tercernakan.176 Bagaikan obat manjur yang menyembuhkan penyakit sebelum terbuang, nasi ini akan tercernakan sesudah melenyapkan semua kesusahan dan penderitaan ( klesa ). Ananda berkata kepada Hyang Buddha, Yang Dijunjungi, sungguh suatu hal yang langka bahwa nasi ini telah melakukan tugas penyelamatan Buddha. Hyang Buddha berkata, Memang begitu Ananda, memang begitu. Ada tanah Buddha di mana cahaya dari Buddhanya melakukan tugas penyelamatan; di mana para Bodhisattva melakukannya; di mana manusia ilusi yang diciptakan Buddha melakukannya; di mana pohon Bodhi melakukannya; di mana jubah dan perlengkapan ranjang dari Buddha melakukannya; di mana nasi yang dimakan Buddha melakukannya; di mana taman dan vihara melakukannya; di mana 32 tanda fisik177 dan ke-80 ciri menonjol ( dari Buddha ) melakukannya; di mana tubuh Buddha ( rupa-kaya ) melakukannya; di mana ruang hampa melakukannya; dan makhluk hidup mempraktekkan disiplin dengan sukses karena berbagai penyebab ini. Juga digunakan untuk tujuan yang sama adalah; mimpi, ilusi, bayangan, gema, bayangan dalam cermin, bulan di atas air, kobaran api, suara, kata, ucapan dan tulisan, tanah Buddha yang murni dan bersih, keheningan tanpa kata atau ucapan, tanpa menunjuk, membedakan, tindakan, maupun aktivitas. Demikianlah Ananda, apapun yang dilakukan Buddha, baik dengan mengungkapkan maupun menyembunyikan keagungan menakjubkan Mereka, adalah tugas penyelamatan. Ananda, disebabkan oleh ke-4 khayalan utama ( sehubungan dengan ego )178 bercabang ke dalam 84.000 pencemaran yang menyebabkan makhluk hidup menderita kesusahan dan kesengsaraan, para Buddha menempatkan diri Mereka ke dalam percobaan ini untuk melakukan

Seorang Bodhisattva melewati 10 tahap perkembangan untuk menjadi seorang Mahasattva dan tahap ke-11 untuk menjadi seorang Buddha lengkap; tahap inilah yang dicapai oleh Maitreya yang berdiam di surga Tusita sekarang sebelum datang ke dunia ini sebagai Buddha berikutnya. 177 Ke-32 ciri fisik seorang Buddha; lihat penjelasan terperinci Chan and Zen Teaching, First Series, halm 178. 178 Ke-4 khayalan utama ( basic delusion ); tiada pencerahan sehubungan dengan ego; berpegangan pada ide ego; harga diri, egoism, kebanggaan diri; dan memikirkan diri sendiri atau nafsu.

176

112

tugas penyelamatan-Nya. Inilah yang disebut memasuki pintu Buddha Dharma menuju Penerangan ( Dharma-paryaya ). Sewaktu memasuki Pintu Dharma ini, jika seorang Bodhisattva melihat semua tanah Buddha yang bersih, dia tidak boleh membangkitkan kegembiraan, keinginan, dan kebanggaan; dan jika dia melihat semua tanah Buddha yang tidak bersih,179 dia tidak boleh membangkitkan kesedihan, rintangan, dan kekecewaan; dia harus mengembangkan pikiran yang murni dan bersih untuk menghormati semua Tathagata yang jarang muncul dan yang pahalanya setara, kendatipun kemunculan Mereka di negeri yang berbeda ( bersih dan tidak bersih ) untuk mengajari dan mengubah makhluk hdup. Ananda, engkau bisa melihat tanah Buddha ( yaitu bersih dan tidak bersih ), tetapi engkau tidak bisa melihat perbedaan di dalam ruang angkasa yang sama di mana-manapun. Demikian pula, tubuh fisik para Buddha berbeda satu sama lainnya,180 tetapi sifat Maha Tahu Mereka adalah sama. Ananda, sifat ( hakiki ) dari tubuh para Buddha, disiplin, ketenangan, pembebasan, dan pengetahuan sempurna tentang pembebasan, ( 10 ) kekuatan, ( 4 ) ketidakgentaran, ( 18 ) ciri tak tertandingi, cinta kasih dan belas kasih tak terbatas Mereka, perbuatan luhur Mereka, kehidupan Mereka yang tak terhingga, pembabaran Dharma Mereka untuk mengajari dan membimbing makhluk hidup dan memurnikan tanah Buddha, adalah sama semuanya. Oleh sebab itu Mereka dijuluki Samyak Sambuddha,181 Tathagata,182 dan Buddha.183 Ananda, jika Aku memberitahukan padamu arti sepenuhnya dari ke-3 gelar ini, engkau akan menghabiskan seluruh kalpa tanpa mendengarnya secara lengkap. Bahkan, sekalipun chiliocosmos besar ini penuh dengan makhluk hidup yang merupakan pendengar yang baik dan seperti kamu yang mampu mengingat segala Dharma yang mereka dengar, mereka juga akan menghabiskan seluruh kalpa tanpa bisa mendengar penjelasan-Ku sepenuhnya ( dari ke-3 gelar ini ).
179 180

Yaitu dunia yang tidak bersih ini, yang merupakan Tanah Buddha Sakyamuni. Rupa-kaya materil dibandingkan dengan Dharmakaya yang immateril. 181 Samyaksambuddha: Yang Maha Tahu. 182 Tathagata: YangAbsolut dan datang sebagaimana semua Buddha lainnya. 183 Buddha: Yang Diterangi.

113

Karena, Ananda, penerangan sempurna dari Buddha itu tak terbatas dan kebijaksanaan serta kemampuan berbicara-Nya tidak terbayangkan. Ananda berkata, Mulai sekarang aku tidak berani mengaku telah mendengarkan banyak Dharma. Sang Buddha menjawab, Ananda, janganlah berkecil hati. Mengapa ? Karena Aku telah mengatakan bahwa engkau telah mendengarkan lebih banyak Dharma daripada Sravaka lainnya, tetapi tidak bila dibandingkan para Bodhisattva. Ananda seorang bijak tidak boleh membuat taksiran terbatas terhadap tahap Bodhisattva ( karena ) dalamnya lautan bisa diukur tetapi ketenangan, kebijaksanaan, keadaan tak terganggu, kemampuan berbicara, dan segala pahala dari seorang Bodhisattva tidak dapat diukur. Ananda, marilah kita kesampingkan perilaku Bodhisattva. Kekuatan transenden yang diperagakan oleh Vimalakirti hari ini tidak bisa dicapai oleh Sravaka dan Pacceka Buddha manapun dengan menggunakan kekuatan spirituil Mereka selama ratusan dan ribuan kalpa. Kemudian para Bodhisattva tamu merangkapkan tangan Mereka dan berkata kepada Hyang Buddha, Yang Dijunjungi, sewaktu kami pertama kali melihat dunia ini, kami berpikir tentang kerendahannya ( inferiority ), tetapi sekarang kami menyadari pendapat kami yang keliru. Mengapa ? Karena cara bijaksana ( upaya ) yang digunakan semua Buddha adalah tak terbayangkan;184 dengan maksud menyelamatkan makhluk hidup, Mereka muncul di tanah Buddha berbeda yang cocok untuk tujuan ini. Yang Dijunjungi, berikanlah kepada kami sedikit Dharma agar bila kembali ke negeri kami, kami bisa senantiasa mengingatMu. Hyang Buddha berkata kepada mereka, Ada Dharma terhabiskan ( exhaustible ) dan tidak terhabiskan ( in-exhaustible ) yang perlu kalian pelajari. Apakah itu yang terhabiskan ? Itu adalah Dharma aktif ( duniawi ). Apakah itu yang tidak terhabiskan ? Itu adalah Dharma tidak aktif ( di luar duniawi ). Sebagai

Yaitu cara bijaksana seperti menunjukkan negeri Sarvagandhasughanda dan nasi wanginya untuk mendorong mereka yang melihatnya agar memusatkan pikiran dalam pencarian pembebasan tak terbayangkan.

184

114

Bodhisattva engkau tidak boleh menghabiskan ( atau mengakhiri keadaan ) duniawi, juga tidak boleh berdiam di dalam ( keadaan ) yang di luar duniawi.185 Apakah yang dimaksudkan tidak menghabiskan ( keadaan ) duniawi ? Itu berarti tidak meninggalkan perbuatan baik; tidak meninggalkan belas kasihan besar; mengembangkan pikiran luhur yang dipusatkan untuk mencari segala pengetahuan ( sarvajna atau pengetahuan Buddha ) tanpa bersantai sejenak pun; mengajar dan mengubah makhluk hidup tanpa mengenal lelah; mempraktekkan secara teratur ke-4 tindakan simpatik Bodhisattva; mempertahankan Dharma yang benar sekalipun harus mempertaruhkan tubuh dan nyawa sendiri; menanam semua akar keunggulan tanpa bosan; penerapan cara bijaksana ( upaya ) dan pelimpahan ( parinamana ) tanpa berhenti; pencarian Dharma yang tidak berakhir; pembabarannya yang lengkap; pemujaan semua Buddha dengan rajin; dan dari itu ketidakgentaran sewaktu memasuki arus kelahiran dan kematian; absennya kegembiraan bila dihormati dan kesedihan bila tercela; tidak memandang rendah orang yang tidak mempraktekkan Dharma;186 menghormati orang yang mempraktekkan Dharma seolah mereka itu Buddha; membantu mereka yang menderita dari klesa untuk mengembangkan pikiran yang benar; menjauhi ( keinginan dan ) kenikmatan tanpa membanggakan ( sikap yang mulia ini ); tidak mengutamakan kebahagiaan sendiri tetapi bergembira atas kebahagiaan orang lain; menganggap kebahagiaan sendiri di dalam keadaan Samadhi sebagai sama dengan di neraka; menganggap berdiamnya sendiri di dalam samsara ( yaitu keadaan kelahiran dan kematian ) sebagai sama dengan berjalan di taman;187 membangkitkan pikiran untuk menjadi Guru Dharma yang baik sewaktu bertemu dengan mereka yang mencarinya; merelakan segala milik
Sekalipun yang duniawi atau keadaan kausatif itu palsu, jika Bodhisattva meninggalkannya, mereka tidak akan mencapai tugas besar penyelamatan; dan sekalipun yang di luar duniawi atau keadaan non-kausatif adalah realitas, jika mereka berdiam di dalamnya kebijaksanaan mereka akan tidak lengkap karena ini merupakan pencerahan diri dan bukan pencerahan universal. Karena jika mereka tidak meninggalkan keadaan duniawi mereka akan bisa menyelamatkan makhluk hidup dan pahala mereka akan tak terbatas, dengan demikian mengatasi semua rintangan yang dialami manusia duniawi; di pihak lain, jika mereka tidak berdiam dalam keadaan di luar duniawi atau nirvana, kebijaksanaannya akan bebas dari dualitas atas subyek ( diri ) dan obyek ( nirvana ), dan akan menjadi tak terbatas, dengan demikian mengatasi semua rintangan yang dihadapi manusia Hinayana. 186 Karena mereka juga memiliki sifat Buddha dan pada akhirnya mungkin bisa mencapai penerangan sebelum kamu. 187 Baik kalimat ini maupun yang sebelumnya mengajarkan persamaan ke-2 ekstrem yang tidak mempunyai tempat di dalam keadaan absolut.
185

115

untuk mencapai segala pengetahuan ( sarvajna ); membangkitkan pikiran penyelamatan sewaktu melihat mereka yang melanggar sila; menganggap ( ke-6 ) penyempurnaan dengan sayang bagaikan orang tua sendiri; menganggap ( ke-37 ) kondisi pembantu penerangan bagaikan family sendiri yang sangat membantu; menanam segala akar keunggulan tanpa pembatasan apapun; mengumpulkan hiasan gemilang dari semua tanah suci untuk membentuk tanah Buddha-Nya sendiri; pemberian Dharma yang tak terbatas untuk memenangkan segala ciri fisik unggul ( dari Buddha ); menghapuskan semua kejahatan untuk memurnikan tubuh, mulut, dan pikiran sendiri; mengembangkan keberanian yang tidak menyusut sewaktu mengarungi lautan samsara di dalam kalpa yang tak terhitung; tekad yang tak kenal lelah untuk mendengarkan ( kisah ) pahala dari Buddha yang tak terbatas; menggunakan pedang kebijaksanaan untuk menghancurkan bandit klesa ( godaan ) guna membimbing makhluk hidup keluar dari ( alam ke-5 ) skanda dan ( 12 ) pintu masuk ( ayatana ) agar bisa membebaskan mereka selamalamanya; menggunakan ketaatan yang teguh untuk menghancurkan pasukan setan; pencarian kebijaksanaan yang tak terhenti untuk menghindari kebanggaan ( diri ); puas dengan sedikit keinginan sambil tidak melarikan diri dari dunia ini untuk melanjutkan tugas penyelamatan Bodhisattva, tidak tercela dalam tingkah laku dan sikap tubuh sewaktu memasuki dunia ( untuk mengubah makhluk hidup ); menggunakan kekuatan transenden yang berasal dari kebijaksanaan untuk membimbing dan mengarahkan semua makhluk hidup; menggunakan kekuatan trasenden yang berasal dari kebijaksanaan untuk membimbing dan mengarahkan semua makhluk hidup; mengendalikan proses berpikir ( Dharani ) agar tidak pernah melupakan Dharma; mengetahui akar dari semua makhluk hidup untuk memutuskan keraguan dan kecurigaan mereka ( atas sifat hakiki dirinya ); menggunakan kemampuan berbicara untuk mengajarkan Dharma tanpa hambatan; menyempurnakan 10 perbuatan baik untuk memenangkan pahala dari manusia dan dewa agar bisa terlahir di antara mereka untuk menyebarkan Dharma ); mempraktekkan ke-4 pikiran tak terhingga untuk mengajar di surga Brahma; bergembira karena diundang untuk membabarkan dan memuji Dharma guna memenangkan metode mengajar dari Buddha ( yang trampil ); mencapai keunggulan tubuh, mulut, dan pikiran untuk memenangkan sikap tubuh yang menimbulkan hormat dari Buddha; mempraktekkan ( secara dalam ) Dharma yang
116

baik untuk membuat perbuatannya tak terlampaui; mempraktekkan Mahayana agar menjadi bhiksu Bodhisattva; dan mengembangkan pikiran tidak-mengalamikemunduran agar tidak kehilangan segala pahala unggul. Inilah yang disebut Bodhisattva tidak menghabiskan keadaan duniawi. Apakah yang dimaksud Bodhisattva tidak berdiam dalam keadaan di luar duniawi ( nirvana ) ? Itu berarti mempelajari dan mempraktekkan yang immaterial tetapi tidak berdiam di dalam kehampaan;188 mempelajari dan mempraktekkan yang tidak berwujud dan tidak bergerak tetapi tidak berdiam di dalamnya; mempelajari dan mempraktekkan yang berada di luar penyebab tetapi tidak tinggal di dalamnya; memahami ketidakkekalan tanpa meninggalkan akar penyebab baik;189 memahami penderitaan di dunia tanpa membenci kelahiran dan kematian ( yaitu samsara );190 memahami absennya ego sambil terus mengajari segenap makhluk hidup tanpa kenal lelah;191 memahami nirvana tanpa keinginan berdiam di dalamnya selamanya;192 memahami pelepasan ( atas nirvana ) sambil memusatkan tubuh dan pikiran sendiri untuk mempraktekkan semua perbuatan baik;193 memahami ( ketiadaan ) tujuan dari semua hal / benda;194 sambil memusatkan pikiran untuk mempraktekkan tindakan unggul ( sebagai tujuan sejati );195 memahami yang tidak terlahir ( yaitu yang tidak tercipta ) sambil berdiam di dalam ( ilusi dari ) kehidupan untuk memikul tanggung jawab ( menyelamatkan yang lain ); memahami keadaan tiada keinginan tanpa memutuskan arus keinginan ( agar bisa menetap di duna ini untuk membebaskan yang lain ); menyelidiki keadaan tiada kegiatan sambil mengamalkan Dharma
Karena jika seeorang berdiam di dalam kehampaan, ia akan tidak bisa melanjutkan tugas penyelamatan. Walaupun penyebab baik juga tidak permanen tetapi membentuk karma baik yang membuahkan pahala baik dan juga menyumbang dalam pencapaian penerangan. 190 Dia harus mengangkat dirinya di atas cinta dan kebencian untuk menghapuskan semua dualitas guna memenangkan penerangan. 191 Walaupun keadaan tak ber-ego mengandung arti tidak beradanya makhluk hidup, pembabaran Bodhisattva yang tidak kenal lelah diperlukan untuk pencerahan dirinya dan pencerahan yang lain. 192 Nirvana adalah keadaan keheningan sempurna dan pemadaman total dari semua keberadaan duniawi tetapi seorang Bodhisattva tidak tinggal di dalamnya bagaikan penganut HInayana yang hanya mencari pencerahan diri. 193 Ada 3 rintangan yang harus dihindari; ke-5 kenikmatan, klesa, dan nirvana. Yang dimaksudkan oleh text adalah rintangan ke-3 atau nirvana yang harus ditinggalkan agar tidak terjebak dalam nirvana relatif yang dicari oleh penganut Hinayana dan untuk memenangkan pahala tak terbatas yang menuju penerangan sempurna atau parinirvana. 194 Semua hal / fenomena adalah tidak nyata dan tidak datang maupun pergi. 195 Untuk memenangkan pahala tak terbatas yang mendukung realisasi penerangan.
189 188

117

untuk mengajar dan mengubah makhluk hidup; memahami keadaan tiada apapun tanpa melupakan ( tentang ) welas asih yang besar; memahami posisi yang benar ( yaitu nirvana ) tanpa mengikuti kebiasaan Hinayana( untuk berdiam di dalamnya ); memahami irrealistisnya semua fenomena yang tidak bertahan maupun mempunyai sifat bebas, dan yang tak ber-ego dan tak berwujud, tetapi karena ikrar fundamentilnya sendiri belum terpenuhi seluruhnya, dia tidak boleh menganggap pahala, ketenangan, dan kebijaksanaan sebagai tidak nyata sehingga dengan demikian berhenti mempraktekkannya. Inilah yang disebut Bodhisattva tidak berdiam di dalam keadaan tidak aktif. Selain itu, untuk memenangkan pahala, seorang Bodhisattva tidak berdiam dalam yang-di-luar-duniawi, dan untuk memperoleh kebijaksanaan dia tidak menghabiskan yang-duniawi. Karena cinta kasih dan belas kasihnya yang besar dia tidak berdiam dalam yang-di-luar-duniawi, dan untuk memenuhi semua ikrarnya dia tidak menghabiskan semua yang duniawi. Untuk mengumpulkan obat Dharma dia tidak berdiam dalam yang-di-luar-duniawi, dan untuk memberikan pengobatan dia tidak menghabiskan yang-duniawi. Karena dia mengetahui penyakit semua makhluk hidup dia tidak berdiam dalam yang-di-luarduniawi, dan karena dia ingin mengobati sakit mereka, dia tidak menghabiskan yang-duniawi. Orang bajik, seorang Bodhisattva yang mempraktekkan Dharma ini tidak menghabiskan yang duniawi maupun berdiam dalam yang-di-luar-duniawi. Inilah yang disebut Pintu Dharma Terhabiskan dan Tidak Terhabiskan Menuju Pembebasan yang harus kalian pelajari. Sesudah mendengarkan Sang Buddha membabarkan Dharma, para Bodhisattva tamu dipenuhi rasa gembira dan menghujani bunga ( surgawi ) berbagai warna dan keharuman dari chiliocosmos besar sebagai persembahan kepada Hyang Buddha maupun ajaran-Nya. Kemudian mereka bersujud di kaki Hyang Buddha dan memuji Ajaran-Nya yang belum pernah mereka dengar sebelumnya dengan berkata, Penggunaan metode bijaksana ( upaya ) yang
118

trampil dari Buddha Sakyamuni sungguh menakjubkan. Sesudah berkata demikian mereka menghilang untuk kembali ke negeri mereka.

119

BAB XII MELIHAT BUDDHA AKSOBHYA196


Kemudian Hyang Buddha bertanya kepada Vimalakirti, Bagaimana engkau berbicara tentang kedatanganmu ke sini untuk melihat Tathagata, tetapi bagaimanakah engkau memandang-Nya dengan seimbang ?197 Vimalakirti menjawab, Melihat realitas dalam tubuh sendiri adalah melihat Buddha.198 Aku melihat Tathagata tidak datang di masa lalu, tidak akan pergi di masa yang akan datang, dan tidak berdiam di masa sekarang. Tathagata itu tidak terlihat di dalam wujud ( rupa, skanda pertama ), pemadaman wujud maupun sifat hakiki dari wujud. Dia tidak terlihat di dalam tanggapan ( vedana ), konsepsi ( sanjna ), diskriminasi ( samskara ), dan kesadaran ( vijnana ) ( yaitu ke-4 skanda lainnya ), pemadamannya dan sifat hakikinya. Tathagata itu tidak berbentuk oleh ke-4 elemen ( tanah, air, api, dan udara ) karena Dia itu ( immaterial ) bagaikan ruang angkasa. Dia tidak berasal dari penggabungan ke-6 pintu masuk ( yaitu ke-6 organ indera ) karena Dia berada di luar mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan intelek. Dia berada di luar ke-3 dunia ( dari keinginan, wujud, dan tak berwujud ) karena Dia bebas dari ke-3 pencemaran ( keinginan, amarah, dan kebodohan ). Dia selaras dengan ke-3 gerbang ke nirvana dan telah mencapai ke-3 keadaan penerangan ( atau ke-3 pengertian ) yang tidak berbeda dari ( sifat hakiki ) tiada pencerahan. Dia itu bukan kesatuan maupun perpecahan, bukan kedirian
Dunia Sarvagandhasugandha yang diungkapkan sebelumnya adalah dimaksudkan agar penganut Hinayana membandingkan kemurniannya terhadap kekotoran dunia Saha untuk mendorong mereka mengembangkan pikiran Mahayana dan dan mempraktekkan Jalan Bodhisattva. Bab ini mengungkapkan tanah suci Buddha Aksobhya untuk mengajarkan bahwa suatu tanah itu murni bila pikiran murni dan tidak murni bila pikiran kotor, dan bahwa tidak ada tanah murni yang terlepas dari dunia yang kotor ini, karena pada saat pencerahan tanah sucinya adalah di sini, pada saat dan tempat itu juga, dan bukan di manapun. 197 Yaitu bagaimana engkau memandang-Nya dengan seimbang ? Hyang Buddha menunjuk ucapan Vimalakirti pada Manjusri, Sekarang kita bisa berangkat dan melihat Sang Buddha. ( lihat hal.. paragraph.. ) dan bertanya pada sang Upasaka bagaimana Dia akan memandang Tathagata. 198 Ini bagaikan melawan arus ( tubuh ) untuk mencapai hulunya ( sifat Buddha di dalam manusia ) karena semua hal / benda timbul dari pikiran, yang jika terbebas dari ikatan adalah penerangan. Karena realitas itu bukan wujud maupun tak-berwujud, bukan kesatuan maupun perpecahan, bukan ini maupun itu, melainkan cahaya tunggal nyata yang merupakan isi pikiran yang sama dalam satu makhluk hidup maupun dalam seorang Buddha. Dengan demikian melihat realitas di dalam tubuh adalah cara memandang Sang Buddha. Dengan perkataan lain, untuk melihat Tathagata seorang harus melihat ke dalam pikiran sendiri ( di dalam tubuhnya ) yang merupakan tujuan dari ajaran Chan dan metode yang diajarkan oleh Avalokitesvara di dalam Surangama Sutra ( lihat The Surangama Sutra, hal 135 ).
196

120

maupun yang lainnya , bukan wujud maupun tak berwujud199 bukan di pantai sini ( dari tiada pencerahan ) maupun di pantai sana ( dari pencerahan ) maupun di arus tengah200 sewaktu mengubah makhluk hidup. Dia memahami kondisi nirvana ( atas keheningan dan pemadaman keberadaan duniawi ) tetapi tidak berdiam di dalam pemadaman permanennya.201 Dia itu bukan ini maupun itu dan tidak bisa diungkapkan oleh ke-2 ekstrem ini.202 Dia tidak bisa diketahui oleh intelek atau dicerap oleh kesadaran.203 dIa itu tidak terang maupun gelap. Dia tidak bernama dan tidak berwujud,204 tidak kuat maupun lemah, bukan bersih maupun tidak bersih,205 tidak di dalam tempat tertentu maupun di luar dari itu,206 dan bukan yang-duniawi maupun yang-di-luar-duniawi. Dia tidak dapat 207 ditunjukkan maupun dibicarakan. Dia tidak murah hati maupun egois; Dia tidak memegang maupun melanggar larangan; berada diluar kesabaran dan amarah, kerajinan dan kelalaian, keheningan dan gangguan. Dia tidak pintar maupun bodoh, dan tidak jujur maupun menipu. Dia tidak datang maupun pergi, dan tidak memasuki maupun meninggalkan. Dia berada di luar jangkauan kata dan ucapan.208 Dia bukanlah ladang berkah maupun kebalikannya, bukan pantas maupun tak pantas untuk pemujaan dan persembahan. Dia tidak bisa diraih maupun dilepas serta berada di luar adalah ( is ) dan bukan ( is not ). Dia setara dengan realitas dan dengan sifat Dharma ( Dharmata ) serta tidak dapat ditandai dan ditaksir, karena Dia berada di luar menaksir dan mengukur. Dia tidak besar maupun kecil, tidak terlihat maupun terdengar, tidak bisa dirasakan atau diketahui, bebas dari segala simpul dan ikatan; setara dengan segala pengetahuan dan dengan sifat ( hakiki ) dari segala makhluk hidup, dan tidak bisa dibedakan
Dia bebas dari ikatan terhadap nirvana tak berwujud dan wujud ilusi di dalam samsara. Dia berada di luar dualitas tak berpencerahan dan pencerahan, dan tidak berdiam di dalam arus tengah untuk mengubah semua makhluk hidup. 201 Nirvana aadalah keadaan keheningan dan pemadaman semua keberadaan duniawi yang tidak bisa merupakan subyek pemusnahan lebih lanjut. Lagipula, dia tidak berdiam di dalam nirvana agar bisa memikul tugas penyelamatan. 202 Karena Dia itu tidak mendua dan absolut. 203 Karena Dia itu tidak terpikirkan. 204 Karena Dia itu berada di luar nama dan rupa, mata rantai ke-4 dari 12 nidana atau mata rantai kehidupan bersyarat. 205 Dia berada di luar segala relativitas dan pertentangan. 206 Dia berada di luar ruang karena Dia Maha Ada. 207 Karena Dia itu tak terbayangkan. 208 Dia telah mencapai tahap yang tak terungkapkan dengan ucapan maupun tulisan.
200 199

121

dari segala hal / benda. Dia berada di luar keuntungan dan kerugian, bebas dari pencemaran dan kesusahan ( klesa ), berada di luar menciptakan dan menimbulkan ( apapun ), berada di luar kelahiran dan kematian, berada di luar ketakutan dan kekuatiran, berada di luar suka dan tidak suka, dan berada di luar keberadaan di masa lalu, yang akan datang dan sekarang. Dia tidak dapat diungkapkan dengan kata, ucapan, pembedaan, dan penunjukan. Yang Dijunjungi, dengan tubuh dari Tathagata yang demikian, melihat-Nya seperti yang disebutkan di atas adalah benar sedangkan melihat-Nya selain daripada itu adalah tidak benar. Kemudian Sariputra bertanya pada Vimalakirti, Di manakah tempat engkau meninggal agar terlahir di sini ?209 Vimalakirti bertanya kembali, Apakah Dharma ( Sravaka ) yang telah engkau capai merupakan subyek kematian dan kelahiran kembali ?210 Sariputra menjawab, Dharma itu berada di luar kematian dan kelahiran. Vimalakirti bertanya, Jika tidak ada kelahiran maupun kematian mengapa engkau bertanya padaku, Di manakah tempat engkau meninggal agar terlahir di sini ? Apakah pendapatmu tentang laki-laki dan perempuan ilusi yang diciptakan oleh seorang pengkhayal, apakah mereka itu subyek kematian dan kelahiran ? Sariputra menjawab, Mereka bukan subyek kematian dan kelahiran. Apakah engkau tidak mendengar Hyang Buddha berkata bahwa segala hal / benda adalah ilusi ? Vimalakirti menjawab, Ya, jika segala hal / benda adalah ilusi, mengapa engkau bertanya padaku di mana aku meninggal agar terlahir di sini ? Sariputra, kematian adalah tidak nyata dan memperdayakan, dan berarti kebusukan dan kehancuran ( bagi manusia duniawi ), sedangkan kehidupan yang juga tidak nyata dan memperdayakan berarti kesinambungan baginya. Bagi Bodhisattva sekalipun
Sariputra mengagumi kemampuan berbicara Vimalakirti dan bertanya di mana Dia belajar semua ini sebelum kelahiran-Nya di Vaisali. 210 Sariputra telah mencapai tak terlahirkan sebagaimana diajarkan oleh Hinayana yang mengajarkan bahwa kelahiran dan kematian adalah ilusi dan palsu.
209

122

dia menghilang ( di suatu tempat ) dia tidak mengakhiri ( perbuatan baik ) kebaikannya, dan sekalipun dia muncul kembali ( di tempat lain ) dia mencegah timbulnya kejahatan.211 Setelah itu Hyang Buddha berkata kepada Sariputra, Ada suatu tanah ( Buddha ) yang disebut alam Abhirati ( Penuh Kegembiraan ). Buddhanya adalah Buddha Aksobhya,212 di mana Vimalakirti menghilang untuk datang ke sini.213 Sariputra berkata, Sungguh suatu hal yang langka, Yang Dijunjungi, bahwa orang ini bisa meninggalkan suatu tanah suci untuk datang ke dunia yang dipenuhi kebencian dan bahaya ini. Vimalakirti bertanya kepada Sariputra, Sariputra, apa pendapatmu tentang cahaya sang surya; bila ia muncul apakah cahaya itu bersatu dengan kegelapan ? Sariputra menjawab, Di mana ada cahaya sang surya di situ tidak ada kegelapan. Vimalakirti bertanya, Mengapa sang surya bersinar di atas Jambudvipa ( bumi ) ini ? Sariputra menjawab, Ia bersinar untuk mengusir kegelapan. Vimalakirti berkata, Demikian pula, seorang Bodhisattva sekalipun terlahir di dalam tanah Buddha yang tidak bersih, tidak bersatu dan bergabung dengan kegelapan dan ketidaktahuan, tetapi ( mengajarkan dan ) mengubah makhluk hidup untuk menghancurkan kegelapan klesa. Sewaktu persamuwan mengagumi dan ingin melihat Tathagata Aksobhya, para Bodisattva dan Sravaka dari tanah suci Abhirati, Hyang Buddha yang membaca pikiran mereka berkata pada Vimalakirti, Orang bajik, tolong perlihatkan Tathagata Aksobhya, para Bodhisattva dan Sravaka dari tanah Abhirati kepada persamuwan ini.
Vimalakirti membicarakan kelahiran dan kematian yang nyata bagi manusia duniawi tetapi palsu bagi Bodhisattva. 212 Buddha Abadi, tidak terganggu dan tenang ( di tengah kerusuhan di Timur ). 213 Hyang Budha mengungkapkan negeri asal yang ditinggalkan Vimalakirti sebelum datang ke Vaisali untuk menyelamatkan manusia.
211

123

Vimalakirti berpendapat bahwa dia harus, sambil tetap di tempat dudukNya, mengambil dunia Abhirati dengan tangan-Nya berikut pegunungan yang melingkarinya,214 bukit, sungai, kali, jurang, mata air, laut, Semeru, matahari, bulan, bintang, planet, istana naga, hantu, roh halus, dan dewa, Bodhisattva, Sravaka, kota, desa, laki-laki dan perempuan dari segala umur, Tathagata Aksobhya, pohon bodhi dan bunga teratai-Nya yang indah, yang digunakan untuk melakukan tugas penyelamatan Buddha di 10 penjuru, maupun ke-3 tangga dengan tapakan permata yang menghubungkan Jambudvipa dengan Trayastrimsa,215 melalui mana para dewa turun ke bumi untuk memberikan penghormatan kepada Tathagata Aksobhya dan mendengarkan Dharma-Nya, dan melalui mana manusia naik ke Trayastrimsa untuk bertemu para dewa. Semua ini merupakan hasil pahala tak terhitung dari alam Abhirati, dari surga Akanistha216 di atas sampai ke lautan di bawah217 dan diangkat oleh Vimalakirti dengan mudahnya, bagaikan seorang pembuat tembikar mengangkat jenteranya, membawa segalanya ke bumi untuk diperlihatkan kepada persamuwan bagaikan memperlihatkan hiasan kepala-Nya sendiri. Vimalakirti kemudian memasuki keadaan Samadhi dan menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk mengambil ( dengan tangan kanan-Nya ) dunia Abhirati yang ditaruh-Nya di bumi ini. Para Bodhisattva, Sravaka, dan beberapa dewa yang telah mencapai kekuatan transenden bertanya pada Buddha mereka, Yang Dijunjungi, siapakah yang telah memindahkan kita ? Maukah Engkau melindungi kami ? Sang Buddha Abadi berkata, Ini bukanlah perbuatan-Ku, melainkan oleh Vimalakirti, yang menggunakan kekuatan transenden-Nya. Tetapi mereka yang belum memperoleh kekuatan transenden tidak mengetahui maupun merasakan bahwa mereka telah berpindah tempat. Dunia Abhirati tidak berkembang maupun menyusut sesudah ditempatkan di bumi yang mana tidak terjejali maupun direnggangi sambil tidak berubah seperti sedia kala.

Yaitu cakrawala yang membentuk lingkaran dunia Abhirati Trayastrimsa: surga dari ke-33 dewa, ke-2 dari surga nafsu. 216 Surga Akanistha:surga wujud yang paling tinggi 217 Di atas Sumeru adalah surga Indra; di bawahnya adalah ke-4 deva loka; di sekelilingnya adalah ke-8 lingkaran pegunungan, dan di antaranya ke-8 lautan, keseluruhan dari itu membentuk 9 pegunungan dan 8 lautan.
215

214

124

Pada saat itu Buddha Sakyamuni berkata pada persamuwan, Pandanglah Tathagata Aksobhya dari Tanah Abhirati yang indah, di mana para Bodhisattva hidup dengan murni dan siswa dari Hyang Buddha adalah tidak bernoda. Persamuwan menjawab, Ya, kami telah melihatnya. Hyang Buddha menjawab, Jika seorang Bodhisattva ingin hidup di dalam tanah Buddha yang murni dan bersih seperti ini, dia harus mempraktekkan jalan yang ditempuh oleh Tathagata Aksobhya. Sewaktu tanah murni Abhirati muncul, 14 nayuta manusia di dunia Saha ini mengembangkan pikiran yang dipusatkan pada penerangan sempurna, dan berikrar untuk terlahir kembali di alam Abhirati. Buddha Sakyamuni kemudian meramalkan kelahiran kembali mereka nanti di situ. Sesudah ( para Bodhisattva tamu ) melakukan tugas penyelamatan untuk kebaikan makhluk hidup di dunia ini, tanah murni Abhirati kembali ke tempatnya semula, dan ini terlihat oleh seluruh persamuwan. Kemudian Hyang Buddha berkata kepada Sariputra, Apakah engkau telah melihat dunia Abhirati dan Tathagata Aksobhya ? Sariputra menjawab, Ya, Yang Dijunjungi, aku telah melihatnya. Semoga segenap makhluk hidup memenangkan tanah suci seperti kepunyaan Buddha Aksobhya ini dan memperoleh kekuatan transenden seperti yang dimiliki Vimalakirti ! Yang Dijunjungi, kami telah mendapat manfaat besar dari bertemu dan memberikan penghormatan pada orang ini sekarang. Dan makhluk hidup yang mendengarkan sutra ini sekarang atau sesudah nirvana-nya Buddha juga akan mendapatkan manfaat besar; apalagi jika sesudah mendengarnya mereka percaya, mengerti, menerima, dan mempertahankannya atau membaca, mengucapkan, menerangkan, dan mengajarkannya, serta mempraktekkan sesuai dengan Dharmanya. Dia yang menerima sutra ini dengan kedua tangan, sesungguhnya telah mengamankan harta permata Dharma; jika sebagai tambahan, dia membaca, mengucapkan, mengerti artinya dan mempraktekkan sesuai dengan itu, dia akan diberkahi dan dilindungi oleh semua Buddha. Mereka yang memberikan persembahan kepada orang ini ( Vimalakirti ) akan secara
125

otomatis melalui Dia memberikan persembahan kepada semua Buddha. Dia yang menyalin sutra ini dan mempraktekkannya, akan dikunjungi oleh Tathagata yang akan datang ke rumahnya. Dia yang bergembira sesudah mendengarkan sutra ini, ditakdirkan akan memperoleh segala pengetahuan ( sarvajna ). Dan dia yang bisa mempercayai dan mengerti sutra ini, atau bahkan ( salah satu ) dari gatha 4 baris manapun dan mengajarkannya pada yang lain, akan menerima ramalan ( dari Buddha ) atas pencapaian penerangan sempurnanya di masa yang akan datang.

126

BAB XIII PERSEMBAHAN DHARMA


Setelah itu, Sakra,218 yang berada di dalam persamuwan berkata kepada Hyang Buddha, Yang Dijunjungi, sekalipun aku telah mendengarkan ratusan dan ribuan sutra yang dibabarkan oleh-Mu dan Manjusri, aku belum mendengar Sutra Tak Terbayangkan tentang kekuatan transenden tertinggi dan realitas mutlak ini. Menurut pengertianku dari ajaran-Mu barusan, jika makhluk hidup yang mendengarkan Dharma dari Sutra ini percaya, mengerti, menerima, mempertahankan, membaca, dan mengucapkannya,mereka tentunya akan mendapatkan Dharma ini. Apalagi bila seseorang mempraktekkannya sesuai dengan yang diajarkan; dia akan menutup semua pintu menuju kehidupan rendah dan akan membuka semua pintu menuju keberkahan, akan memperoleh kesempurnaan Buddha, akan menaklukkan aliran menyimpang, menghancurkan iblis, mengembangkan Bodhi, menyiapkan tempat penerangan ( Bodhimandala ) dan mengikuti jejak Tathagata. Yang Dijunjungi, jika ada orang yang menerima, mempertahankan, membaca, mengucapkan, dan mempraktekkan Sutra ini, aku dan pengikut-Ku akan memberikan segala kebutuhan hidup mereka. Jika sutra ini disimpan di suatu kota atau desa, di taman atau di gurun, aku dan pengikutku akan datang ke tempat di mana sutra ini diajarkan untuk mendengarkan Dharmanya. Aku akan membuat mereka yang tidak percaya untuk mengembangkan keyakinan terhadap kotbah ini. Sedangkan terhadap mereka yang percaya aku akan melindunginya. Hyang Buddha berkata, Bagus, Sakra, bagus; sungguh menyenangkan untuk mendengar apa yang baru engkau katakan. Sutra ini memberikan penjelasan yang terperinci tentang penerangan tertinggi tak terbayangkan yang dicapai oleh Buddha masa lalu, yang akan datang, dan sekarang.219 Oleh sebab itu, Sakra, jika seorang laki-laki atau perempuan bajik menerima, menyimpan, membaca, mengucapkan, dan menghormati sutra ini,
Sakra, penguasa surga ke-33, pn 158 Lihat juga hal.. dan .. tentang urutan ke-3 masa waktu ( lampau, yang akan datang, dan sekarang ) yang kelihatan aneh bagi ilmuwan modern yang tidak mengetahui dalamnya arti sutra Mahayana.
219 218

127

sikap yang demikian itu setara dengan memberikan persembahan kepada Buddha masa lalu, yang akan datang, dan sekarang. Sakra, jika chiliocosmos besar ini dipenuhi dengan Tathagata tak terhitung sebanyak tanaman tebu, bambu, alangalang, biji padi dan biji rami di ladangnya; dan jika seorang laki-laki atau perempuan bajik yang telah menghabiskan seluruh kalpa ataupun suatu kalpa yang menyusut220 untuk memuja, menghormati, memuji, melayani, dan memberikan persembahan kepada para Buddha ini, dan kemudian sesudah nirvana ( meninggal ) nya Mereka, mengumpulkan peninggalan ( sharira )-Nya dan membangun stupa dengan 7 permata seluas ke-4 surga dewa ( dikumpulkan ) dan tingginya mencapai surga Brahma berikut menara yang indah, di mana dia memberikan persembahan dengan bunga, dupa, untaian batu mulia, panji, dan music merdu selama satu kalpa penuh maupun satu kalpa menyusut, Sakra, menurut pendapatmu besarkah pahalanya ? Sakra menjawb, Sangat besar, Yang Dijunjungi, dan adalah tidak mungkin untuk menghitung pahalanya selama ratusan dan ribuan kalpa. Sang Buddha berkata, Sakra, perlu engkau ketahui bahwa jika ada laki-laki atau perempuan bajik lainnya, yang sesudah mendengarkan Sutra Pembebasan Tak Terbayangkan ini, percaya, mengerti, menerima, menyimpan, membaca, mengucapkan, dan mempraktekkan sutra ini, pahalanya akan melampaui yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan bajik sebelumnya. Mengapa ? Karena bodhi ( penerangan ) dari semua Buddha berasal dari Dharma ini, dan oleh karena penerangan itu berada di luar segala ukuran, pahala dari sutra ini tidak dapat ditaksir. Sang Buddha melanjutkan, Dahulu kala, pada suatu kalpa tak terhitung di masa lampau, ada seorang Buddha yang disebut Bhaisajyaraja ( yang gelarnya adalah ); Tathagata221, Arahat,222 Samyaksambuddha,223 Vidya-CaranaSampanna,224 Sugata,225 Lokavid,226 Anuttara,227 Purusa-Damya-Sarathi,228 Sasta220

Kalpa yang menyusut, di mana usia kehidupan secara bertahap berkurang dibandingkan dengan kalpa berkembang di mana usia kehidupan bertambah dengan sama ( lihat Abhidharma-kosa-sastra ). 221 Tathagata; Yang Mutlak, ( yang ) datang sebagaimana semua Buddha lainnya, lihat juga hal.. 222 Arahat; yang layak dipuja. 223 Samyak-Sambuddha; Maha Tahu 224 Vidya-Carana-Sampanna; pengetahuan perilaku sempurna.

128

Devamanusyanam,229 dan Buddha-Lokanatha atau Bhagavan.230 Dunia-Nya disebut Mahavyuha231 dan kalpa-Nya adalah Alamkarakakalpa.232 Buddha Bhaisajya-raja berdiam selama 20 kalpa kecil.233 Jumlah Sravakanya mencapai 36 nayuta dan Bodhisattvanya 12 lac. Sakra, di situ ada seorang penguasa surgawi ( cakravarti )234 yang disebut Canopy Mulia ( Ratnacchatara ) yang memiliki ke-7 permata dan merupakan penjaga dari ke-4 surga. Dia mempunyai 1.000 anak laki-laki yang disegani, berani, dan telah menaklukkan semua oposisi. Pada waktu itu Ratnacchatara dan pengikutnya telah memuja dan memberikan persembahan pada Tathagata Bhaisajyaraja selama 5 kalpa, sesudah itu dia berkata pada ke-1000 anak laki-lakinya, Engkau harus memberikan persembahan dengan hormat kepada Sang Buddha sebagaimana yang telah kulakukan. Untuk mematuhi perintah ayahnya, mereka memberikan persembahan kepada Tathagata Bhaisajyaraja selama 5 kalpa, sesudah itu, salah satu dari anaknya yang bernama Canopy Bulan ( Candracchatara ), sewaktu berada sendirian, merenung, Apakah ada bentuk persembahan lain yang melampaui apa yang telah kami lakukan sampai saat ini ? Di bawah pengaruh kekuatan transenden dari Sang Buddha, seorang dewa yang berada di langit berkata, Orang bajik, persembahan Dharma melampaui segala jenis persembahan lainnya. Canopy Bulan bertanya, Apakah persembahan Dharma itu ? Sang dewa menjawab, Pergilah dan tanyakan pada Tathagata Bhaisajyaraja yang akan menerangkan semuanya.

Sugata; yang menempuh Jalan Mulia. Lokavid; pengenal segenap dunia. 227 Anuttara; yang tak tertandingi. 228 Purusa-Damya-Sarathi; penjinak nafsu. 229 Sasta-Devamanusyanam; guru dewa dan manusia. 230 Buddha-Lokanatha atau Bhagavan Yang Dijunjungi. Dari no 214 223 di atas adalahke-10 gelar seorang Buddha penuh. 231 Mahavyuha; Maha Gemilang. 232 Alamkarakakalpa; kalpa gemilang. 233 Kalpa kecil ( antara kalpa ); menurut Abhidharma-kosa-sastra, 1 kalpa kecil adalah suatu masa di mana umur manusia bertambah 1 tahun setiap 1 abad sampai mencapai 84.000; kemudian umur itu berkurang dengan tingkat yang sama sampai masa kehidupan mencapai 10 tahun; masing-masing proses ini 1 kalpa, tetapi ada yang menghitung keduanya sebagai 1 kalpa kecil. 234 Cakravarti: seorang dewa yang roda keretanya menggelinding ke mana-mana tanpa rintangan.
226

225

129

Setelah itu Canopy Bulan menghadap Tathagata Bhaisajyaraja, bersujud di kaki-Nya dan berdiri di samping sambil bertanya, Yang Dijunjungi, ( aku telah mendengar bahwa ) persembahan Dharma melampaui segala jenis persembahan lainnya; apakah persembahan Dharma itu ? Hyang Tathagata menjawab, Orang bajik, persembahan Dharma itu diajarkan oleh semua Buddha di dalam sutra yang dalam, tetapi sangat sukar bagi manusia duniawi untuk mempercayai dan menerimanya karena artinya yang substil ( halus ) dan susah diketahui, karena ( persembahan itu ) tidak bernoda di dalam kemurnian dan kebersihannya. Itu berada di luar jangkauan pemikiran dan diskriminasi; itu berisi gudang kekayaan Dharma dari Bodhisattva dan disegel oleh symbol Dharani;235 tidak pernah mengalami kemunduran karena mencapai ke-6 penyempurnaan, mengetahui perbedaan di antara berbagai arti, selaras dengan Dharma Bodhi, berada di atas segala sutra, membantu manusia memasuki cinta kasih dan welas asih yang besar, menghindari iblis dan pandangan sesat, selaras dengan hukum sebab akibat dan ajaran tentang inrealitasnya ego, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan,236 dan tentang keadaan hampa, tanpa wujud, tak menciptakan dan tak menumbuhkan.237 ( Persembahan itu ) memungkinkan makhluk hidup duduk di dalam suatu bodhimandala238 untuk memutar roda hukum. Itu dipuji dan dihormati oleh naga, gandharva, dan sebagainya. Hal itu bisa membantu makhluk hidup mencapai gudang Dharma Buddha dan mengumpulkan segala pengetahuan ( sarvajna yang dicapai oleh ) orang suci dan orang bijak, mengkotbahkan semua jalan yang diikuti oleh semua Bodhisattva, mengandalkan pada realitas hakiki semua hal / benda, mengumumkan ( doktrin ) ketidakkekalan, penderitaan, kehampaan, dan absennya ego dan nirvana. Itu bisa menyelamatkan semua makhluk hidup yang telah melanggar sila dan menakuti semua iblis, penganut aliran sesat dan orang serakah. Itu dipuji oleh semua Buddha, orang suci dan orang saleh karena menghapuskan penderitaan dari
Symbol Dharani; stabilisator atau kekuatan untuk mengendalikan kebaikan agar tidak lenyap dan juga atas kejahatan agar tidak timbul. 236236 Ilusi atas ego, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan sebagaimana diajarkan dalam Sutra Intan, lihat Chan dan Zen Teaching, First Series, hal 161. 237 Ke-3 gerbang ke nirvana. 238 Yaitu duduk di dalam suatu Bodhimandala atau lingkaran penerangan untuk memutar roda hukum atau menyebarkan Dharma.
235

130

kelahiran dan kematian, mengungkapkan kegembiraan di dalam nirvana sebagaimana dikotbahkan oleh para Buddha dari ke-3 masa waktu dan 10 penjuru. Jika seorang pendengar, sesudah mendengarkan sutra ini, percaya, mengerti, menerima, mempertahankan, membaca, mengucapkannya dan menggunakan metode yang tepat ( upaya ) untuk mengkotbahkannya dengan jelas kepada orang lain, memegang Dharma dengan demikian disebut persembahan Dharma. Selain itu, mempraktekkan semua Dharma sesuai dengan yang diajarkan, menyelaraskan diri dengan doktrin 12 mata rantai kehidupan bersyarat, menghapuskan semua pandangan heterodox, mencapai anutpattika-dharmaksanti ( sebagai berada di luar penciptaan ), memutuskan selamanya inrealitisnya ego dan ketidakberadaan makhluk hidup, dan menanggalkan segala dualitas atas ego dan obyeknya tanpa penyimpangan dan kontradiksi terhadap hukum sebab akibat serta pembalasan dari baik dan jahat; dengan menekankan pada arti daripada kata-kata, pada kebijaksanaan daripada kesadaran, pada sutra yang mengungkapkan seluruh kebenaran daripada yang mengungkapkan sebagian; dan pada Dharma daripada manusianya ( yakni pengkotbahnya );239 menyesuaikan terhadap ke-12 mata rantai kehidupan bersyarat ( nidana ) yang tidak berasal dari mana maupun pergi ke mana, dimulai dari ketidaktahuan ( avidya ) yang secara fundamental tidak berada, dan konsepsi ( samskara ) yang secara basic juga tidak nyata, sampai ke kelahiran ( jati ) yang juga tidak berada secara fundamental, dan umur tua dan kematian ( jaramarana ) yang juga sama tidak nyatanya. Direnungkan demikian, ke-12 mata rantai kehidupan bersyarat adalah tidak habishabisnya, dan dari itu mengakhiri pandangan ( yang salah ) tentang penghancuran.240 Inilah persembahan Dharma yang tak terlampaui.

Hyang Buddha berkata kepada murid-Nya, Sesudah nirvana-Ku, engkau harus mengandalkan 4 hal yang akan merupakan gurumu; pada Dharma daripada manusia, pada arti daripada kata-kata, pada kebijaksanaan daripada intelek, dan pada sutra yang mengungkapkan seluruh kebenaran daripada yang mengungkapkan sebagian. 240 Ke-12 mata rantai kehidupan bersyarat yang disinggung di permulaan paragraf ini menunjukkan bahwa itu tidak tercipta, dan sekali lagi disinggung di sini untuk menunjukkan, bahwa karena tidak nyata, ia tidak dapat dihancurkan karena prinsip hakikinya yang tak terhabiskan.

239

131

Sang Buddha kemudian berkata pada Sakra, Canopy Bulan, sesudah mendengarkan Dharma dari Buddha Bhaisajya ( Buddha Pengobatan ), ( hanya ) mencapai Kesabaran Penuh keselarasan,241 dan melepaskan jubahnya yang mahal untuk dipersembahkan kepada Buddha tersebut, sambil berkata, Yang Dijunjungi, sesudah nirvana-Mu, aku akan memberikan persembahan Dharma untuk mempertahankan doktrin yang murni, apakah kekuatan kebajikan-Mu itu akan membantuku dalam mengatasi iblis dan mempraktekkan perilaku Bodhisattva ? Buddha Bhaisajya mengetahui pikirannya yang luhur dan meramalkan, Sampai saat terakhir engkau akan menjaga benteng pelindung Dharma ini. Sakra, pada saat itu Canopy Bulan mencerap Dharma yang murni dan bersih, dan sesudah menerima ramalan Sang Buddha, mempercayainya dan meninggalkan rumah tangganya untuk bergabung dengan Sangha. Dia mempraktekkan Dharma dengan tekun sehingga tidak lama kemudian memperoleh ke-5 kekuatan transenden. Di dalam tahap perkembangan Bodhisattvanya, dia memperoleh kemampuan berbicara tak terbatas melalui pengendalian sempurnanya ( Dharani atas semua pengaruh luar ). Sesudah nirvananya Buddha Bhaisajya, dia menggunakan kemampuan berbicara ini untuk memutar roda hukum, menyebarluaskan Dharma selama 10 kalpa kecil. Canopy Bulan tidak mengenal lelah dalam mengajarkan Dharma dan mengubah sejuta lac manusia yang berdiri teguh di dalam pencarian penerangan sempurna, 14 nayuta manusia memutuskan untuk mencapai tahap Sravaka dan Pacceka Buddha, dan makhluk yang tak terhitung terlahir di surga. Sakra, siapakah Raja Canopy mulia itu ? Dia sekarang adalah seorang Buddha yang disebut Tathagata Ratnarcis ( Nyala Mulia ), dan ke-1.000 anaknya adalah ke-1.000 Buddha dari Bhadrakalpa ( Kalpa Kebajikan ) sekarang, di mana Buddha pertamanya adalah Krakucchanda dan Buddha terakhirnya adalah Rucika. Bhiksu Canopy Bulan adalah diri-Ku sendiri. Sakra, perlu engkau ketahui, bahwa persembahan Dharma itu adalah bentuk persembahan yang tertinggi. Oleh sebab

Yaitu Meekness ( menurut / tidak bertentangan ) untuk selaras dengan Dharma, tetapi yang belum memasuki realitas.

241

132

itu, engkau harus memberikan persembahan Dharma sebagai persembahan kepada semua Buddha.

133

BAB XIV PESAN UNTUK MENYEBARKAN SUTRA INI


Hyang Buddha kemudian berkata kepada Maitreya, Maitreya, sekarang juga Kupercayakan kepada-Mu Dharma Penerangan Sempurna yang telah Kukumpulkan selama kalpa yang tak terhitung ini. Dalam periode ke-3 ( terakhir ) dari kalpa Buddha242engkau harus menggunakan kekuatan transenden untuk mengumumkan dengan luas di Jambudvipa ( bumi ) sutra ( luhur ) seperti ini, tanpa membiarkannya terputus. Karena di dalam generasi mendatang akan terdapat laki-laki dan perempuan bajik, maupun naga, hantu, roh, gandharva, dan raksasa, yang akan menikmati Dharma agung ini dan akan memutuskan untuk mencari penerangan sempurna; jika mereka tidak mendengar tentang sutra seperti ini, mereka akan kehilangan manfaat yang besar dan akan mengalami kemunduran ( binasa ). Jika mereka mendengar ajaran ini mereka akan bersuka cita, akan percaya, dan akan menerimanya segera dengan menempatkannya di atas kepala mereka. Demikianlah, demi untuk melindungi putra putri bajik ini di masa mendatang, engkau harus menyebarluaskan ajaran ini. Maitreya, perlu engkau ketahui bahwa ada 2 kategori Bodhisattva, yaitu mereka yang menyukai kata-kata muluk dan gaya menyolok, dan mereka yang ( tidak takut ) untuk menggali arti dalam dari Dharma untuk dipahami. Kesukaan pada kata-kata muluk dan gaya menyolok menunjukkan kedangkalan dari seorang Bodhisattva yang baru diinisiasi; tetapi dia yang sesudah mendengar tentang kebebasan dari kemelekatan dan ikatan sebagaimana diajarkan dalam sutra luhur ini, tidak takut terhadap artinya yang dalam, di mana dia berusaha untuk menguasainya, dari situ mengembangkan pikiran murni untuk menerima, menyimpan, membaca, mengucapkan, dan mempraktekkan ( Dharma itu ) sebagaimana diajarkan, adalah seorang Bodhisattva yang telah berlatih lama sekali.

Sesudah nirvananya Buddha, periode pertama dari kalpa Buddha adalah 500 tahun dari doktrin asli; yang ke-2 adalah ke-1.000 tahun dari hukum duplikat atau kemiripan doktrin, dan yang ke-3 adalah ke-1.000 tahun dari kemunduran dan berakhirnya.

242

134

Maitreya, ada 2 kelas Bodhisattva yang baru diinisiasi yang tidak dapat mengerti Dharma yang sangat dalam: mereka yang pada saat mendengar sutra luhur yang belum pernah mereka dengar sebelumnya, timbul rasa takut dan keraguan, tidak bisa menerimanya sambil terus menghujatnya dengan berkata, Aku belum pernah mendengarnya, dari mana datangnya ini ? dan mereka yang menolak untuk mengunjungi dan memberikan persembahan kepada pembabar sutra luhur ataupun mencari-cari kesalahannya; inilah ke-2 kelas dari Bodhisattva yang baru diinisiasi yang tidak bisa mengendalikan pikiran mereka sewaktu mendengarkan Dharma yang dalam, dan dengan demikian merugikan mereka sendiri. Maitreya, selain itu masih ada 2 kategori Bodhisattva yang merugikan diri sendiri dan gagal mencapai anutpattika-dharma-ksanti kendati keyakinan dan pengertian mereka terhadap Dharma yang dalam, mereka adalah ( pertama ) yang meremehkan Bodhisattva yang baru diinisiasi dan tidak mau mengajari dan membimbing mereka; dan ( kedua ) mereka yang kendati keyakinan mereka terhadap Dharma yang dalam, masih menumbuhkan diskriminasi di antara wujud dan tanpa wujud. Sesudah mendengarkan Sang Buddha membabarkan Dharma, Maitreya berkata, Yang Dijunjungi, ajaran Tathagata yang luhur ini sungguh bagus dan mengesankan. Seperti yang telah Engkau katakan, aku akan menjauhi kesalahankesalahan ini dan mempertahankan Dharma Penerangan yang telah dikumpulkan oleh Tathagata selama kalpa tak terhitung. Di masa yang akan datang, jika ada laki-laki dan perempuan bajik yang mencari Dharma Agung, aku akan menyebabkan sutra ini ditempatkan ke dalam tangan mereka, dan menggunakan kekuatan transenden-Ku untuk membuat mereka mengingatnya agar bisa menerima, menyimpan, membaca, mengucapkan, dan mengumumkannya dengan luas. Yang Dijunjungi, di masa berakhirnya Dharma yang akan datang, jika ada yang bisa menerima, menyimpan, membaca, dan mengucapkan sutra ini dan membabarkannya secara luas, mereka akan melakukannya di bawah pengaruh kekuatan transenden-Ku.
135

Hyang Buddha berkata, Bagus, Maitreya, bagus; sebagaimana telah engkau katakan, Aku akan membantu-Mu mencapai kegembiraan besar ini. Pada saat itu, semua Bodhisattva di dalam persamuwan merangkapkan kedua tangan dan berkata kepada Hyang Buddha, Sesudah nirvana-Mu, kami juga akan mengumumkan Dharma Penerangan Sempurna ini dengan luas ke 10 penjuru dan akan membimbing pengkotbah Dharma ini untuk memperoleh Sutra ini. Ke-4 Raja Dewa berkata kepada Sang Buddha, Yang Dijunjungi, di segala desa dan kota, negeri maupun hutan, di mana ada Sutra ini dan orang yang membaca, mengucapkan, menerangkan, dan mengumumkannya, aku akan membimbing pejabat setempat agar mengunjungi tempat tersebut untuk mendengarkan Dharma itu, dan melindungi mereka sehingga tidak ada yang berani mendekati radius 100 yojana dari tempat itu untuk mengganggu mereka. Hyang Buddha kemudian berkata pada Ananda, Ananda, engkau juga harus menerima, menyimpan, dan menyebarluaskan sutra ini. Ananda berkata, Ya, Yang Dijunjungi, aku telah menerima Sutra ini dan akan menyimpannya. Apakah judulnya itu ? Hyang Buddha berkata, Ananda, judulnya adalah Sutra yang Dibabarkan oleh Vimalakirti atau Pintu Tak Terbayangkan Menuju Pembebasan, dengan mana engkau harus menerima dan menyimpannya. Sesudah Sang Buddha membabarkan Sutra ini, Aria Upasaka Vimalakirti, Manjhusri, Sariputra, Ananda, dan yang lainnya, maupun dewa, asura, dan semua hadirin dipenuhi kegembiraan; percaya, menerima dan menyimpannya; memberikan penghormatan dan meninggalkan tempat itu.

136

DAFTAR KEPUSTAKAAN
1) The Vimalakirti Nirdesa Sutra, Charles Luk, Shambala Publication, Berkeley and London, 1972. 2) The Teaching of Vimalakirti, Sara Boin, Pali Text Society, London, 1976. 3) The Holy Teaching of Vimalakirti, Robert AF Thurman, The Pennsylvania State University Press, 1976. 4) The Surangama Sutra, Charles Luk, Rider, London, 1966. 5) Chan and Zen Teaching, First Series, Charles Luk, Rider, London, Shambala, Berkeley, 1960. 6) Chan and Zen Teaching, Third Series, Charles Luk, Rider, London; Shambala, Berkeley, 1962. 7) The Secret of Chinese Meditation, Charles Luk, Rider, London; Weister, New York, 1964.

137

Anda mungkin juga menyukai