Anda di halaman 1dari 55

TARMIDI

Pembimbing : dr. H. Supriyono, Sp.B

STATUS PASIEN
I.

IDENTIFIKASI PASIEN : Tn M : Laki-laki : 70 Tahun : Jl.Buyut Arman Rt 01 Rw 01, Kec Citangkil ,Cilegon-Banten : Islam : 17 Juni 2013 : Bougenville

Nama Jenis Kelamin Umur Alamat

Agama Masuk RS Ruang

ANAMNESIS
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Auto-anamnesa

Tanggal

: 17 Juni 2013

a) Keluhan Utama

Susah Buang Air Kecil sejak 1 bulan SMRS

b) Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien seorang laki-laki mengeluh susah buang air kecil sejak 1 bulan yang lalu SMRS.Pasien sering mengedan saat pertama akan buang air kecil, tetapi air kencing yang keluar tidak lancar. Sakit saat buang air kecil, Setelah buang air kecil pasien sering merasa tidak terpuaskan dan pancaran air kencing saat akhir menetes. sering kencing pada malam hari ,frekuensi 5 kali, tak bisa menahan buang air kecil dalam waktu yang lama , Penderita lalu berobat ke puskesmas dan dipasang kateter dan diganti tiap 2 minggu sekali. Setelah mengganti kateter kali ke-2 penderita mengeluh ada rasa nyeri di kemaluan lalu ke RSUD Cilegon. buang air kecil berdarah disangkal oleh pasien,nyeri pada daerah pinggang disangkal oleh pasien, demam disangkal oleh pasien,kencing berpasir disangkal oleh pasien.

c)

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien menyatakan tidak pernah mengalami hal yang serupa Riwayat penyakit kencing manis disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat penyakit paru-paru disangkal

d)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak terdapat keluarga pasien yang mengalami hal serupa.

e)

Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.

PEMERIKSAAN FISIK
Status present : Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : a. Tekanan darah b. Nadi c. Pernafasan d. Suhu axilla

: tampak sakit sedang : compos mentis : 140/90 mmHg : 80 x/menit : 24 x/menit : 36C

b. Pemeriksaan fisik umum :


1. Kepala Leher a. Kepala : Normochepali, deformitas (-), tanda radang pada kulit kepala (-) b. Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterus -/-, c. THT : tidak ditemukan kelainan d. Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB 2. Thoraks Kardiovaskuler a. Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, iktus kordis tidak tampak b. Palpasi :Teraba pergerakan dinding thorak simetris, iktus kordis teraba pada ICS V midclavicular line.

. Perkusi

: Paru : sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra Jantung : pekak dengan batas kanan atas ICS II parasternalis dekstra, batas kiri atas pada ICS II parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS V midclavicular line.
: terdengan suara jantung S1 S2 reguler tunggal, suara murmur -/-, suara gallop -/-

d. Auskultasi

3. Abdomen a. Inspeksi : kulit tampak normal, tidak tampak pelebaran pembuluh darah, tidak terdapat jaringan sikatrik, tidak tampak massa. b. Auskultasi : terdengar bising usus pada lapang abdomen c. Perkusi : timpani pada lapang abdomen, batas hepar pada ICS VI sampai subcostalis dektra. d. Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, tidak teraba massa pada ke empat kuadran abdomen

4. Ekstrimitas atas Axilla Edema -/-, deformitas -/-, Pembesaran KGB -/5. Ekstrimitas bawah Edema -/-, deformitas -/-, motorik dan sensibilitas baik c. Status lokalis : Regio Costovertebralis Inspeksi Palpasi Perkusi Regio Suprapubic Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: Bentuk pinggang simetris, benjolan (-) : Bimanual Ballotement ginjal (-) : Nyeri Ketok (-)

: Terdapat rambut pubis, tidak ada benjolan : Nyeri Tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defance Muscular (-) : Timpani : Bising Usus (+) Normal

d. Regio Genitalia Eksterna Inspeksi : Orifisium uretra eksterna baik Palpasi : Testis teraba dua buah, kanan dan kiri. Konsistensi Kenyal. e. Regio Anal Inspeksi Rectal Toucher Handscoon

: Bentuk Normal, benjolan(-) :Spincter ani adekuat, mukosa anus licin, teraba massa arah jam 12, , konsistensi padat kenyal, permukaan licin, berat kira-kira > 40 gram, tidak terdapat nyeri tekan. : Darah, lendir dan feses tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium ( tanggal 17/06/ 2013 )

Hb : 10,6 g/dl Ht : 33,2 % Leukosit : 9.920/ul Trombosit : 409.000/ul LED : 90 mm/jam Masa pendarahan : 2,30 menit Masa pembekuan : 10 Golongan darah : O /Rh + GDS : 94 mg/dl SGOT : 28 u/l

SGPT Ureum Kreatinin HbsAg

: 28 u/l : 3.7 mg/dl : 1,5 mg/dl : negatif

b) Pmeriksaan USG Ren-VU sebagai berikut:


Kesan : pembesaran prostat USG kedua ginjal normal.

RESUME
A. Anamnesis Pasien laki-laki berumur 70 tahun datang dengan keluhan : Susah pada saat buang air kecil Keluhan dirasakan sudah satu bulan yang lalu Pasien harus mengedan agar air kencingnya keluar Pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas Pasien merasa BAK menjadi lebih sering dan air kencing yang keluar menetes dan terasa sakit Nyeri pada pinggang,demam,BAK berpasir disangkal

B. Pemeriksaan fisik
Status generalisata : dalam batas normal Status lokalis Regio Costovertebra : Tidak Ada Kelainan Regio Suprapubis : Tidak Ada Kelainan Regio Genetalia Eksterna : Tidak ada kelainan Regio Anal Anus (+),Bentuk Normal, benjolan(-) RT : Spincter ani adekuat, mukosa anus licin, teraba massa arah jam 12, konsistensi padat kenyal, permukaan licin, berat kira-kira > 40 gram, tidak terdapat nyeri tekan. Pada sarung tangan, feses (-), darah (-), lendir (-)

VI. VII.

Diagnosis Kerja
Urine Retention e.c Benign prostat hiperplasia grade IV

Diagnosis Banding
Karsinoma prostat Striktur uretra

VIII. Terapi
Operatif : Prostatektomi

IX.

Prognosis
Quo ad vitam Quo ad functionam : Bonam : Dubia ad bonam

X.

Laporan Operasi ( 18 Juni 2013 )


Diagnosis pre-operasi Diagnosis post-operasi Tehnik operasi : Urine Retention e.c BPH : BPH : Open prostatektomi

XI. Follow Up
19 juni 2013
s/- pasien mengeluh nyeri pada luka operasi - pusing (+), mual (+), muntah (-) ,nafsu makan menurun o/ -KS : CM -KU : sedang -Tekanan darah :130/90 mmHg -Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36,5 C Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka bersih ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) , urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ Post op BPH (H+1) p/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp

20 Juni 2013
s/ - pasien mengeluh nyeri pada luka operasi ,pusing (+), mual (+),nafsu makan menurun o/ - KS : CM - KU : sedang - Tekanan darah :130/90 mmHg - Nadi : 84 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36 C PA(+) hasil: Hyperplasia kelenjar prostat Tidak tampak tanda ganas Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) , drainase (+),urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ post-op BPH ( H+2) p/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp

21 Juni 2013 s/ - pasien mengeluh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, pusing (+), mual (+),nafsu makan (+), mual (-), o/- KS : CM - KU : sedang - Tekanan darah :130/90 mmHg - Nadi : 84 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36 C Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka bersih ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) , drainase (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ post-op BPH ( H+3 ) p/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp

22 JUNI 2013 s/ - pasien mengeluh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, pusing (-), mual (-),nafsu makan (+) o/- KS : CM - KU : sedang - Tekanan darah :140/90 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36 C Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka bersih ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) ,drainase (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ post-op BPH ( H+4 ) p/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp

23 JUNI 2013 s/ - pasien mengeluh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi,pusing (-), mual (-),nafsu makan (+) o/- KS : CM - KU : sedang - Tekanan darah :140/90 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36 C Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka bersih ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) , drainase (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ post-op BPH ( H+5 ) p/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp

24 JUNI 2013 s/ - pasien mengeluh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, pusing (-), mual (-),nafsu makan (+) o/- KS : CM - KU : sedang - Tekanan darah :140/90 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36 C Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka bersih ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) ,drainase (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ post-op BPH ( H+6 ) p/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp

25 JUNI 2013 s/ - pasien mengeluh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, pusing (-), mual (-),nafsu makan (+) o/ - KS : CM - KU : sedang - Tekanan darah :140/90 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36 C Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka bersih ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) , drainase (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ post-op BPH ( H+7 ) th/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp

26 JUNI 2013 s/ - pasien mengeluh pasien mengeluh nyeri pada luka operasi berkurang, pusing (-), mual (-),nafsu makan (+) o/ - KS : CM - KU : sedang - Tekanan darah :140/90 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit - Suhu : 36 C Status lokalis pubis Inspeksi : tampak luka bersih ditutupi oleh verband, rembesan darah (-) , drainase (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar Palpasi : Nyeri tekan (+) pada daerah luka operasi a/ post-op BPH ( H+8 ) p/ IVFD 28 tpm Cefotaxim 3x1 gram Gentamicin 3x 1 gram Ketorolac 3x1 amp Kalnex 3x 500 g Vit k 3x1 amp BLPL

TINJAUAN PUSTAKA

BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA ( BPH )

DEFINISI
Benign Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah

ANATOMI

Prostat merupakan organ kelenjar dari sistem reproduksi pria. Merupakan kelenjar yang terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai menonjol pada masa pubertas. Secara anatomi, prostat berhubungan erat dengan vesica urinaria, uretra, ureter, vas deferens dan vesica seminalis.Prostat terletak di atas diafragma panggul dan dapat diraba pada pemeriksaan colok dubur. Ukuran prostat normal adalah tinggi 3 cm yang merupakan diameter vertikal, lebar 4 cm pada dasar transversal dan lebar anteroposterior 2,5 cm, dan dilewati oleh urethra pars prostatica

McNeal membagi kelenjar prostat menjadi tiga bagian oleh McNeal, yaitu zona sentral, perifer, dan transisional. 1. Zona Sentralis Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi 25% massa glandular prostat 2. Zona Perifer (Glandula prostatica propria) Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Sekitar 70% kanker prostat timbul pada zone ini dan umumnya disebabkan oleh prostatitis kronik.

3.

Zona Transisional. Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat melebar bersama Jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH). Benign Prostat Hypertrophy (BPH) umumnya muncul dari zone ini.

ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan Proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat jinak adalah : (1) Teori Dihidrotestosteron, (2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, (3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, (4) Berkurangnya kematian sel prostat/ apoptosis, (5) Teori Stem sel dan, (6) Teori Reawakening.

PATOFISIOLOGI
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanikdan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan Menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala hiperplasia prostat biasanya memperlihatkan dua tipe yang saling berhubungan, obstruksi dan iritasi. Tanda obstruksi : Menunggu pada permulaan kencing (hesistency) Pancaran kencing terputus-putus (intermitency) Rasa tidak puas sehabis kencing Urin menetes pada akhir kencing (terminal dribling) Pancaran urin jadi lemah Gejala iritasi biasanya lebih memberatkan pasien dibandingkan obstruksi. Gejala iritasi timbul karena pengosongan buli-buli yang tidak sempurna pada akhir kencing atau pembesaran Prostat menyebabkan ransangan pada buli-buli.

Tanda iritasi : Rasa tidak dapat menahan kencing (urgensi) Terbangun untuk kencing pada saat tidur malam hari (nocturia) Bertambahnya frekuensi kencing Nyeri pada waktu kencing (disuria)

Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium : a) Stadium I Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.

b) Stadium II Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c) Stadium III Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.

d) Stadium IV Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara periodik (over flow inkontinen). Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini : a. Rectal Gradding Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong : Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum. Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum. Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum. Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum. Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.

b. Clinical Gradding Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing dahulu kemudian dipasang kateter. Normal : Tidak ada sisa Grade I : sisa 0-50 cc Grade II : sisa 50-150 cc Grade III : sisa > 150 cc Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif 2. Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur ; hiperplasia prostat teraba sebagai prostat yang membesar, konsistensi kenyal,permukaan rata, asimetri dan menonjol ke dalam rektum.Semakin berat derajat hiperplasia prostat batas atas semakin sulit untuk diraba. 3. Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. 4. Pemeriksaan pencitraan : Pada pielografi intravena terlihat adanya lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail.

5. Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin berkurang. 6. Mengukur volume residu urin : Pada hiperplasi prostat terdapat volume residu urin yang meningkat sesuai dengan beratnya obstruksi (lebih dari 150 ml dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi).

DIAGNOSIS BANDING
Kondisi obstruktif traktus urinarius bagian bawah lainnya, seperti striktur uretra, kontrakur leher kadung kemih,batu buli-buli, atau karsinoma prostat harus dipikirkan saat memeriksa pasien dengan dugaan BPH. Riwayat pemakaian instrume tertentu diuretra, uretitis, atau trauma harus diketahui untuk menyingkirkan dugaan striktur uretra atau kontraktur leher buli-buli. Hematuria dan nyeri sering berhubungan dengan batu buli-buli. Karsinoma prostat dapat dideteksi dengan kelainan pada rektal toucher atau kenaikan kadar PSA.

PENATALAKSANAAN

Observasi
Medikametosa

Watchful waiting
alpha blocker : terazosin, prazosin, tamsulsin, dll supresi androgen : 5 -reduktase inhibitor fitoterapi Transurethral resection of the prostate (TURP) Transurethral incision of the prostate (TUIP) Open simple prostatectomy Laser Transurethral electrovaporization of the prostate Hyperthermia Transurethal needle ablation of the prostate (TUNA) High Intensity focused ultrasound Intraurethral stents Transurethral balloon dilation of the prostate

Operasi konvensional

Invasif minimal

A. Watchful waiting Watchful waiting merupakan penatalaksanaan pilihan untuk pasien BPH dengan symptom score ringan (0-7). B. Medikamentosa 1. Penghambat alfa (alpha blocker) Contoh penghamba alpha yang ada antara lain prazosin, terazosin, doxazosin dan yang lebih baru tamslosin (blokade selektif pada reseptor 1a) 2. Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors) Finasteride adalah penghambat 5-Reduktase yang menghambat perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron

3. Fitoterapi Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan medis. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan seperti Hypoxis rooperis, Pygeum africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita pepo, Populus temula, Echinacea purpurea, dan Secale cerelea.

C. Operasi konvensional 1. Transurethral resection of the prostate (TURP) Sembilan puluh lima persen simpel prostatektomi dapat dilakukan melalui endoskopi. Umumnya dilakukan dengan anestesi spinal dan dirawat di rumah sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP lebih tinggi dan bersifat invasif minimal. Risiko TURP adalah antara lain ejakulasi retrograd (75%), impotensi (5-10%) dan inkontinensia urin (<1%).

Gambar. (a) alat TURP, (b) cara melakukan TURP, (c) uretra prostatika pasca TURP

2. Transurethral incision of the prostate (TUIP) Pada pasien dengan gejala sedang-berat dan prostat yang kecil sering terjadi hiperplasia komisura posterior (kenaikan leher buli-buli). Pasien dengan keadaan ini lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini lebih cepat dan morbiditas lebih sedikit dibandingkan TURP

Gambar. Prosedur Transurethral Incision of the Prostate (TUIP

3. Open simple prostatectomy Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi terbuka diperlukan. Prostat lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk dilakukan enukleasi terbuka Open prostatectomy dapat dilakukan dengan pendekatan suprapubik ataupun retropubik

D. Terapi minimal invasif 1. Operasi Laser Teknik laser menimbulkan lebih sedikit komplikasi sayangnya terapi ini membutuhkan terapi ulang 2% setiap tahun. sering banyak menimbulkan disuri pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi

Gambar. Operasi laser pada prostat

2. Interstitial laser coagulation Tidak seperti prosedur laser lain, koagulasi laser interstisial tempat ujung probe serat optik langsung ke jaringan prostat untuk menghancurkannya.

Gambar. Interstitial Laser Coagulation

3. Potoselectif vaporisasi prostat (PVP) PVT energi laser tinggi untuk menghancurkan jaringan prostat. Teknik ini cukup aman tidak menimbulkan perdarahan pada saat operasi. Namun teknik ini hanya diperuntukan pada prostat yang tidak terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.

Gambar. Potoselectif vaporisasi prostat (PVP)

KOMPLIKASI
Pada BPH yang dibiarkan tanpa tatalaksana dapat menyebabkan komplikasi seperti trabekulasi, yaitu penebalan serat-serat detrusor menyerupai balok akibat tekanan intravesikal yang terus menerus tinggi akibat obstruksi. Kemudian dapat terjadi sakulasi, yaitu mukosa vesika menerobos serat-serat detrusor, dan bila ukurannya membesar bisa menjadi divertikel

PROGNOSIS

Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi Pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.Menurut penelitian,kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru5. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.

KESIMPULAN
Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar dapat bertambah karena terjadi hiperplasia jaringan fibromuskuler dan struktur epitel kelenjar (jaringan dalam kelenjar prostat). Gejala dari pembesaran prostat ini terdiri dari gejala obstruksidan gejala iritatif. Penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah konvensional, dan terapi minimal invasif. Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mahummad A., 2008., Benigna Prostate Hiperplasia., 2. http://ababar.blogspot .com/2008/12/benigna-prostate-hyperplasia. 2. Purnomo, Basuki B. Hiperplasia prostat dalam: Dasar dasar urologi. ,Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto. 2003. p. 69 85 3. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC, 2004. pp. 782-786

Anda mungkin juga menyukai