Anda di halaman 1dari 10

ADIKSI: Master Scene Film Dokumenter

Posted by PuJa on January 6, 2009 S. Jai http://ahmad-sujai.blogspot.com/ PENGANTAR Skenario Film ini dimaksudkan dalam pembuatan film dokumenter, dengan menawarkan beberapa kemungkinan konsep mempertimbangkan estetika dan artistik. Utamanya, perihal INGATANsubtansi dari film dokumenterdan eksperimen film yang memperkuat pada nilai Subjektivitas, feature, dan soal hitam putihnya (benar salah secara ilmiah) tema film. SATU: Film documenter bertema Feature itu sering dianggap salah satu kegagalan film dokumenter. Tapi sejak awal justru film ini menawarkan feature. Karena itu, estetikanya adalah justru memasuki wilayah itu tanpa terjebak dalam benar-benar feature atau semi dokumenter. Artinya, tanpa meninggalkan esensi dokumenternya pada INGATAN: bersumber dari faktafakta, data, tulisan, artefak dan berangkat dari kenyataan fakta real. DUA: Subjektivitas itu mutlak karena ini film bertema pendidikan dan kampanye (ilmiah) dengan standar sumber ilmu pengetahuan. Ini tawaran penting dalam film ini. Subjektif tapi ilmiah. Fokus dan angle film mengarah pada pernyataan sikap yang semuanya terungkap dalam bahasa gambar. Bahkan menentukan hitam dan putih. Suatu misal, membayangkan ungkapan-ungkapan bahasa gambar yang jelas masuk wilayah ini terejawantah dalam HITAM dan PUTIH. Di satu sisi subjektivitas ini memasuki ruang feature tapi di sisi lain, subjektivitas yang ilmiah (nyata). TIGA: Film ini juga menawarkan suatu tantangan. Bahwa ini adalah sebuah film. Artinya, segala bahasa yang hendak diucapkan harus maksimal, imajinatif, tajam. Bahkan sedapat mungkin tanpa perlu bantuan bahasa lain, atau setidaknya jika perlu bahasa-bahasa lain semisal narasi atau teks dibuat seminimal mungkin sepanjang tetap mempertimbangkan film sebagai bahasa ucapnya sendiri. Juga demi keutuhannya yang seminimal mungkin mempertimbangkan ilustrasi (segala elemen yang hadir memang mengutuhkan bahasa film). Pendeknya, segala ornament artistik yang dipakai harus inheren dengan estetika film secara utuh dan tidak berfungsi sebagai ilustrasi semata. Termasuk juga tentu saja aspek orisinalitas. Seluruh ornament artistik harus orisinil dan memang digagas, dibentuk oleh penata artistik. Sejak dari musik, tata suara, cahaya dan tentu saja proses editingberdasarkan tanggungjawab keilmuan masing-masing. EMPAT: Mengenai konsepsi INGATAN, ini sangat penting digarap secara serius. Karena selain ini terkait esensi film juga menginspirasi perihal kronologi, plot, alur film menjadi sesuatu yang mengutuhkan. Film ini sedapat mungkin menawarkan plot yang lain yang bisa dihadirkan sepanjang mengutuhkan film dokumenter. Pendeknya, tidak ada film atau karya seni yang bagus bila itu banyak dikerjakan dengan cara-cara atau pandangan dunia yang sederhana atau biasa. Sebaliknya, justru kualitasnya tergantung pada tingkat kesulitannya. Pekerjaan terbesar di sini ada pada konseptor, sutradara dan editing film untuk menangkap setiap bentuk eksperimentasi elemen film.

LIMA : Estetika kualitas nilai sosial budaya film ada pada kuatnya watak Surabaya: Kaya akan eksperimen bermain, liar, terbuka, sarkas, spontan. ENAM: Fokus dan tema besar film adalah Asap Rokok Orang Lain alias perokok pasif PROLOG 1. Musik Pembuka 2. Demonstrasi Jaringan LSM mendesak legislatif menuntaskan Perda KTR-KTM. (credit title: tanggal aksi) 3. Konflik aksi dengan ilustrasi Musik (suara). Fade out gambar dan suara KET: BAGIAN PEMBUKA BLACK AND WHITE Fade in black 4. (Suara mesin ketik). credit title ADIKSI Fade in black SATU 1. Langit mendung atau berawan Bising deru pesawat udara menghajar Fade out 2. Zoom in. Papan black board Bandara Juanda. Cut to 3. Dialog Sang Dokumenter : Ini Surabaya, Cak? : Bukan! : Tapi ini Bandara Juanda, Pintu Masuknya Surabaya : Bukan!! 4. Deru pesawat menderu lagi Fade out : Maksudmu ini bandara Internasional : Bukan! Ini Bandaranya Pabrik Rokok!

5. Zoom in. Papan black board Bandara Dji Sam Soe : Diancuk!! Menang Cacak Kalah Cacak Tenan!! 6. Musik (Deru sepeda motor) Fade in black DUA 1. Fade in black. Bunyi hentakan mesin ketik manual atau printer komputer. Berpadu kemunculan teks narasi pada layar. cepat berderak. Karya ini didedikasikan untuk para korban kekejian pecandu rokok yang kian menggurita. Sejumlah 4000 zat kimia beracun dari asap rokok dibenamkan di tubuh mereka. Fade in black Suara mesin berderak lagi. Nama, peristiwa dan data dalam film ini adalah nyata dan bukan fiksi yang mengada-ngada. 2. Exterior: Kemiskinan, di tepi Surabaya. (Zoom in-Zoom out). Suara-suara kasar pemukiman kumuh. 3. (BLACK WHITE) Fade in seorang perokok berdiri di cakrawala. Utuh. Cut. Setengah. Cut. Close up hingga zoom in ujung rokok pada bibirnya. Tanpa Perokoknya. Lalu kepulan asap di latari kegelapan hitam malam (KET: ASAP SELANJUTNYA JADI ICON INSPIRATIF) 4. Pengenalan Tokoh-Tokoh di Balik Aksi Dengan latar icon asap muncul sederet nama: Sardiyoko, Retna Wangsa Bawana, Esty Martiana Rachmie, Siti Nurjanah. Lengkap dengan credit title namanya. Cut to Cut 5. MUSIK atau SUARA. Hiruk pikuk ratusan buruh pabrik rokok. Perempuan. Mereka bergegas masuk. Close up. Kaki-kaki pekerja atau iring-iringan sepeda berdesakan di pintu gerbang pabrik. Kegaduhan. Bicara kasar mereka. Berjubel. 6. Sebuah peristiwa di pabrik. Bunyi keras mesin raksasa pabrik rokok tertentu. Bunyi dan Musik Makin Keras dan Berhenti Klimak

Musik Kosong Fade out 7. Alternatif Narasi: Teks atau Narator Pabrik dan mesin, keduanya alat penghisap buruh paling canggih. Bukan rahasia lagi, industri rokoklah penyokong dan pembawa jargon Nikmat dihisap, Kuat Menghisap Hingga miskin para penghisap asap tembakau menjadi tak berharga atau sudah jatuh miskin masih juga tak punya harga. 8. Suasana lengang. Lagi, berlanjut panorama kemiskinan kumuh Surabaya. Fokus pada kemiskinan sebuah keluarga karyawan pabrik rokok. (Keterangan: Mereka adalah orang-orang yang sering dikambinghitamkan pabrik atas nama hidup mati keluarganya bekerja di pabrik) 9. Kenyataannya. Suara derak mesin ketik. Teks: Data IFPPD mengungkap, 3 dari 6 orang terkaya adalah pemilik pabrik rokok. Sementara 12 juta dari dari 19 juta keluarga miskin adalah perokok. Bila rata-rata sehari merokok 10 batang, berarti orang miskin membakar uang rokok Rp 23 triliun pertahun. Fade out TIGA MUSIK atau Suara Menghentak Keras. CUT TO CUT 1.Close up. Munculnya para antagonis atau penentang (bila ada). Juga unjuk kekuatannya. Mungkin juga introgasi kepada penyokong kawasan tanpa rokok. 2.Midle Close up. Suasana kantor. Beberapa sosok penyokong kawasan tanpa rokok. 3.Midle and Close up. Siaran TV atau pemutaran berita-berita elektronik tentang advokasi kawasan tanpa rokok. Gambar-gambar Kliping Koran laporan kegiatan advokasi. 4.Midle and Close up. Kesibukan lain semisal latihan atau nonton rekaman monolog Racun Tembakau, rapat-rapat. Suara dan gambar fade out EMPAT MUSIK. Fade out-fade in

1. Interior-exterior. Emplasemen dan Ruangan Sal RSUD Dr Soetomo. Close up blackboard Bagian Poliklinik Paru RS DR Soetomo. Sepanjang hari. Gambar-gambar disajikan dari sisi human interest dari pelbagai sudut pengambilan. Juga lingkungan terdekatnya di sal. 2. Beberapa pengambilan penting sebagai biografi penderita korban asap rokok dari pelbagai sisi. Full, middle hingga close up. 3. Credit title (Bunyi mesin ketik) Teks: identitas nama umur dan asal daerah korban rokok, menjadi pasien sejak hari dan tanggal. 4. Pengakuan korban rokok, tentang pribadinya, keluarganya, masyarakatnya terkait penyakitnya. 7. Off screen voice. Suara-suara korban asap rokok itu makin banyak tapi tak ada gambar. Lalu Fade out. Cut to. LIMA 1. Close up. Suara siaran TV utamanya dengan narasi perihal masalah rokok. 2. Midle and Close up. DATA-DATA PENTING AROL HARUS DITAMBAH YANG LEBIH AKURAT UTAMANYA TERHADAP KORBAN ANAK-ANAK DAN PEROKOK PASIF. 3. Close up. Background kesibukan advokasi, rapat-rapat, kliping-kliping koran. Fade in black (Ket: Perokok Pasif menjadi prioritas. Sehingga scenario LIMA dan EMPAT bisa saling ditukar tempat atas dasar pertimbangan tema Perokok Pasif) MUSIK 4. (HITAM-PUTIH atau PARADE FOTO) Close up and cut to cut. Iklan rokok berserakan. Para perokok. Anak-anak remaja. Orang miskin. Para perokok pasif. Beberapa perokok pasif tersiksa tak kuasa menegur. Suasana pansus dengan memperlihatkan seorang anggota dewan asyik merokok, bahkan memicu kegaduhan. Fade in black ENAM

1. Musik Tablo. Background interior Sal Poliklinik Paru RS DR Soetomo. Memperlihatkan suasana kengerian pasien dan kelengangan RS. Sekaligus juga kenyamanan. 2. Narasi dengan suara spontan, liar, tapi menyentuh tanpa harus merasa kasihan. Teks: Seringkali di rumah sakit kita tak bisa berbuat banyak. Tetapi sempatkanlah tamasya kemari. Karena di sinilah tempat paling jenak dan bebas dari asap rokok. Sekaligus untuk merenungbetapa rumah sakit ujung terdekat penghisap asap rokok dan pecandu rokok. Ada ujung paling dekat lagi: kamar mayat. Jika pun mungkin, semoga mereka orang yang terakhir Fade in black 3. (Bunyi Mesin Ketik) Teks: Tercatat 456 perokok meninggal dunia dalam setiap jam. Di Indonesia, rata-rata 427.948 jiwa melayang oleh sebab yang sama. Fade out 4. Dissolve to (penyambungan tiap gambar dengan gambar lain secara tumpang tindih setelah terlebih dulu meredup) Musik tablo.Pelbagai urutan gambar banyaknya penderita korban akibat asap rokok di rumah sakit. Di luar maupun di dalam sal rumah sakit. Sebagaimana kesehariannya, terutama korban anak-anak dan perempuan. Baik korban perokok aktif maupun pasif sepanjang narasi. Suara Narator: Tahun 2004, cukai rokok pemerintah Indonesia Rp 27 triliun, tetapi pemerintah musti membuang Rp 81 triliun biaya pengobatan penyakit akibat asap rokok: kanker, paru-paru dan tubercolusis. Bagaimana dengan pendapatan cukai 2007 sebesar Rp 43,8 triliun? Lalu berapa biaya yang sama dikeluarkan dari target cukai 2009 yang Rp 48,2 triliun itu? 5. (Suara Mesin Ketik) pada layar tampil: Data Global Youth Tobacco Survey, 2006, mengungkap 150 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok orang lain dan 81 persen pelajar mengalami hal yang sama. Fade in black 6. Nukilan gambar unik atau aneh sebagai intermezzo, atau komentar nyleneh tentang advokasi rokok. Sepotong Black Humor. Fade in black TUJUH

1. Dissolve to PETIKAN wawancara dengan sejumlah nara sumber. Utamanya tema Perokok Pasif dan Kawasan Tanpa Rokok. Sub-credit title tema-tema penting sehingga mempermudah penyampaian gagasan dan pesan. 2. LEBIH LENGKAP LIHAT LAMPIRAN MATERI dan SKENARIO WAWANCARA 3. KET: WAWANCARA TERBUKA UNTUK DI SISIPKAN TIAP SCENE SEPANJANG MENJAGA INHEREN FILM. DELAPAN 1. FADE IN BLACK, SUARA MESIN KETIK, ICON ASAP. TEKS: ADIKTIF. Fatalnya, kata ini hampir tak pernah berkait dengan bahaya asap rokok. Apalagi penghasil asap zat kimia beracun. Pemerintah sengaja memaknainya secara ambigu. UU 32 TH 2002 memang menyebut rokok mengandung zat adiktif, namun tetap mengizinkan iklan rokok. MUSIK 2. Close up. Sebilah tangan membuka buku History of Jawa, Karya Raffless. Dari sampul sampai telunjuk jari yang persis mengarah pada subjek OPIUM di halaman 66 buku. 3. (Suara mesin ketik) Muncul teks pada layar: Sayang perlakuan negara terhadap bahaya racun asap rokok, tak lebih baik dari perdagangan tersembunyi opium dalam sejarah kelam bangsa. MUSIK Black Out SEMBILAN MUSIK. 1. Disolved to. Pelbagai Pertemuan Dewan, LSM, Pemerintah dalam satu suasana. Kliping Koran, Rekaman TV, Jumpa Pers. Suara-Suara yang mengarah pada pentingnya Perda Kawasan Tanpa Rokok. 2. Flash Back Black White. Peristiwa yang menunjukkan sikap mana yang benar dan salah. Ngototnya aksi advokasi, misalnya. Dengan intermeso musik Populer atau musik pengantar demo. 3. Flash Back Black White. Narasi Bergantian dengan gambar Hitam Putih atau foto-foto. Teks Narasi (boleh berupa dialog antar pendokumentasi), salah sebuah film yang menjadi referensi INSIDER dan MONOLOG RACUN TEMBAKAU.

4. Pertemuan, Kesepakatan, Dalam rapat-rapat dengan LEGISLATIF. Lanturan gambar intermeso: Orang-orang iseng yang dalam satu kejadian (lagi dicari!) SEPULUH 1. Close up: Narasi: dari protagonis tentang pernyataan sikap. Teks Narasi: Perokok Pasif menghisap 75 persen kadar bahan berbahaya ditambah separoh dari asap yang dihembuskan perokok. Jika mengacu UU No23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, zat adiktif adalah bahan yang dalam penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Salah satu bahan yang terkandung dalam rokok adalah nikotin sintesisnya bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Dalam artian rokok dapat digolongkan bahan yang mengandung zat adiktif. Masyarakat berhak mendapat perlindungan hukum dari ancaman lingkungan tidak sehat dari asap orang lain. Tindakan tegas juga tidak pernah dilakukan oleh pemerintah terhadap iklan-iklan rokok yang menyesatkan. Seperti misalnya, iklan rokok yang menyatakan memiliki kadar Tar rendah sehingga aman untuk dikonsumsi. Padahal serendah apapun kadar Tar yang terkandung dalam rokok akan berbahaya bagi kesehatan. Karena Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat kersinogenik. Di samping itu, perusahaan rokok tidak pernah mencantumkan dalam produknya tentang apa saja kandungan zat kimia yang ada dalam produknya. Tar hanyalah salah satu zat kimia yang ada dalam rokok, lalu bagaimana dengan zat-zat kimia lainnya yang terkandung dalam rokok yang jumlahnya mencapai empat ribu jenis? 2. Separoh lainnya gambar kebiasaan-kebiasaan protagonist. Musik. Human interest. 3. Exterior: Senja. Cut to Cut beberapa bangunan tengah kota metropolit. Menara BRI. Tugu Pahlawan. Bundaran tol Sidoarjo. Bandara dengan kebisingan. Pesawatnya mengudara. Pergi. Adzan magrib boleh bergema sepenggal menutup hari. Fade out 4. Dissolved to. Sejumlah kawasan damai sejak dari pinggir kota hingga metropolis. Ada papan Dilarang Merokok di pelbagai tempat. SPBU. Mall. Restoran. Kantor. Hotel. Bila mungkin ruangan khusus merokok. 5. Detil-detil soal data rokok (tampaknya perlu ruang cadangan informasi tambahan) 6. Beberapa tempat paling sejuk dari taman-taman di tengah kota. Tanaman bunga, pohon rindang. Langit yang cerah. Close up, orang-orang menatap nanar langit yang cerah. Juga salah seorang korban asap rokok memandang jauh. Putus asa. SEBELAS

5. Langit semakin senja. Terlihat di layar anak-anak yang sehat masih bermain riang. Juga ibu-ibu yang mengasuh bayi-bayinya. 6. Langit senja kian menuju malam. Ribuan buruh pabrik rokok keluar dari gerbang. Close up wajah-wajah yang lelah, tidak sehat karena dihisap tenaganya oleh pabrik. Dissolved to EPILOG Musik. Fade in. 1. Middle and Close up: Seorang aktivis pembela hak-hak korban perokok BERPESAN 2. Teks Narasi monolog: Lebih 5 miliar nyawa manusia di bumi ini. Bayi, anak-anak, perempuan, remaja, aparat, pejabat, buruh, politikus, gelandangan. Mereka punya hak yang sama untuk bebas dari rasa takut. Mungkin mereka adalah tuan bagi orang lain. Tapi mereka adalah majikan bagi dirinya sendiri. Bahwa asap rokok orang lain mengakibatkan kematian, penyakit dan kecacatan. WHO memperkirakan 0,5 juta kematian di dunia karena paparan asap rokok orang lain. Manusia harus dibebaskan dari teror racun zat kimia yang diselundupkan asap rokok melalui udaraoleh siapapun tuannya, perokoknya. Manusia harus dibukakan jiwa dan hatinya bahwa di balik nikmat menghisap rokok, sesuatu telah lebih jauh menghisap kenikmatan hidupnya, bahkan merenggut kenikmatan dan kebebasan hidup orang lain. Fade out Black 3. (Suara Mesin Ketik) Teks pada layar: Pada 22 Oktober 2008 Surabaya memberlakukan Perda Lex Spesialist Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Meski menyetujui 5 kawasan tanpa rokok, namun tetap mengakui tempat kerja sebagai Kawasan Terbatas Rokok. Fade out black Teks pada layar: Menurut estimasi Internasional Labor Organization, tidak kurang dari 200.000 pekerja mati setiap tahun karena paparan asap rokok orang lain di tempat kerja. Black Out MUSIK PENUTUP Credit title TERIMAKASIH Samitra Abaya Perempuan Pro Demokrasi (SA-KPPD), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur,

Lembaga Perlindungan Anak (LPA), Savi Amira, Jaringan Rakyat Tetindas (JERIT), Yayasan Abdi Asih Education Network for Justice (E Net), Kelompok Studi Gender dan Kesehatan (KSGK), SEBAYA, Gaya Nusantara (GN), Kelompok Perempuan dan Sumber-sumber Kehidupan (KPS2K), KPI Jatim, WSM, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, RSUD Dokter Soetomo Surabaya, DPRD Kota Surabaya, Walikota Surabaya Tim Produksi: Produser Eksekutif: Siti Nurjanah Produser Pelaksana: Januar Fatony Kontributor Naskah: Sardiyoko Penulis Skenario: S.Jai Narator: F Aziz Manna Editor: Ganjar Penata Suara: Kharizma Penata Kamera: Mardiko Saputro Penata Artistik: Munif Rofiqi Riset Data: Joyo Adikusumo Sutradara: S. Jai Produksi Center for Religious and Community Studies (CeRCS) 2009 MUSIK FADE OUT Surabaya, 1 Januari 2009

Anda mungkin juga menyukai