Anda di halaman 1dari 14

1

Perihal
MEMORI BANDING DARI PEMBANDING SEMULA TERGUGAT DK/ PENGGUGAT
DRK ATAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GARUT NOMOR :
1260/PDT.G/2009/PA.GRT TANGGAL 29 September 2010



Kepada Yth
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat
di
BANDUNG

Melalui

Kepaniteraan Pengadilan Agama Garut



Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, BAMBANG IRAWAN, S.H., Advokat dan
Penasehat Hukum pada Kantor Lembaga Bant`uan dan Konsultasi Hukum Local Education
Centre (LBKH LEC) Garut, beralamat di Jl. Guntur Sari (Komp. YPI Hikmah), Garut,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 30 Desember 2009, adalah selaku Kuasa Hukum,
oleh karenanya syah bertindak untuk dan atas nama ISEP SUNIAWAN bin H. YASIN,
Umur 38 tahun, pekerjaan Wiraswasta, beragama Islam, bertempat tinggal di Kampung
Tajug, Rt 04 Rw 06, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut
selaku Tergugat dalam perkara a quo, perkenankanlah dengan ini bermaksud mengajukan
MEMORI BANDING atas Putusan Pengadilan Agama Garut NOMOR :
1260/PDT.G/2009/PA.GRT TANGGAL 29 September 2010 dalam Perkara antara
RESNAWATI selaku PENGGUGAT DK/TERGUGAT DRK sekarang TERBANDING
melawan ISEP SUNIAWAN Bin YASIN selaku TERGUGAT DK/PENGGUGAT DRK/
sekarang PEMBANDING.

Bahwa adapun Memori Banding dari PEMBANDING, Semula TERGUGAT
DK/PENGGUGAT DRK/ adalah sebagai berikut :

2

Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut dengan putusannya NOMOR :
1260/PDT.G/2009/PA.GRT TANGGAL 29 September 2010 telah menjatuhkan putusan
yang amarnya pada pokoknya adalah sebagai berikut :







































3



Bahwa permohonan banding dari PEMBANDING diajukan masih dalam tenggang waktu
sebagaimana yang ditentukan undang-undang, maka kami mohon agar Pengadilan Tinggi
Agama Jawa Barat di Bandung menerima Permohonan Banding dari PEMBANDING,
semula TERGUGAT DK/ PENGGUGAT DRK.
Bahwa permohonan banding dari PEMBANDING diajukan, dikarenakan baik dalam
pertimbangan hukum maupun dalam amar putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Agama
Garut tertanggal 29 September 2010 Nomor 1260/Pdt.G/2009/PA.Grt tersebut telah salah
dan keliru serta tidak sesuai dengan fakta yang terungkap di persidangan.
Bahwa kesalahan dan kekeliruan dari pertimbangan hukum dan amar putusan Majelis Hakim
Pengadilan Agama Garut tertanggal 29 September 2010, Nomor 1260/Pdt.G/2009/PA.Grt
tersebut, sebagaimana akan PEMBANDING uraikan sebagai berikut :
1. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut telah salah dan keliru baik dalam
pertimbangan hukum maupun dalam amar putusan mengenai eksepsi Tergugat
DK/Penggugat DRK tentang Gugatan Penggugat salah alamat error in persona

Bahwa dalam pertimbangan Hukum tentang eksepsi, Majelis Hakim Pengadilan Agama
Garut tertanggal 29 September 2010, Nomor 1260/Pdt.G/2009/PA.Grt menyebutkan :














Bahwa jelas kesalahan dari pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut
tersebut, karena tidak sesuai dengan ketentuan Hukum Acara yang berlaku serta tidak
sesuai dengan fakta yang terungkap di persidangan.
.dst
4

Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan, Tergugat DK/Penggugat DRK/
sekarang PEMBANDING tidak pernah menerima panggilan dari Juru Sita Pengadilan
Agama Garut sesuai dengan Hukum Acara (HIR) pasal 118.
Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 118 HIR menyebutkan bahwa gugatan diajukan/
ditujukan di tempat tinggal dimana orang yang digugat tersebut berada, atau apabila
tidak diketahui, maka ditujukan di tempat di mana Tergugat benar-benar tinggal
senyatanya.

Bahwa fakta yang terungkap di persidangan, panggilan pertama ditujukan di tempat
dimana Tergugat tidak tinggal, yang dalam hal ini di Desa Sindangratu.
Bahwa walaupun panggilan pertama untuk Tergugat tersebut ditanda tangani oleh
Kepala Desa Sindangratu, faktanya telah terbantahkan oleh BUKTI SURAT yang diajukan
oleh PEMBANDING yaitu Bukti T-2 berupa Keterangan dari Kepala Desa Sidangratu,
yang menerangkan bahwa Tergugat bukan warga Desa Sindangratu.

Bahwa apalagi tempat tinggal /domisili senyatanya Tergugat adalah sebagaimana Bukti
T.1 berupa Foto Copy KTP dimana bukti tersebut menunjukan bahwa Tergugat telah
nyata-nyata berdomisili di Kp. Tajug Desa Haurpanggung, bukan di Kp. Pangkalan Desa
Sindangratu.

Bahwa kedua bukti surat tersebut makin jelas apabila dikaitkan dengan bukti berupa
keterangan saksi yang diajukan oleh Tergugat DRK yaitu saksi Saudara Atang
Taufik serta saksi Iwan Nirwana yang menerangkan dibawah sumpah bahwa Tergugat
pada saat diajukan gugatan oleh Penggugat masih tetap bertempat tinggal di Kp. Tajug
Rt 04 Rw 06, Desa haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kodul-Garut,

Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh fakta bahwa Penggugat dalam
Gugatannya telah salah mencantumkan alamat Tergugat. sehingga secara hukum
gugatan Penggugat yang demikian tidak memenuhi unsure formal sebuah gugatan,
sehingga konsekwensi hukumnya adalah gugatan Penggugat harus dinyatakan TIDAK
DAPAT DITERIMA (Vide Pasal 118 Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata)


Bahwa terhadap panggilan kedua, dimana di persidangan Tergugat mengakui telah
menandatangani Relas Panggilan, akan tetapi ditandatangani bukan di alamat
sebagaimana dalam gugatan, tetapi di tempat saudaranya di Kp. Cinunuk wanaraja
(bukan di Kp. Pangkalan).

Bahwa mekanisme pemberian relas panggilan, telah nyata tidak sesuai dengan ketentuan
hukum acara perdata, sehingga haruslah dinyatakan tidak syah.
Bahwa bukan hanya apakah Tergugat menandatangan atau tidak, Karena fokusnya tidak
tergantung pada apakah Tergugat menandatangan atau tidak, tetapi apakah panggilan
5

sesuai dengan alamat gugatan atau tidak, dan apakah alamat Tergugat dalam gugatan
telah sesuai dengan alamat / domisili yang sebenarnya atau tidak.

Bahwa berdasarkan alasan tersebut di atas, maka jelas dan nyata kekeliruan
pertimbangan hukum dari majelis Haim Pengadilan Agama Garut halaman 26 yang
menyebutkan :























Bahwa oleh karenanya, maka syah apabila pertimbangan hukum dan amar putusan dari
majelis hakim Pengadilan Agama Garut tersebut DIBATALKAN oleh Yang tergormat
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama di Bandung dalam tingkat banding ini.

2. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut telah salah dan keliru baik dalam
pertimbangan hukum maupun dalam amar putusan mengenai eksepsi Tergugat
DK/Penggugat DRK tentang Gugatan Penggugat prematur

Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut telah salah dalam pertimbangan hukum
bagian eksepsi Tergugat DK/Penggugat DRK perihal Gugatan Penggugat premature,
dimana menyebutkan :



6


















Bahwa terhadap pertimbangan hukum dari Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut
tersebut, secara tegas PEMBANDING menolak serta keberatan atas pertimbangan hukum
tersebut, karena Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut telah salah dan keliru.

Bahwa PEMBANDING/ semula TERGUGAT tetap pada dalil sebagaimana telah
dikemukakan jawaban serta Duplik di tingkat pertama bahwa Penggugat adalah seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bermaksud mengajukan gugatan cerai, sehingga
Tergugat secara hukum terikat oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1983 Tentang
Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil Jo Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990 Tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan
Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, dimana dalam pasal 3 ayat (1) peraturan
Pemerintah tersebut secara jelas dan nyata menyebutkan dalam Pasal 3 : Pegawai
Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin atau surat
keterangan lebih dahulu dari Pejabat

Bahwa kata wajib memperoleh ijin atau surat keterangan terlebih dahulu dari pejabat
menunjukan bahwa sebelum mengajukan gugatan cerai, harus terlebih dahulu
mendapatkan ijin atau surat keterangan dari pejabat, akan tetapi pada kenyataanya,
justru Penggugat mengajukan gugatan cerai sebelum Penggugat memperoleh surat ijin
cerai, dimana hal ini secara jelas terlihat dari tanggal Register perkara Gugatan yang
diajukan oleh Penggugat tertanggal 12 November 2009, sedangkan Ijin cerai diperoleh
dan diserahkan kepada majelis Hakim pada tanggal 2 Juni 2010.

Bahwa dengan demikian, jelas bahwa gugatan cerai dari Penggugat diajukan mendahului
keluarnya Surat Ijin Cerai, padahal berdasarkan ketentuan pasal 3 Peraturan Pemerintah
7

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil Jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990
Tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, bahwa sebelum
diajukan Gugatan Cerai, maka terlebih dahulu Penggugat selaku PNS harus terlebih
dahulu.

Bahwa atas dasar hal tersebut, maka jelas kesalahan dari pertimbangan hukum Majelis
Hakim Pegadilan Agama Garut, oleh karenanya syah apabila pertimbangan hukum dan
amar putusan dari majelis hakim Pengadilan Agama Garut tersebut DIBATALKAN oleh
Yang terhormat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama di Bandung dalam tingkat
banding ini.

3. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut telah salah dan keliru baik dalam
pertimbangan hukum maupun dalam amar putusannya mengenai dikabulkannya Gugatan
Cerai Penggugat.

Bahwa alasan gugatan cerai yang diajukan oleh Penggugat adalah sebagaimana telah pula
dikutif oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut dalam pertimbangan hukumnya
halaman 28 adalah sebagai berikut :
















Bahwa terhadap alasan/ dalil gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah membantahnya,
serta telah secara tegas menolak dalil gugatan penggugat tersebut, karena dalil tersebut
tidak benar serta tidak sesuai dengan kenyataannya.

Bahwa dalil gugatan penggugat tersebut oleh majelis hakim Pengadilan Agama Garut
telah dibenarkan serta telah dianggap terbukti sehingga Gugatan Penggugat dikabulkan,
sebagaimana dalam pertimbangan hokum dari Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut
berikut :
8













Bahwa terhadap pertimbangan hokum serta amar putusan dari Majelis Hakim
Pengadilan Agama garut tersebut, PEMBANDING semula Tergugat, dengan ini
menyatakan tidak sependapat, serta keberatan, karena pertimbangan dari Majelis
Hakim tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi sebenarnya di persidangan,
serta tidak sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku tentang hal tersebut
sebagaimana ketentuan pasal 134 KHI.

Bahwa perihal dalil Gugatan Penggugat yang menyebutkan bahwa semula Perjalana
rumah tangga Penggugat dengan Tergugat rukun dan harmonis, namun sejak sejak
bulan Juli tahun 2009 rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah dan sering
terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan sudah tidak ada kesepahaman
dalam menyelesaikan masalah rumah tangga diantaranya Tergugat tidak bertanggung
jawab dalam masalah ekonomi, menunjukan bahwa alasan perceraian yang diajukan oleh
Penggugat adalah didasarkan pada alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 huruf
f Kompilasi Hukum Islam antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

Bahwa sesusi dengan pasal 134 KHI : Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam
pasal 116 huruf f, dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan Agama
mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu.

Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut dalam pertimbangan hukumnya
nyata telah tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 134 KHI, karena fakta yang
terungkap di persidangan, berdasarkan keterangan saksi, tidak cukup jelas perihal
sebab-sebab perselisihan yang dimaksud.

Bahwa alasan perceraian sebagaimana dimaksud, apabila dikaitkan dengan fakta yang
terungkap dipersidangan berupa keterangan 2 orang saksi yang diajukan oleh
Penggugat yaitu SITI JAENAB dan ADE SURYANA, untuk saksi ADE SURYANA
menerangkan bahwa saksi tidak tahu menahu permasalahan yang terjadi antara
Penggugat dengan Tergugat, bahkan saksi menyatakan kaget pada saat mengetahui
9

bahwa Penggugat mengajukan gugatan cerai kepada Tergugat melalui Pengadilan
Agama Garut, sedangkan untuk saksi SITI JAENAB, menerangkan bahwa saksi tidak
melihat langsung terjadinya pertengkaran antara Penggugat dengan Tergugat, dan saksi
hanya tahu sehubungan Penggugat sendiri yang mengatakan pada saksi perihal sudah
tidak harmonisnya hubungan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat.
Bahwa berdasarkan keterangan saksi yang diajukan oleh Penggugat tersebut, diperoleh
fakta bahwa keterangan saksi yang diajukan oleh Penggugat haruslah dianggap tidak
membuat cukup terang perihal pertengkaran Penggugat dengan Tergugat sebagaimana
disyarakta dalam pasal 143 KHI, dengan alasan bahwa disamping satu orang saksi yaitu
ADE SURYANA menyatakan tidak tahu menahu, sehingga tidak layak untuk
dipertimbangkan, juga keterangan saksi SITI JAENAB juga tidak melihat langsung
pertengkaran yang didalilkan oleh Penggugat.
Bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana pasal 134 KHI tersebut, maka dalil Gugatan
cerai Penggugat DK dengan alasan sebagaimana pasal 116 huruf f, sama sekali tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 134 KHI, dimana disamping
perselisihan dan pertengkaran yang diuraikan oleh Penggugat DK tidak jelas serta
kontradiktif antara dalil gugatan dengan dalil REPLIK, juga bukti yang diajukan di
persidangan berupa keterangan saksi dari Pengguagt sama sekali tidak membuat terang
perihal pertengkaran Pengguagt dengan Tergugat.

Bahwa perihal dalil Gugatan Penggugat yang menyebutkan bahwa sejak bulan Agustus
2009 antara Penggugat dengan Tergugat pisah rumah hingga sekarang kurang lebih 3
bulan, kemudian Tergugat pulang ke rumah orang tua Tergugat dengan alamat
sebagaimana tersebut di atas, selama itu sudah tidak ada hubungan baik lahir maupun
batin,dikaitkan dengan fakta yang terungkap di persidangan berupa keterangan saksi
yang diajukan oleh Tergugat DRK yaitu saksi Saudara Atang Taufik serta saksi Iwan
Nirwana yang menerangkan dibawah sumpah bahwa saksi melihat pada saat sedang
berjalannya perkara gugatan cerai di Pengadilan Agama Garut, ternyata Penggugat
dengan Tergugat masih melakukan hubungan lahir, yang dalam hal ini masih suka
bertemu dan jalan-jalan, serta tidak terlihat seperti sedang terjadinya proses gugat
menggugat di pengadilan. Bahkan Penggugat sendiri sering menemui Tergugat, dan
pada suatu waktu Tergugat dengan Penggugat terlihat ada di kamar rumah kontrakan
saudara Tergugat. Sehingga dalil gugatan Penggugat yang mengatakan bahwa sejak
bulan Agustus 2009 antara Penggugat dengan Tergugat pisah rumah hingga sekarang
kurang lebih 3 bulan, kemudian Tergugat pulang ke rumah orang tua Tergugat dengan
alamat sebagaimana tersebut di atas, selama itu sudah tidak ada hubungan baik lahir
maupun batin, ternyata terbantahkan oleh fakta yang terungkap di persidangan tersebut.
Bahwa perihal dalil Gugatan Rekonpensi yang diajukan oleh Penggugat DRK/ Tergugat
DK perihal gugatan tentang khulu dikaitkan dengan fakta yang terungkap di
persidangan berupa keterangan 2 (dua) orang saksi yang diajukan oleh Penggugat DRK
yaitu Saudara Atang Taufik serta saksi Iwan Nirwana, menyebutkan bahwa Tergugat
10

DRK terlebih dahulu telah keluar rumah Penggugat dengan Tergugat, dan kemudian
tinggal di rumah kakak Tergugat DRK.
Bahwa berdasarkan keterangan saksi Saudara Atang Taufik serta saksi Iwan Nirwana
tersebut, maka dalil gugatan Penggugat DK yang menyebutkan bahwa Tergugat sudah
tidak menafkahi Penggugat DK sama sekali tidak terbukti, karena fakta yang terungkap
dipersidangan bahwa Tergugat DK bukanlah pengangguran, tapi memiliki usaha bertani
di Kp. Buleud.

Bahwa berdasarkan apa yang PEMBANDING sampaikan di atas, maka selanjutnya
PEMBANDING memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama di
Bandung yang memeriksa dalam tingkat banding, berkenan MEMBATALKAN
PUTUSAN PENGADILAN AGAMA GARUT tersebut serta selanjutnya memngadili
sendiri dengan MENOLAK GUGATAN PENGGUGAT untuk seluruhnya atau setidak-
tidaknya menyatakan GUGATAN PENGGUGAT TIDAK DAPAT DITERIMA


4. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut telah salah dan keliru baik dalam
pertimbangan hukum maupun dalam amar putusan mengenai tidak dikabulkannya
Gugatan Rekonpensi dari Penggugat Rekonpensi/ sekarang PEMBANDING.

Bahwa pertimbangan hokum Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut tentang Gugatan
Rekonpensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonpensi sekarang Pembanding adalah
sebagai berikut :





















11

























Bahwa terhadap Pertimbangan dari Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut tentang
Gugatan Rekonpensi yang diajukan oleh Penggugat Rekonpensi sekarang PEMBADING
tersebut, secara tegas PEMBANDING dengan ini menyatakan menolak serta keberatan
dengan alas an sebagaimana telah PEMBANDING uraikan baik dalam jawaban, Duplik
serta keseimpulan, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

Bahwa gugatan rekonpensi Penggugat Rekonpensi sekarang PEMBANDING, diajukan
dengan alasan sehubungan adanya perceraian yang diajukan atas kehendak istri yang
dalam hal ini Penggugat dalam Konpensi/Tergugat dalam Rekonpensi, dimana secara
hukum Penggugat dalam Rekonpensi/Tergugat dalam Konpensi diperbolehkan untuk
mengajukan Khuluyaitu perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan
memberikan tebusan atau iwadl kepada dan atas persetujuan suaminya; (Kompilasi
Hukum Islam Pasal 1 huruf i)

Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah : 229)
) p .C E1NC
E1NO *.- W up) u7+^= 4ONC
E1N *.- E EEE4N_ EjgOU4N 4Og
;E4-^- gO) ElUg> 1N *.- E
12

E-4-u> _ }4`4 OE4-4C E1N *.-
Elj^q N- 4pON)U-- ^gg_
., kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika
kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus
dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Bahwa terhadap dalil gugatan Rekonpensi tersebut, Majelis Hakim hanya menyebutkan
bahwa Gugatan Rekonpensi harus diperiksa sebagai perkara biasa, sehingga harus
ditolak.

Bahwa apa yang diuraikan dalam pertimbangan hokum dari Majelis Hakim Pengadilan
Agama Garut, sama sekali tidak cukup pertimbangan, sehingga syah apabila Majelis
Hakim Pengadilan Tinggi Agama di Bandung, dalam tingkat banding ini membatalkan
putusan Pengadilan Agama Garut tersebut, selanjutnya memberikan putusan dengan
mengadili sendiri, MENGABULKAN GUGATAN REKONPENSI dari Penggugat
Rekonpensi sekarang Pembanding.

Bahwa terhadap pertimbangan Hukum dari Majelis Hakim Pengadilan Agama Garut
tentang hak asuh anak, secara tegas Pembanding dengan ini menyatakan keberatan,
karena walaupun ketentuan KHI menyebutkan bahwa anak yang belum Mumayiz masih
menjadi hak ibunya, akan tetapi nafas dari ketentuan tersbut tidak focus pada ibu, akan
tetapi kepada masa depan anak.

Bahwa walaupun anak masih kecil, tetapi kalau kebersamaan dengan ibunya tidak
membuat masa depan pendidikan serta agama anak lebih baik, tentunya tidak
bertentangan dengan hokum apabilan ditetapkan kepada Bapaknya/ PEMBANDING,
sehubungan lingkungan dimana anak berada sangat tidak mendukung terhadap
pendidikan dan masa depan anak/ agama anak.

Bahwa sebagaimana telah Pembanding buktikan, bahwa lingkungan keluarga Penggugat
kurang baik untuk masa depan anak, hal ini terbukti bahwa Penggugat pun yang usianya
sudah dewasa terpengaruh oleh kakanya untuk berpisah dengan Tergugat sekarang
Pembanding, apalagi anak yang masih belum dewasa.

Oleh karenanya, syah apabila Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama di Bandung,
dalam tingkat banding ini membatalkan putusan Pengadilan Agama Garut tersebut
tentang hak asuh anak tersebt, selanjutnya memberikan putusan dengan mengadili
sendiri, MENGABULKAN GUGATAN REKONPENSI dari Penggugat Rekonpensi
sekarang Pembanding serta menyatakan anak hasil pernikahan Penggugat dengan
Tergugat ada pada Tergugat/ sekarang Pembanding.



13



Bahwa atas dasar apa yang telah Tergugat dK/Penggugat dRK sekarang PEMBANDING uraikan
tersebut, sudi kiranya Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat di Bandung yang
memeriksa perkara aquo dalam tingkat Banding, berkenan memberikan putusan sebagai berikut :

Membatalkan Putusan Pengadilan Agama Garut Nomor 1260/PDT.G/2009/PA.GRT
TANGGAL 29 September 2010

DENGAN MENGADILI SENDIRI

PRIMAIR
I. DALAM KONPENSI
A. TENTANG EKSEPSI
- Mengabulkan Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya

B. TENTANG POKOK PERKARA
- Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya

II. DALAM REKONPENSI
- Mengabulkan Gugatan Rekonpensi untuk seluruhnya
- Menyatakan putus perkawinan Penggugat DRK dengan Tergugat DRK karena Khulu
- Menghukum Tergugat DRK untuk membayar iwadl sebesar Rp. 100.000.000 (seratus
juta rupiah)
- Menetapkan anak hasil pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat yang bernama
AGNIA IBTISAM, umur 4 tahun berada pada hadzonah Penggugat DRK/Tergugat DK

III. DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI
- Menghukum Tergugat DRK/Penggugat DK membayar biaya Perkara yang timbul
dalam perkara ini

SUBSIDAIR
Mohon Putusan seadil-adilnya

Wassalamualaikum Wr. Wb.



Garut, 29 Oktober 2010
Salam Hormat
Kuasa Tergugat DK/Pengguat DRK
Sekarang PEMBANDING




14

BAMBANG RAWAN, S.H.

Anda mungkin juga menyukai