.... beberapa tapi tidak semua, PE berhub dgn plasenta kurang baik. Plasenta jelek menjelaskan tingkat I dimana akan menampilakn assal berbeda. Tingkat I respon imun desidual utk primipaternity & mgk pasangan dari PE. Respon II, semua semua respon II sistem inflamasi, dapat menjelaskan mengapa wanita yg hamil dgn plasenta besar tidak biasa mudah terkena PE. Pd wanita normal, walaupun terdapat respon inflamasi, tidak cukup utk menimbulkan PE. Utk menjadi spt itu, diperlukan stimulus abnormal dari plasenta stres oxidatif (plasenta PE). Pada wanita dgn respon kronik sistem inflamasi, berkaitan dgn kondisi pst HT kronik, DM, obesitas, pd awal point awa bahkan cukup abnormal utk sebuah plasenta normal dapat menstimulasi repson sistemik dariintesitas yg menunjukkan PE.bersadarkan paradigma inflammantory PE tidak berbeda seluruhnya namun batas ekstrim dari respon sistemik kronik ibu disebabkan oleh kehamilan itu sendiri. Sebenarnya, dalam studi baru2 ini menunjukkan bahwa tidak gangguan autoimun, namun bbrp infeksi ibu (UTI, penyakit periodontal, clamidia, virus) berhub dgn PE. Inflamasi kemungkinan besar merupakan penyebab penting dmn obesitas predisposis PE
abortus lebih tinggi. Plasenta abrupsi pd pasien PE kemungkinan besar menghasilkan lesi trombotik pada vaskularisasi plasenta, mengarah pd nekrosis desidual, pemisahan & perdarahan.sebuah lingkaran setan yg berlanjut seperti perdarahan desidua yg menghasilkan pemisahan lebih lanjut. Patologis vaskular serupa menggantikan proporsi signifikan pd kehamilan normotensi dengan kompilkasi oleh IUGR &/atau persalinan preterm & biasanya tidak spesifik pd PE.
Imunologi PE
Invasi trofoblast ke dalan desidua & miometrium terutama dikontrol oleh sistem imun. STBs tidak mengekspresikan antigen (HLA) mRNA. Sedangkan antigen HLA klasik tidak hadir, bagian dari HLA-C, penyerbuan CTBs mengekspresikan HLA-G & HLA- E non klasik. Pada mulanya, munculnya HLA-G, monomorfik, memainkan peran penting thd toleransi maternal ke fetus, dirasakan sebagai benda asing sementara melindungi trofoblast dari NK cell dimediasi oleh sitotoksisiti. Sekarang kita tahu bahwa HLA-G mengekspresikan invasi CTB lebih penting dalam adapatasi vaskular pada dasar plasenta. Karena Tcell dipercaya sebagia sel imun yang unik dalam respon imun adaptif, ketiadaan Tcell mayor pada PE, menyangkat hipotesis maladaptasi imun. Konsepnya secara menyeluruh mengganti peran besar yang digantikan oleh sel NK desidua. Predominasi populasi sel limfoid pada desidua yang tdd NK cell, T & B cell adalah jarang. NK cell mengekspresikan inhibitori & aktivatori KIRs mampu mengenali molekul HLA. NK cell uterin mempengaruhi invasi trofoblast & dasar vaskular plasenta maternal mengganti produksi sitokin2 melibatkan dalam angiogenesis & stabilitas vaskular, khususnya VEGF, PLGF dan angiotensin 2. Moffet King & kolagenya mengganti pengertian kita tentang pentingnya interkasi reseptor HLA-c NK cell...... semua wanita
mengekspresikan KIRs pada desidua NK cell pada kedua grup allel HLA-c, dan karena HLA-c polimorfik, setiap kehamilan memerlukan kombinasi berbeda dari HLA-c feta dan KIRs maternal. Sebab itu, setiap kehamilan berdasarkan interaksi imun spesifik unik tidak dibutuhkan memerlukan tcell tapi NK cell berinteraksi dengan paternal HLA. Ibu kekurangan ato mengaktivasi KIRs (AA genotipe)ketika fetus memiliki HLA-C, menjadi milik grup HLA-C2, yang merupakan risiko PE. Menariknya, studi terbaru juga menampilkan bahwa Tcell diperlukan pada toleransi spesfik imun alloantigen fetus selama kehamilan. Bagian besar efek protektif dari paparan sperma dipindahkan oleh sel sperma. Hubungan rangkaian dari selular & molekular menyerupai respon inflamasi klasik. Faktor seminal yang muncul pada vesikel semianl bertransformasi menajdi TGF-b1. Proses dari paternal Agoleh antigen presenting cell dalam lingkungan tdd TGF-b1 akan memulai respon immun tipe 2. Mulainya respon imun tipe 2 ke arah ejakulasi Ag paternal, seminal TGF-1 dapat menghambat induksi dari respon tipe 1 bertentangan konspesus semiallogenicyang dikiranya berhubungan dengan placenta jelek dan perkembangan janin.
Hipotesis Genetik
Berdasarkan teori genetik Haig, gen janin akan diseleksi utk meningkatkan transfer nutrien ke dalam fetus & gen ibu akan diseleksi utk membatasi transfer dalam jumlah optimal.... hipotesis memprediksikan faktor plasenta (gen fetal) akan beraksi utk meningkatkan TD ibu, sedangkan faktor ibu akan beraksi menurunkan TD. Faktor plasenta memilik kesempatan utk meningkatkan resistensi nonplasental karena arteri uteroplasental dimodifikasi dan tidak responsif thd vasokonstriktor. Efek intrinsik pada TD ibu akhirnya bermanfaat utk janin. Dengan demikian hipotesis genetik memprediksikan bahwa gen fetus akan menambah aliran darah ibu ke space intervillous oleh peningkatan TD maternal. Hipotesis genetik memprediksikan bahwa TD ibu ditetapkan oleh keseimbangan antara faktor fetal meningkatkan TD & faktor ibu menurunkan TD. Aktivasi sel endotelial ibu berkembang sgb risiko tinggi utk meningkatkan resistensi non plasenta dimana suplai darah uteroplasenta inadekuat. Kenaikan kecil dari BBL janin sering menyebabkan peningkatan ......? Keseimbangan antara angiogenetik growth factors & sFlt-1 menyediakan contoh penting jalan molekular oleh Haig. Besarnya peningkatan sFlt-1 berhubungan dengan keparahan penyakit, menambah suport bahwa keseimbangan VEGF sFlt 1 melambangkan patof paling srg.
MATERNAL SUSCEPTIBILITY
Gen Susceptibility ibu
Tidak mungkin hanya ada satu kunci gen PE .....? Kita akan melihat pertumbuhan cepat dari suspeptiblity gen, banyak hal ini yang berinteraksi dengan KV / sistem homeostatik / respon infalmasi ibu. Sekarang mensugesti heribilitas diperkirakan 30% dari PE.
Thrombhophilias
Studi pertama menunjukkan hubingan nyata antara thrombopilias ibu & PE muncul awal, beberapa studi tidak dapt menemukan hal ini. Bagaimanapun pandangan sistematik sudah mengkonfirmasi keseluruhan
Umur
Umur yang extrim diketahui merupakan FR utk PE. Periode singkat dari paparan sperma diyakini menjelaskan risiko tinggi PE di antara remaja. Kategori umur ibu, hubungan antara umur dan insiden PE barangkali mengrefleksikan kombinasi efek ada endoteliat ageing & insiden tinggi khususnya peningkatan TD & BMI
Obesitas Obesitas merupakan FR utk PE & HT gestasional. Risiko utk PE khas dengan 5-7 kg/m2 meningkatkan BMI kehamilan. Peningkatan sitokin & stres oxidatif mgk menjelaskan termasuk dislipidemia & aktivitas simpatis.
Sistem KV
Cairan tubuh meningkat 6-9 L selama kehamilan normal, dipisahkan antara milik fetus & ibu. Peningkatan paling besar cairan interstitial berpengaruh pada trimester 3, kontras dgn kenaikan vol plasma pd trimester 1 & 2. Peningkatan volume darah dpt didteksi dlm 6 miggu. Peningkatan volume plasa berkorelasi erat dgn BBL sekalipun pertumbuhan fetal terganggu. Rata2 vol plasma pada wanita hamil menginduksi HT sekitar 9% & sebanyak 30-40% pd kasus PEB. Hipovolemia pada kehamilan menginduksi HT berhubungan dgn IUGR, ologihidramonion, hamil prematur. Walaupun eritosit meningkat selama kehamilan, hub meningkatkan vol plasma mengasilkan penurunan perlahan2 hemtokorit hingga umur 30 mgg, diikuti peningkatan perlahan. Hemodilisu berkaitan dgn penurunan viskositas, dimana mgk berguna perfusi intervilus. PEB dikarakteristikan oleh vasokonstriksi dan bocornya mikrosirkulasi, shg cairan pindah jaringan extraselular dan berhub dgn hipovolemia. Vol eritrosit pada PE tidak berbeda dibandingkan dgn kehamilan normal. Jadi, konstrasi Hb ato hematrokit masuk akal diukur pada vol plasma PE. Tingginya Hb berlawanan dgn dengan outcome perinatal, termasuk BBLR, berat plasenta rendah, menignkatkan insinden prematur & kematian neonatus & HT. Konsentrasi Hb dapat dinaikkan pada trimester 1 & II kehamilan. Edema & bengkak, walaupun bukan gejalan klinik yg dapat dieprcaya dari kehamilan menginduksi HT, merupakan tanda dari
perpindahan cairan extraselular. Edema tidak disebabkan oleh peningkatan tekana hidrostatik kapiler, seperti halnya dalam kehamilan normal. Karena meningkatnya resistansi precapilar pada PE, tekanan hidrostatik interkapilar sebenarnya menurun. Edema disebabkan oleh meingkatanya perlmebilitas protein plasma, berkurangnya tekanan koloid osmotik plasma, dan peningkatan protein intestitial. Edema patologis yang muncul tiba2 berhub dgn kecepatan penambahan BB. Chelsey menyatakan jika edema kaki tidak hilang dalam semalam, wanita hamil harus dipantau hati2. Pembengkakan tiba2 dengan penambahan > 1kg/mggu selama 23 mggu ato penambahan > 2 kg/mggu harus memperingatkan dokter. Wanita dgn PE lebih srig memiliki edema wajah & periorbital berbeda dgn edema kaki patologik. Penurunan TD pada trimester 1 & 2, diikuti peningkatan.... gestasi 6-8 mggu, MAP sudah menurun dibanding dengan prekonseptional level....? CO mulai meningkat setelah konsepsi, 50% kasus peningkatan CO baru disadari pada gestasi 8 mggu. CO mencapai puncak 35-50% lebih tinggi dibanding .....? peningkatan CO disebabkan oleh peningkatan stroke vol (10%) & pulse rate (5-15%) dan diiringi pembesaran ventrikel kiri. ...........? Output jantung tetap ditinggikan sampai pengirima, jika tdak terukur pada posisi berbaring. Pada trimester 3, sektiar 65% penambahan CO disebarkan ke uteroplasental & sirkulasi renal. Ok TD turun & CO meningkat dlm kehamilan, resistensi vaskular sistemik harus turun. Rata2 wanita, resistensi vaskular sistemik,turun dari 1700 dynes/sec/cm5 sebelum kehamilan menjadi sekitar 900dynes/sec/cm3 pada pertengahan kehamilan meningkat 1300 dynes/sec/cm toward. Term. Penurunan SVR adalah salah satu penyesuaian ibu thd kehamilan dan sudah diamati selama fase luteal pada wanita yang kemudian menjadi hamil. Penurunan TD arteri dan afterload mengarah ke peningkatan CO terutama melalui peningkatan denyut jantung. Penurunan TD arteri bersamaan dgn penurunan irama vena, mengativasi RAAS (renin angiotensin sistem)& osmoreguritas sistem. Induksi volume menambah preload & SV. ....... Visser and Wallenburg membandingkan hasil pengukuran kateter arteri pulmonalis pd 87 ps PE yang tidak diterapi dgn 47 ps PE yg di th dgn bermacam2 obat & cairan IV; 10 wanita dgn kehamilan N sbg kontrol. Smw dikerjakan antara 25-34 minggu gestasi. Variabilitas semua variabel hemodinamik adalah jauh lebih rendah di tidak diobati daripada pada pasien yang diobati. Jadi. mayoritas ekstrem di dinamis profil di PEB, seperti yang dilaporkan dalam literatur, mungkin terkait dengan kombinasi iatrogenik artefak, perbedaan dalam tingkat keparahan penyakit,obesitas, HT kornik &/ penyakit ginjal. Ps PEB onset awal yg tidak dith, kebanyakan berkaitan dgn IUGR, menunjukkan pola rendah index jtg, index tinggi SVR, pengisian rendah??? USG mendemonstrasikan, bagaimanapun PE dikarakterisktikan oleh tingginya CO sebelum gejala awal muncul, sehingga ps????
Renal System
???? meningkatnya resistensi vaskular ginjal menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal. SFlt-1 yg berlebihan mungkin memanikan peran besar dlm penyebab endoteliosis glomerular. Tingkat filtrasi glomerular (ERPF) dan filtrasi menurun pd PE. Setelah melahirkan, decrement fungsional biasanya kembali N, namun ada yg berlanjut menjadi nekrosis tubular akut. 1983, Mac Gillivart, menyatakan bahwa oliguria/anuria merupakan tanda penting PE sebagai indikasi bahwa bayi dan plasenta harus dilahirkan segera. Walaupun oliguria meruapakn tanda penting, itu bukan merupakan indikasi utk segera melahirkan. Oliguria/anuria dpt diklasifikan sbg prerenal, renal & post renal. Pd PE, hipovolemik tanpa vasokonstriksi intrarenal, menyebabkan oliguria. Bagaimanapun pd sebagian besar pasien, oliguria / anuria merupakan konsekuensi dr endotheliosis glomerular, vasokonstriksi intrarenal, & hipovolemia. Walapun gagal ginajl akut komplikasi jarang pada PE (1 dlm 10.000-15.000 kasus), PE merupakan penyebab utama GGA pd kehamilan . GGA pd PE kebanyakan disebabkan ATN, ttp kdg2 disebabkan nekrosis kortikal bilateral. Oliguria pd hamil2 awal itu sering, tp umumnya terselesaikan spontan & dpt diterapi secara konservatif, menyediakan serum kreatinin& urea tidak meningkat. GGA pada pasien preeclamptic yang sebaliknya juga memiliki prognosis yang baik, dengan pemulihan penuh menjadi normal. Ps yg berkmbang dr komplikasi renal dr PE superimpose dr penyakit ginjal sebelumnya meningkatkan risiko nekrosis bilateral. Gagal ginjal karena Preeklamsia pada pasien antenatal akan selalu segera melahirkan.
Hemostasis Abnormal
Abnormalitas hemostatik pada PE kompatibel dengan kompensasi,nilai lokal koagulasi Intravaskular , ???? melainkan deplesi fibrinogen & trombositopenia terjadi pd DIC. Hanya di situs2 tertentu (spt dasar vaskular uteroplasental, liver & ginjal) ada peningktan thrombin & fibrin. Kerusakan PD & agregasi platelet mendahului peningkatan pembentukan trombin dan fibrin. Trombositopenia (<150.000 Ul) srg pada akihr kehamilan. Trombositopenia gestasional dikarakteriskan memiliki onset lebih lebih awal dlm kehamilan dibandingkan PE, srginya ditemukan pada prenatal screening & hitung jumlah platelet jarang dibawah 70.000 Ul. Trombositopenia adalah yang kelainan hemostatik paling sering yg tak dapat dipungkiri pd PE, 20% ps dengan kehamilan induksi HT berkembang menjadi trombositipneia sedang, bermacam2 antar 7% pada penyakit seang hingga 30-50% pada PEB & eklampsia. Ps PE, khususnya dgn ada IUGR???? Trombostipenia pada PEB tidak < 50.000, jika terjadi demikian, pikirkan penyebab lain Kebanyakan ps dgn HELLP synd menunjukkan penurnan platelet hingga 24- 48 jam stelah melahirkan. Walaupun >90% kasus trombostipenia berhub dgn PE harus memustuskan oleh opstpartum hari 4, wanita2 dgn trombostipenia mgk memerlukan >10 hari utk mencapai platelet > 100.000. pemulihan diikuti adanya trombositosis. HELLP synd merupakan manifes proses mikroangiopati, bukan bentuk DIC., walapun srg ada tanda-tanda lokal peningkatan koagulasi. ???? insiden tingginya DIC dilaporkan oleh bbrp penulis brangkali disebabkan fakta bahawa ps dlm studi ini sidah berada dalam stage pre-terminal dari proses penyakit mereka. Umumnya, hanya ps dgn platelet < 80.000, ????? Dlm HELLP synd, anemia mikroangiopatik hemolisis & trombositopenia berat mendahului penampkan konsumsi fibrin & DIC & bukan sebaliknya, seperti yang terlihat, misalnya, pada pasien dengan plasental abruption. Akibat dari ini semua adalah bahwa HELLP synd dgn DIC benar-benar dalam tahap yang lanjut dari proses penyakit.
Hepar
Keterlibatan hepar dalam HELLP synd tidak disebabkan oleh vasokonstiksi berlebihan arterial hepatik, tapi berhub dgn deposit berlebihan fibrin-fibrinogen di sinusoid hepar. Pd PEB, deposit gede barang spt fibrin menghambat aliran darah di sinosoid & menyebabkan distensi kapsula hepar, dimana dpt menyebabkan nyeri epigastrik. Hal ini adalah masalh pd 90% ps HELLP synd. Tambahan ,50% mengalami mual &/ muntah dan gejala spt flu lainnya. Mayoritas pasien (90%)memiliki riwayat malaise utk bbrp hari sblm presentasi. Pd pF, 80% pada RUQ tdpt tenderness & 60% besar berat badan dengan edema generalis. HT dpt tidak ada (20%), mild (30%), berat (50%). Bbrpa pasien mgk terdaapt GIT bleeding, hematuria, nyeri pinggul/bahu, ikterik. Bbrp ps di misdx sbg gangguan kesehatan & op. Kolelitiasis, kolesistitis, hepatitis, fatty liver akut kehamilan, pankreatitis, perforasi ulkus gaster,hernia hiatum berat, pieloneftris, dan Budd Chiari syn dapt dimasukkan sbg DD dr epigastrik atau nyeri RUQ selama kehamilan dan kemudian DD HELPP synd. Hematome subkapsular & ruptur hepar, merupakan extensi lebih lanjut dr HELLP snyd dgn ps dgn keluahna nyeri epigastrik berat, nyeri bahu, syok, asites masf (hemoperitoneum), kesulitan pernapasan, efusi pleura. Ketika ruptur tdd ???, ps mengalami nyeri hebat tp hemodinamiknya stabil. Hematom subkapsular terlihat jelas pd USG, CT scan. Ct scan lebih berguna karena operator butuh sdkt & dapat menggambarkan seluruh bag abdmen. USG bagaimanapunjuga, perlu latihan utk mengerjakannya krn peralatan ini lbh srg digunakan oleh orang2 obstetrik. Lebih srg, hematome pd bagian anterior, permukaan inferiordari lobus kanan hepar. Efusi pleura mgk terjadi pd bbrp kasus. mPerkusi peritoneal dpt digunakan utk membedakan antara asites & darah peritoneal.
Otak
EKLAMp didefinisikan sbg onset kejang &/ loma pada wanita yang memiliki HT gestasional / PE. Bagaimanapun, pd thn 1990 mendemonstrasikan bahwa onset kejang, 23% tidak memiliki HT atau HT minimal, 19& tanpa proteinuria, & edema (-) p d 32% kasus. EKLAMP terjadi 7-8 kali lbh sering pada proteinuria daripada kehamilan menginduksi HT tanpa proteinuria & TD pada wanita dgn EKLAMp lebih tinggi pada PEB.
Umumnya, kejang EKLAM adalah granmal dgn fase tonik/klonik, kejang fokal, mgk kdg2. Tanda & gejala otak PE EKLAMP adl sakit kepala, pusing, tinitus, hiperfleksi, klonus, drowsiness, g3 mental, g3 visual, parastesia, kejang. Sakit kepala telah lama diakui sebagai pertanda eclampsia. Sakit kepala tidak dapat diringankan dgn salisilat atau fenacetin dan srg digambarkan dgn berdenyut2. Mekanisme dari sakit kepala ini belum pasti, walapun HT ensefaloapti, vasospasme serebral, dan perfusi abnormal sebenarnya terlibat. Untuk membedakan eclampsia dari preeclampsia oleh terjadinya setidaknya satu konvulsi itu sangat dibatasi?? Utk memudahkan, cortical blindess dikecualikan walaupun patologinya identik dgn lesi yg menyebabkan konvulsi. Lagipula, ps PE dpt menjadi koma tanpa kejang. Hiperefleks & klonus adl tanda PEB. Namun, kejang dapat terjadi tanpa hiperrelflexia, dan byk... Klonus selalu merupakan tanda patologis & harus diperhatiakn sbg tanda impending eklampsia. Gejala plg srg sblm terjadi konvulsi adalah sakit kepala (82,5%), g3 visual (44,4%), & nyeri perut atas (19%). G3 penglihatan termasuk skotoma, pandangan kabur, diplopia, hemianopsia homonimus, & amarousis. G3 visual pd PEB dapat = aura yg mendahului migrain, dpt termasuk flashing / multi wanra dapat berkisar dari kabur skotoma & kebutaan temporal. Spasme arteri retina, iskemik & edema dipercaya menghasilkan g3 visual. Kebutaan jarang terjadi (1-3% kasus dlm E). Chelsey melaporkan insiden amorousis 4,3% di antara 330 wanita E. Wanita2 dgn amourosis biasanya sembuh sendiri dlm 1 mggu. Ablasio retina dpt mengubah penglihatan, walaupun hanya terjadi di 1 sisi& jarang menyebabkan kebutaan. Tanpa op, penglihatan kembali menjadi normal dlm 1 mggu. Mg IV diketahui menyebabkan efek neurooftalmik, dmn hal ini menjadi DDnya.namun, sllu ada perbedaan signifikan antara g3 visual PE dgn g3 visual akibat Mg. Data skrg menyarankan bahwa Ht ensefalopati dan overperfusi otak terjadi pada wanita2 dgn PE. Aliran darah arteri media serebral (MCA) & arteri post serebral (PCA) & velositas MCA & perfusi serebral meningkat pada wanita dgn PEB dibandingkan dgn wanita dgn tensi N. Wanita2 ini berbeda dr wanita dgn tensi normal, dimana mereka memiliki penurunan aliran darah arteri besar. Overperufis ini dengan kelemahan arteri & edema vasogenik srg pada kasus E & bbrpa kasus pd PEB, menyebabkan infark pd daerah lokal (edema sitotoksik). MRI menemukan edema vasogenik lokal & umum lebih terlihat pada Eklampsia dibanding PEB & infark permanen dgn perkembangan sitotoksik didemonstasikan skitar 20% pd wanita dgn Eklamp. Aturan adanya vasospasme sbg mekanisme utama terjdainya EKLPM dipertanyakan oleh byk data yg mensugest bhawa HT ensefalopati memulai innjury. Vasospasme kedua mengikuti patfis utama, & vasospasme yg dilaporkan dlm kasus Eklamp dpt ditampilakn dalam bertanya penyakit, interval panjang antara kejang & gambaran& pertumbuhan edema sitotoksik & infark serebral. Kedepannya, mgk dapat menunjukkan grup berbeda dari ps dgn predominasi vasogenik atau edema sitotoksik, & ini dapat secara signifikan mempengaruhi penangannnya. Kebutaan kortikal pada PE E disebabkan oleh multipel mikroinfark & mikrohemorage dgn edema daerah osipital substansi abu2. Setiap cahaya lampu berpengalaman dalam kasus PEB dpt mensinyalir peristiwa dari lesi kecil lainnya. Pd kumpulan lesi2 ini menyebabkan kebutaan kortikal. Walaupun gejala2 bisa tidak komplit krn cahaya dirasakan. Pupil bereaksi thd cahaya (refleks otak tengah), tetapi kemampuan utk mengedip thd cahaya hilang. Jika lesi komplit, optokinetik nistagimus hilang, dan ps netral thd kebuataan (anthonys symptom). Sindrim ensefalopati posterior reversibel (PRES), dgn kebutaan kortikal gx klinik utama, hrus memiliki klinikan signifikan spt kejang EKLAMP, krn patologi mungkin lebih ato kurang. Papiledema pada EK menandakan edema serebral
berkaitan dgn umur gestasi saat persalinan & juga derajat IUGR. Komplikasi neonatal menjadi lebih buruk bila berhubungan hipoxia perinatal. PEB juga berkaitan dgn peningkatan risiko kematian ibu (0,2%), dan morbitas ibu (5%) dgn kondisi spt kejang, perdarahan intrakranial, edema pulmo, GGA, atau gagal hati, perdarahan hati, pankreatitis, DIC> komplikasi2 ini biasanya terihat pada wanita2 PE sebelum 32 mggu & kondisi medis sebelumnya.
Prenatal
PREDIKSI
Peningkatan kewaspadaan dianjurkan pada ps dgn FR (misal Ht kronik, penyakit ginjal, g3 jaringan ikat, DM, riwayat PE). Kebanyakan penanda biokemikal dipilih dgn dasar patfis abnormal telah dilaporkan berhub dgn PE. Jadi, markes ini mencakup disfungsi plasenta, aktivasi endotelial & koagulasi. Biomarker ini mencakup penanda disfungsi plasenta, aktivasi endotelial & koagulasi, terlibatnya ginjal, & marker aktivasi koagulasi. Biomarker2 ini telah dilaporkan naik atau turun dalam sirkulasi ibu pada kehamilan awal sebelum onset PE. Table 35-5
menampilkan daftar marker2 ini yang telah dipelajari secara intensif sejak 1980an. Bagaimanapun, hasil bermacam2 studi mevaluasi kepercayaan dari marker ini utk prediksi PE inkonsisten, & byk dari marker ini membuat spesifitas buruk & nilai prediktif utk digunakan rutin di klinik. Tidak mengejutkan, ada banyak sirkulasi fk antiangogenik & angiogenik sebelum & setelah onset PE. PLGF menurun sedang level sFlt-1 & endoglin meningkat sebelum & sesudah onset PE. Sebuah studi menunjukkan pentingnya ketidakseimbangan antara serum sFlt-1 & PLGF (ratio sFlt-1 / PLGF) berkorelasi dgn beratnya penyakit sebaik onset awal PE. Bagaimanapun, dlm kajian 2006 menyimpulkan bahwa bukti tersebut adalah tidak cukup untuk merekomendasikan marker ini untuk digunakan sebagai tes skrining karena perbedaan di antara berbagai studi mempelajari mengenai usia kehamilan pada saat dari pengukuran, metode yang digunakan untuk analisis, belajar populasi, dan pelaporan hasil. Studi barusan mengevaluasi level fk angiogenik trimester 1 sbg predisposisi PE; hanya 2dari studi ini menunjukkan penurunan PLGF berhub dgn PE berikutnya, sdgkan 2 studi lainnya menemukan bahwa level sFLT-1 tdak berhub dgn PE. 3 studi lainnya mengevaluasi level fk angiogenik trimester 2 utk predisposis PE. 1 menemukan bhawa PLGF lebih rendah tapi sFlt-1 tidak meningkat pada wanita yang nantinya berkembang ke arah PEB. 1 menemukanlevel serum soluble endoglin meningkat pada trimester 2 pada wanita yg akan berkembang parah terutama onset awal PE. Moore Simas dkk mengukur level serum PLGF & sFlt-1 dari 22-36 mggu pada 94 wanita risiko tinggi & menemukan ratio sFlt-1 / PLGF 22-26 mggu utk menjadi prediktif tinggi PE onset awal. Biomarker lainnya, placental protein-13 diproduksi dalam plasenta & diperlukan dalam implantasi & remodeling vaskular ibu. Level placental protein 13 trimester 1 signifikan lebih rendah paa PE dibandingkan dgn kontrol; placental protein 13 sendiri / kombinasi dgn slope antara trimester 1 & 2 mgk menjadi marker yg menjanjikan utk PE. Skrg ini, Doppler ultrasound of uterine artery velocity waveforms hanya menjadi metode yg digunakan dlm praktik klinik, baik secara skrining umum maupun ps tertentu dgn risiko tinggi PE &/ IUGR. Abnormal dari uterine artery velocity waveform menunjukkan index resistens tinggi &/ munculnya diastolic notch (unilateral / bilateral). Komplikasi kehamilan oleh abnormal uterine artery Doppler menemukan dalam trimester 2 berhub lebih byk daripada 3-6 kali lipat dalam kisaran PE. Bagaimanapun, sensitivitas dari sebuah abnormal uterine artery Doppler utk memprediksi PE &/ IUGR, spt dilaporkan dalam tinjauan sistematik, kisaran 20-60% dgn prediktif (+) 6-40%. Data skrg tidak mendukung test ini utk skrining umum utk PE pada wanita hamil, tetapi uterine artery Doppler dpt berguna sbg tes skrining pada risiko tinggi Pejika sebuah pencegahan efektif ada.kebanyakan penulis & peneliti setuju bahwa uterine artery Doppler memiliki sensitifitas tinggi utk PE onset awal berhub dgn IUGR. Jika keseluruhan kinerja tes dapat ditingkatkan dengan penambahan data klinis, biomarker, atau keduanya, 20 mggu dapat menajdi waktu terbaik utk melaksanakan studi artery Doppler studies.
PENCEGAHAN SEKUNDER
Keseluruhan risiko utk rekurensi PE dalam kisaran 14% dari PE & hal sama utk berkembangnya HT gestasional dlm kehamilan berikutnya, sedangkan wanita dgn onset awal PE lebih dulu & / signifikan HT kronik memiliki rekurensi 50%. Telah dipelajari agen2 utk kemampuan mereka utk menurunkan risiko PE & meningkatkan hasil ibu & bayi. Agen2 ini teramsuk antiplatelet, vitamin, kalsium, & heparin. Tabel 35-6 menampilkan gambaran strategi sekarang utk mencegah PE dgn bukti yg mendukung.
resisten index antara 18 & 24 mggu gestasi. Bagaimanapun, studi lain dgn pengukuran abnormal doppler dari a. Uterin antara 22-24 mggu masa gestasi. LDA setelah 23 mggu gestasi tidak mencegah PE. Multicenter studi memasukkan 2539 wanita risiko tinggi dgn DM gestasional, HT kronik, getasi multifetal, atau PE pada kehamialn sebelumnya menunjukkan ketidakgunaan LDA. Bagaimanapu, hampir seluruh studi utk mencegah PE sejauh ini fokus pada definisi inkosisten dari gangguan dan bukan pada outcome perinatal. penggunaanLDA harus didasarkan pada penilaian risiko individual PE. Pada praktik klinik , risiko yg mendasari PE pada populasi harus diperhatiakn. Jka risiko 8%, pengobatan 114 wanita akan mencegah 1 kasus PE. Jika populasi dgn 20% risiko PE, jumlah yg dibutuhkan utk mencegan 1 kasus PE adl 50. Pd potensi kegunaan & ketidaan relatif dari maternal & komplikasi neonatus, LDA diindikasikan sbg pencehagan sekunder PE terhadap wanita dgn risiko. Sebagian besar kasus, LDA dapat dihentikan pada gestasi 37 minggus kendati kelanjutan di luar periode ini tidak tidak aman.
SUPLEMEN KALSIUM
Keadaan yg memungkinkan utk suplementasi kalsium adalah utk mengurangi pelepasan paratiroid / renin, dgn demikian menurunkan kalsium intraselular, & mengurangi kontraksi otot plos.kalsium juga mungkin memiliki efek tidak langsung thd fx otot polos dgn meningkatkan level Mg. Teori risiko dari meningkatnya batu kalsium di saluran ginjal belum diperkuat, dan tidak ada efek merugikan suplemen kalsium pernah dilaporkan. 12 studi klinik membandingkan penggunaan kalsium vs tidak diterapi atau plasebo dalam kehamilan. Percobaan berbeda ini dalam studi populasi (risiko tinggi & rendah g3 HT dlm kehamilan), desain studi ((acak, double blind, atau penggunaan plasebo), umur gestasi (20-32), sampel dari tiap grup (kisanran 22-4151), dosis kalsium yg digunakan (156-2000 mg/day)& kejelasan g3 hipertensi dalam kehamilan? 12 percobaan melibatkan 15.206 wanita dimasukkan dalam review Cochrane. Utk wanita yg ditunjuk utk memakai kalsium, RR perkembangan PE adalh 0,48 (95% Cl 0,33-0,69). Sistem ini menyimpulkan bahwa suplementasi kalsium mengurangi risiko PE & HT selama kehamilan, terutama pada populasi yg diet kalsium. Sebaliknya, evidance base studi oleh US Food & Drug Administration (FDA),menyimpulkan hub antara kalsium & risiko HT dalam kehamilan tidak tetap & tidak selesai & hubungan antara kalsium & risiko kehamilan menginduksi HT & PE tidak punya harapan. Tidak ada studi acak ttg suplementasi kalsium memasukkan wantia dgn riwayat PE sebelumnya, sehingga manfaat suplementasi kalsium pd PE rekuren belum selesai. Suplementasi kalsium juga belum menunjukkan manfaat signifikan pada outcome fetal & neonatal termasuk kelahitan prematur, BBL, IUGR, lahir mati, atau meninggal sebelum keluar dari RS. Ps ideal utk suplementasi kalsium menampilkan ps obesitas dgn elevasi TD & intake kalsium rendah.
TERAPI LAINNYA
Acak, percobaan kontrol placebo dgn antioksidan vitamin C & E gagal menunjukkan efek signifikan dari kejadian PE. Mengenai hubungan efek merugikan telah terlihat dalam meningkatnya risiko lahir mati & BBL < 2,5 kg, tetapi ada bayi lebih sedikit kematian ok prematur. Th profilkasis antioksidan vit C & E, kemudian tidak direkomendasikan. Sampai hari ini, tidak ada percoabaan besar acak menilai efek heparin dgn/tanpa aspirin utk mencegah PE. Pd diskusi sebelumnya, wanita dgn thrombphilias memiliki peningkatan insiden PE, & ada keinginan pengobatan utk profilaksis dgn antikoagulan, terutama heparin berat molekul rendah, dgn/tanpa aspirin. Pada kasus spesifik sindrom antibodi antifosfolipid (utk mencegah reccurrent pregnancy loss), tidak ada studi acak utk mendukung praktik ini.
Penanganan paling efektif hanya dgn melahirkan bayi & plasenta, terapi penunjang lebih berpengaruh simptomatik dan tidak secara langsung kpd penyebab mendasar. Sekali dx PE ditegakkan, therapi yg akan datang, tergantung pada hasil evaluasi maternal & fetus. Penanganan primer PE harus sllu thdp ibunya. Walapun kelahiran selalu appropriate ibu, hal ini tidak akan optimal utk fetus sgt prematur. Keputusan antara kelahiran & penanganan yang diharapkan, bergantung pada umur gestasi, status ibu & bayi saat evaluasi awal, presentasi kelahiran, atau ruptur membran fetus (Fig 35-4) & level ketersediaan sarana ibu & neonatal. Alogaritma penanganan & rekomendasi didasari dari studi obesrvasi & pendapat ahli..... Secara umum, wanita dgn PE yg sedang berkembang saat 38 minggu gestasi atau lebih lama memiliki outcome hampir sama dgn ibu kehamilan normotensi . Pasien harus menjalani induksi persalinan. Induksi persalinan &/ kelahiran juga direkomendasikan utk mereka dgn gestasi 38 mggudgn PEB., ruptur membran, atau non-reassuring tests of fetal well being 9Fig 35-4) krn ibu slightly meningkatkan risiko perkembangan abrupsi plasenta & progresi EKLAMP. In women who remain undelivered, close maternal and fetal evaluation is essential. Tipe test & frekuensi evaluasi akan tergantung pada umur gestasi fetus seberat kondisi ibu & ada/tidaknya IUGR.
TERAPI ANTHIPERTENSI
Walaupun HT hanya merupakan 1 manifes penyakit, secara langsung berhubungan dgn komplikasi serebral. The benefits of acute pharmacologic control of severe hypertension prior to delivery are generally accepted. Th farmakologik dibolehkan dlm perpanjangan kehamilan& kemampuan th utk memodifikasi hasil serangkaian g3 sistemik yg mendasari & efek fetal & ibu. Bbrp obat anti HT berpengaruh pada ibu, bbrp pd fetus atau bayi baru lahir, keduanya (ibu & fetus/ neonatal). Efek obat anti HT ke fetus tidak langsung dgn merusak perfusi ureteroplasental, atau secara lsg dgn mempengaruhi sirkulasi KV fetus. Walaupun dahulu tidak ada mata pelajaran utk diacak, controllong trial, ada konsensus bawah bumil dgn TD berat, dgn Tek sistolik >110 mmHg, harus menerima th farmakologik & bahwa sasaran dari th HT pada kehamilan adl utk menjaga TD antara 140 - 160 mmHg & diastolik antara 90-105 mmHg. Penurunana TD < 130/80 harus dihindari, krn penurunan TD ynag banyak dapat menyebabkan perfusi uteroplasenta buruk & fetal distress. Walaupun penggunaan agent HT pada wanita dgn PE & kenaikan TD berat dpt mencegah kecelakaan cerebrovaskular, th tsb tidak mencegah PE atau alter the natural course of the disease pd wanita dgn PER. Penggunaan obat anti HT utk HT ringan/ sedang selama kehamilan masih kontroversi. Kajian Cochrane memasukkan 40 studi (3797 wanita), 24 dimana dbandingkan pemberian obat anti HT dgn
plasebo/tanpa obat anti HT (2815 wanita). Risiko HT berat meningkat berhub dgn penggunan obat anti HT.dengan cara yg sama, tidak ada efek bersih pada risiko kematian bayi, kelahiran prematur, atau smallfor gestational age babies. Dan juga 17 percobaan (1182 wanita) dibandingkan 1 obat anti Ht dgn yg lain. Tidak ada perbedaan antara obat2 ini dalam risiko peningkatan Ht berat & proteinuria/PE. Penulis menyimpulkan There was no clear difference between any of these drugs in the risk of developing severe hypertension and proteinuria/ preeclampsia. Meta regresi dari obat anti HT selama kehamilan menunjukkan bahwa penurunan TD berlebihan pada wanita dgn penyakit ringan meningkatkan risiko bayi umur gestasi kecil (a small for gestational age baby)
HYDRALAZINE (HL)
Saat dekade lalu, HL IV merupakan DOC dlm penanganan PEB, diberikan IV dgn infus terus2/ blous intermiten/ IM/ Sub kutan. Bagaimanapun, >50 % ps dgn th HL dpt mengalami takikardia, hipotensi, palpitasi, sakit kepala, mual muntah, anxietas, tremor, nyeri epigastrik, retensi air. Smw ES features of impending PE, & 15% ps dgn dosis tinggi harian HL akan berkembang ke arah lupus like synd setelah long lasting administrasi.lebih penting, HL dapat menyebabkan penurunan TD drastis. Penurunan tiba2 TD dapt memberi efek berlawanan thd aliran darah uteroplasenta dan demikian menyebabkan fetal distress. Fetal distress telah diobservasi srg kali dgn infus HL. HL tidak menginhibisi vasokostriktor noradrenaline, vasopresin, & angiotensin II pada arteri ureteroplasental. Vasokonstriksi ureteroplasental terlihat dgn HL IV dianggap meningkatkan konsentrasi plasma noradrenalin. Kerugian besar adalah onsetnya tertunda, efek puncak bervariasi, & fetal distress. HL tentu saja efektif, tetapi sebagian besar disebabkan oleh Hydralazine is certainly effective, but mainly due to its commonly appearing maternal side effects and the relatively high incidence of overshoot hypotension and subsequent fetal distress, alternate treatments are preferred. HL tidak lagi digunakan di byk negara Eropa.
LABETOLOL
Labetolol adl antagonis adrenorespetor B1, B2 & memiliki bbrp aktifitas intrinsik pada B2 adrenoreseptor. Di samping itu memiliki aktivitas blocking, labetolol memiliki aksi kompetitif pada postsinaptik adrenoreseptor. Labetolol menurunkan TD tinggi dgn memblok 1 adrenoreseptor pd PD perifer & dgn demikian mengurangi resisten perifer & HR menurun karena efek -blocking. Labetolol menjadi populer utk th HT pada kehamilan & PE, telah digunakan secara IV & oral utk penurunan TD dgn cepat. Labelotol efektif utk menurunkan TD ibu & berdasarkan bbrp studi, mgk menurunkan rekurensi kkomplikasi dari proteinuria & fetal/neonatal. Pada kehamilan normotensif, dosis tunggal labetolol tidak memperngaruhi alliran darah fetoplasental.
DIAZOXIDE (DZ)
DZ, sebuah derivat non diuretik benzothiadiazine, merupakan vasodilator kuat. Diazoxide also produces a prompt increase in blood glucose.
DZ menghasilkan penurunan TD akut pd ps dgn g3 HT berat diinduksi oleh kehamilan. Efek DZ lebih cepat & lama drpd HL. Iskemik serebal ibu, kematian ibu, fetal distress berikut hipotensi presipitat telah dipaloprkan pd penggunaan DZ. Tidak semua unit akan menggunakan DZ utk penanganan TD tinggi pada kehamilan, kecuali dalam kasus peningkatan ekstrim TD sistol. Bagaimanapun, baru2 ini Hennesy dkk secara lasg membandingkan keefektifan bolus kecil DZ dgn HL IV, 124 wanita dgn HT tinggi ante/postpartum diacak postpartum hypertension were randomized to either intravenous .hydralazine penurunan TD sistol & diastol dlm 34 mnt utk HL vs 19 menit utk DZ. Mini bolus dosis 15 mgdari DZ tidak mencetuskan hipotensi maternal spt yg dijleaskan sebelumnya & menurunkan eposide persisten HT berat dibandingkan dgn hasil HL.
DERIVAT DEHIDROPIRIDIN
Ca-antagonis adl vasodilator kuat lsg. Kebaykaan Ca channel blocker memiliki onset cepat, efektif, & aman. ES paling srg termasuk sakit kepala hebat dimana dpt meniru impending EKLAMp, hipotensi, flushing, edema pergelangan kaki. Secara teori garam Mg potentiate aksi hipotensi dari nifedipin krn kedua pbat tsb memiliki fx kalsium channel. Sesungguhnya, 2 kasus kelemahan otot & henti napas pernah dilaporkan berhub dgn kombinasi Nifedipine & Mg. Namun, beberapa ahli terkemuka telah menekankan bahwa ini adalah interaksi yang sangat langka & interkasi ini belum diejlaskan dlm suatu studi acak, termasuk so called Magpie trial, dimana 29% ps menerima kombinasi 2 obat ini. Maka, 5 obat paling sering digunakan utk penanganan HT berat pd kehamilan semuanya berpotensi memiliki ES signifikan &/ tidak sllu efektif dalam situasi akutatau dalam penanganan HT berat. Dan juga, semua obat ini tidak disesuaikan dgn patfis PE. Berdasarkan Cocharen Database, idak ada bukti kuat untuk membenarkan preferensi salah satu dari berbagai obat yang dibahas sejauh ini, walaupun HL tidak lagi sbg DOC utk th lini pertama. Magee dkk meninjau hasil acak, studi acak kontrol hydralazine terhadap antihypertensives laixn untuk hipertensi parah dalam kehamilan,21 studi (893 wanita), 8 dibandingkan dgn nifedipin & 5 dgn labetolo. HL berhub dgn > hipotensi ibu, SC, abrupsi plasenta, oliguria, efek merugikan HR janin, APGar socre rendah dlm 1 menit. HL juga berhub dgn ES pd ibu. Para penulis menyimpulkan bahwa hasil tidak cukup kuat untuk memandu praktik klinis,ttp mereka dgn pasti tidak mendukung penggunaan HL sbg th lini pertama utk penanganan HT berat pd kehamilan.
PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID UTK MEMPERBAIKI HASIL KEHAMILAN PADA WANITA DGN PEB / HELLP SYNDROME
Kecepatan pematangan paru2 janin tidak terjadi pd PE. Bayi lahir dari kehamilan rumit dengan hipertensi sindrom di th dengan corticosteroids telah banyak mengurangi resiko kematian, neonataln Repiratory Distress synd, perdarahan serebrovaskular. Ada bukti yang cukup untuk mendukung antenatal kortikosteroid untuk kehamilan yg telah mencapai gestasi 34 mggu. Studi acak menampilkan manfaat kecil dari antenatal KS thd ibu yg menjalani masa (37-39 gestasi)pemilihan SC. Dgn pengakuan bahwa inflamsi memainkan peran dl patfis PE, tidaklah mengejutkan bahwa deretan dari studi kontrol kasus mempublikasikan sejak 1990 menyarankan KS dosis tinggi, >> Deksametasondapat memiliki dampak bermanfaatdalam pengaturan keparahan penyakit ibu, khususnya, htg trombosit, , transaminasi hepar dgn HELLP synd. Bagaimanapun, 2 studi besar baru2 ini menampilkan bahwa penggunaan dosis tinggi KS pd ps dgn HELLP synd saat antenatal & postpartum, tidak berhub dgn perbaikan outcome ibu. Bagaimanapun, studi Dutch pada wanita dgn gestasi <30 mggu dgn HELLP synd membandingkan 50 mg prednison dgn plasebo menunjukkan hasil sebaliknya. Ps dgn prednison memiliki risiko rendah yg signifikan thd rekurensieksaserbasi HELLP synd setelah krisis awal menurun daripada ps dgn plasebo & htg trombosit kembali lebih cepat pada grup prednison daripada grup plasebo. Penulis menyimpulkan bahwa dari awal HELLP synd menyebabkan risiko tinggi thd mortalitas & morbiditas ibu (dalam plasebo, 1 ibu mati terjadi akibat ruptur hepar) tetapi disarankan ketika manajemen kandungan diikuti pd ps HELLP syd yg jauh dari kondisi, pemberian predinosolon yg diperpanjang menurunkan risiko rekurensi eksaserbasi HELLp synd.
Mg
Studi 1995 membandingkan keefektifan MgSO4 dgn anti kejang lain pd wanita dgn EKLAMp. Percobaan ini menbandingkan MgSO4 dgn diazpeam, fenitoin, atau lytic cocktail. Studi ini menunjukkan bahwa MgSO4 berhub dgn kecepatan penurunan signifikan kejang rekuren & kecepatan penurunan kematian ibu daripada anti kejang lainnya. Mg juga DOC utk profilaksis kejang pd wanita dgn PE. 4 studi besar acak, membanfdingkan penggunaaan MgSO4 utk mencegah kejang pd ps dgn PEB. Keseluruhan hasil dr 4 percobaan
menunjukkan bahwa profilkasis MgSo4 dibandingkan dgn plasebo, nimodipin, & tidak di th pd PEB berhub dgn kecepatan penurunan dari EKLAM. Percobaan besar sampai saat ini, percobaan Magpie, mendaftarkan 10.141 wanita PE (> pd negara berkembang). Kebanyakan ps ini memiliki penyakit berat, dan the rate of eclampsia was significantly lower in those assigned to magnesium sulfate bagaimanapun, di antara 1560 negara barat, EKLAMP 0,5% pd grup MgSO4 & 0,8% pd plasebo, sebuah perbedaan non signifikan. Juga, 2 percobaan acak membandingkan MgSO4 dgn plasebo pd wanita dgn PES. Hasilnya dari 6 perocbaan ini menunjukkan tidak ada manfaat MgOS4 pada outcome perinatal 7/ komplikasidari PEB spt edema pulmo, stroke, leiver, hematoma, atau gagal ginjal. Tersedianya bukti menyarankan bahwa MgSO4 harus diberikan selama proses kelahiran & segera postpartum ini grup wanita dgn PEB krn manfaat MgSO4 krn manfaat MgSO4 pd PES belum jelas. Pentingnya MgSO4 pada PEB diilustrasikan dari hasil studi Dutch bahwa EKLAMp di Belanda dibandingkan di negara eropa ditemukan hub fakta bahwa ps dgn gejala klasik PEB tidak menerima th anti Ht yg tepat. MgSO4 tidak menyebabkan depresi SSP ibu-bayi yg signifikan jika digunakan dgn semestinya. Dalam pengelolaan, ibu terjaga & waspada dgn refleks laringeal, dimana membantu utk protect against aspiration. Fetal magnesium levels tend to equilibrate with maternal levels after prolonged administration; bagaimanapun, depresi neuro muskular pd bayi baru lahir jarang terlihat dgn penggunaan yg tepat dari obat ini. Sebaliknya, penggunaan anti kejang lainnya, spt narkotik, sedatif, transquilizer, & barbiturat menyebabkan depresi SSP & respirasi ibu-bayi. Penggunaan obat ini mgk menurunkan reflex laring & menjadi aspirasi.spt obat poten lainnya, MgSO4 memiliki ES serius akibat toxisitas. Tabel 35-7 menunjukkan hubungan antara level Mg di darah & gejala & tanda. Toxisitas Mg dapat diubah dgn IV pelan dgn 10% Ca glukonat & pengelolaan oksigen. Jika toxisitas tidak kembali, respirasi harus disuport hingga level Mg plasma berkurang.
PENGAWASAN JANIN
Walaupun pengawasan janin disarankann & dilaksanakan pada wanita dgn HT kehamilan, tidak konsensus bagaimana cara melaksanakan.frek, intensitas, & modalitas dari evaluasi janin akan tergantung pada karakter ibu & janin. Unit obstetrik harus memikirkan protokol sendiri utk memonitor janin dlm kehamilan HT. Penyusunan following issue haris dipertimbangkan: Data akurat kehamilan penting utk wanita dgn risiko tinggi PE. Pengukuran tinggi simfisis-fundal adl skrining buruk utk deteksi IUGR. Sebab itu, USG harus dilakukan dgn operator profesional utk menentukan ukuran janin, vol cairan amnion, & aliran arteri umbilikus Doppler . pertumbuhan dgn serial USG direkomendasikan jika kehamilan dilanjutkan. Aliran arteri umbilikus Doppler hanya merupakan modalitas pengawasan janin yg telah ditunjukkan dgn gambaran sistematik utk menurunkan keperluan campur tangan, meningkatkan outcome neonatal & meprediksi hasil buruk perinatal. Onset awal iUGR berat harus dimonitor oleh institusi berpengalaman dalam advanced fetal Doppler waveform analysis. Absent or reversed end-diastolic flow is unlikely to occur within 7 to 10 days after a normal umbilical artery Doppler waveform analysis. Arteri umbilikal Dopller memiliki keterbatasan nilai setelah gestasi 36 mggu Walaupun studi observasi banyak menyarankan meningkatkan outcome dlm kehamilan risiko tinggi memonitor menggunakan protokol fmna termasuk profile biofisikal, cardiitografi, atau kombinasi keduanya, tidak ada dari hal ini menunukkan manfaat signifikan pada kilas umum. Tidak ada test fetal dapt memprediksi obstetrik akut spt abrupsi plasenta atau cord accident. Dlm praktek, byk menggunakan pendekatan menyeluruh utk mencapai to fetal assessment employing several monitoring modalities Pengawasan janin melalui evaluasi berhub dgn outcome baik perinatal pada wanita dgn komplikasi obstetrik serius, termasuk wanita dgn HT yg terkontrol Pertumbuhan fetus yg cepat pada trimester 3 dgn wanita Ht kronik yg terkontroltanpa superimposed PE secara umum berhub dgn outcome baik perinatal. Monitoring janin menggunakan metode lain dibanfinfan dgn pengawasan kontinyu pada pertumbuhan janin, umbilical artery blood flow, & vol cairan amnion pd trimester 3 tidak mgk lebih sukses dibandingkan mencegah morbiditas / mortalitas perinatal.
Tabel 35-8 menunjukkan 1 contoh dari protocol internasioal & nasional yg srg digunakan utk pengawasan janin pada wanita dgn HT kehamilan yg kelahiran ditunda. Bagaimanapun tidak dari 1 protokol ini telah dite, studi acak. Krn PE adl penyakit ever changing & tidak dpt diprediksi, for those women in whom expectant management is employed, frekuensi & modalitas pd pengawasan janin harus disesuaikan berdasarkan kondisi ibu &/ janin. Onset awal PE dgn IUGR masih menampilkan dilema obstetrik. How IUGR progresses is determined by when it starts and how it starts, that is, gestational age and degree of umbilical artery abnormality at onset. In patients presenting much before 30 weeks, a pattern of worsening umbilical artery Doppler established in the first 7 to 10 days reliably predicts progression to venous Doppler abnormalities and very early intervention (severe early-onset placental dysfunction). If the first few weeks of monitoring show progressive elevation of umbilical artery Doppler indices, progression to abnormal venous Doppler findings and preterm delivery become more likely (progressive placental dysfunction). Janin2 ini membutuhkan test antenatal, menggunakan modalitas survey multipel to enhance prediction of birth pH.. kesatuan venous Doppler mencapai prediksi terbaik dari acidemia. Although computerized analysis enhances fetal heart rate assessment, it has limitations as a stand-alone test in IUGR. Computerized cardiotocography performs best when combined with venous Doppler or as a substitute for the traditional nonstress test in the biophysical profile score.
POSTNATAL POSTPARTUM PE
Umumnya, PE disembuhkan dgn kelahiran plasenta. Bagaimanapun, sering penyakit ini menjadi lebih buruk dalam 48 jam pertama setelah kelahiran. Wanita PE post partum berisiko edema pulmo, ARF, HELLP synd, EKLAMP post partum, & stroke. Sebab itu, wanita dgn dx HT &/ PE membutuhkan monitoring ketat TD, gejala ibu, pengukuran intake cairan & urine output spt parameter laboratorium. PEB / PE daoat berkembang pd periode pertama post partum. Ok itu wanita post partum harud diedukasi ttg tanda & gejala PE. Waita yg melaporkan sakit kepala yg menetap, perubahan visual, nyeri epigastrik dgn mual / muntah, gejala pernapasan diharuskan mengevaluasi & potensi RS. Profilaksis kejang & anti HT harus dilanjutkan sesudah kelahiran, durasi ditetapkan oleh status klinik & lab. Semua obat anti HT yg srg digunakan termasuk labetolol, metildopa, nifedipine, captopril, adl cocok dgn laktasi, didasrkan dari farmakologi & sedikitnya kandungan obat dalam ASI. PEB, wanita akan membutuhkan konseling tepat mengenai penyakit mereka & penanganannya. Di banyak negara, hal ini merupakan praktik rutin utk menguji wanita dgn PE onset awal (32 mggu gestasi), khususnya pada vasikulopati plasenta utk gangguan dasar spt synd antifosfolipid & trombophilias.
TROMBOPROFILAKSIS
PE merupakan risiko tinggi utk trombosis, terutama kasus proteinuria atau mgk ps yg dirawat > bbrp hari. Ketika wanita dirawat di RS, mereka biasanya akan relatif inmobile, graduated compression stockings should be Considered.
Dgn atau tanpa profilaksis heparin berat molekul rendah. Dgn pandangan trombofilaksis, ps postpartum PE dikenali & di th sbg ps risiko tinggi; pd kasus SCt tromboprofilkasis harus dilaksanakan pd semua wanita dgn PE kecuali dimana ada KI op. Units should have clear protocols to deal with timing of low-molecular-weight heparin administration in regard to insertion and withdrawal of epidural and spinal cannulae.
PILIHAN PENANGANAN
Pre-Kehamilan
Wanita dgn HT kronik yg menginginkan kehamilan didukung utk menerima asuhan pre-kehamilan. Penyebab & beratnya HT kronik harus ditentukan jika memungkinkan. Anti HT dgn efek merugikan janin, spt ACE Ih & diuretik, harus dihentikan & diganti dgn catanan aman kuat dlm kehamilan. Pergantian ini harus d bawah pengawasan dokter. Waktu yg adekuat harus diblehkan pd pre-konsepsi utk menaksir respon ps pada obat2an baru utk mengontrol HT
PRENATAL
Wanita dgn HT kornik harus srg diobservasi selama kehamilan oleh ahli kandungan &/ dokter umum dgn penanganan HT dlm kehamilan. Selama visit pertama, evaluasi mendetail etiologi & beratnya HT kronik harus dibuat. Perlakuan hati2 harus diberikan thd riwayat penyakit jantung / ginjal, diabetes, tiroid& outcome kehamilan sebelumnya. Riwayat terperinci PF, lab, test jantung perlu sekali dlm mencari kemungkinan penyebab dari HT & utk mengetahui target organ jika ada. Sebuah evaluasi dasar & studi lan pd kehamilan dgn HT kronik ada dlm tabel 35-9 Krn wanita dgn HT kronik berisiko tinggi PE, monitor ketat utk manifestasi ibu & bayi diperlukan. Dan juga utk standar prenatal care, monitoring tambahan di Indikasikan: 1. Monitor utk gejala SPE stlh gestasi 20 mggu. 2. Penaksiran proteinuria menggunakan spot urin protein creatinin setiap visit. 3 penaksiran lab (table 35-9) jika perburukan HT / proteinuria. 4. Penaksiran pertumbuhan janin (tab 35-8) Hak utk RS atau evaluasi direkomendasikan utk wanita dgn perburukan HT / proteinuria dlm mstd apapun dlm kehamilan. This enables assessment of maternal and fetal welfare and facilitates discussion among
all involved in the womans care. Jika diperlukan, th farmakologik mgk dimulai atau diubha dibawah pengawasan. Wanita dgn risiko rendah (HT ringan) hrs dilihat setiap 2-4 mggu pada trimestr 1,2 & kemudian tiap minggu. Pd kehamilan wanita dgn risiko rendah HT kronik, Sibai dan co workers menyarankan penghentian anti HT pd kunjungan prenatal pertama. Hanya sebagian medikasi....., terapi ps yg membutuhkan anti HT dapat disesuaikan pd individu yg membutuhkan. Jika tidak ada SPE dan fetal well beingis well documented, induksi rutin persalinan sebelum gestasi 40 mggu kemungkinan besar tidak dibenarkan. Kehamilan pada wanita dgn HT dan tambahan fk risiko harus dikelola dgn spesialis yg layak (ex obat2an ibu-janin, kardiologi, nefrologi). Monitoring ketat perlu sekali & multipel hospitalization mgk diperlukan utk mengontrol HT ibu & berhub dgn komplikasi medikal. HT berat meminta farmakologik agresif. Anti HT mgk bermanfaat utk mereka dgn HT ringan dgn komplikasi tambahan, spt diabetes, penyakit ginjal, difx jantung. Pengawasan intensif janin utk optimalisasi fetal outcome. USG utk pertumbuhan janin & test fetal mgguan antepartum (atau lebih srg tergantung kondisi fetal), dimulai sedini mgk 26 mggu. Kehamilan mgk dpt dilanjutkan smpai waktunya, hingga onset SPE atau hingga IUGR atau tanda dekompensasi fetal lainnya terjadi. Perkembangan dari beratnya, SPE menempatkan ps risiko tertinggi utk komplikasi ibu janin. Perkembangan setelah 28 mggu adl sebuah indikasi kelahiran. Sebelum 28 mggu, kehamilan dpt diikuti dgn evalusi harian dari kondisi ibu janin, walaupun pendekatan ini masih kontroversial.
TERAPI ANTI HT
The continued administration or initiation of dr anti HT pada wanita dgn kronik HT pd kehamilan (kecuali pd th akut HT berat) masih kontroversial. Kebanyakan wanita bermanifestasi sebuah fisiologik penurunan TD pd setengah kehamilan pertama yg dpt menyebabkan pengurangan th anti HT. Walaupun th HT kronik berhub dgn pengurangan signifikan HT berat, hal itu tidak menunjukkan perubahan dr SEP, kelahiran prematur, abrupsi plasenta, atau kematian perinatal. Tidak ada bukti yg cukup kuat yg mendasari rekomendasi utk tingkat TD dimana pengobatan anti HT harus dimulai. Tidak ada studi acak dari terapi HT kronik berat selama kehamilan. Bagaimanapun, konsesus umum bahwa ketika diastolik mencapai 110 mmHg, sudah jelas membutuhkan th utk mencegah kecelakaan serebrovaskular, penyebab paling besar dari kematian ibu pd ps dgn HT. The current Australian and New Zealand recommendation bahwa th hrs pasti dimulai ketika sistolik mencapai 160 mmHg &/ diastolik 100 mmHg. Th sistolik antara 140 - 160 mmHg &/ diastolik 90 - 100 mmHg, dgn outcome baik tapi tentu saja tidak acak, percobaan kontrol. Pd ps dgn bahaya target organ, direkomendasikan utk menjaga sistolik < 140 mmHg & diastolik < 90 mmHg. Pengobatan yg terlalu bersungguh2 pada Ht ringan ditemukan berhub dgn peningkatan signifikan bayi umur gestasi kecil, hari ini perhatian utama karena pemahaman asal usul janin dari penyakit dewasa. CHIPS skrg ini berkembang utk mendapat jawaban dari apa TD membuthkan th & penting brp target TD yg hrs dicapao. Pd trimester 3 kehamilan, peningkatan kebutuhan th anti HT hrs diantisipasi. Obat yg digunakan utk th HT kronik adl sama spt yg direkomendasikan utk PE & Ht gestasional. Atenolol & selektif B-bloker tidak direkomendasikan utk penggunaan lama pd kehamilan krn mrk berhub dgn IUGR. Penggunaan ACE ih & reseptor bloker angiotensi KI pd kehamilan. Mrk berhub dgn peningkatan risiko janin, tu KV, malformasi pada awal kehamilan pd 1 studi yg diketahui menyebabkan sekuel buruk pada akhir kehamilan. Diuretik walaupun tidak teratogenik, mgk membatasi pertambahan penambahan vol plasma kehamilan & tidak disarankan utk th HT. Pengelolaan SPE harus di uraikan sebelumnya utk PE kecuali dx spesifik, spt penyebab sekunder dari HT ada
POSTNATAL
Risiko tinggi ps dgn HT kronik harus d monitor ketat paling kurang 48 jam setelah kelahiran krn mereka berada dlm risiko HT ensefalopati, edema pulmo, & gagal ginjal. Pd banyak wanita dgn HT kronik / SPE, TD tidak stabil pd 1-2 mggu setelah kelahiran & mgk sulit dikontrol. Mgk terutama tinggi pd hari 3-6 setelah melahirkan, & srg dibutuhkan peningkatan atau mulainya medikasi anti HT pd waktu itu. Oral atau IV labetolol
/ hidralazine, ACE ih, metildopa, atau Ca channel bloker dapat digunakan utk menngontrol HT berat. Th diuretik digunakan pd ps dgn bukti adanya kongesti sirkulasi atau edema pulmo. Wanita2 ini harus dievaluasi stelah periode postpartum utk mendeteksi keburukan fx jantung atau renal & utk menyesuaikan medikasi anto HT. Pd ASI ditemukan sdkt kadar anti HT. Smw agen yg disebutkan di awal cocok utk menyusui, spt ACE ih enapril, captopril, quinapril. Namun, diuretik thiazide menghambat produksi adekuat ASI
TAKSIRAN RISIKO
Ahli anastesi membntuk bagian integral dari tim yang bertanggung jawab untuk pasien PE kritis. Wanita yg berkembang ke arah gagal organ membutuhkan monitoring intensif & pengelolaan medikal., dalam
ketergantungan tinggi atau pengaturan perawatan intensif. Antenatal & (srgnya) indikasi postpartum utk penerimaan ps dgn PEB utk th intensif spt edema pulmo, HT sulit dikontrol, anuria atau gagal ginjal, kejang
berulang, DIC, kelemahan saraf membutuhkan ventilasi (ex perdarahan intraserebral atau infark, edema serebral) patologi intra abdomen parah (ex fatty liver akut, hematom subcapsular hepar)
PENGELOLAAN CAIRAN
Pengelolaan cairan adl sebuah tantangan pd PE & tidak ada bukti pengamatan optimal tipe atau volume cairan. Th cairan bertujuan utk menjaga perfusi organ dlm vasokonstriksi, disfx endotel, & dlm brrp partus, disfx diastolik ventrikel kiri berat. Cairan IV harus diatur meningkat pd vol kecil (kristaloid 250 ml)dgn monitor hemodinamik ibu, krn overhidrasi berkontribusi dlm mortalitas ibu dari edema pulmo & adult respiratory distress synd. Loading cairan tidak wajib sebelumnya utk analgesik regional selama persalinan ketika anastesi lokal dosis rendah & opioid digunakan. Sebelum anestesi regional, loading kristaloid IV tidak efektif dlm pencegahan hipotensi ttp koloid efektif. Pengobatan atau pencegahan hipotensi dgn obat2 spt phenylephrine atau metaraminol efektif & kelihatannya aman pd PE.
dengan dosis biasa sekarang adalah teknik yang disarankan. CO dipertahankan dgn baik dan hali tiu berhub dgn less hipotensi kebutuhan vasoperpresor lebih rendah daripada di antara wanita2 yg partus. Kombinasi anestesi spinal epidural kelihatannya memberikan keuntungan pada kasus tertentu. Th
dosis rendah aspirin bkn KI utk teknik regional tidak adanya pedarahan dianggap aman bila htg trombo > 75.000 uL. Htg trombo < 50.000 uL secara umum dipertimbangkan sbg KI. Kisaran 50-75.000 uL, pengelolaan individual (memikirkan risiko ps, test koagulasi, thermoelastography atau fx trombo tesedia) dan strategi penurunan risiko didukung