Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 29-35

ESTIMASI PARAMETER PERPINDAHAN MASSA PADA EKSTRAKSI OLEORESIN CENGKEH DALAM KOLOM FIXED BED
Rozanna Sri Irianty
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR. Subrantas Km 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
E-mail: rozanna sri irianty@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari perpindahan massa padat-cair ekstraksi cengkeh dengan pelarut etanol dalam kolom fixed bed. Untuk perancangan alat ekstraksi (ekstraktor), maka data koefisien perpindahan massa cairpadat perlu diketahui. Karena butiran padat yang diekstraksi disusun dalam kolom fixed bed, maka koefisien perpindahan massa lebih mudah jika dinyatakan dengan koefisien perpindahan massa volumetris. Ekstraksi buah cengkeh menggunakan pelarut etanol pada kolom fixed bed, dilakukan dengan jalan melewatkan pelarut pada kolom fixed bed dengan kecepatan tertentu, sehingga didapatkan konstrasi solven keluar kolom (CA) dengan menggunakan bantuan rotary vacuum evaporator. Penentuan koefisien transfer massa volumetric (kca) dan difusivitas aksial (De) digunakan program komputer dengan cara melakukan simulasi sehingga didapat konsentrasi solven dari persamaan yang telah disusun dengan harga yang paling mendekati dengan konsentrasi hasil percobaan. Metode yang dipakai adalah metode Hooke-Jeeves dan hasil SSE rata-rata sebesar 0,06075. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kca pada masing-masing kecepatan aliran pelarut akan semakin besar dengan semakin besarnya bilangan Reynold. Kata kunci: cengkeh, ekstraksi, oleoresin, perpindahan massa.

ABSTRACT
Clove oleoresin are usually made from flowers of clove through extraction process using organic solvent such as ethanol. To design the extraction tool, coefficient data of solid-liquid mass transfer is required in order to arrange the extracted solid grains in a fixed-bed. The coefficient of mass transfer is more easily expressed with volumetric mass transfer coefficient. The extracted clove fruit made from a ethanol solvent path through the fixed-bed column with the certain speed, resulted in column solvent concentration (CA) with the aid of rotary vacuum evaporator. In order to determine the volumetric mass transfer coefficient (kCA) and axial diffusivity (De), a computer program by mean of simulation, described by Hooke-Jeeves method was used. The solvent concentration was simulated from equation that had been prepared at the lowest concentration approached by experimental results. The average SSE value is 0.06075. The results showed that the value of kCA in each solvent flow rate was even greater with a larger Reynolds number. Keywords: clove, extraction, mass transfer, oleoresin

PENDAHULUAN
Cengkeh bagian bunganya biasanya digunakan untuk penambah rasa dan aroma khusunya untuk memasak, industri makanan dan minuman. Penggunaan biasanya dalam bentuk bubuk, tetapi ada juga penggunaan dalam bentuk utuh seperti untuk pembuatan pikel atau asinan sayuran.
29

Dengan adanya penemuan-penemuan baru bagian tanaman lain dari cengkeh, yaitu daun dan tangkai bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sumber minyak cengkeh atau oleoresin. Oleoresin cengkeh biasanya digunakan sebagai pengganti bunga cengkeh kering, digunakan dalam jumlah sedikit karena mempunyai flavour yang sangat

Estimasi Parameter Perpindahan Massa pada Ekstraksi Oleoresin Cengkeh (Irianty)

kuat, mengandung minyak atsiri sebagai komponen yang menguap, juga bahan-bahan lain yang tidak menguap seperti resin, sehingga mempunyai aroma dan rasa seperti asalnya yaitu bunga cengkeh, dan sangat jarang terkontaminasi oleh bakteri. Cara memperoleh oleoresin cengkeh adalah dengan cara mengektraksi cengkeh dengan pelarut organik tertentu. Bahan berbentuk serbuk halus dicampur dengan pelarut untuk selanjutnya diekstraksi. Selain ekstraksi dengan pelarut organik, oleoresin dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dengan CO2 pada kondisi superkritik yang dilakukan pada tekanan 200-300 bar, suhu 50-800 0C, dengan cara ini dapat melarutkan semua komponen oleoresin seperti halnya pada cara ekstraksi dengan pelarut organik. Kelebihan cara ini adalah hasilnya bebas dari residu pelarut dan untuk selanjutnya dapat difraksinasi lagi untuk mendapatkan minyaknya. Namun demikian ekstraksi dengan pelarut organik lebih murah dari pada ekstraksi superkritik, (Naman et al, 1997). Menurut Weiss (1977) ekstraksi dengan benzene menghasilkan oleoresin dengan rendemen 1822% sedangkan dengan alkohol rendemennya sekitar 22-31%. Etilen diklorida adalah pelarut yang paling banyak digunakan, akan tetapi etanol adalah pelarut yang paling aman digunakan karena tidak beracun (Somaatmadja, 1981). Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dimana komponen mengalami perpindahan massa dari suatu padatan ke cairan atau dari cairan ke cairan lain yang bertindak sebagai pelarut. Berbagai penelitian tentang ekstraksi padat-cair telah banyak dilakukan (Purwono, et al, 2005). Ekstraksi oleoresin cengkeh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penyiapan bahan baku sebelum ekstraksi, metode yang digunakan, dan kondisi ekstraksi serta proses pemisahan pelarut dari ekstrak (Naman, 1994). Transfer massa minyak dari butiran padatan ke cairan pelarut meliputi dua tahap proses seri, yakni difusi dalam padatan ke permukaan butiran dan transfer massa dari permukaan padatan ke cairan. Jika salah satu proses berlangsung jauh lebih cepat, maka kecepatan ekstraksi dikontrol oleh proses yang lebih lambat. Namun jika proses berlangsung dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda, maka ekstraksi dipengaruhi oleh keduanya. Salah satu teknik yang perlu dan sangat baik untuk dikembangkan adalah ekstraksi bahan-bahan alam dengan menggunakan kolom fixed bed.
30

Operasi ekstraksi padat-cair dapat dilakukan dengan menyusun butiran padatan dalam kolom fixed bed. Kemudian cairan dialirkan secara kontiniu diantara butiran padatan. Oleh karena butiran disusun dalam kolom maka koefisien transfer massa lebih mudah dinyatakan dalam bentuk koefisien transfer massa vulometrik. Atas dasar pemikiran tersebut peneliti mencoba untuk melakukan pelelitian ekstraksi oleoresin cengkeh dalam kolom fixed bed . Penelitian ini berorientasi pada pemisahan minyak oleoresin cengkeh dengan menggunakan pelarut etanol. Permasalahan utama yang diangkat adalah penentuan konstanta keseimbangan Henry dan pengaruh kecepatan aliran pelarut dalam kolom fixed bed terhadap minyak oleoresin cengkeh yang terekstrak. Sehingga diharapkan data yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan parameter-parameter perpindahan massa dalam kolom fixed bed yang berguna dalam perancangan alat kolom fixed bed. Untuk memperoleh oleoresin yang memenuhi syarat mutu, harus diperhatikan tahapan-tahapan penyiapan bahan sebelum diekstraksi, pemilihan pelarut, kondisi proses ekstraksi dan proses pengambilan pelarut. Ekstraksi oleoresin cengkeh dapat dilakukan dengan atau tanpa pemanasan yang diikuti dengan penguapan pelarut. Sebagai bahan baku biasa digunakan bunga cengkeh kering. Kandungan minyak cengkeh dari oleoresin yang dibuat secara komersil biasanya berkisar antara 70-80%. Ekstraksi akan lebih cepat berlangsung pada suhu yang tinggi, tetapi hal ini akan menyebabkan kerusakan berbagai komponen yang terdapat dalam rempah. Oleh karena itu suhu ekstraksi perlu diperhatikan agar komponen-komponen dalam oleoresin tidak rusak. Dalam penelitian ini ruang lingkupnya dibatasi pada penentuan kadar minyak oleoresin cengkeh dalam cengkeh (XA) dan konsentrasi minyak oleoresin cengkeh yang terekstrak (CA) dalam pelarut etanol 95% baik pada kondisi keseimbangan maupun pada operasi ekstraksi dalam kolom fixed bed. Pada penelitian ini diambil beberapa asumsi yaitu; ukuran butiran padatan seragam, butiran padatan terdistribusi merata dalam kolom, aliran pelarut mengikuti pola aliran sumbat (plug flow), perpindahan massa berlangsung dari padatan ke cairan, proses berlangsung secara isotermal dan karena massa minyak kecil maka rapat massa larutan dianggap tetap.

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 29-35

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilakukan dengan 4 (empat) tahapan pengerjaan, yaitu: Persiapan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu bunga cengkeh kering yang terlebih dahulu digiling dengan ukuran 21 mesh berfungsi sebagai bahan isian dalam kolom fixed bed, pelarut etanol 95% berfungsi sebagai pelarut oleoresin dari bunga cengkeh, dengan viskositas s = 1,2 gram-1det-1 (McCabe, Operasi Teknik Kimia I, Lamp 10) dan massa jenis s = 0,9035 g/ cm3 (perhitungan). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set alat sokletasi (500 ml), satu set alat destilasi (500 ml), tangki etanol, tangki stabiliser, tangki penampung over flow, kran, flowmeter, pignometer (10 ml), kolom fixed bed (Dcup = 1,21 cm; L = 34,4 cm), statif, mixer, stop watch, wadah pengambilan sampel, schreener, alat spektrofotometer sinar tampak. rotary vacum evaporator, neraca analitik, pipa kecil atau slang (D 9mm), erlemeyer (250 ml), gelas beaker (50 ml; 100 ml; 500 ml; 1000 ml; 2000 ml), gelas ukur (10 ml; 1000 ml) dan kertas saring (lembaran). Jenis aliran yang dipilih, yaitu aliran dimana Re adalah 1,5 Re 8 yang bertujuan untuk memperbesar waktu kontak pelarut dengan padatan dan jumlah pelarut yang digunakan tidak terlalu banyak. Untuk harga Renold number (Re) < 10, maka kecepatan aliran pelarut pada sistem packed bed dapat dicari dengan persamaan (1) Ergun (Genkoplis, 1995).
Re = D v p (1- )

butiran cengkeh dengan pelarut etanol pada berbagai perbandingan berat dan diaduk menggunakan mixer serta membuat grafik hubungan kadar oleoresin sisa dalam butiran cengkeh dan kadar oleoresin yang terlarut dalam pelarut etanol (CA). Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini dilakukan percobaan ekstraksi oloeresin cengkeh dengan pelarut etanol dimana sebagai parameter variabel adalah kecepatan alir pelarut. Sejumlah butiran cengkeh dimasukkan dalam kolom fixed-bed, kemudian pelarut etanol dialirkan dengan cepat sampai butiran tercelup. Selanjutnya aliran pelarut dialirkan dengan kecepatan tertentu (plug flow) dan pada saat itu dicatat sebagai t=0. Pada interval waktu tertentu sampel diambil pada aliran yang keluar kolom, dan dianalisa kadar minyak oleoresin. Pengambilan sampel dihentikan jika konsentrasi minyak yang keluar sudah hampir tetap. Percobaan dilakukan untuk berbagai kecepatan aliran pelarut, dan suhu operasi adalah suhu kamar. Analisa Sampel Sampel berupa oleoresin dalam pelarut etanol dianalisa kadarnya setelah pelarut diuapkan dengan alat rotary vakum evaporator. Kemudian oleoresin ditimbang menggunakan neraca analitik. Setiap sampel pada berbagai interval waktu dan variasi kecepatan pelarut dianalisa seperti hal diatas. Lalu dibuat kurva hubungan antara jumlah oleoresin yang terpisahkan dengan waktu pada variasi kecepatan pelarut (Gambar 2). Penentuan Kadar Minyak Oleoresin dalam Cengkeh Pada tahap ini, cengkeh digiling halus dan diayak menggunakan ayakan ukuran 21 mesh. Untuk menentukan kadar minyak oleoresin mula-mula yang dikandungnya (XA), cengkeh diekstraksi dengan alat sokletasi menggunakan pelarut etanol 95%, proses ekstrasi dilakukan sampai pelarut dalam sokletasi sudah jernih. Setelah itu ditentukan kadar minyak oleoresin dalam cengkeh menggunakan persamaan berikut:
X A = Berat oleoresin (gram) Berat sampel butiran cengkeh (gram)

(1) (2)

dimana:

G = v

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan habis pakai yaitu bunga cengkeh dan etanol, persiapan dan instalasi alat percobaan. Bunga cengkeh yang sudah dipilih dikeringkan, digiling dan diayak menggunakan ayakan 12 mesh untuk memperoleh ukuran partikel seragam (Dp). Percobaan Awal Pada tahap ini dilakukan percobaan untuk menghitung kadar oleoresin mula-mula dalam butiran cengkeh(XA) dengan alat sokletasi, dan mencari keseimbangan oleoresin dalam cengkeh terhadap pelarut etanol (CA*). Hubungan keseimbangan dapat dicari dengan mengontakkan
31

Penentuan Nilai Konstanta Keseimbangan Henry


Setelah konsentrasi minyak dalam padatan (XA) diketahui maka ditentukan nilai konsentrasi keseimbangan Henry (H) dengan perlakuan sebagai berikut : bunga cengkeh kering digiling

Estimasi Parameter Perpindahan Massa pada Ekstraksi Oleoresin Cengkeh (Irianty)

halus dan ditimbangan sebanyak 50 gram, 75 gram, 100 gram dan 125 gram, masing-masing sampel dimasukkan kedalam beaker glass dan dicampurkan dengan pelarut eatnol 95% dengan berat tetap sebanyak 450 gram, lalu diaduk menggunakan mixer (proses maeserasi atau perendaman). Kemudian larutan yang tercampur (campuran minyak oleoresin dalam pelarut) diambil sebanyak 10 ml, pemisahan pelarut dengan minyak cengkeh oleoresin dengan cara menguapkan pelarut menggunakan alat rotary vacuum evaporator. Perlakuan yang sama dilakukan sampai berat minyak oleoresin cengkeh hampir sama (keseimbangan sudah tercapai) sehingga pembuatan kurva keseimbangan antara XA dengan CA* dapat dilakukan. Untuk pembuatan kurva keseimbangan terlebih dahulu
CA* = Berat minyak oleoresin cengkeh (gram) berat pelarut (gram)

(3)

yang ke-60, lalu sampel yang diambil dianalisa. Dari literature diketahui etanol menguap pada suhu 79oC, bila kondisi suhu penguapan ini dipertahankan pada proses penguapan pelarut akan mengakibatkan minyak oleoresin yang terekstraksi ikut teruapkan. Untuk menghindari penguapan eugenol yang terkandung dalam minyak oleoresin cengkeh (unsur yang terkandung dalam minyak oleoresin cengkeh yaitu 70-90%), maka pada penelitian ini dilakukan penurunan suhu penguapan pelarut yaitu pada suhu 45oC menggunakan alat rotary vacuum evaporator. Pada suhu ini ternyata ethanol sudah terpisahkan dari minyak oleoresin cengkeh. Kondisi tekanan dibawah 1 atm ini (vacuum) bertujuan untuk mempercepat proses penguapan dan menghindari terjadinya kehangusan bahan yang diekstrak. Waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan pelarut dari larutan campuran minyak oleoresin cukup

Setelah CA* didapat maka dapat ditentukan nilai XAe

( C A ) I , j +1

(1 + )( C A ) i 1, J + ( 2 + )( C A ) i , J + (1 )( C A ) i +1, j + ( C A ) i , J

(4)

dimana:

V DP 2 De

kca ( DP ) 2 ( DP ) De De t

Tabel 1. Harga De dan kca hasil simulasi dengan variasi laju alir solven

V 7.26 14.52 21.75 29.04


Keterangan : De kca DP

De 35.44 82.65 135.18 197.1

kca 0.082 0.249 0.486 0.913

kca. Dp2/Dv 0.6431 1.9529 3.8116 7.1605


Dv v

De/Dv 43429.8 101283.0 165655.7 241535.2


= Diameter kolom = Laju alir solven

v.Dp/ 0.4840 0.9680 1.4500 1.9360

= Difusifitas efektif aksial = Koefisien transfer massa volumetris = Diameter partikel

ditentukan harga persamaan (3).

CA*

dengan

menggunakan

Penentuan Konsentrasi Minyak Keluar Kolom Hasil Percobaan


Bunga cengkeh halus hasil pengayakan 21 mesh dimasukkan kedalam kolom fixed bed. Konsentrasi oleoresin keluar kolom didapatkan dengan jalan melewatkan pelarut etanol. Dimana pelarut ini akan mengekstraksi oleoresin yang ada dalam cengkeh. Sebelum hal ini dilakukan maka terlebih dahulu dipersiapkan rangkaian alat percobaan. Dalam selang waktu 5 menit diambil sampel sampai menit
32

singkat. Setiap sampel pada penelitian ini volumenya (campuran minyak oleoresin cengkeh) yang dipisahkan adalah 8,4 ml. Pada kondisi yang telah ditentukan diatas hanya membutuhkan waktu pemisahan 12 menit. Dari hasil alat pemisah dengan menggunakan alat neraca analitik ditimbang jumlah oleoresin yang diperoleh, dan didapatkan kadar oleoresin cengkeh dalam pelarut.

Estimasi Parameter Perancangan


Tahap ini dilakukan estimasi parameter perancangan yaitu koefisien perpindahan massa

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 29-35

volumetric (kca) dan diffusivitas aksial efektif (De), dengan cara membandingkan konsentrasi oleoresin dalam pelarut yang keluar kolom fixed bed antara data percobaan dengan hasil simulasi model matematis yang sudah dibuat. Nilai parameter perancangan yang diambil adalah yang memberikan jumlah kuadrat selisih konsentrasi oleoresin dari data percobaan dan dari hasil simulasi. Ingin disusun model matematis untuk menghitung koefisien transfer massa volumetric (kca) sebagai fungsi laju alir. Penyederhanaan persamaan ekstraksi padat cair dalam kolom fixed -bed seperti pada persamaan (4).

absorbansi yang diinginkan. Absorbansi yang dideteksi oleh spektrofotometer sinar tampak yang dicoba pada kisaran panjang gelombang 385 sampai 465 nm adalah tidak tetap (pada saat diulangi perlakuan yang sama). Hal ini terjadi karena tidak ditetapkannya panjang gelombang serapan maximum dari minyak oleoresin cengkeh. Berdasarkan penelusuran literatur belum ditemukan panjang gelombang serapan maximum dari minyak oleoresin cengkeh. Bila dilakukan pencarian panjang gelombang tersebut harus menggunakan minyak cengkeh murni dan ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan karena keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Penyebab lain adalah bukan karena panjang gelombang serapan maximum tetapi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 1. Senyawa yang ada didalam minyak oleoresin cengkeh cukup banyak 2. Kandungan dalam minyak oleoresin cengkeh yang paling banyak adalah eugenol (Guenther, 1950 dan Purseglove, 1981) mempunyai persamaan sifat dengan ehtanol (sama-sama turunan alkohol). Karena penggunaan alat spektrofotometer sinar tampak tidak mendapatkan hasil yang diinginkan maka alternatif lain yang dilakukan adalah menentukan kadar minyak oleoresin cengkeh keluar kolom fixed bed dengan menggunakan alat rotary vakum evaporator dan neraca analitik. Hasil percobaan ekstraksi cengkeh menggunakan kolom fixed-bed dengan parameter variable kecepatan alir pelarut ditampilkan dalam kurva antara konsentrasi oleoresin keluar kolom fixedbed terhadap waktu seperti ditunjukan pada Grafik 2. Pada berbagai variasi kecepatan aliran pelarut dapat dilihat pada Gambar 2 bahwa semakin besar kecepatan aliran pelarut pada waktu yang sama menghasilkan konsentrasi oleoresin yang semakin sedikit. Hal ini karena semakin cepat aliran pelarut menyebabkan waktu kontak antara bahan yang mau diekstrak dengan pelarut semakin singkat, sehingga oleoresin yang terlarutkan hanya sedikit. Pada kecepatan alir pelarut yang sama semakin lama waktu ekstraksi menghasilkan konsentrasi oleoresin semakin kecil, hal ini karena jumlah oleoresin dalam cengkeh semakin sedikit dengan bertambahnya waktu sehingga oleoresin yang terlarutkan juga semakin sedikit. Estimasi parameter perancangan yaitu koefisien perpindahan massa volumetris dan diffusivitas
33

Gambar 1. Grafik Hubungan antara XAe terhadap C A*

Simulasi ini dilakukan dengan cara numeris dengan metode Hooke-Jeeves (Setiawan dan Prasetya, 1997, dan Hidayat, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil sokletasi cengkeh selama 48 jam menghasilkan kadar minyak mula-mula dalam cengkeh adalah 0,3187 gr oleoresin/gr cengkeh, kadar oleoresin bebas (XA) sebesar 0,6813 gr oleoresin/gr cengkeh bebas oleoresin. Penentukan kadar oleoresin didalam padatan (XAe) dengan banyaknya oleoresin yang terlarutkan (CA*) ditunjukan pada Gambar 1. Hubungan antara keduanya merupakan garis yang menunjukkan bahwa semakin besar kandungan oleoresin didalam padatan maka semakin besar pula oleoresin yang terlarutkan oleh pelarut. Dari persamaan keseimbangan diperoleh besarnya konstanta keseimbangan Henry (H) sebesar 0,216. Sebelum penggunaan rotary vakum evaporator telah dicoba menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak untuk mengukur konsentrasi oleoresin. Tetapi alat ini tidak mendapatkan hasil

Estimasi Parameter Perpindahan Massa pada Ekstraksi Oleoresin Cengkeh (Irianty)

aksial efektif adalah dengan cara membandingkan konsentrasi oleoresin dalam pelarut yang keluar kolom fixed-bed antara data percobaan dengan hasil simulasi model matematis yang sudah dibuat (metode simulasi Hooke-Jeeves). Dengan menggunakan metode simulasi HookeJeeves, konsentrasi oleoresin keluar kolom hasil percobaan dan hasil perhitungan pada setiap selang waktu mempunyai perbedaan yang relatif kecil. Evaluasi terhadap model matematis yang disusun menggunakan metode SSE (sum of squares of errors) menghasilkan SSE rata-rata sebesar 0,06075. Hal ini berarti model matematis yang disusun dapat dianggap mewakili proses yang terjadi. Dari data-data yanga ada Tabel 1, dibuat grafik hubungan antara kca. Dp2/Dv dan grafik hubungan antara De/Dv dengan v.Dp/ seperti ditunjukan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Dan dari model matematis yang disusun diperoleh De/Dv = 105849 Re1,2334 , (kca Dp2) / Dv = 2,152 Re1,7114. Semakin besar bilangan Reynold, semakin besar pula harga koefisien transfer massa volumetric (kca). Hal ini terjadi karena semakin besar kecepatan maka tranfer massa semakin cepat.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan disimpulkan hubungan keseimbangan kadar oleoresin cengkeh dalam cengkeh (XAe) menggunakan pelarut etanol 95%, adalah CA* = 0,216XAe 0,013. Maka harga konstanta keseimbangan Henry yang diperoleh sebesar 0,216 dan dari model matematis yang disusun diperoleh De/Dv = 105849 Re1,2334 , (kca Dp2) / Dv = 2,152 Re1,7114.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada Dr.Bahruddin dan Fauzi, MT yang telah bekerja sama sebagai anggota peneliti dan DIKTI atas dana penelitian yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
S. Purwono., Murachman, Bardi., Yulianti, Dyah Tri., & Suwati., 2005, Koefisien Perpindahan Massa pada Ekstraksi Aspal Buton dari Kabungka dan Bau-Bau dengan Pelarut nHeksane, Forum Teknik Vol. 29, No. 1 Irianty R. S., Bahruddin & Fauzi., 2002. Estimasi Parameter Perpindahan Massa pada Ekstraksi Oleoresin Cengkeh dalam Kolom Fixed Bed, Laporan Penelitian. Fakultas Teknik Universitas Riau.

Gambar 2. Grafik hubungan kadar oleoresin cengkeh keluar kolom

Gambar 3. Grafik hubungan (VDp ) dengan

Gambar 4. Grafik hubungan

kca DP Dv

bilangan Reynold

VDp

De dengan ) Dv

) bilangan Reynold

34

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 29-35

Hidayat, T., 1998. Model dan Kecepatan Ekstraksi Oleoresin Cengkeh serta Karakteristik Mutunya. Buletin Enggineering. Vol. IV. Setiawan W. B, & Prasetya, 1997, Pemodelan Matematis dan Penyelesaian Numeris dalam Teknik Kimia. Yogyakarta. Weiss, E. A., 1997. Essential Oil Crops. CAB International, Wallingford Oxon, United Kongdom. Naman, N., Sri Y. & Linda Y., 1997, Pengolahan dan Diversifikasi Hasil Cengkeh, Monograf Cengkeh. No. 2 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Naman, N. & Hidayat., 1994, Pengaruh Cara dan Waktu Penyulingan terhadap Mutu Minyak Bunga Cengkeh. Buletin Litro 9 (2).

Geankoplis, C. J., 1995, Transport Process and Unit Operations, third edition, Prentice Hall International. New Jersey. Prasetyo, A. P., & Mulyono, E., 1987, Penggunaan Oleoresin sebagai Bahan Penyedap Makanan dan Miniman. Buletin Littro. Vol. 1 (2). Somaatmadja, D., 1981, Prospek Pengembangan Industri Oleoresin di Indonesia, Balai Besar Industri Hasil Pertanian, Bogor. Heat, N. B., 1975, Herb and Spices for Food Manufacture, Tropical Product Institute Conference Proceedings TPI London,p. 39-48 Ernest, G., 1950. Minyak Atsiri Jilid I dan IV. UIPress. Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai