Anda di halaman 1dari 8

1.

Hubungan antara agen biologi dengan kesehatan Penumpangan oleh agen hidup, yang berkisar ukuran dari virus submikroskopis sampai nematoda yang tampak dengan mata telanjang dapat menyerang manusia dan mengakibatkan jejas, kematian sel, atau kematian individu. Virusdan ricketsia merupakan parasit obligat intrasel, yaitu kelamgsungan hidupnya hanya di dalam sel-sel hidup. Interaksi antara virus dan sel hospes terjadi dalam beberapa bentuk. Banyak virus jelas menjadi parasit terhadap sel dengan tanpa mempengaruhinya; yang disebut virus penumpang. Virus yang menyebabkan perubahan pada sel dimasukkan dalam dua golongan besar, yaitu: a. b. agen yang mampu menyebabkan kematian sel (sitolisis), dan agen yang merangsang replikasi sel dan mungkin berakibat tumor (onkogen).

Seperti virus, pengaruh kuman hamper tidak terduga. Beberapa kuman bersifat komensal tidak berbahaya dan beberapa kuman lainnya bahkan membantu kehidupan manusia. Contohnya flora usus Escherichia coli yang merupakan sumber berharga vitamin K. Tetapi meskipun kuman ini dapat menyebabkan penyakit pada bayi yang memiliki sedikit atau tidak ada kekebalan terhadap organism yang sesungguhnya tidak berbahaya inin, atau pada orang dewasa yang lemah atau kurang kebal. Sama halnya, banyak individu mengandung banyak kuman yang potensial pathogen dalam orofaring, tetapi infeksi klinik yang terjadi secara bermaknsa hanya terjadi bila individu menjadi mudah terkena serangan. Bagaimana kuman menyebabkan jejas dan penyakit pada sel tidak diketahui dengan jelas. Beberapa organisme membebeaskan eksotoksin yang mampu mengakibatkan jejas sel mulai dari tempat implantasi kuman. Agen lain melepaskan endotoksin yan hanya dibebeaskan pada keadaan disintegrasi organism. Selain itu, beberapa kuman dapat merusak sel dengan melepaskan berbagai macam enzim seperti lesitinase (Clostridium perfringens) yang mampu merusak selaput sel atau hemolisin. (Streptococcus beta hemoliticus) yang melisiskan sel darah merah. Mekanisme potensial lain yang menimbulkan jejas oleh kuman ialah timbulnya hipersensitivitas terhadap agen, yang berakibat reaksi imunologi yang menghancurkan. Beberapa contoh agen biologi penyebab jejas sel lainnya, antara lain: a. Histoplasma, Coccidioidea dan Blastomyces mengakibatkan reaksi kepekaan, tetapi yang lain

seperti Actinomyces tidak. b. Amebiasis disebabkan protozoa yang melepaskan enzim sitopati yang kuat dan dengan

demikian menghancurkan jaringan tempatnya tertanam.

c.

Plasmodia malaria menginvasi dan merusak sel darah merah dengan melepaskan metabolit

beracun maupun pigmen malaria yang berasal dari hemoglobin. Akan tetapi, agen penyebab toksoplasmosis merupakan protozoa obligat intrasel yang menyebabkan kerusakan jaringan nyata oleh mekanisme yang tidak jelas di tempat lokasinya. d. Agen trikinosis terutama menginvasi otot bergaris (jantung dan skelet) dan akhirnya merusaak

sel-sel yang dihinggapi parasit. e. Cacing Trichina dapat merampas tenaga yang dibekalkan pada sel atau mungkin menghasilkan

produk metabolik akhir yang beracun, tetapi penjelasan ini spekulatif. f. Filariasis ditandai oleh fibrosis luas di tempat lokasinya, tetapi kita tidak mengetahui setepat-

tepatnya mengapa terjadi radang fibrosis. . 2. Hubungan antara agen kimia dengan kesehatan Bahan kimia dan obat-obatan merupakan penyebab penting adaptasi, jejas, dan kematian sel. Sebenarnya setiap agen kimia atau obat dapat dilibatkan. Meskipun bahan yang tidak berbahaya, seperti glukosa, bila konsentrasinya cukup, demikian dapat merusak lingkungan osmosa sel yang berakibat jejas atau kematian sel tersebut. Agen-agen yang sering diketahui sebagai racun dapat menyebabkan kerusakan hebat pada sel dan kemungkinan kematian seluruh organism. Banyak bahan kimia ini dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas selaput, homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor. Telah dijelaskan sebelumnya, masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh, mengenal beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Pada beberapa kasus, sifat selektif ini mencerminkan populasi sel yang dilibatkan dalam penyerapan, engangkutan, dan metabolism agen. Barbiturat menyebabkan perubahan pada sel hati, karena sel-sel ini yang terlibat dalam degradasu ibat tersebut. Bila merkuri klorida tertlan diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus besar. Jadi menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh ini. Tetapi, kita tidak selalu mempunyai penjelasan yang memuaskan tentang serangan yang selektif banyak bahan kimia dan obat-obatan yang menyebabkan perubahan sel. . 3. Hubungan antara agen fisika dengan kesehatan Suatu sel yang terpapar suatu tekanan akan melangalami adaptasi, jejas reversible, jejas irreversible, dan kematian secara berturut-turut, tergantung beratnya paparan stressor. Jejas yang bersifat

reversible berarti jika penyebab ditiadakan, perubahan morfologi dan fungsi yang dialami oleh suatu sel akan hilang. Sedangkan jejas yang bersifat irreversible berarti kerusakan akan tetap ada atau berlanjut walaupun penyebabnya dihilangkan. Lama kelamaan, jejas irreversible ini akan dapat mengakibatkan kematian. Trauma, panas atau dingin yang luar biasa, perubahan mendadak tekanan atmosfer, tenaga radiasi dan tenaga listrik, semuanya memiliki dampak luas pada sel. Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata, pada organisasi organel intrasel atau pada keadaan lain yang ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang agen fisika yang dapat mengakibatkan jejas pada sel: 1. Radiasi Terdapat dua kenis radiasi, yaitu: a. Radiasi pengion

Radiasi pengion memiliki frekuensi tinggi yang panjang gelombang pendek. Radiasi jenis ini dapat menyebabkan ionisasi atom sehingga merusak susunan normal dari atom yang menyusun sel tubuh. Terdapat dua tipe radiasi pengion, yaitu gelombang elektromagnetik (contohnya: sinar X dan sinar ) dan partikel (contohnya: sinar , sinar , proton, neutrons, mesons, dan deutron). b. Radiasi non pengion

Radiasi non pengion memiliki frekuensi rendah dan panjang gelombang panjang. Contoh dari radiasi tipe ini adalah infrared dan sinar ultraviolet. Tingkat kerusakan sel akibat radiasi ini tergantung kepada dosis radiasi yang dipaparkan. Berikut adalah pembagiannya: 10 gray : nekrosis

1-2 gray : proliferasi sel dihentikan <0,5 gray : tidak ada efek histopatologi Gray adalah unit dasar untuk mengukur radiasi. Dosis yang diberikan satu kali (single dose) dapat menyebabkan kerusakan yang hebat jika dibandingkan dengan dosis terbagi. Sel yang aktif membelah (seperti: sel hematopoietic, sel benih, epitel gastrointestinal, epitel squamosa, sel endothelial, dan limfosit) lebih sensitif dibandingkan dengan sel yang tidak aktif membelah (seperti:

tulang, kartilago, otot, dan saraf perifer). Sel pada fase mitosis dari siklus suatu sel juga akan lebih sensitif.

2. Suhu yang ekstrem a. Luka bakar

Tampilan klinis penderita luka bakar tergantung kepada beberapa factor, yaitu: Dalamnya luka Presentase tubuh yang mengalami luka Apa disertaidengan trauma lainnya Apakah pasien mendapatkan terapi yang maksimal Luka bakar yang mengenai tubuh lebih dari 50% permukaan tubuh potensial untuk fatal. Terjadi perpindahan cairn tubuh ke jaringan interstitial sehingga dapat menimbulkan shock hipovolemik. Akibat protein darah masuk ke jaringan interstitial adalah akan terjadi edema generalisata. Selain itu, juga akan terjadi peningkatan tekanan osmotik interstitial local akibat dilepaskannya yang bersifat aktif osmotic dan yang bersifat meurogenik dari sel yang mati. b. Hipertermia

Suhu tinggi yang merusak tentu dapat membakar jaringan, tetapi jauh sebelu titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas dengan akibat hipermetabolisme, melampaui kamampuan perbekalan darah yang tersedia. Hipermetabolisme juga menyebabkan penimbunan asam metabolit, yang merendahkan pH sel sehingga mencapai tingkat bahaya. Terpapar suhu yang tinggi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan: Heat cramps: mengakibatkan kehilangan elektrolit melalui peluh. Heat exhausted: terjadi mendadal, akibat kegagalan kompensasi sistem kardiovaskuler akibat berkurangnya intake cairan. Heat stroke: terpapar panas yang lama dengan kelembapan yang tinggi. Mekanisme termoregulator gagal dengan peluh yang banyak, pori kulit terbuka lebar, vasodilatasi perifer yang

berakibat volume darah berkurang secara bermakna. Pada keadaan ini dapat terjadi kematian otot dan miokardium. c. Hipotermia

Terpapar suhu yang rendah dalam waktu yang lama (seperti tunawisma dan orang yang memakai baju basah dalam waktu lama) akan mengalami hipotermia. Trauma pada sel dan jaringan akibat hipotermia terjadi melalui mekanisme sebagai berikut: Efek langsung : trauma fisik pada organel dalam sel dan tingginya konsentrasi garam yang mengakibatkan kristalisasi cairan intra dan ekstrasel. Efek tidak langsung : perubahan sirkulasi yang tergantung kepada kecepatan penurunan suhu dan lamanya. Perubahan suhu yang terjadi perlahan akan mengakibatkan vasokonstriksi dam meningkatkan permeabilitas sehingga menyebabkan terjadinya edema dan dapat diikuti atrofi dan fibrosis. Sedangkan perubahan yang terjadi tiba-tiba dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan meningkatnya kekentala darah sehingga mengakibatkan iskemia dan kerusakan pada saraf perifer yang dapat berkembang menjadi gangren. 3. Perubahan tekanan udara yang tiba-tiba

Perubahan mendadak tekanan atmosfer juga dapat berakibat gangguan perbekalan darah untuk selsel. Penyelam lautan dalam atau penggali terowongan, bila bekerja di bawah tekanan atmosfer gasgas atmosfer yang terlarut dalam darah mereka kadarnya lebih tinggi. Bila orang ini kembali ke tekanan normal terlalu ceat, gas-gas yang terlarut keluar dari larutan secara cepat dan membentuk gelembung-gelembung udara dalam sirkulasi. Oksigen segera dilarut kembali, tetapi nitrogen kurang larut dan tetap sebagai gelembung-gelembung kecil yang dapat terjebak dalam sirkulasi mikro, menyekat aliran darah dan akhirnya berakibat jejas hipoksia pada sel-sel. Kelainan ini disebut penyakit caisson. 4. Aliran listrik

Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh karena itu dapat menyebabkan luka bakar, tetapi lebih penting lagi, dapat mengganggu jalur konduksi saraf dan sering berakibat kematian karena artimi jantung. Luas kerusakan yang disebabkan arus listrik tergantung pada tegangan dan kuat arusnya, tahanan jaringan (karena timbulnya panas) dan jalur yang dilewati arus dari titik masuk tubuh ke titik keluarnya.

5. .

Trauma mekanik.

4. Perbedaan antara gejala benjolan kanker dan benjolan bukan kanker Perbedaan yang paling mendasar antara benjolan kanker dan benjolan yang bukan kanker adalah ada/tidaknya rasa nyeri saat ditekan. Nyeri tekan yang positif menandakan adanya proses infeksi. Sedangkan kanker tidak akan menimbulkan nyeri tekan positif. Memang kanker stadium lanjut akan menimbulkan rasa sakit, namun tentu kanker stadium lanjut telah dapat dibedakan dari benjolan infeksi biasa dikarenakan ukurannya yang luas. . 5. Mekanisme perubahan sel yang terjadi akibat agen-agen tersebut Secara umum, agen-agen penyebab jejas sel/jaringan akan mengkibatkan perubahan/kerusakan dengan mempengaruhi morfologi atau fisiologi suatu sel. Perubahan yang paling mendasar terjadi pada gen yang terdapat dalam inti masing-masing sel tersebut. Pada gen, terdapat bagian yang disebut dengan promoter dan protoonkogen. Keduanya berperan penting dalam proses ekspresi sifat-sifat oleh gen atau dalam proses sintesis protein. Jika suatu sel terpapar agen penyebab jejas dan sampai kepada gen tersebut, maka sifat yang diekspresikan atau protein yang disintesis oleh gen tersebut akan mengalami perubahan. Jika yang terpapar adalah bagian promoter, maka sifat yang diekspresikan atau protein yang disintesis akan diproduksi dalam jumlah yang berlebihan, walaupun jenis produknya masih normal. Namun jika yang terpapar adalah bagian protoonkogen, maka jenis produk yang dihasilkan akan mengalami perbuhan. Keduanya sama-sama berakibat buruk pada kelangsungan hidup sel.

Penyakit akibat pengaruh agen lingkungan Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan masyarakat. Sebagian besar gangguan kesehatan disebabkan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan mengakibatkan gangguan kesehatan yang bersifat segera dan bersifat lambat atau akumulatif. Beberapa gangguan kesehatan yang diakibatkan peranan lingkungan antara lain adalah : Water Borne Disease dan Food Borne Disease, yaitu bibit penyakit yang berada dalam air atau makanan dan masuk kedalam pencernakan makanan manusia. Contoh : kolera, typhus, disentri, hepatitis infectiosa, polio meylitis Water Washed Disease, Air yang digunakan dalam jumlah terbatas untuk cuci dan mandi yang mengandung mikroba penyebab penyaki, contoh : skinsepsis, conjungtivitis, trachoma Water Based Disease, Mikroba atau parasit dari penyakit-penyakit ini siklus hidupnya mempunyai intermediate host yang hidup di air, contoh : schistosomiasis Insect Borne disease, penyakit ini ditularkan oleh serangga yang membawa bibit penyakit dan serangga tersebut hidup di air, contoh : malaria, filariasis, demam berdarah Food intoxication, keracunan makanan oleh karena toxin yang dikeluarkan oleh mikroba Food poisoning, keracunan makanan yang disebabkan kandungan logam, zat organic, hewan dan tumbuhan beracun. Contoh : Pb, Hg, As, Pestisida, Kerang-kerangan, jamur Keracunan Gas, menghirup udara yang mengandung racun dalam bentuk gas, contoh : HCn, Co, So Cacingan , diperoleh dari pengelola tanah, kompos, dan sayuran, contoh : ascariasis, Taeniasis, Trichinosis, Achilostomiasis Air Borne disease, kuman penyakit masuk melalui saluran pernafasan manusia melalui udara, contoh : Tbc, Pertusis, Dipteri, influenza Pneumokoniosis, Penimbunan debu dalam Paru- paru, contoh ; silikosis, asbestosis Penyakit akibat kerja fisik, contoh : Tuli, kelainan sel, heat stoke dll Peranan lingkungan dalam menimbulkan gangguan kesehatan, ada lima peranan lingkungan dalam menyebabkan gangguan kesehatan, yaitu : Agent ( penyebab penyakit ), contoh : mikroba, parasit, zat kimia, suara, suhu, tekanan udara, radiasi, aliran listrik Reservoir, manusia, hewan, dan benda sebagai tempat berkembang biak penyakit. Contoh : air kotor, sampah Vektor, Hewan pemindah bibit penyakit sehingga terjadi penularan, contoh : lalat Host, Manusia atau hewan yang ditumpangi suatu parasit, contoh : tikus, keong

Medium transmisi : Benda sebagai agent. Contoh : udara, air, makanan

Anda mungkin juga menyukai