Anda di halaman 1dari 22

A. STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI 1. Konsep dan Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori a.

Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Strategi ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru ( teacher centered ). Fokus utama strategi ekspositori ini adalah kemampuan akademik ( academic achievement ). Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori . Pertama, dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal, artinya bertutur secara lisan. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi, seperti data, fakta dan konsep. b. Prinsip prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori 1) Berorientasi pada tujuan, sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. 2) Prinsip komunikasi, pesan yang disampaikan ( materi pelajaran ) yang akan disampaikan diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. 3) Prinsip kesiapan, kesiapan adalah hukum belajar dimana inti dari hukum belajar adalah setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah ada kesiapan, dan sebaliknya. 4) Prinsip berkelanjutan, proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.

2. Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori a. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahantingkah laku yang spesifik yang berorientasi pada hasil belajar. Malalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dala menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan stratergi ini. b. Kuasai materi pelajaran dengan baik Penguasaan materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak takut dengan perilaku perilaku siswa yang dapat menggangu jalannya proses pembelajaran. c. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampaian Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Yang perlu dikenali adalah pertama, latar belakang audiens atau siswa yang akan menerima materi pelajaran, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa. Kedua, kondisi ruangan, baik menyangkut luar dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu sendiri. 3. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori a. Keunggulan 1) Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran, sehingga ia dapat mengetahui samapai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. 2) Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. 3) Siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran sekaligus siswa dapat melihat atau mengobservasi ( melalui demonstrasi ). 4) Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

b. Kelemahan 1) Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. 2) Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, bakat, serta perbedaan gaya belajar. 3) Strategi ini banyak diberikan melalui ceramah sehingga akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi, hubungan

interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis. 4) Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan mengelola kelas. 5) Gaya komunikas strategi ini lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan utnuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Karena kelemahan kelemahan di atas, maka sebaiknya dalam melaksanakan strategi ini guru perlu persiapan yang matang baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal hal lain yang dapat mempengaruhi kelancaran proses presentasi. B. STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI 1. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi pembelajaran inkuri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mnecari dan menemukan sebdiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi ini juga sering disebut strategi heuristik yang berarti saya menemukan. Ciri utama strategi inkuri adalah, pertama, strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswasecara maksimal untuk mencari dan menemukan. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban

sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi ini adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. 2. Prinsip prinsip Penggunaan Strategi Inkuiri pada pengembangan intelektual, keberhasilan dari proses

a. Berorientasi

pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. b. Prinsip interaksi, pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. c. Prinsip bertanya,kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada

dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. d. Prinsip belajar untuk berpikir, pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar berpikir logi dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. e. Prinsip keterbukaan, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. 3. Langkah Pelaksanaan Strategi Inkuiri

a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. b. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu. Proses mencari jawaban itulah yang terpenting dalam strategi inkuiri karena siswa akan memperoleh pengalaman yang sagat berharga sebagai upaya dalam

mengembangkan mental melaui proses berpikir. c. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji, maka dari itu perlu diuji kebenarannya. Salah astu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara. d. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peranan guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. f. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. 4. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Inkuiri a. Keunggulan 1) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajarn melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2) SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psiokologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4) Keuntungan lain adalah SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. b. Kelemahan
1) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol

kegiatan dan keberhasilan siswa.


2) SPI sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.


3) Kadang kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya denagn waktu yang telah ditentukan.
4) Keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi

pelajaran , maka SPI sulit akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Menurut Agus dalam buku cooperative learning, strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 fase atau langkah. Fase-fase dan perilaku tersebut merupakan tindakan berpola. Pola ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan

pengembangan pembelajaran berbasis masalah dapat diwujudkan. Sintaks PBL adalah sebagai berikut :
Fase-fase Fase 1 : memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik. Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti Fase 3 : membantu investigasi mandiri dan kelompok Fase 4 : mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit Perilaku pendidik Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengoragnisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya. Pendidik mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain. Pendidik membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

David Johnson and Johnson mengemukakan 5 langkah strategi PBL melalui kegiatan kelompok : 1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. 2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.

3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan. 4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. 5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.(Wina Sanjaya, 2008 : 217-218) Berdasarkan pendapat tokoh tersebut, maka dapat di simpulkan bahwa sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari memberikan orientasi

permasalahan kepada peserta didik, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis danmengevaluasi proses dan hasil. Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan melalui kegiatan individu, tidak hanya melalui kegiatan kelompok. Penerapan ini tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan materi yang akan diajarkan. Apabila materi yang akan diajarkan dirasa membutuhkan pemikiran yang dalam, maka sebaiknya pembelajaran dilakukan melalui kegiatan kelompok, begitupula sebaliknya. D. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN

KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB) Model Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Jadi, dalam SPPKB ini siswa dituntut untuk mampu berpikir untuk memecahkan masalah yang diajukan. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa Strategi Pembelajaran

Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) yaitu suatu trategi yang digunakan oleh

pendidik yang mengutamakan kemampuan berpikir siswa yang mana dalam menelaah masalah-masalah yang diangkatkan berdasarkan pengalaman-pengalaman siswa, dengan demikian siswa mudah memecahkan masalah yang diangkatkan. Dari pengertian ada beberapa hal yang terkandung, yaitu : 1. SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dari metode SPPKB adalah siswa bukan sekedar dapat mengausai sejumlah materi pelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan ide-ide atau gagasan. 2. Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan anak mendeskripsikan hasil pengamatan terhadap berbagai fakta dan data yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak. 3. Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalahmasalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak. Dalam strategi pembelajaran ini materi tidak langsung disajikan begitu saja. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis. Antara Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) memiliki persamaan yaitu sama-sama bertujuan agar siswa menemukan materi pelajaran sendiri. Perbedaannya terletak pada pola pembelajarannya yang digunakan. Dalam pembelajaran SPPKB, pendidik menggunakan mengalaman siswa sebagai titik tolak. Perbedaan SPPKB dengan Pembelajaran Konvensional 1. Strategi Pembelajaran Konvensional a. Peserta didik sebagai objek belajar. b. Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak. c. Perilaku dibangun atas proses kebiasaan. d. Kemampuan didasarkan atas latihan-latihan

e. Tujuan akhir adalah penguasaan materi pembelajaran. f. Perilaku dilakukan karena faktor pendorong dari luar (misalnya, Karena takut dihukum dll). g. Pengetahuan bersifat absolut dan final, karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. h. Keberhasilan siswa diukur hanya melalui test. 2. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) a. Peserta didik sebagai subjek belajar. b. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata (pengalaman siswa). c. Perilaku dibangun atas kesadaran diri. d. Kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman. e. Tujuan akhir adalah kemampuan berpikir dengan menghubungkan pengalaman dengan kenyataan. f. Perilaku dilakukan karena faktor pendorong dari dalam (mis. karena bermanfaat dll). g. Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai pengalaman yang dialaminya. h. Keberhasilan siswa diukur dari proses dan hasil belajar. Analisa Pemakalah : Dari penjelasan-penjelasan di atas telah jelas dikemukakan bahwa Strategi Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan kegiatan yang lebih mengutamakan kemampuan berpikir siswa. Dalam strategi ini, siswa tidak hanya mendengar dan mencatat materi yang disampaikan oleh pendidik. Strategi pembelajaran ini lebih mengutamakan kegiatan siswa yang sifatnya non fisik. Kegiatan fisik siswa tidak begitu dominan. Kegiatan non fisik ini yaitu kegiatan berpikir siswa yang membutuhkan suasana yang kondusif untuk menumbuhkan konsentrasi siswa dalam berpikir untuk memcahkan sebuah masalah yang telah diangkatkan oleh guru kepada siswa.

Dalam strategi ini, guru memiliki peranan sebagai fasilitator dan menggiring siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis dalam menyelesaikan masalah yang telah diangkatkan. Selain itu, guru juga harus bisa memahami bagaimana kondisi mental siswa ketika menggunakan strategi ini karena dalam berpikir itu merupaka kegiatan yang membutuhkan mental yang kuat dari siswa. Pemahaman terhadap mental siswa ini, dapat dilakukan dengan memahami kondisi psikologis siswa dalam pembelajaran. E. KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (SPK) 1. Pengertian Model pembelajaran kelompok Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar. Sistem pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerjasama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.

Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa lain. Dengan interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi padatingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan p[ribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar kawan sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative). Dalam strategi pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam proses belajar mengajar, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupan dimasyarakat, sehingga perolehan dan hasil belajar siswa akan semakin meningkat. Starategi pembelajaran ini dapat dilakukan manakala: a. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam belajar. b. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. c. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain. d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.

e. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka. f. Jika guru mengahendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan. 2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok. b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai 4 fungsi pokok yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran koperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketektuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes. c. Kemauan untuk Bekerjasama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. d. Keterampilan Bekerjasama Kemauan untuk bekarjasama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok. 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Prinsip Ketergantungan Positif (positive Independence) Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh karena itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan mana kala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan

semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dam mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal itu, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompokuntuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing aggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication) Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan dimasyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooporatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa peru dibekali dengan kemampuan-kemampuan bekomunikasi. Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tidak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih, sampai akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik. 4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran seperti yang disarikan dalam Ibrahim, dkk sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif tidak hanya meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kels sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif

memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk mengahargai satu sama lain. c. Pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. 5. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: a. Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curhat pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Disamping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.

b. Belajar dalam Kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masingmasing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokkan dalam strategi pembelajaran kooperatif bersifat heterogen. Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokkan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam kelompok siswa didorong untuk melakukan tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. c. Penilaian Penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompok. d. Pengakuan Tim Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

6. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif

a. Keunggulan Strategi Pembelajaran Kooperatif 1) Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata sacara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. 3) Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu starategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6) Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. 7) Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

F. KONSEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

1. Konsep CTL Strategi pembelajaran kontekstual yang harus dipahami, yaitu: a. CTL menekankan pada keterlibatan siswa dalam menemukan materi yang akan dipelajari melalui proses mengalami secara langsung. b. CTL mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi yang dipelajari denggan situasi di kehidupan nyata agar proses pembelajaran di sekolah menjadi bermaksa, fungsional, applicable, dan tertanam erat dalam ingatan. c. CTL mendorong siswa untuk menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan. 2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kontekstual Karateristik Strategi Pembelajaran Kontekstual dirumuskan dalam lima poin, yaitu: a. CTL merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang ada (activating knowledge), yaitu pengetahuan yang dipelajari saling berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. b. CTL merupakan proses memperoleh pengetahuan baru (acquiring knowledge) secara deduktif, yaitu mengetahui pengetahuan secara holistic terlebih dahulu, kemudian memperhatikan tiap detailnya. c. CTL menekankan pada pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) bukan menghafalkan pengetahuan. d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge). e. Merefleksikan (reflecting knowledge) strategi pengembangan pengetahuan. 3. Peran Guru dalam Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam proes pembelajaran kontekstual guru perlu memahami setiap tipe belajar siswa, berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan CTL: a. Siswa merupakan individu yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengalamannya, oleh karena itu guru berperan sebagai pembimbing siswa untuk belajar sesuai dengan tahapperkembangannya.

b. Siswa memiliki kecenderungan untuk mencona hal baru yang menarik dan menantang, oleh karrena itu belajar dapat dilakukan dengan memecahkan persoalan yang menantang, guru berperan dalam memilih materi yang penting untuk dipelajari siswa. c. Belajar bagi siswa adalah mencari keterkaitan hal baru dengan hal yang sudah diketahui sehingga guru berkewajiban untuk membantu menemukan kaitan antara pengalaman satu dengan yang lain. d. Belajar bagi siswa merupakan proses asimilasi, yaitu menyempurnakan skema yang telah ada dan akomodasi yang merupakan pembeentukanskema baru. Guru bertanggungjawab dalam memfasilitasi proses tersebut. 4. Asas Strategi Pembelajaran Kontekstual CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, yaitu: a. Konstruktivisme Konstruksivisme adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. b. Inkuiri Inkuiri Adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah: 1) Merumuskan masalah 2) Mengajukan hipotesis 3) Mengumpulkan data 4) Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan 5) Membuat kesimpulan c. Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan

menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: 1) menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran 2) membangkitkan motvasi siswa untuk belajar 3) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat 4) memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan 5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. e. Pemodelan (Modeling) Pemodelan merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. f. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. g. Penilaian Nyata (Authentic Assessment) Penilaian Nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

5. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Kontekstual. a. Kelebihan

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut untuk aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun

menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. b. Kekurangan Tanggung jawab guru menjadi lebih berat, yaitu bertanggungjawab untuk memahami siswa sesuai dengan proses belajar dan tingkat perkembangannya, serta mengarahkan proses pembelajaran agar tidak keluar dari indikator hasil belajar yang telah ditentukan. 6. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional.
NO Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal CTL Pembelajaran Konvensional 1 Siswa sebagai subjek belajar Siswa sebagai objek belajar 2. Siswa belajar melalui kegiatan kelompok Siswa lebih banyak belajar secara individu 3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak nyata 4 Kemampuan didasarkan atas pengalaman Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan 5 Tujuan akhir kepuasan diri Tujuan akhir nilai atau angka 6 Prilaku dibangun atas kesadaran Prilaku dibangun oleh factor dari luar 7 Pengetahuan yang dimiliki individu Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute berkembang sesuai dengan pengalaman yang dan final, tidak mungkin berkembang. dialaminya 8 Siswa bertanggungjawab dalam memonitor Guru penentu jalannya proses pembelajaran dan mengembangkan pembelajaran 9 Pembelajaran bisa terjadi dimana saja Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas 10 Keberhasilan pembelajaran dapat diukur Keberhasilan pembelajaran hanya bisa dengan berbagai cara diukur dengan tes

Anda mungkin juga menyukai