SlideTA02 PenalaranReasoning
SlideTA02 PenalaranReasoning
Penalaran (Reasoning)
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
7/27/2013
Suwardjono
Transi 1
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Tujuan Pembelajaran
Mencapai kemampuan dan kompetensi peserta untuk: Menjelaskan pengertian penalaran. Menyebut dan menjelaskan komponen penalaran. Menyatakan asersi secara makna dan diagram. Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan. Menyebutkan dan menjelaskan jenis argumen. Membedakan antara argumen dan strategem. Menjelaskan dan memberi contoh strategem dan salah nalar. Mengevaluasi validitas argumen. Menjelaskan aspek manusia yang menghambat argumen yang sehat.
7/27/2013
Suwardjono
Transi 2
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Penalaran
Proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau asersi. Menentukan secara logis dan objektif apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut. Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses, dan keluaran.
7/27/2013
Suwardjono
Transi 3
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Unsur atau Komponen Penalaran Pernyataan atau asersi (assertion) Keyakinan (belief) Argumen (argument)
7/27/2013
Suwardjono
Transi 4
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Proses
Keluaran
Keyakinan bahwa asersi konklusi benar/valid
Argumen
Asersi
inferensi
konklusi
7/27/2013
Suwardjono
Transi 5
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Suwardjono
Transi 6
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Asersi
Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan.
Pengkuatifikasi asersi Untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi. Pengkuantifikasi: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua.
7/27/2013
Suwardjono
Transi 7
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Makna atau arti
Semua A adalah B.
Diagram
B A
7/27/2013
Suwardjono
Transi 8
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Hubungan eksklusi: Tidak satupun A adalah B = Tidak satupun B adalah A
Hubungan inklusif:
B A
Suwardjono
Semua A adalah B
dapat bermakna
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Hubungan saling isi
7/27/2013
Suwardjono
Transi 10
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Beberapa B adalah A
Tanpa diagram tidak diketahui apakah: Ada sebagian A yang bukan B. Semua A adalah B. B sama dengan A Asersi menyangkal Semua B adalah A Asersi menegaskan Tidak semua B adalah A
Suwardjono
Transi 11
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Interpretasi: Beberapa B adalah A.
atau
7/27/2013
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Suwardjono
Transi 13
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Fungsi:
Kaidah/prinsip:
7/27/2013
Suwardjono
Transi 14
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Keyakinan
Kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak. Properitas Keyakinan Keadabenaran Bukan pendapat Bertingkat Berbias Bermuatan nilai Berkekuatan Veridikal Berketertempaan
Transi 15
7/27/2013
Suwardjono
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Anatomi Argumen
Premis 1
Asersi
inferensi Premis 3
Asersi
inferensi
Asersi
Premis 2
inferensi
inferensi
Asersi
Konklusi
7/27/2013
Suwardjono
Transi 16
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Indikator Argumen
Dalam suatu argumen atau penalaran yang kompleks, tidak selalu mudah untuk mengenali premis dan konklusi. Indikator premis: oleh karena, karena, mengingat, dengan asumsi bahwa, jika
Indikator konklusi: oleh karena itu, dengan demikian, maka, sehingga, sebagai akibatnya Cara mengenali: Prinsip/kaidah interpretasi terdukung (principle of charitable interpretation)
7/27/2013
Suwardjono
Transi 17
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Jenis Argumen
Deduktif Nondeduktif: Induktif Analogi Sebab-akibat
7/27/2013
Suwardjono
Transi 18
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Argumen Deduktif
Argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor). Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument). Premis major: Premis minor: Konklusi: Semua binatang menyusui berparu-paru. Kucing adalah binatang menyusui. Kucing berparu-paru.
7/27/2013
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas).
Kriteria kebenaran logis:
1. 2. 3.
7/27/2013
Semua premis benar Konklusi mengikuti semua premis Semua premis dapat diterima
Suwardjono
Transi 20
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Konklusi: B
Pasti/harus
Konklusi: S
Tak mungkin
Konklusi: B
Mungkin
Konklusi: S
Mungkin
B = Benar, S = Salah
7/27/2013
Suwardjono
Transi 21
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Argumen Induktif
Argumen yang simpulannya merupakan perampatan atau generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai premis. Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis (logical argument). Premis: Premis: Konklusi: Satu biji jeruk dari karung A manis rasanya. Beberapa biji berikutnya manis rasanya.
7/27/2013
Suwardjono
Transi 22
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Argumen induktif
Premis 1: Beberapa burung dapat terbang. Premis 2: Bebek adalah burung.
Konklusi: Bebek dapat terbang.
Suwardjono
Transi 23
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Suwardjono
Transi 24
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Kecohan (Fallacy)
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid. Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid.
Orang dapat mengecoh atau terkecoh lantaran: Strategem Salah nalar (reasoning fallacy) Aspek manusia dalam berargumen
7/27/2013
Suwardjono
Transi 25
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
7/27/2013
Suwardjono
Transi 26
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Suwardjono
Transi 27
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
7/27/2013
Suwardjono
Transi 28
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Kutipan Penting
Hirshleifer (1988) di halaman 90. Nickerson (1986) di halaman 92. Thomas Kuhn (1970) di halaman 93.
7/27/2013
Suwardjono
Transi 29
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Suwardjono
Transi 30
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Priestley never accepted the oxygen theory, nor Lord Kelvin the electromagnetic theory, and so on. The difficulties of conversion have often been noted by scientists themselves. Darwin, in a particulary perceptive passage at the end of his Origin of Species, wrote:
Although I am fully convinced of the truth of the views given in this volume..., I by no means expect to convince experienced naturalists whose mind are stocked with a multitude of facts all viewed, during a long course of years, from a point of view directly opposite to mine. ... [B]ut I look with confidence to the future, to young and rising naturalists, who will be able to view both sides of the question with impartiality.
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.
7/27/2013
Suwardjono
Transi 31
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
7/27/2013
Transi 32
Bab 2
Penalaran (Reasoning)
Bila orang merasakan belajar sebagai kenikmatan, maka dia akhirya akan mengenyam kenikmatan ganda.
7/27/2013
Suwardjono
Transi 33