Anda di halaman 1dari 15

Kultura Volume: 11 No.

1 Desember 2010

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI IKAN NILA DENGAN SISTEM EMPANG PARIT (TAMBAK) Bambang Hermanto, SP, MSi.1 Abstrak Analisis pendapatan usaha tani ikan nila dengan sistem empang parit (tambak) .Tujuan untuk mengetahui (a) Untuk mengetahui berapa besar pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja, bibit/benur, pakan, obat-obatan dan transportasi terhadap produksi ikan nila dengan sisitem empang parit (tambak) (b) Untuk mengetahui bagaimanakah kelayakan usaha tani ikan nila dengan sisitem empang parit (tambak). Berdasarkan Pertimbangan populasi dalam penelitian digunakan metode Sample Random disetarakan (Stratified Random Sampling). Nilai R/C rata-rata keuntungan yang didapat usaha tani ikan nila adalah sebesar 5.59. Berdasarkan hasil dari nilai R/C dapat diketahui bahwa usaha tani ikan nila lebih besar dari satu ( 5.59 > 1) dan usaha tani ikan nila masih layak di usahakan. Analisis pendapatan usaha tani ikan nila dengan sistem empang (tambak) Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan, tenaga kerja, bibit/benur, pakan, obat-obatan dan transportasi berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha tani tambak ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pendahuluan Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan berperan penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki berbagai sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang beragam. Ada beberapa sumberdaya alam pesisir yang dapat dikelola dan dikembangkan, diantaranya sumberdaya perikanan yang mencakup sumberdaya perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya meliputi budidaya payau, pantai dan laut. Dengan semakin menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka usaha pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau (tambak ikan nila) diharapkan mampu menopang target produksi nasional perikanan. Pengembangan pemanfaatan lahan tambak selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, diharapkan juga oleh pemerintah mampu menjadi sektor pengumpul devisa negara dalam jumlah besar karena ikan nila merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati oleh negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Berdasarkan dokumen Protekan 2003,
1

Dosen Yayasan UMN Al Washliyah

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

bahwa budidaya tambak ikan nila merupakan target utama dalam perolehan devisa dari ekspor komoditas hasil budidaya (Kusumastanto T, 2002). Pada umumnya usaha budidaya ikan nila di Indonesia masih dilakukan secara tradisional di kolam-kolam meskipun budidaya Kerambah Jaring Apung (KJA) di waduk dan perairan umum sudah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dalam usaha budidaya tradisional skala kecil, pada umumnya produksi ditujukan untuk konsumsi keluarga, sedangkan pada skala usaha (bisnis) masih menghadapi berbagai kendala seperti penerapan teknik budidaya dan manajemen yang belum baik, kurangnya benih yang berkualitas, belum adanya sistem tata niaga yang efisien, dan harga masih ditentukan oleh perusahaan besar, dan kurangnya diversifikasi produk (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah Deli Serdang sebesar 248.614 Km2 dari 3.48 %. Kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan pantai timur. Pantai Timur merupakan wilayah pesisir dan lautan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan. Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara, yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan pesisir. Dari 22 kecamatan yang ada 4 diantaranya adalah wilayah pesisir. Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang, juga merupakan kawasan pesisir. Salah satu kegiatan perikanan yang mulai berkembang dan dijadikan andalan di masa depan oleh Kabupaten Deli Serdanga dalah kegiatan budidaya air payau, berupa pertambakan udang. Pemanfaatan lahan tambak ikan nila ini dapat menggantikan peran perikanan tangkap yang diperkirakan telah melampaui jumlah tangkapan yang diperbolehkan, di Pantai Timur Sumatera khususnya di perairan pesisir Kabupaten Deli Serdang. Pengembangan pemanfaatan lahan tambak dipusatkan di Kecamatan Hamparan Perak. Hal ini didukung dengan lingkungan perairan yang spesifik, letaknya berada pada kawasan pesisir Kabupaten Deli Serdang. Dengan pengelolaan secara optimal dan lestari, potensi lahan tambak di Kecamatan Hamparan Perak diharapkan memberikan kontribusi produksi yang memadai sesuai dengan daya dukung kawasan tersebut. Luas areal Pesisir Pantai mencapai 63.002 Ha ( 26,30 %). Dengan sumberdaya pantai yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui pemanfaatan tambak ikan nila (BPPS, 2009). Pemanfaatan yang masih rendah dengan sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak ikan nila di kawasan 2

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

pesisir Kabupaten Deli Serdang. Pemilik lahan tentunya mengharapkan nilai pendapatan yang maksimal dari setiap jenis kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan. Upaya untuk mencapai manfaat maksimum jangka panjang dapat dilakukan apabila pemanfaatan lahan tambak dapat dialokasikan secara optimal. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan suatu Analisis Pendapatan Usaha Tani Ikan nila Dengan Sistem Empang Parit (Tambak) (Studi kasus Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli serdang). Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. 2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja, bibit, pakan, obatobatan, dan transportasi terhadap produksi ikan nila dengan sistem empang parit (tambak). Untuk mengetahui bagaimanakah kelayakan usaha tani ikan nila dengan sistem empang parit (tambak). Tinjauan Pustaka Pertambakan Ikan Nila di Kawasan Pesisir Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan budidaya ikan nila di tambak air payau. Pengoperasian tambak ikan nila biasanya dikembangkan di daerah pasang surut. Di kawasan tersebut tersedia air setinggi 0,8-1,5 m selama periode rata-rata pasang tinggi, yang dapat digunakan untuk budidaya ikan nila dan untuk pengeringan secara sempurna pada saat diperlukan. Di Indonesia, budidaya ikan nila di tambak dikategorikan pada tiga system produksi, yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif. Pada tambak intensif padat penebarannya di atas 100.000 ekor per ha, menggunakan benur dari harchery dengan pergantian air 3-4 hari sekali. Padat penebaran yang tinggi membutuhkan pakan dalam jumlah besar. Kegiatan budidaya ikan nila di Kecamatan Hamparan Perak Desa Paluh Manan Kabupaten Deli Serdang menerapkan sistem tradisonal dengan padat penebaran cukup tinggi, menggunakan kincir dan pakan buatan atau pellet. Dalam kondisi demikian, beban bahan organik tambak menjadi tinggi. Bahan organik berasal dari ekskresi udang, sisa pakan dan bangkai organisme yang mengendap di dasar tambak. Untuk menanggulangi hal tersebut, pada tambak tradisonal dilakukan pengaerasian dan pergantian air yang cukup, baik kuantitas maupun frekuensinya. Upaya tersebut dilakukan guna mempertahankan kualitas air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimum organisme target. Untuk 3

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

mempertahankan agar kualitas air tetap optimum bagi organisme budidaya, di tambak tradisional seluas 1 ha dibutuhkan air sebanyak 20-29 liter per detik. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan tambak semi intensif dan ekstensif (Abbas SD,1995). Sejarah Perkembangan Ikan Nila Ikan ini pertama kali dibawa dari Taiwan ke Bogor yakni di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah diteliti, ikan nila disebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi nama sesuai dengan nama latinnya yakni Nilotica. Nama ini menunjukan daerah asal ikan ini yakni sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya, ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi kea rah selatan (ke hilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai kelima benua meskipun habitatnya yang disukainya adalah daerah tropis dan hangat (Rahmat Rukmana, 1997). Prospek Agribisnis Ikan Nila Perkembangan dan penyebaran ikan nilai yang amat pesat disebabkan oleh beberapa faktor yang bersifat menguntungkan, yakni: 1. Sifat pertumbuhan ikan nila relative cepat. 2. Toleransi terhadap lingkungan perairan cukup tinggi. Ikan nila dapat hidup diperairan tawar, payau, ataupun perairan laut. 3. Ukuran badan ikan nila relatif besar, dagingnya berwarna putih, rasanya enak, dan tidak berduri. 4. Ikan nila mudah dikembang biakkan dan daya kelangsungan hidupnya tinggi. 5. Ikan nila rakus terhadap makanan sisa (limbah) sehingga pemeliharaannya mudah. Ditemukannya ikan nila hibrida unggul, terutama nila, dapat diancang usaha budi daya secara intensif dalam skala agribisnis dengan sasaran pasar ekspor. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan pasar ikan nila cendrung meningkat, terutama pesanan Amerika Serikat, Singapura dan Jepang Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi Ikan Nila Kingdom Filum : Animalia : Chordata 4 (Bambang Cahyono, 2000)

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

Kelas Ordo Famili Genus

: Actinopterygii : Perciformes : Cichlidae : Oreochromis

Species: Oreochromis niloticus Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan pemeliharaan yang berukuran sedang dan panjang total ( moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak) dan sirif dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jarijari (Adi Sucipto, 2005) Persyaratan Lahan Budi Daya Ikan Nila Usaha budi daya ikan nila dapat dilakukan berbagai lingkungan perairan, seperti dikolam, sawah, waduk, sungai, rawa, tambak, dan perairan laut. Lokasi atau lahan budi daya harus memenuhi kelayakan, persyaratan teknis, biologis, higiensis, legalitas, sosial, dan ekonomi untuk menjamin kelancaran proses agribisnis ikan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lahan budi daya adalah sebagai berikut: 1. Ketinggian tempat (Elevasi) 2. Keadaan Air 3. Jenis Tanah. 4. Lingkungan Setempat (Khairuman, 2002) Empang Parit Pola empang parit merupakan model silvofishery yang umum dikembangkan dengan membuat saluran air tempat membudidayakan/memelihara ikan ataupun udang. Saluran air ini mengelilingi lahan yang digunakan untuk silvofishery, sedangkan tumbuhan mangrove dapat ditanam di bagian tengah, sehingga terdapat perpaduan antara tumbuhan mangrove (wana/silvo) dan budidaya ikan (mina/fishery). Kondisi ini dapat diterapkan pada areal bekas tambak yang akan direhabilitasi dengan memanfaatkan pelataran tambak (bagian tengah) untuk ditanami mangrove, sedang-kan bagian caren atau parit tetap dibiarkan seperti semula. Dengan menggunakan sistem empang parit ini, maka lahan yang akan di reforestasi dapat mencapai sekitar 80% dari luasan tambak. Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan jarak tanam 1 x 1 meter antar individu mangrove. Namun demikian, menurut Fitzgerald (1997), kepadatan mangrove yang ditanam dapat 5

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

bervariasi antara 0.17-2.5 pohon/m2. Kepadatan mangrove tersebut akan mempengaruhi sistem budidaya perikanan, karena produktivitas tambak silvofishery sangat tergantung pada bahan-bahan organik yang berasal dari serasah tumbuhan mangrove. Kepadatan vegetasi yang rendah diterapkan untuk tambak ikan bandeng, sedangkan kepadatan vegetasi yang lebih tinggi sesuai untuk diterapkan pada budidaya ikan nila dan kepiting bakau. Jenis mangrove yang ditanam umumnya adalah bakau (Rhizophora sp) atau dapat juga menggunakan jenis api-api (Avicennia spp). Kanal untuk memelihara ikan/ikan nila berukuran lebar 3-5 m dan kedalaman sekitar 40-80 cm dari muka pelataran. Dengan berbagai modifikasi disain dasar tersebut, maka luasan perairan terbuka yang dapat digunakan untuk memelihara ikan/ikan nila dapat disesuaikan hingga mencapai 40-60%. Berbagai jenis ikan, seperti bandeng, kerapu lumpur, kakap putih, dan baronang, serta ikan nila dan kepiting bakau, dapat dipelihara secara intensif di kanal tersebut (Fitzgerald, 1997). Optimasi Pemanfaatan Lahan Tambak Lahan atau tanah termasuk kedalam jenis sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun memiliki titik kritis yang berarti jika titik kritis kapasitas maksimum regenerasinya telah terlampaui, sumberdaya ini dapat berubah menjadi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Jika menurut kegunaan akhirnya, sumberdaya lahan diklasifikasikan kedalam jenis sumberdaya material nonmetalik. Jika populasi manusia di suatu daerah memanfaatkan lahan dengan tidak bijaksana, maka dampaknya akan berpengaruh kepada populasi manusia tersebut, tetapi pada saat populasi meningkat secara cepat, maka yang akan menderita akibat pemanfaatan lahan yang tidak rasional adalah orangorang yang terkena dampak pada lokasi lahan tersebut dimanfaatkan, pada akhirnya setiap orang harus membayar untuk perbaikkannya atau setiap orang sama sekali kehilangan manfaat dari nilai ekonomi lahannya. Agar nilai lahan tetap bisa dipertahankan, maka diperlukan perencanaan pemanfaatan lahan yang baik dan sesuai dengan nilai fungsional lahan (Bambang Cahyono, 2000). Optimasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak ikan nila merupakan usaha memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya keterbatasan lahan tambak. Pada dasarnya optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Pada umumnya pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (SDM), uang (modal), input (teknis), serta waktu dan ruang. Untuk menghitung kombinasi yang optimum dari sumber-sumber yang terbatas tersebut, maka digunakan teknik program linear (Surtiyah K, 2008).

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

Tenaga Kerja Salah satu arena potensial tertinggi dalam peningkatan produktifitas adalah mengurangi jam kerja yang tidak efektif. Lamanya karyawan bekerja dan beroprasi dan proporsi penempatan waktu yang produktif sangat tergantung kepada cara pengukuran, latihan, pengaturan dan motivasinya. Ada dua cara kelompok syarat bagi prduktifitas perorangan yang tinggi. Yang pertama sedikitnya meliputi tingkat pendididkan dan keahlian, jenis teknologi dan hasil produksi, kondisi kerja, kesehatan, kemampuan fisik dan mental. Sementara sikap ke dua mencakup sikap (terhadap tugas, teman sejawat, dan pengawas) (Fadoli H, 1991). Pembenihan (Bibit) Usaha pembenihan ikan nila dapat dilakukan dikolam, sawah dan diperairan umum dalam Kerambah Jaring Apung (KJA). Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk usaha pembenihan tersebut meliputi: sarana pokok, sarana penunjang, peralatan, dan fasilitas yang memadai. Lahan atau kolam untuk pembenihan ikan nila dibagi dalam dua kelompok, yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan penmatang yang kuat, tidak poros (rembes), ketinggian pematang aman (minimal 30 cm dari permukaan air). Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300g/ekor. Perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor/m2 (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Pakan Pada prinsipnya komponen pakan dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar, yaitu: 1) komponen makro, 2) komponen mikro, dan 3) komponen suplemen atau food additives. Protein, karbohidrat, dan lemak termasuk dalam komponen makro; sedangkan yang termasuk dalam komponen mikro adalah vitamin, mineral dan zat pengikat (binder). Berbagai senyawa yang seiring dimasukkan ke dalam komponen food additives meliputi senyawa antioksidan, antibiotik, atraktan, pewarna, enzim dan vitamin atau mineral tunggal yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam pakan untuk tujuan-tujuan tertentu (Abbas Siregar Djarijah, 1995). Obat-Obatan Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir inilah 7

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

yang lazim dikenal sebagai obat.Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan. Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan bahkan sampai kematian. Reseptor Obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatanfaal tubuh. Kedua bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada.Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu, juga berperan sebagai reseptor untuk ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis (aginist binding site) di sebut antagonis (Rahmat Rukmana, 1997). Transportasi Harga input angkutan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Harga yang ditentukan oleh produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang yang akan dijual. Perbedaan biaya angkutan (transpor) dapat mengakibatkan perbedaan harga yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain (Djojodipuro M 1991). Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan kata lain setiap penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan biaya transportasi. Dalam kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang berhubungan dengan jarak. Bahkan seringkali terdapat pengurangan biaya per unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Khairuman, 2002). Segi lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa angkutan sebagai input diadakan dan habis pada waktu dipergunakan. Angkutan tidak dapat disimpan, yang dapat disimpan adalah jasa yang dapat dipergunakan sebagai angkutan. Seorang pekerja yang membantu orang lain untuk mengangkut barang pada dasarnya merupakan himpunan jasa angkutan. Demikian halnya suatu truk, truk juga merupakan himpunan jasa, yang apabila dikombinasikan dengan tenaga dan alam (jalan dan bensin) dapat menghasilkan angkutan. Berdasarkan hal tersebut maka jasa angkutan dapat 8

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

dikategorikan sebagai input tidak langsung. Suatu proses produksi memerlukan tenaga ditempat tertentu, barang modal ditempat tertentu, manajemen ditempat tertentu dan juga input angkutan untuk membawa segalanya tersebut ke tempat tadi dan hasil akhirnya ke pasar. Angkutan dalam hal ini mempunyai fungsi sama dengan input lainnya. Dengan memberi perhatian kepada input ini secara wajar, akan makin disadari segi spasial proses produksi. Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan tetapi angkutan mempunyai peranan penting dalam produksi mau pun konsumsi (Djojodipuro M 1991). Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja, bibit, pakan, obat-obatan, dan transformasi terhadap produksi ikan nila di daerah penelitian. 2. Usahatani ikan nila dengan sistem empang parit apakah layak untuk diusahakan. Metode Analisis Data Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, dianalisis dan diolah dengan uji statistik dimana untuk identifikasi masalah dianalisis dengan tabulasi sederhana dengan metode deskriptif dan metode deduktif berdasarkan data primer yang dijumpai di lapangan. Penjelasan kedua metode tersebut adalah sebagai berikut : Metode deskriptif adalah mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisi dan menginprestasikan data, sehingga memberikan suatu gambaran mengenai masalah yang diteliti. Metode deduktif adalah mengambil kesimpulan khusus mengenai masalah yang dihadapi dengan berlandaskan teori-teori yang berlaku secara umum sebagai suatu kebenaran dengan membandingkan antara teori dan kenyataan. Adapun permasalahan yang digunakan terdiri dari : 1. Permasalahan pertama menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6+ e Dimana : Y a
X1 X2

= Pendapatan (Hektar) = Intercep (Hektar)


= Lahan (Hektar) = Tenaga Kerja (Rp)

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

X3 X4 X5 X6

= Bibit (Rp/Kg) = Pakan (Rp/Kg) = Obat-Obatan (Rp/Liter) = Transportasi (Rp)

b1 b6 e

= Konstanta = error term

Untuk pengujian hipotesis secara simultan digunakan uji t, dengan kriteria : t hitung > t tabel HO ditolak H1 diterima, maka ada pengaruh nyata terhadap pendapatan ( = 0.05). t hitung < t
tabel

HO diterima H1 ditolak, maka tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan ( = 0.05)

(Usman Husaini, 2006). 2. Permasalahan kedua menggunakan Analisis Keuntungan yaitu : = TR TC Dimana : TC Rumus kelayakan : R/C > 1 Layak untuk diusahakan atau dijalankan R/C < 1 Tidak layak untuk diusahakan atau dijalankan = keuntungan = total cost (biaya tenaga kerja, biaya pupuk, biaya panen) (Soekartawi, 2003).

TR = total revenue (penerimaan)

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


1. Hasil Analisis dan Perhitungan Hipotesis Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila Tabel 1. Daftar Analisa Usaha Tani Tambak Ikan Nila
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Variabel Konstanta Luas Lahan (X1) Tenaga Kerja (X2) Bibit (X3) Pakan (X4) Obat-Obatan (X5) Transportasi (X6) R. Square Adjusted R. Square Standart Error Koefisien 0,782 1,503 0,672 0,266 0,330 0,274 0,888 0,945 0,931 0,04605 t hitung 1,578 4,549 2,449 2,189 3,747 3,296 8,562 t tabel

2,09

2. Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila 10

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

Berdasarkan hasil fungsi Cobb-Douglas yang dikonversikan kepada fungsi regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel luas lahan (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 1,503, artinya apabila variabel luas lahan bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap tetap) maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 1,503 %. Dengan menggunakan uji statistik t
hitung

> t tabel (4,549 > 2,09) Maka Ho ditolak H 1 diterima,

artinya bahwa variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena pendapatan petani ikan nila dipengaruhi oleh faktor luas lahan. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa penggunaan luas lahan didaerah penelitian memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan petani, disebabkan karena semakin luasnya lahan yang dpergunakan maka semakin besar produksi yang diperoleh. 3. Pengaruh Biaya Tenaga Kerja (X2) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel tenaga kerja (X 2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,672 artinya apabila tenaga kerja bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap tetap), maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,672 %. Dengan menggunakan uji statistik t
hitung

> t tabel (2,449 > 2,09) Maka Ho ditolak H 1 diterima,

artinya bahwa variabel tenaga kerja (X 2) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena pendapatan dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja. Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena petani menggunakan tenaga kerja keluarga yang dapat meminimumkan biaya. 4. Pengaruh Biaya Bibit (X3) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel bibit (X 3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,266 artinya apabila bibit bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap tetap) , maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,266 %.

11

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

Dengan menggunakan uji statistik t

hitung

> t tabel (2,189 > 2,09) Maka Ho ditolak H 1 diterima,

artinya bahwa variabel biaya bibit (X 3) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena pendapatan dipengaruhi oleh faktor bibit. Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan bibit di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena petani menggunakan bibit yang berkualitas atau bibit unggul. 5. Pengaruh Biaya Pakan (X4) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel pakan (X 4) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,330 artinya apabila biaya pakan bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap tetap) , maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,330 %. Dengan menggunakan uji statistik t
hitung

> t tabel (3,747 > 2,09) Maka Ho ditolak H 1 diterima,

artinya bahwa variabel biaya pakan (X4) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena pendapatan dipengaruhi oleh faktor pakan. Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan pakan di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena petani menggunakan pakan dengan harga yang terjangkau dan pakan mudah diperoleh. 6. Pengaruh Biaya Obat-Obatan (X5) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel obat-obatan (X 5) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,274 artinya apabila biaya obat-obatan bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap tetap), maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,274 %. Dengan menggunakan uji statistik t
hitung

> t tabel (3,296 > 2,09) Maka Ho ditolak H 1 diterima,

artinya bahwa variabel biaya obat-obatan (X 5) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena pendapatan dipengaruhi oleh faktor bibit. Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan obat-obatan di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena areal tambak yang bersih dan sanitasi air cukup baik sehingga penggunaan 12

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

obat-obatan tidak begitu banyak sesuai dengan dosis yang ada. Udang yang ada di daerah penelitian sangat jarang sekali terkena penyakit. 7. Pengaruh Biaya Transportasi (X6) Terhadap Pendapatan Petani Ikan Nila Hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel transportasi (X6) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani ikan nila (Y), dimana koefisiennya menunjukkan sebesar 0,888 artinya apabila biaya transportasi bertambah 1 % ceteris paribus (faktor lain dianggap tetap), maka pendapatan petani ikan nila akan bertambah sebesar 0,888 %. Dengan menggunakan uji statistik t
hitung

>t

tabel

(8,562> 2,09) Maka Ho ditolak H1 diterima,

artinya bahwa variabel transportasi (X6) berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan petani ikan nila pada tingkat kepercayaan 95 %. Demikian hipotesis diterima, hal ini terjadi karena pendapatan dipengaruhi oleh faktor transportasi. Dari hasil diatas menunjukan bahwa penggunaan transportasi di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ikan nila, disebabkan karena jarak tempuh untuk pengangkutan udang ke lokasi penampungan atau pabrik tidak terlalu jauh sehingga biaya untuk transportasi bisa diminimumkan. 8. Keuntungan Dan Kelayakan Usaha Tani Ikan Nila Untuk mengetahui hipotesis yang kedua yang dinyatakan dalam kalimat dan dimasukkan kedalam rumus keuntungan () didapat setelah mengetahui total rata rata penerimaan (TR) dikurangi dengan total rata rata biaya produksi (TC). Untuk lebih jelasnya keuntungan rata rata pendapatan petani ikan nila dengan luas areal rata rata seluas 1,80 ha adalah sebagai berikut: Dimana, = TR TC = Rp. 10.286.000 Rp.1.709.526 = Rp. 8.576.474,- / Sekali Panen

Dari rumus diatas diterangkan bahwa dengan luas areal rata rata 1,80 ha total penerimaan petani dalam satu kali panen Rp. 10.286.000 dikurangi total biaya produksi dalam satu tahun Rp.1.709.526, sehingga keuntungan petani ikan nila yang didapat dalam satu kali panen sebesar Rp. 8.576.474,- / Sekali Panen selama 3 4 bulan. Untuk mengetahui hipotesis yang ketiga yang dinyatakan dalam kalimat dan dimasukkan kedalam rumus R/C rata-rata keuntungan yang didapat petani ikan nila sebesar 5.95. Berdasarkan

13

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

hasil dari nilai R/C dapat diketahui bahwa usaha petani ikan nila layak di usahakan karena nilai R/C lebih besar dari satu ( 5.95 > 1). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap pendapatan petani ikan nila berdasarkan analisis fungsi Cobb-Douglas adalah: a. Faktor luas lahan, tenaga kerja, bibit, pakan, obat-obatan, dan transportasi berpengaruh nyata secara signifikan terhadap pendapatan petani ikan nila. 2. Setelah mengetahui jumlah total penerimaan rata rata berjumla Rp 10.286.000,- pertahun dan dikurangi total biaya produksi rata rata Rp 1.709.526,- pertahun maka pendapatan petani sampel rata rata sebesar Rp. 8.576.474,-. Dari hasil usaha tani ikan nila dengan R/C ratio sebesar ( 5.95 > 1) maka layak untuk diusahakan Daftar Pustaka Abbas Siregar Djarijah 1995. Pembenihan dan Pembesaran. Penerbit Kanisius, Jakarta Nila, Jakarta Adi Sucipto dan R Eko Priharta, 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Bambang Cahyono, 2000. Budi Daya Ikan Air Tawar.Penerbit Kanisius, Yogyakarta. BPPS, 2009. Sumatera Utara Dalam Angka 2009, Medan. Cornelis Rintuh, 1994. Metodologi Penelitian Ekonomi. Liberty, Yogyakarta. Hernanto.F, 1991. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Penebar swadaya, Jakarta. Khairuman, 2002. Budi Daya Ikan di Sawah. Penebar swadaya, Jakarta. Kusumastanto, T. 2002. Reposisi Ocean Policy dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kebijakan Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 134 hal. Rahmat Rukmana, 1997. Ikan Nila Budi Daya dan Prospek Agribisnis . Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 14

Kultura Volume: 11 No.1 Desember 2010

Soekartawi, 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta. Suratiyah.K, 2008 Ilmu usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Tim Karya Tani Mandiri, 2009.Pedoman Budidaya Betrnak Ikan Nila, Bandung. Usman Husaini, 2006. Pengantar Statistika. Bumi Aksara, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai