Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya berupa sistem imun. Sistem pertahanan (sistem imun) berfungsi untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit, berupa virus, bakteri, parasit dan jamur. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian (RSPI Sulianti Saroso, 2010). Ketika seorang bayi dilahirkan ke dunia, ia sudah harus menghadapi berbagai musuh yang mengancam jiwa. Virus, bakteri dan bibit penyakit lainnya berisiko masuk kedalam tubuhnya yang masih lemah. Untuk menghadapi resiko tersebut sang bayi telah dibekali dengan antibody yang telah diberikan ibunya. Anti bodi inilah yang disebut sebagai daya imunitas alami atau kekebalan tubuh (Astaqauliyah, 2008). Daya imunitas alami tidak cukup adekuat untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit yang ada. Oleh karena itu, bayi dan balita perlu di imunisasi. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan mencegah penularan ke adik, kakak dan temanteman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak

sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah di imunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut tidak akan menularkan ke orang lain. Jadi imunisasi selain bermamfaat untuk diri sendiri juga bermamfaat untuk mencegah penyebaran ke orang lain di sekitarnya. menurut data World health Organization (WHO) sampai saat ini sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya (WHO, 2004 dalam Soedjatmiko, 2009). Anak yang tidak diberikan imunisasi dasar lengkap pada saat masih bayi, tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman yang berbahaya yang masuk sangat banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal. Oleh karena itu, bila orang tua tidak mau anaknya dimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian (Soedjatmiko, 2009). Keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Target cakupan imunisasi program UCI (Universal Child Immunization) untuk BCG, DPT, Polio, campak dan Hepatitis B harus mencapai 80% baik ditingkat nasional, propinsi dan kabupaten bahkan di setiap desa (Ranuh dkk, 2005). Pemerintah menargetkan hasil pencapaian UCI tingkat nasional untuk tahun 2014 adalah 100% desa/kelurahan. Upaya untuk pencapaiannya adalah melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional-UCI (GAIN-UCI) yang salah satunya adalah melalui Posyandu.

Peran orang tua terutama ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Petugas kesehatan harus memberikan pendidikan kesehatan dan pengetahuan tentang imunisasi sebelum imunisasi diberikan pada bayi dan anak, menggali pemahaman orang tua tentang imunisasi dengan menggunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya mengenai pemahaman orang tua tentang pemeliharaan kesehatan bayi melalui pencegahan penyakit dengan imunisasi agar dapat memberikan edukasi yang tepat (Ali 2002). Cahyono (2003) dalam penelitiannya pada anak usia 12-23 bulan di Indonesia menyebutkan bahwa anak yang berasal dari seorang ibu yang tinggal di pedesaan, berpendidikan rendah, kurang pengetahuan, tidak memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS), tidak punya akses ke media massa (seperti surat kabar/majalah, radio dan Tv), dan ayahnya berpendidikan SD ke bawah mempunyai resiko besar untuk tidak di imunisasi lengkap. Selain itu semakin banyak jumlah anak, semakin besar kemungkinan seorang ibu tidak

mengimunisasikan anaknya dengan lengkap. Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti tentang cakupan imunisasi terhadap 40 sasaran balita di desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan pada tahun 2013 hanya sebanyak 31 balita yang di imunisasi, (Puskesmas peusangan, 2013). Data tersebut jelas menunjukkan bahwa masih ada bayi yang belum mendapatkan imunisasi sebagaimana mestinya. Bila terjadi wabah maka bayi yang belum mendapat imunisasi dasar tersebut akan mudah tertular penyakit berbahaya, akan sakit berat, meninggal atau cacat.

Dari hasil wawancara terhadap 10 ibu yang memiliki bayi di desa Cot Rabo Tunong, peneliti menemukan 4 dari 10 ibu tidak mengimunisasikan anaknya, tidak dapat menyebutkan definisi imunisasi, beranggapan bahwa imunisasi tidak begitu penting, serta tidak di izinkan oleh orang tua dan suami untuk mengimunisasikan anak mereka karena takut menderita panas tinggi dan lumpuh, sehingga sikap ibu-ibu tidak mau mengimunisasikan anaknya ke Posyandu Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Sikap dan Perilaku Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013.

B. Perumusan Masalah Peran orang tua terutama ibu dalam program imunisasi sangatlah penting. Orang tua yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang imunisasi beresiko tidak akan mengimunisasikan anaknya secara lengkap. Pengetahuan ibu yang rendah terhadap imunisasi kemungkinan besar juga akan mendorong sikap yang negative terhadap imunisasi sehingga ia tidak mau mengimunisasikan anaknya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui adakah pengaruh sikap ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui sikap ibu tentang pemberian imunisai dasar pada bayi. b. Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi. c. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu terhadap perilaku dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi.

D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang metode penelitian di masa yang akan dating dan sebagai wawasan dibidang komunitas yang terkait dengan imunisasi. 2. Ibu/masyarakat Sebagai tambahan pengetahuan dan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan responden khususnya tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi. 3. Peneliti Keperawatan Menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan komunitas khususnya berkaitan dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi.

4. Profesi Keperawatan Sebagai bahan kajian dalam menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi. 5. Puskesmas Peusangan Sebagai bahan masukan yang bermamfaat bagi petugas kesehatan tentang perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi sehingga diharapkan dapat menigkatkan penyuluhan tentang imunisasi dasar pada bayi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku 1. Pengertian Menurut Notoadmodjo (2005), perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat aktivitas manusia dikelompokkan menjadi dua yakni : a. Aktivitas yang dapat diamati orang lain misalnya : berjalan, bernyanyi, tertawa dan sebagainya. b. Aktivitas yang tidak diamati orang lain misalnya berpikir, berfantasi, bersikap dan sebagainya. Sejalan dengan batasan perilaku tersebut maka perilaku kesehatan adalah (healthy behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapan diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan

(Notoatmodjo, 2003).

Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan respon (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan perkataan lain perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau di tentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Perilaku manusia terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor-faktor predisposisi, faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor pendorong salah satu contoh faktor predisposisi adalah seseorang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu disebabkan karena orang tersebut tidak tahu atau belum mengetahui mamfaat atau tujuan imunisasi bagi anaknya. 2. Klasifikasi Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Perilaku tertutup (covert behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

B. Sikap 1. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Menurut Newcomb dalam (Notoatmodjo, 2005), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi popular diberbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar bila orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Sebaliknya program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang memiliki pengetahuan, sikap dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. 2. Komponen Sikap Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2002) sikap itu terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu : a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap ibu terhadap pemberian imunisasi misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan ibu terhadap pemberian imunisasi. b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek tersebut seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana penilaian ibu terhadap pemberian imunisasi, apakah diperlukan atau tidak.

c. Kecenderungan untuk bertindak artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku. Misalnya, sikap terhadap pemberian imunisasi, adalah apakah ibu akan mengimunisasikan anaknya. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha agar anaknya tidak terkena polio. 3. Tingkatan Menurut Notoatmodjo (2005) sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan menerima stimulus yang diberikan (objek). b. Menanggapi (responding) Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subyek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau menganjurkan orang lain untuk merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila orang lain mencemoohkan atau adanya resiko lain. 4. Pengukuran Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2002).

C. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakitnya. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Universal Child Imunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi atau anak dibawah umur 1 tahun (WHO, 2004). Depkes RI (2000) mendefinisikan imunisasi sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan kekebalan (Imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan

pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya penting dalam memelihara kesehatan anak. 2. Tujuan Pemberian imunisasi bertujuan untuk merangsang sistem imun agar imunitas humoral (antigenspesifik humoral antibody) dan imunitas seperti imunitas pasif yang berlangsung sangat singkat dapat bertahan sampai beberapa tahun. Vaksin akan berinteraksi dan umumnya menghasilkan respon imun yang sama dengan infeksi alami. Vaksin juga dapat menimbulkan immunologic memori yang mirip dengan yang didapat dari infeksi alami (Depkes RI, 2005). 3. Jenis imunisasi Kata imun berasal dari bahasa latin immunitas yang berarti pembebasan (kekebalan). System imun adalah suatu system dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing (antigen) seperti kuman-kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu, imunisasi aktif dan imunisasi pasif. a. Imunisasi aktif Pada imunisasi ini, kuman yang telah dimatikan atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh anak. Suntikan ini akan merangsang tubuh mengembangkan daya tahannya. Tubuh akan memproduksi zat-zat yang disebut antibody. Antibody ini diciptakan untuk menanggulangi kumankuman yang menyerang tubuh. Antibody yang membentengi tubuh

terhadap penyakit-penyakit dapat bertahan pada tubuh dalam waktu lama, kadang-kadang seumur manusia. b. Imunisasi pasif Merupakan penginjeksian antibody siap pakai. Antibody yang tidak dibuat oleh tubuh sendiri, berasal dari serum atau darah binatang, umpanya kuda, yang sebelumnya di imunisasi secara aktif dengan tujuan mendapatkan antibody itu. Berbeda dengan imunisasi aktif, imunisasi pasif menghasilkan kekebalan yang bersifat sementara terhadap penyakit. Keunggulan dari kekebalan pasif adalah langsung dapat dipergunakan tanpa menunggu tubuh penderita membentuknya. Sedangkan

kelemahannya adalah tidak dapat berlangsung lama. 4. Jadwal pemberian imunisasi Imunisasi merupakan program pemerintah untuk melindungi anak dari bahaya penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan sakit berat, kecacatan atau kematian. Imunisasi yang disediakan oleh pemerintah ada lima yaitu Hepatitis B (HB), Polio, BCG, DPT dan Campak (Soedjatmiko, 2008). a. Imunisasi Hepatitis B Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B tiga kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini adalah intramuscular. Efek samping dari imunisasi hepatitis B adalah demam ringan, rasa tidak enak pada pencernaan dan terasa nyeri pada tempat suntikan.

b. Imunisasi polio Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan empat kali (polio I, II, III, IV) dengan interval tidak kurang empat minggu. Cara pemberian langsung diteteskan ke mulut anak sebanyak 2 tetes. c. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) Vaksin BCG adalah vaksin mikrobakterium yang dilemahkan, digunakan pada manusia untuk pencegahan tuberculosis dihampir seluruh penjuru dunia. Vaksin BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml. vaksin BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberculin konversi pada tempat suntikan. d. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) DPT adalah suatu dispense sel bordetella pertusis inaktif dikombinasikan dengan toksoit difteri atau tetanus, yang diberikan secara intramuscular. Dosis imunisasi ini adalah 0.5 ml. frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali. Efek samping DPT berbentuk efek ringan dan efek berat. Efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan, kesadaran menurun, kejang. e. Imunisasi campak Vaksin campak adalah vaksin hidup yang dilemahkan dari galur virus dengan antigen tunggal yang dibiarkan dalam embrio ayam. Vaksin ini diberikan pada bayi umur 9 bulan, karena masih ada antibody yang

diperoleh dari ibu. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali, dengan waktu pemberian pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini melalui subkutan dengan dosis 0,5 ml. efek samping dari pemberian imunisasi campak adalah kejang demam ruam dalam waktu 714 hari, kejang demam. Kontraindikasi vaksinasi campak adalah kehamilan, alergi telur.

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Anak Jenis Imunisasi BCG Hepatisis DPT Umur (Bulan) Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10 Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan BCG Hepatitis B1 Hepatitis B2 Hepatitis B3 DPT 1 DPT2 DPT3 Polio 1 Polio2 Polio 3 Polio 4 Campak

Polio

Campak

Sumber : Depkes RI (2005), Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

5. Mamfaat dan efek samping imunisasi Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian pada bayi dan anak-anak yang di sebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi dan balita. Pemberian tetanus toksoid pada ibu

hamil dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril dan pemotongan tali pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi difteri dan pertusis dimulai sejak umur 2-3 bulan dengan selang waktu 4-8 minggu sebanyak tiga kali akan memberikan perlindungan mendekati 100% sampai anak berusia satu tahun. Imunisasi campak diberikan satu kali akan memberikan perlindungan seumur hidup. Imunisasi polio dapat memberikan perlindungan seumur hidup apabila telah diberikan empat kali. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala local dan sistemik. Gejala local seperti nyeri, kemerahan, pembengkakan pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, lemas, rewel dan menangis.

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka peneliti mencoba mengembangkan suatu kerangka konsep. Menurut skinner (1983) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Bentuk Unobservable Behavior atau Cover Behavior yang dapat diukur adalah sikap dan prilaku ibu. Pengetahuan yang dimiliki ibu dapat mempengaruhi sikapnya. Adapun bentuk hubungan antara variabel-variabel penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut: Variabel Independen Sikap Ibu Variabel Dependen Perilaku Pemberian imunisasi dasar pada bayi

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian B. Variabel Penelitian Kerangka kerja penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi, sedangkan variabel dependen perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi. adalah

C. Hipotesa Penelitian Ada pengaruh sikap ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

D. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur
Penyebaran kuesioner

No 1.

Variabel Variabel Independen: Sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar

Alat Ukur

Hasil Ukur

Anggapan atau reaksi ibu terhadap tata laksana pemberian imunisasi dasar (Hepatitis B, Polio, BCG, DPT dan Campak)

Kuesioner dengan skala ordinal

Positif : jika nilai yang peroleh lebih besar sama dengan rata-rata (x >38,19) Negatif: jika nilai yang diperoleh lebih kecil dari ratarata(x <38,19)

2.

Variabel dependen Perilaku Pemberian imunisasi dasar pada bayi Tindakan pemberian vaksin (Hepatitis B, Polio, BCG, DPT dan Campak) Kepada bayi
Penyebaran kuesioner

Kuesioner dengan skala ordinal

Baik : jika nilai lebih besar sama dengan rata-rata (14,70) Tidak Baik: jika nilai yang diperoleh lebih kecil dari ratarata (14,70)

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif yaitu penelitian dengan tujuan melihat hubungan variabel dalam hal ini hubungan antara sikap dengan perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2013.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak yang berusia diantara 1-5 tahun didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Berdasarkan data dari Puskesmas Peusangan pada akhir oktober tahun 2012, jumlah seluruh ibu yang memiliki anak yang berusia 1-5 tahun adalah 53 orang.

2. Sampel Sampel penelitian adalah semua ibu yang mempunyai anak yang berusia diantara 1-5 tahun didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Sampel diambil secara total populasi dengan jumlah 53 orang. Kriteria sampel yang akan diteliti yaitu : a. Bertempat tingggal didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. b. Bersedia menjadi responden c. Dapat membaca dan menulis d. Memiliki anak berumur 1-5 tahun e. Terdaftar dibuku posyandu f. Memiliki KMS (kartu menuju sehat)

D. Alat dan Metode Pengumpulan Data 1. Alat pengumpulan data Alat pengumpulan data menggunakan angket yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mangacu pada tinjauan kepustakaan atau kerangka konsep yang ada. Secara umum angket tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu : a. Bagian A berupa data demografi yang terdiri dari: umur bayi, umur ibu, pendidikan terakhir ibu dan pekerjaan ibu.

b. Bagian B berupa kuisioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti untuk mengukur sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi. c. Bagian C berupa bentuk pernyataan bahwa ibu telah mengimunisasikan anaknya yang dilihat berdasarkan KMS yang dimiliki ibu. 2. Uji Kuesioner Agar diperoleh hasil distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 10 orang (Notoatmodjo, 2010) Sebelum digunakan, kuesioner ini dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji kuesioner dilakukan pada 10 orang responden yang mempunyai criteria yang sama dengan sampel yang akan diuji didesa Cot Nga Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Uji coba kuesioner berupa uji validitas dan uji reabilitas. 1. Uji Validitas Validitas merupakan suatu indek yang menunjukkan suatu alat ukur, benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun dalam penelitian mampu mengukur apa yang diukur, maka diperlukan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi Product Moment, dengan teknik komputerisasi analisa statistic yaitu signifikan 5% dengan 10 orang responden. Nilai koefisien korelasi validitas yang ditetapkan adalah 0,632, maka apabila setelah dilakukan uji kuesioner didapatkan nilai

korelasi lebih besar dari 0,632 maka kuesioner tersebut adalah valid, sebaliknya bila nilai korelasi dibawah 0,632 maka pertanyaan dalam kuesioner tersebut tidak valid. Adapun seluruh item dalam kuesioner ini setelah dilakukan uji validitas memiliki nilai diatas 0,632 sehingga semua item dipakai sebagai instrument dalam penelitian. 2. Uji Reabilitas Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengumpulan data tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002). Dengan menggunakan computer berdasarkan nilai reablitas dapat langsung dihitung dan didapat angka kritis setiap pertanyaan adalah 0,632. Bila hasil (angka korelasi) yang diperoleh sama atau lebih dari angka kritis pada derajat kemaknaan yaitu nilai alpha per item kuesioner maka alat ukur yang digunakan reliabel (Notoatmodjo, 2002). Hasil pengujian menyatakan bahwa semua item dalam kuesioner dinyatakan reliable karena nilainya diatas 0,632.

3. Metode pengumpulan data a. Tahap persiapan pengumpulan data Tahap persiapan pengumpulan data meliputi kegiatan

penyelesaian proses administrasi berupa pengurusan izin dari ketua

program studi ilmu keperawatan Stikes Darussalam Lhokseumawe dan izin kepala desa didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin melakukan penelitian lalu peneliti meminta bantuan salah satu kader posyandu untuk dapat bekerja sama. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada kader posyandu mengenai tata cara pengumpulan data dan kuisioner. b. Tahap pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Kepala Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Dalam angket atau kuisioner terdapat pernyataan berupa pernyataan tentang variabel penelitian. Kepada ibu-ibu yang menjadi responden, peneliti dengan dibantu oleh kader posyandu memberikan lembar permohonan menjadi responden dan jika responden setuju maka mereka diminta menandatangani surat persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Selajutnya peneliti memberikan penjelasan tentang pernyataan dalam kuisioner termasuk cara menjawabnya.

E. Metode Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengikuti langkahlangkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data. Pada tahap ini data telah dikumpulkan lalu dilakukan pengecekan identitas respoden, mengecek kelengkapan data dan tidak ditemukan data yang missing (hilang) baik itu pada sikap ibu maupun perilaku ibu. 2. Coding, yaitu memberikan kode berupa nomor pada setiap lembar jawaban kuisioner dengan diawali 001 sampai 040. Kuesioner sikap ibu terdiri dari dua alternative jawaban yang diawali dengan kode 001 sampai 040. 3. Transferring, yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel. 4. Tabulating, yaitu mengelompokkan responden berdasarkan katergori yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap sub variabel yang di ukur untuk kemudian dimasukkan ke dalam table.

F. Analisa Data a) Analisa Univariat Presentasi setiap sub variabel akan ditentukan dengan rumus yang dikemukakan oleh (Sudjana, 1992), yaitu: P= f/n Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi teramati n = Jumlah responden yang menjadi sampel

b) Analisa Bivariat Analisa Bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2002). Dalam analisis ini menggunakan rumus Chai Square : X2 = Keterangan : 0 = Frekuensi Observasi E = Frekuensi Harapan X2 = Chai Square Test Pada uji statistik dengan Chai Square ditentukan adalah P value > 0,05 maka Ha ditolak, sedangkan P value < 0,05 maka Ha diterima.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 24 sampai dengan 30 April 2013 penelitian pada 53 orang ibu yang memiliki anak berusia 1 - 5 tahun di Desa Cot Rabo Tunong. Teknik pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden dengan cara mengajukan pernyataan dalam bentuk kuesioner. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Data Demografi a. Umur Bayi Table 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 (n=53) No Umur Frekuensi (F) Persentase (%) 1 1 tahun 19 35,8 2 2 tahun 14 26,4 3 3 tahun 12 22,6 4 4 tahun 5 9,4 5 5 tahun 3 5,7 4 tahun Jumlah 53 100 Sumber : Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan table 5.1 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi terbesar umur bayi berada pada kategori 1 tahun yaitu sebanyak 19 orang (35,8%)

b. Umur Ibu Table 5.2 Distribusi Frekuensi Ibu berdasarkan umur Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 (n=53) No Umur Frekuensi (F) Persentase (%) 1 <20 tahun 0 0 2 20-35 tahun 41 77,4 3 >35 tahun 12 22,6 Jumlah 53 100 Sumber : Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi terbesar umur responden berada pada kategori 20 35 tahun yaitu sebanyak 41 orang (77,4%) c. Pendidikan Terakhir Table 5.3 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 (n=53) No Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%) Terakhir 1 SD/MI 10 18,9 2 SMP/MTs 22 41,5 3 SMU/MA 18 34,0 4 Diploma 2 3,8 5 Sarjana 1 1,9 Jumlah 53 100 Sumber : Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa distribusi terbesar pendidikan terakhir responden berada pada kategori tingkat menengah

(Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah) yaitu sebanyak 22 orang (41,5%) d. Pekerjaan Table 5.4 Distribusi Frekuensi Ibu berdasarkan pekerjaan Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 (n=53) No Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%) IRT 51 PNS 1 Swasta 1 Lain-lain 0 Jumlah 53 Sumber : Data Primer (diolah 2013) 1 2 3 4 96,2 1,9 1,9 0 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa distribusi terbesar pekerjaan responden berada pada kategori Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 51 orang (96,2%) 2. Analisa Univariat a. Gambaran Sikap Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan, maka didapatkan nilai total bagi masing-masing responden untuk variabel sikap

pengkategorian didasarkan pada standar normal dari tiap-tiap variabel yang dinilai. Dari hasil jawaban responden tentang sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen didapat hasil pengolahan data dengan total skor 2024,

dengan nilai rata-rata 38,19. Selanjutnya responden dikategorikan pada kategori baik apabila nilai lebih sama dengan rata-rata (38,19) dan dikategorikan kurang apabila kurang dari rata-rata (38,19). Selanjutnya dimasukkan dalam tabel persentase distribusi frekuensi berikut ini Table 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 (n=53) No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Positif 31 58,5 2 Negatif 22 41,5 Jumlah 53 100 Sumber : Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen berada dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 31 orang (58,5) b. Gambaran perilaku Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan, maka didapatkan nilai total bagi masing-masing responden untuk variabel perilaku. Dari hasil pengolahan data variabel perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi Didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen didapat hasil pengolahan data dengan total skor 779, dengan nilai rata-rata 14,70. Selanjutnya perilaku responden dikategorikan

pada kategori baik apabila nilai lebih besar sama dengan 14,70 dan dikategorikan tidak baik apabila nilai bebih kecil dari 14,70. Selanjutnya dimasukkan dalam tabel persentase distribusi frekuensi berikut ini Table 5.8 Distribusi Frekuensi Prilaku Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 (n=53) No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Baik 33 62,3 2 Kurang 20 37,7 Jumlah 53 100 Sumber : Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi Di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen berada dalam kategori baik dengan frekuensi sebanyak 33 orang (62,3)

3. Analisa Bivariat Analisa Bivariat dilakukan untuk mengukur hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen terdiri dari sikap dan perilaku ibu, sedangkan variabel dependen yaitu pemberian imunisasi dasar. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan subvariabel sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013, dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan metode analisa statistic Chi Square Test (x2) dengan nilai alpha ( ) 5% (0,05). Pengolahan data menggunakan

tabel kontigensi 2 x 2 dan degree of freedom(df) 1. Perhitungan dilakukan dengan paket program computer. Keputusan statistik diambil berdasarkan pvalue. Bila pvalue 0,05 maka Ho ditolak dan bila pvalue 0,05 maka Ho diterima

a. Hubungan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 Tabel 5.10 Pengaruh Sikap Ibu Terhadap Perilaku Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2013 Perilaku Pemberian Imunisasi Dasar Total P value Sikap Ibu Baik Tidak Baik f % f % f % Positif 25 47,2 6 11,4 31 58,6 Negatif 8 15 14 26,4 22 0,05 0,001 41,4 Jumlah 33 62,2 20 37,8 53 100

Sumber : data Primer (diolah 2013)

Dari tabel 5.10 diatas, berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value = 0,001 yang berarti p-value lebih kecil dari nilai =0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak, yang berarti ada pengaruh Sikap Ibu Terhadap Perilaku Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Didesa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

B. Pembahasan Buat pembahasan sesuai hasil diatas

C. Keterbatasan Penelitian Menurut Burn dan Grove (1991, dalam Nursalam, 2001) menyatakan keterbatasan penelitian merupakan sebuah kelemahan atau hambatan dalam penelitian yang dihadapi oleh peneliti. Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Karena keterbatasan waktu dan biaya, sehingga penelitian ini tidak menggunakan metode observasi sebagai cara ukur dalam mengukur sikap dan perilaku, sehingga tidak dapat mengamati secara langsung sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi. 2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada literatur yang ada sehingga bila peneliti lain ingin melakukan penelitian yang sama hendaknya tetap melakukan uji instrument kembali 3. Karakteristik responden pada penelitian ini berbeda dengan karakteristik responden pada tempat lain, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada penelitian lain.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Sikap di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi umumnya positif. 2. Perilaku ibu di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen tentang imunisasi dasar pada bayi umumnya Baik. 3. Ada pengaruh sikap ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Cot Rabo Tunong Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

B. Rekomendasi 1. Bagi peneliti, penelitian ini bisa menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut untuk menghubungkan intervensi keperawatan, komunitas dengan intervensi keperawatan dirumah sakit. 2. Bagi ibu agar dapat bekerja sama dengan pemberi pelayanan kesehatan untuk mengoptimalkan pemberian imunisasi dasar pada bayi sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
3. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk membuat penelitian lebih

lanjut dalam bentuk metode penelitian atau desain penelitian lebih komplek, atau bersifat eksperimental dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasilnyapun lebih akurat dan dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lanjutan dalam bentuk yang lebih komplek menyangkut sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai